Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

ANALYZER
GAS CHROMATOGRAPHY

Dibuat oleh :
Nama : Syafira Alya Rafidah
NIM : 161440038
Program Studi : Teknik Instrumentasi Kilang
Konsentrasi : Instrumentasi dan Elektronika
Diploma : IV (Empat)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
PEM Akamigas
Gas Chromatography

Salah satu fungsi instrumentasi sebagai analisis yang berfungsi menganalisa

produk apakah sudah memenuhi spesifikasi yang diinginkan dan ditentukan. selain

itu fungsi ini juga untuk menganalisa air buangan apakah masih mengandung zat-

zat yang berbahaya bagi lingkungan.

Chromatography ditemukan oleh ilmuwan rusia bernama Mikhail

Semenovich Tswett pada tahun 1906. Istilah chromaptograph diambil dari bahasa

Yunani yang berarti lukisan warna (chromato dan graphein). Berawal dari

percobaannya memisahkan pigmen tumbuhan dengan melarutkan klorofil dalam

ether dan kemudian disaring dengan sebuah kolom absorber (CaCO3). Tswett

menemukan bermacam-macam zona berwarna akibat pigmen-pigmen yang

terpisah berdasarkan adsorpsinya.

Chromatography meruapakan suatu metode yang digunakan untuk

memisahkan komponen-komponen didalam sampel yang didistribusikan antara dua

fasa, yang satu diam atau stasioner dengan luas permukaan yang besar dan fase

bergerak yang mengalir melalui fase diam. Chromatography yang menggunkan gas

sebagai fase bergeraknya disebut gas chromatography. Sampel yang diuapkan dan

mengalir bersamaan fase gas yang bergerak disebut gas pengangkut (carrier gas)

melalui kolom. Sampel akan terpartisi dalam fase diam berdasarkan kelarutannya

pada temperature operasi. Sedangkan komponen-komponen dalam sampel akan

terpisahkan berdasarkan tekanan uap relatif dan afinitasnya terhadap fase stasioner.
1. On-Line Gas Chromatograph Analyzer

Berfungsi menganailisis komposisi dan menghitung konsentrasi komponen

dari suatu produk. Analyzer ini sangat diperlukan dalam mengontrol kualitas

produk, sehingga diharapkan menghasilkan produk yang sempurna sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan. Analyzer ini biasanya dipakai di dalam industri

minyak, Petrokimia maupun pabrik kimia.

Dengan pemasangan On Line Gas Chromatograph Analyzer, fluktuasi

kualitas dari produk dapat dijaga karena analyzer ini secara langsung mengirim data

hasil analisis secara terus meneerus seiama 24 jam. Data yang dikirim berupa sinyal

standar yang dikirim ke ruang pengendali untuk dijadian indikasi maupun input

kontrol, Sehingga operator dapat mengetahui dengan cepat apakah produk yang

dihasilkan telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan dan standar yang berlaku

tanpa mentinggu hasil anailisis dari laboratorium.

2. Prinsip Dasar Gas Chromatograph

Kromatografi adalah suatu cara untuk memisahkan suatu campuran gas yang

kompleks menjadi masing-masing komponen penyusunnya. Prinsip pemisahan

dalam gas kromatografi adalah terdistribusinya komponen yang akan dipisahkan

antara dau fase, fase diam dan fase bergerak.

Fase diam yang berupa padatan (solid packing) yang dipisahkan dari dinding

kolom dengan gas pembawa yang bersifat inert.(Anang Sunandi7:7)


Komponen-

komponen tersebut akan mengalami partisi diantara gas pembawa dan padatan dari

fase diam. Padatan tersebut secara selektif akan memisahkan komponen dari sampel

menjadi komponen murni sesuai dengan berat molekul dan titik didih dari

komponen tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan dari
masing-masing komponen, dan membuat perbedaan waktu yang disebut dengan

retensi (retention time) yang akan digunakan untuk mengidentifikasi jenis

komponen yang diukur.

Gambar 1 Proses Pengukuran yang terjadi didalam Gas Chromatograph.

Komponen-komponen yang sudah terpisahkan akan dibawa oleh carrier gas

menuju detector sesuai dengan waktu retensi dari masing-masing komponen untuk

diukur konsentrasi dari masing-masing komponen. Detector akan menghasilkan

sinyal elektrik yang sebanding dengan konsentrasi masing-masing komponen.

Sinyal ini kemudian dikirimkan ke chromatograph controller untuk dihitung loas

area peuncaknya (peak area), sehingga output yang dihasilkan dari alat ini

merupakan gambar puncak / chromatogram yang akan dikirimkan menuju

recorder, sedangkan untuk sinyal elektrik yang dihasilkan oleh detector akan

dikirimkan menuju DCS sebagai imdikasi atau input controller. Berikut merupakan
gambar 1 yang menunjukkan proses pengukuran yang terjadi didalam gas

chromatograph.

3. Detector

Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengