BUKU 1 Toolkit KPBU PDF
BUKU 1 Toolkit KPBU PDF
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.4. Apa Itu Kerjasama Pemerintah dan Badan Badan Usaha (KPBU)? .................... 3
1.5. Mengapa Perlu KPBU? ....................................................................................... 3
1.6. Infrastruktur Apa Saja Yang Bisa Dikerjasamakan? ............................................ 4
BUKU 1 – UMUM i
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BAB 6. RISIKO
BUKU 1 – UMUM ii
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Modalitas KPBU .................................................................................. 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Proposal Proyek KPBU Prakarsa Pemerintah ................................................. 5
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai dalam pembangunan
nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan
yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka salah satu arah kebijakan umum
pembangunan nasional 2015-2019 adalah percepatan pembangunan infrastruktur untuk
pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat
konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan
infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air,
pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem
transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan
meningkatkan peran kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
Keterlambatan dan rendahnya penyerapan belanja modal (APBN dan APBD) oleh pemerintah
serta keterbatasan dana dan banyak prioritas lain yang harus dipenuhi oleh Pemerintah
Daerah, merupakan kendala pemerintah dalam pengadaan infrastruktur dasar. Oleh karenya
pemerintah perlu mencari terobosan dalam hal kewajiban penyediaan sarana dan infrastruktur
dasar tersebut, dimana skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) menjadi salah
satu alternatif solusinya.
BUKU 1 – UMUM 1
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah
menerbitkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Menteri ini merupakan panduan umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU. Dalam
peraturan menteri ini telah disediakan tata cara proses perencanaan, penyiapan dan transaksi
proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan untuk:
3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan memperjelas pengguna dalam menentukan
tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen prastudi
kelayakan
1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
3. Badan usaha
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah
kerjasama antara Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.
• Skema KPBU dapat menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam
penyediaan infrastruktur atau layanan publik
• Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta dalam penentuan proyek yang layak untuk
dikembangkan
• Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pengelolaan secara efisien
• Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal, sehingga layanan publik dapat
digunakan dalam waktu yang lebih lama.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, maka infrastruktur yang dapat dikerjasamakan
merupakan infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor,
yaitu:
BUKU 1 – UMUM 3
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BUKU 1 – UMUM 4
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
2. PROSES KPBU
2.1. SIAPA YANG MENJADI PEMRAKARSA KERJASAMA?
Proyek KPBU penyediaan infrastruktur bisa diprakarsai oleh pihak Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Direktur BUMN/BUMD yang kemudian disebut sebagai solicited project atau
oleh pihak swasta/Badan Usaha yang disebut sebagai unsolicited project.
Merupakan suatu proyek infrastruktur yang diinisiasi oleh Pemerintah dan ditawarkan
kepada Badan Usaha untuk dikerjasamakan. Siklus proyek KPBU terdiri dari empat
tahap, yaitu perencanaan, persiapan proyek, transaksi, dan manajemen kontrak.
Merupakan sustu proyek infrastruktur yang diinisiasi oleh Badan Usaha dimana proposal
yang diajukan oleh Badan Usaha harus memenuhi persyaratan kesesuaian dengan
rencana induk sektor, kelayakan secara ekonomi dan finansial, serta Badan Usaha
memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan proyek
yang diprakarsai.
BUKU 1 – UMUM 5
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Terkadang Badan Usaha dengan kemampuan finansial dan manajemen yang lebih baik
dapat membaca peluang untuk berinvestasi. Perpres No. 38 tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
memungkinkan adanya Proyek KPBU dengan Prakarsa Badan Usaha. Skema ini
disebut dengan Unsolicited Project. Badan Usaha dan Badan Hukum Asing dapat
mengajukan prakarsa Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur kepada
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan kriteria sebagai berikut :
Secara umum, struktur organisasi kerjasama pemerintah dan badan usaha adalah seperti
tampak pada gambar berikut:
BUKU 1 – UMUM 6
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi, atau bupati/walikota bagi daerah
kabupaten/kota atau pihak yang didelegasikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk mewakili kepala daerah bersangkutan.
Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dapat bertindak sebagai
PJPK sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor.
Badan Penyiapan dapat memperoleh Imbalan Keberhasilan (Success Fee) dalam hal
tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close) berdasarkan kesepakatan dengan
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi
Badan Usaha Milik Daerah. PJPK menetapkan biaya Imbalan Keberhasilan (Success
Fee) maksimum sebesar 25 % dari total biaya yang dikeluarkan oleh Badan Penyiapan.
BUKU 1 – UMUM 7
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
D. Simpul KPBU
E. Tim KPBU
• Melakukan kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan dan kajian akhir
Prastudi Kelayakan;
F. Panitia Pengadaan
KPBU terdiri dari 3 (tiga) tahapan utama, yaitu tahap perencanaan, penyiapan dan transaksi.
Saat pelaksanaan ketiga tahapan tersebut, PJPK dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendukung seperti: (i) perencanaan dan pelaksanaan pengadaan tanah; (ii) kajian lingkungan
hidup; dan (iii) permohonan pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
BUKU 1 – UMUM 8
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Dokumen yang harus tersedia pada tahap perencanaan berserta isinya, dapat dilihat
pada Gambar 5.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan KPBU diantaranya adalah:
BUKU 1 – UMUM 9
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Maksud dari Tahap Penyiapan KPBU adalah untuk mengkaji kelayakan KPBU untuk
dikerjasamakan dengan Badan Usaha melalui beberapa kegiatan yaitu penyiapan kajian
Prastudi Kelayakan, Konsultasi Publik, Penjajakan Minat Pasar dan kegiatan pendukung
lainnya.
BUKU 1 – UMUM 10
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan dimaksud untuk mengkaji berbagai hal terkait dengan
pelaksanaan KPBU secara lebih rinci sehingga bisa didapatkan kepastian dan kelayakan
proyek KPBU tersebut untuk dilaksanakan.
BUKU 1 – UMUM 11
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Penyusunan Toolkit KPBU ini akan lebih fokus pada pedomen penyusunan dokumen
Pra-studi Kelayakan.
Dokumen yang harus tersedia pada tahap Penyiapan KPBU ini adalah seperti tampak
ada gambar di bawah ini.
Berdasarkan hasil dari Penjajakan Minat Pasar yang dilakukan oleh PJPK, Panitia
Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap rancangan Dokumen Pengadaan.
Dalam pelaksanaan Perjanjian KPBU ini PJPK dibantu oleh Simpul KPBU untuk
mengawasi dan mengendalikan jalannya pelaksanaan KPBU dan pemenuhan
pembiayaan (financial close). Simpul KPBU ini dapat dibantu tim khusus.
BUKU 1 – UMUM 13
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
3. STUDI PASAR
3.1. DEIFINISI DAN TUJUAN STUDI PASAR
Definisi studi pasar secara umum dalam pekerjaan ini adalah perkiraan permintaan dan
penawaran akan proyek infrastruktur tertentu di masa mendatang untuk mengetahui tingkat
ketertarikan pasar dan tingkat layanan yang akan diberikan yang terukur secara kuantitatif
ataupun kualitatif.
Tujuan studi pasar ini adalah untuk menentukan apakah proyek yang akan dilaksanakan itu
layak dari sisi pemasaran. Untuk itu diperlukan pengumpulan data yang lengkap dan akurat.
Guna mendapatkan kelengkapan dan kecermatan data maka perlu disiapkan terlebih dahulu
data base yang berisi data pemasaran yang menyangkut data potensi pasar dari produk/jasa
yang akan dihasilkan proyek KPBU, data mengenai saingan, pemasok dan lain-lain yang
menyangkut pemasaran industri dimana proyek KPBU tersebut akan bergerak.
Analisis survei dan permintaan pasar dapat menunjukkan apakah masih ada peluang untuk
melaksanakan proyek KPBU atau tidak. Analisis ini perlu diturunkan dari data base pasar
sehingga akan didapat karakteristik yang lebih spesifik mengenai produk/jasa yang akan
dihasilkan oleh proyek tersebut dan akan dapat mempertimbangkan apakah betul masih
kekurangan suplai atau sebaliknya. Jika kelebihan suplai, ini menunjukkan ada permasalahan
nantinya yang akan muncul sehubungan dengan pemasaran dari produk/jasa yang akan
dihasilkan oleh proyek KPBU, karena semakin banyak mengetahui peluang dan kendala yang
mungkin dihadapi, akan lebih mudah untuk memperkirakan apakah peluang yang tersedia lebih
besar dari kemungkinan kendala yang akan dihadapi, jika masih ada berarti pilihan usaha
melalui KPBU tersebut akan mungkin layak dipandang dari sudut pemasaran.
Market base data adalah kumpulan data lengkap yang menyangkut berbagai aspek penting
tentang pemasaran dari sektor infrastruktur yang akan dikerjasamakan. Mengetahui market
base data adalah suatu yang amat penting dalam mempertimbangkan pasar dari rencana
proyek. Contoh data yang dapat dimasukkan ke dalam market base data dapat dirinci sebagai
berikut: data bahan baku, data supplier, data konsumen, data pangsa pasar industri, data
penduduk, data mata pencaharian penduduk, data penjualan industri, peraturan pemerintah,
data luas wilayah pemasaran, data perilaku konsumen, data daya beli konsumen, data inflasi,
data bahan pembantu, data transportasi, data ekspor/impor, data kecenderungan/tren,
geograi,budaya, sosiologi, teknologi,ekonomi dan lain-lain. Data-data ini tergantung pada jenis
atau sektor infrastruktur yang akan dikerjasamakan.
BUKU 1 – UMUM 14
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Market base data ini akan sangat membantu untuk memperkirakan apakah produk atau jasa
yang dihasilkan oleh infrastruktur yang akan dibangun dapat melakukan penetrasi pasar dan
berpeluang untuk dapat mencapai target pasar yang telah ditetapkan.
Market base data dapat dijadikan dasar untuk menentukan besarnya potensi pasar yang ada
dan besarnya real market yang ada serta mengetahui besarnya peluang pasar yang tersedia
bagi produk atau jasa yang akan dihasilkan dari infrastruktur yang dibangun.
Panduan dasar untuk menganalisis permintaan sangat tergantung pada market base data.
Persoalan yang muncul dan berhubungan dengan market base data umumnya berkisar atas
pertanyaan-pertanyaan berikut :
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan permintaan antara lain adalah pertambahan
penduduk, peningkatan pendapatan, perkembangan mode, penurunan tingkat harga dan
sebagainya.
Identifikasi kendala pasar yang ada ataupun yang mungkin muncul pada lingkungan pemasaran
dari produk/jasa yang dihasilkan dari pilihan usaha adalah suatu proses kegiatan yang sangat
penting, karena dengan menemukan kendala-kendala yang ada, dapat dilakukan penilaian
apakah kendala-kendala itu masih dapat diatasi dengan kekuatan yang ada atau sebaliknya.
Jika dapat diatasi, berarti rencana untuk mendirikan atau mengembangkan usaha tesebut dapat
diteruskan,dan jika dirasakan bahwa kendalanya terlalu berat dan sulit diatasi dengan kekuatan
yang ada, berarti seluruh kegiatan untuk mewujudkan ide atau gagasan pendirian usaha itu
dapat dihentikan.
Kendala-kendala umum yang muncul dalam masalah pemasaran suatu produk/jasa antara lain
sebagai berikut : keterbatasan modal, keterbatasan teknologi, kelangkaaan bahan baku dan
bahan baku pengganti, keterlambatan informasi, tuntutan skala produksi, elastisitas harga
terhadap penawaran rendah, kendala penyimpanan, kendala birokrasi, peraturan dan
lingkungan.
BUKU 1 – UMUM 15
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Desain teknis serta kelayakan ekonomi dan finansial dari suatu proyek infrastruktur sangat
terganting pada layanan yang perlu diberikan, besar kecilnya proyek, dan alternatif
pengembalian biaya. Studi pasar dan analisa kebutuhan menjadi pondasi penting dalam
menentukan ruang lingkup proyek.
Analisas pasar pendahuluan perlu dilakukan sebagai bagian dari perencanaan investasi
dan/atau analisa penapisan pra-kelayakan. Pada tahap penyusunan pra-studi kelayakan (pre-
feasibility study), analisa yang lebih mendetail perlu dilakukan terhadap hal-hal berikut:
Mengkaji tingkat dan kualitas layanan yang ada saat ini, dan mengidentifikasi
kekurangan atau kelebihannya. Kajian ini dikaitkan dengan tingkat layanan yang
dimandatkan kepada pemerintah. Analisa kebutuhan ini juga perlu mengidentifikasi
siapa yang butuh layanan dari infrastruktur yang akan dibangun sehingga target
pengguna dapat diidentifikasi.
❖ Analisa alternatif
Mengkaji berbagai alternatif atau pilihan untuk bisa memenuhi kebutuhan layanan
diatas. Hal ini bisa dilakukan melalui solusi tanpa menambah aset, menggunakan aset
yang ada, atau membangun aset baru.
Secara jelas menyatakan keluaran dari proyek infrastruktur yang akan dibangun dan
juga parameter dasar lainnya. Output proyek harus dijelaskan dalam bentuk
penyampaian layanan daripada pembuatan aset. Definisi output bisa termasuk juga
waktu pelaksanaan proyek seperti: kapan investasi akan dilakukan, kapan proyek akan
operasional, dan berapa lama umur ekonomis dari proyek.
Hal ini terkait dengan perkiraan kebutuhan potensial untuk output yang hendak dicapai
dan pertumbuahan kebutuhan yang diharapkan selama umur proyek. Hal ini biasanya
memerlukan estimasi tingkat kebutuhan yang belum terpenuhi karena cakupan dan
kualitas pelayanan yang tidak mencukupi. Kemampuan dan kemauan dari target
pengguna untuk membayar layanan juga perlu diperkirakan.
Hasil dari analisa kebutuhan dan pasar akan berupa rentang pilihan tingkat layanan yang akan
diberikan berdasarkan ukuran pasar potensial. Berdasarkan hal ini, skenario besaran proyek
dapat dibangun dengan mengkaitkannya dengan parameter teknis. Analisa pasar akan
menggiring pada perbaikan definisi dan ruang lingkung proyek.
BUKU 1 – UMUM 16
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
4. DOKUMEN PRASTUDI
KELAYAKAN
4.1. DEFINISI
Dokumen Prastudi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh PJPK yang
penyusunannya dilaksanakan pada tahap penyiapan KPBU atau oleh Calon Pemrakarsa pada
tahap persetujuan usulan KPBU atas Prakarsa Badan Usaha dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan untuk memperoleh surat persetujuan untuk melakukan Studi Kelayakan dari
PJPK.
d. mengkaji pilihan teknis serta ketersediaan teknologi dan barang/jasa yang dibutuhkan;
BUKU 1 – UMUM 17
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Kajian yang dilakukan dalam dan isi dari Prastudi Kelayakan proyek KPBU sesuai dengan
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur adalah sebagai berikut:
1. Kajian Hukum:
2. Kajian Kelembagaan:
c. Apakah Tim KPBU sudah terbentuk dan bagaimana peran dan tanggung
jawabnya?
3. Kajian teknis:
BUKU 1 – UMUM 18
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
f. Apakah sudah tersedia rancangan awal yang layak secara teknis dan sesuai
dengan kebutuhan?
g. Barang Milik Negara dan/atau Daerah apa saja yang akan dibutuhkan dan
menyiapkan daftar Barang Milik Negara dan/atau Daerah yang akan digunakan
untuk pelaksanaan KPBU?
a. Apakah sudah ada analisa kebutuhan layanan infrastruktur yang akan dibangun?
BUKU 1 – UMUM 19
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
• Apakah Finpro termasuk dengan biaya operasional serta proyeksi arus kas
dan laporan laba rugi BU?
• Apakah proyek KPBU layak secara finansial? (ROE, IRR, NPV, DSCR)
• Apakah ada perbandingan biaya dan manfaat dengan ada atau tanpa
adanya KPBU?
• Penapisan
BUKU 1 – UMUM 20
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
7. Kajian risiko;
Kedalaman, isi, kriteria, dan asumsi-asumsi dalam Kajian Pra-studi Kelayakan ini dapat
berbeda antara satu sektor dengan sektor lainnya. Oleh karenanya, laporan-laporan berikutnya
akan lebih berupa toolkit untuk masing-masing sektor.
BUKU 1 – UMUM 21
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
5. MODALITAS KPBU
5.1. DEFINISI
Skema dan karakteristik modalitas KPBU sangat bervariasi yang mana harus ditentukan melalui
dipertimbangkan pada tahap perencanaan KPBU. Variasi model-model atau bentuk skema
KPBU terjadi karena pesatnya perkembangan suatu jenis pembiayaan “gaya baru” yang disebut
dengan “Pembiayaan Proyek” untuk proyek-proyek raksasa, yang pada akhirnya membawa
konsekuensi langsung terhadap perkembangan sektor hukum di bidang yang bersangkutan,
termasuk berkembangnya model-model atau bentuk-bentuk pola kerjasama. Alternatif-alternatif
modalitas KPBU yang ada perlu dilihat terlebih dahulu sebelum menetapkan skema KPBU.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan skema KPBU meliputi:
Secara umum ada 5 (lima) tipe kerjasama yang bisa dikembangkan menjadi 11 variasi atau
lebih sesuai dengan lingkup atau bentuk yang diperlukan. Variasi skema KPBU tersebut
berbeda menurut “kepemilikan” atas aset atau “kewenangan dalam manajemen dari proyek”.
Keempat tipe tersebut adalah:
BUKU 1 – UMUM 22
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BUKU 1 – UMUM 23
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BUKU 1 – UMUM 24
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BUKU 1 – UMUM 25
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Secara lebih ringkas, ditur-fitur tersebut di atas dapat disarikan sebagai berikut:
Dari berbagai alternatif skema KPBU diatas, tidak semuanya bisa atau pernah diterapkan di
Indonesia. Setiap alternatif skema KPBU memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-
masing.
BUKU 1 – UMUM 26
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Uraian dari skema KPBU yang lazim dilakukan di Indonesia adalah sebagai berikut:1
1) Kontrak Kelola atau lazimnya disebut Management Contract adalah bentuk KPBU dimana
pihak swasta menjalankan fungsi pengelolaan penyediaan barang/jasa yang menggunakan
aset infrastruktur dan/atau sarana yang telah dibangun oleh Pemerintah. Tidak ada
pemindahan kepemilikan oleh swasta.
2) Kontrak Jasa atau Service Contract adalah bentuk KPBU dimana pihak swasta tidak
mendapatkan porsi manajemen namun hanya terbatas kepada penyediaan jasa pelayanan.
Karena pelayanan jasa, umumnya swasta tidak diwajibkan menambah dan/atau
merevitalisasi aset yang sudah terbangun oleh Pemerintah. Tidak ada pemindahan
kepemilikan dari Pemerintah. Pemasukan untuk pihak swasta adalah imbal jasa tetap
sesuai kontrak dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat.
3) Kontrak Sewa atau Leasing Contract adalah bentuk KPBU dimana Pemerintah sebagai
pemilik aset baik infrastruktur maupun sarana menyewakan kepada pihak swasta untuk
diusahakan. Tergantung dari peraturan dan kontrak yang disepakati, pihak swasta dapat
diwajibkan untuk hanya menjaga hingga menambah nilai dan/atau jumlah aset Pemerintah.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, Pemerintah hanya mengeluarkan izin usaha
pemakaian aset yang disewakan oleh Pemerintah untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat. Atas ini, pihak swasta tidak mendapat imbalan dalam bentuk yang tetap.
5) Kontrak Konsesi atau Concession adalah bentuk KPBU yang mirip dengan BOT namun
Badan Usaha atau pihak swasta dapat menarik tarif langsung dari pelanggan. Sedangkan
pada BOT, sektor publik yang menarik retribusi.
1
PT. SMI: Panduan Penyelenggaraan KPS dalam Penyediaan Infrastruktur (2014)
BUKU 1 – UMUM 27
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Suatu proyek KPBU harus dapat mengkaji skema atau modalitas KPBU apa yang paling sesuai
dengan proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan. Untuk sektor infrastruktur yang sama bisa
saja modalitas KPBU-nya berbeda. Beberapa aspek utama yang menjadi bahan pertimbangan
penetapan skema KPBU diantaranya adalah:
• Apakah proyek KPBU melibatkan pembangunan aset baru (proyek kapital), atau hanya
memerlukan layanan untuk operasi dan pengelolaan saja? Pengembangan greenfield
yang memerlukan pengeluaran kapital yang besar untuk membangun infrastruktur baru
akan berbeda dengan kebutuhan untuk rehabilitasi atau mengelola aset yang telah ada.
Lingkup Badan Usaha akan lebih luas pada proyek greenfield sehingga
tanggungjawabnya harus jelas.
• Peran apa saja yang harus diemban oleh Badan Usaha? Misalnya, siapa yang harus
menyediakan pembiayaan? Siapa yang akan mendesain dan membangun fasilitas?
• Siapa yang akan memiliki aset pada saat dan setelah masa kerjasama? Mungkin saja
ada hambatan hukum dalam kepemilikan aset. Hal lain yang harus dipertimbangkan
adalah seperti isue politis misalnya terhadap aset-aset vital atau strategis.
• Berapa lama durasi kontrak KPBU? Untuk infrastruktur yang memerlukan investasi
sangat tinggi (misalnya jalan) akan memerlukan durasi kontrak yang panjang. Keinginan
dan kemampuan sektor publik untuk membayar layanan yang diberikan juga menjadi
satu pertimbangan penting dalam menetapkan durasi kontrak.
• Apa saja pendapatan utama dari proyek ini? Misalnya, apakah akan langsung dari
pengguna atau pembayaran dari pemerintah (contoh anuitas)?
• Apakah pasar atau kebutuhan terhadap layanan infrastruktur akan stabil selama masa
kerjasama?
BUKU 1 – UMUM 29
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
6. RISIKO
6.1. KONSEP DASAR
Konsep dasar proyek KPBU adalah suatu skema kerjasama dimana pemerintah mentransfer
risiko yang biasanya diemban oleh pemerintah kepada pihak swasta (Badan Usaha) dengan
janji kompensasi finansial atas risiko yang ditrasnferkan tersebut.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu
proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisa risiko
terdiri atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisa
risiko adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui
proses pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan
menyerap/menerima risiko tersebut.
Dalam PerPres No. 38 Tahun 2015 Pasal 1 dijelaskan bahwa Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara pemerintah
dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu
pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara
para pihak.
KPBU dilakukan berdasarkan prinsip pengendalian dan pengelolaan risiko, dimana kerjasama
penyediaan infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi
pengelolaan dan mitigasi terhadap risiko. Identifikasi risiko dan rekomendasi mitigasi serta
pengalokasian risiko menjadi salah satu poin penting dalam penyusunan Pra-studi Kelayakan
(Pre-FS).
Hak dan kewajiban PJPK maupun Badan Usaha, termasuk didalamnya alokasi risiko, harus
secara jelas tertuang dalam Perjanjian KPBU. Studi terdahulu menyebutkan bahwa salah satu
penyebab utama kegagalan pelaksanaan proyek KPBU adalah alokasi risiko yang kurang tepat
dimana terjadi pembebanan risiko secara berlebihan kepada pihak tertentu atau pembebanan
risiko kepada pihak yang sebenarnya tidak dapat mengendalikan atau mengelolanya dengan
baik.
BUKU 1 – UMUM 30
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
1) Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam
proyek. Secara umum, risiko dalam penyediaan umum terdiri dari namun tidak terbatas
pada:
• Risiko Lokasi
• Risiko Desain
• Risiko Sponsor
• Risiko Finansial
• Risiko Operasional
• Risiko Pendapatan
• Risiko Politik
• Risiko Kahar
2) Alokasi Risiko
Dalam pelaksanaan proyek KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat
dilakukan secara optimal dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak yang memang
dapat mengelola risiko-risiko tersebut secara lebih efisien dan efektif.
Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang
relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk
menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat
menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga
berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian KPBU
perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko
yang optimal penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).
3) Penilaian Risiko
Untuk mengetahui risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya
yang paling signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, maka disusun suatu
kriteria penilaian risiko yang dilihat dari peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan
peringkat konsekuensi risiko tersebut.
Untuk mengetahui peringkat kemungkinan terjadi, dapat digunakan kriteria seperti pada
tabel berikut.
BUKU 1 – UMUM 31
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Dari kedua kriteria pemeringkatan diatas, maka dibuat sebuah matriks, seperti tampak
pada tabel di bawah ini, yang berfungsi untuk melihat risiko yang paling berdampak
pada proyek KPBU.
BUKU 1 – UMUM 32
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
4) Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara atau strategi mengelola risiko terbaik
dengan mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak
risiko. Mitigasi risiko ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan pemerintah dalam
kondisi preventif, saat risiko terjadi, ataupun paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini
dapat berupa penghapusan risiko, meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui
asuransi atau pihak ketiga lainnya, atau menerima/menyerap risiko tersebut.
BUKU 1 – UMUM 33
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
7.1. DEFINISI
Real Demand Survey (Survai Kebutuhan Nyata) adalah survai terhadap kebutuhan yang benar-
benar memang mencerminkan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Istilah kebutuhan nyata
muncul karena adanya pandangan yang berbeda dalam menggambarkan kondisi nyata dari
adanya kebutuhan di tingkat masyarakat, dimana umumnya terjadi perbedaan pandangan
antara pihak pengambil kebijakan (pemerintah) dan pihak penerima kebijakan (masyarakat).
Kebutuhan nyata biasanya menggambarkan kondisi nyata dari kebutuhan masyarakat, dalam
artian memfokuskan diri pada pandangan menurut masyarakat, bukan pandangan pihak
pengambil kebijakan.
Dalam pra-studi kelayakan terdapat beberapa komponen atau aspek, dimana salah satu aspek
terpenting adalah aspek adanya permintaan atau pasar terhadap infrastruktur yang akan
dibangun. Studi RDS ini tidak hanya akan melihat pada jumlah calon pengguna infrastruktur
yang potensial, tapi juga akan melihat pada kemauan masyarakat untuk menggunakan
infrastruktur yang akan dibangun dan juga kemauan dan kemampuan membayar masyarakat
untuk menggunakan infrastruktur tersebut.
Aspek permintaan dan pasar, menjadi salah satu aspek yang paling penting didalam laporan
pra-studi kelayakan, dimana hasil dari analisa aspek ini akan menjadi bahan atau basis analisa
aspek lainnya di laporan pra-studi kelayakan, seperti misalnya penetapan tarif.
Pengkajian terhadap potensi permintaan dan pasar ini juga sangat penting untuk memastikan
bahwa infrastruktur dan layanan yang akan diberikan oleh proyek kerjasama ini akan terserap
oleh masyarakat sehingga akan memberikan keuntungan dan kemanfaatan bagi semua pihak,
baik Pemerintah, Badan Usaha pelaksana KPBU dan juga tentunya masyarakat.
Analisis permintaan (demand), yang bertujuan untuk memahami kondisi pengguna layanan.
Analisis permintaan ini dilakukan dengan paling kurang memuat:
1) survei kebutuhan nyata (real demand survey) untuk mendapatkan gambaran yang
akurat seperti mengenai perkiraan kebutuhan, ketertarikan, kemauan dan kemampuan
BUKU 1 – UMUM 34
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
2) penentuan sumber dan tingkat pertumbuhan permintaan dengan berbagai skenario (uji
elastisitas permintaan).
Secara garis besar metode RDS yang akan dilaksanakan seperti diagram alir dibawah ini :
1. Identifikasi Permasalahan
2. Survai Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan di lokasi studi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi
lapangan. Pada kegiatan ini hal-hal yang dilaksanakan adalah mengamati secara visual
terhadap situasi yang akan dikaji sambil juga melakukan studi pustaka untuk mendukung
kajian ini.
3. Rancangan Kuesioner
BUKU 1 – UMUM 35
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Pada tahap pengumpulan data ini ada dua macam data yang dibutuhkan yaitu:
i. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah ada, diperoleh dari instansi-instansi yang
berkepentingan ataupun sumber-sumber lainnya. Pada dasarnya sifatnya
merupakan penunjang ataupun background information bagi observasi lapangan.
ii. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui survey pada
lokasi yang bersangkutan. Data primer yang dibutuhkan yaitu karakteristik sosio-
ekonomi secara langsung melalui kuesioner. Kuesioner ini diajukan pada responden.
Data primer yang terkumpul melalui survey primer dapat berupa data kuantitatif
maupun kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Sedang data kualitatif data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, sehingga
data tersebut perlu diubah menjadi angka untuk selanjutnya dapat diproses.
Untuk tujuan tercapainya proses analisis suatu data kualitatif, data kualitatif dapat
dibagi menjadi :
❖ Data Nominal atau jenis data yang dikategorikan atau dikualifikasikan, misalnya:
“Jenis Pekerjaan”, diklasifikasikan sebagai :
(a) PNS diberi kode 1
(b) TNI/POLRI diberi kode 2
(c) Pengusaha/Wiraswasta diberi kode 3
(d) Karyawan swasta diberi kode 4
(e) dst
❖ Data Binary, adalah jenis data yang berdasarkan 2 kemungkinan, ya/tidak, 1
atau 2
❖ Data Ordinal, adalah jenis data yang dikategorikan atau dikualifikasikan, tetapi
terdapat hubungan antara data, atau biasa juga disebut juga sebagai rangking,
misalnya : “Tingkat Kenyamanan” diklasifikasikan sebagai :
(a) Nyaman diberi kode 1
(b) Cukup nyaman diberi kode 2
(c) Kurang nyaman diberi kode 3
(d) Tidak nyaman diberi kode 4
BUKU 1 – UMUM 36
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Metode sampling yang biasa digunakan adalah Stratified Random Sampling dengan
tabel Krecjie. Metode pengambilan sampel ini dengan cara populasi disusun
berdasarkan semua kelompok dilihat pada tabel Krecjie, kemudian sampel dipilih
dari masing-masing secara proposional.
Tabel Krecjie melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan kesalahan 5%. Jadi
sampel yang diperoleh tersebut mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap
populasi.
Data primer yang akan dikumpulkan dari hasil wawancara langsung/kuesioner merupakan
data mentah. Agar data tersebut dapat lebih berguna bagi kajian diperlukan suatu penyajian
dan analisa data.
1. Editing merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap data yang masuk apa terdapat
kekeliruan dalam pengisian/kurang lengkap, tidak sesuai dan sebagainya. Editing
dilakukan dengan harapan akan diperoleh data yang benar-benar valid, reliable, serta
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Coding merupakan proses pemberian tanda, simbol, ataupun kode setiap data yang
termasuk dalam kelompok yang sama tanda tersebut dapat berupa angka atau huruf
3. Tabulating merupakan tahap memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur
angka-angka serta memperhitungkannya.
Penyajian data dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tabel, gambar dan grafik.
Sedangkan untuk data sekunder tidak diperlukan lagi pengolahan lebih lanjut, karena data
tersebut telah disajikan secara sistematis dan untuk penyajiannya disesuaikan dengan
analisis yang dilakukan.
Dalam menguraikan analisa berdasarkan data yang telah diolah. Untuk mendapatkan
keluaran yang optimal maka digunakan program Microsoft Excel 2003 dan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 11. Metode yang digunakan pada Microsoft Excel 2003
adalah Chart Wizart. Pada SPSS versi 11 digunakan Distribution frequencies, Cross tab.
6. Identifikasi Karakteristik
7. Perencanaan Infrastruktur
Tahapan ini meliputi perencanaan infrastruktur KPBU berdasarkan tingkat pelayanan yang
akan diberikan berdasarkan hasil RDS.
BUKU 1 – UMUM 37
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Menuliskan kesimpulan dari pengamatan dan analisa yang telah dilakukan termasuk juga
memberikan saran-saran yang diperlukan.
BUKU 1 – UMUM 38
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) merupakan model pengadaan yang
digunakan dalam penyediaan infrastruktur publik dengan melibatkan pembiayaan dari pihak
swasta sebagai mitra pemerintah. Model KPBU berbeda dari model pengadaan publik
tradisional.
Alasan untuk memilih skema KPBU dan bukannya model pengadaan publik tradisional adalah
karena skema ini dapat memberikan Nilai Manfaat Uang (Value for Money/VfM) yang lebih baik.
Oleh karenanya, isu penting yang perlu ditindaklanjuti adalah menemukan pemicu/driver utama
dari VfM dari proyek KPBU tersebut, dan yang paling penting untuk menganalisis hubungan
antara driver utama dengan gagasan kompleks dari VfM.
Pengujian VfM menjadi bagian penting dari pengembangan proyek KPBU. Jika suatu proyek
tidak memberikan nilai manfaat uang bagi sektor publik maka proyek tersebut tidak seharusnya
dilaksanakan dengan skema KPBU. Analisis nilai manfaat uang dapat dilakukan secara
kuantitatif (numerikal) dan/atau kualitatif (subyektif, atau berdasarkan penilaian).
Penilaian kinerja adalah faktor penting di dalam suatu organisasi, termasuk juga untuk
organisasi sektor publik. Sejauh ini, pengukuran kinerja yang digunakan oleh organisasi sektor
publik, adalah pengukuran kinerja yang tradisional. Metode ini memusatkan pada aspek
keuangan saja. Namun dengan menggunakan metode VfM, capaian tidaklah hanya diukur dari
aspek keuangan saja, tetapi juga dari aspek non keuangan, yaitu kepuasan pelanggan, operasi
bisnis internal, dan aspek tumbuh dan berkembang.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama dan dua elemen tambahan.
1. Elemen Utama :
a. Ekonomi, pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value. Ekonomi
terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari value yang dinyatakan dalam
satuan moneter pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
BUKU 1 – UMUM 39
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
perbandingan output dengan input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target
yang telah ditetapkan.
2. Elemen Tambahan:
a. Keadilan, mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama
untuk mendapatkan pelayanan publik berkualitas dan kesejahteraan ekonomi.
Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi publik diantaranya:
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input.
4. Alokasi belanja yang lebih berorientansi pada kepentingan publik.
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.
Dalam pelaksanaan KPBU, tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM)
adalah untuk membandingkan dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan
usaha) terhadap alternatif penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public
Sector Comparator – PSC). Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value
(NPV) PSC dengan NPV KPBU (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah positif, maka proyek tersebut
memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif, maka skema tersebut tidak dipilih.
Pengujian VfM dilakukan dengan membandingkan perkiraan biaya pengadaan proyek oleh
sektor publik (cara tradisional) dengan perkiraan biaya pengadaan proyek melalui skema
KPBU. Pengadaan proyek oleh sektor publik disebut Public Sector Comparator (PSC). PSC dan
KPBU dibandingkan dari sudut pandang penganggaran pemerintah. Suatu proyek KPBU
memberikan nilai manfaat uang jika proyek dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan
oleh Pemerintah. Hal ini terjadi jika biaya melalui skema KPBU lebih rendah daripada PSC.
BUKU 1 – UMUM 40
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Pencapaian VfM dalam proyek KPBU dapat terjadi melalui kompetisi yang efektif diantara
Badan Usaha potensial dan, pada proyek yang melibatkan uang publik melalui kajian VfM
terhadap biaya dan manfaat dari proyek KPBU.
Cara bagaimana kajian VfM dilakukan di akhir proses pengadaan tergantung pada apakah
proyek KPBU tersebut merupakan proyek yang didanai total oleh Badan Usaha (financially free-
standing project) atau tergantung juga pada dana publik.
Pada proyek kerjasama seperti ini maka Badan Usaha harus menutupi semua biaya
investasinya dengan tarif yang dikenakan pada pengguna akhir. Sektor publik
memainkan peran dalam fasilitasi saja dan tidak melibatkan anggaran publik. Oleh
karena itu menjadi tanggungjawab Badan Usaha dalam menetapkan apakah proyek
tersebut layak secara komersial dan layak untuk investasi.
PJPK harus memiliki pendekatan yang tepat dalam menetapkan tarif pengguna dan
membangun mekanisme pembayaran yang harus mempertimbangkan juga kebijakan
pemerintah, tujuan proyek dan menjaga kepentingan publik. VfM tercapai melalui proses
pengadaan yang kompetitif berdasarkan prinsip penawaran yang paling menguntungkan
secara ekonomi.
Pembiayaan publik dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan hibah dan/atau subsidi.
Issue pada bagian (a) diatas juga berlaku untuk jenis proyek ini, namun pendapatan
utama tidak hanya dari tarif pengguna namun juga dari sektor publik.
Namun, oleh karena proyek ini melibatkan dana publik, maka proyek ini harus sebesar-
besarnya merepresentasikan kepentingan publik. Untuk alasan ini maka manfaat dari
penyertaan dana dalam proyek KPBU ini harus dibandingkan dengan manfaat yang
didapatkan jika proyek tidak dilanjutkan. Prioritas kebijakan akan menjadi pertimbangan
penting dalam hal ini. Subsidi publik dapat diterapkan dalam beberapa bentuk termasuk
hibah modal dan dukungan pendapatan.
Dalam hal sektor publik sebagai penyandang dana utama maka kajian VfM secara
detail/rinci sangat direkomendasikan di akhir masa pengadaan. Kajian ini harus
membandingkan antara biaya dan manfaat (dalam aspek moneter dan non-moneter)
dari proyek KPBU ini terhadap biaya dan manfaat jika proyek dilakukan secara
trandisional (tidak melalui skema KPBU).
BUKU 1 – UMUM 41
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding), bertujuan untuk memperoleh masukan dan
tanggapan terhadap KPBU dari para pemangku kepentingan. Beberapa hal yang diharapkan
didapat dari kegiatan penjajakan minat pasar ini adalah:
a. Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang
diperoleh dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup
ketertarikan investor potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan,
risiko utama yang menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
c. Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,
diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur
perolehan penjaminan, dan lainnya.
d. Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang
sehat dalam pengadaan proyek KPBU.
• Dapat memberikan indikasi penawaran proyek dan untuk menyoroti kendala komersial yang
potensial.
• Sebagai kesempatan untuk promosi memasarkan proyek KPBU potensial kepada investor
potensial.
• Menghemat waktu dan upaya melalui penajaman pada kegiatan pengadaan nanti;
BUKU 1 – UMUM 42
PENYUSUNAN TOOLKIT KPBU BERBASIS WEBSITE 2016
BUKU 1 – UMUM 43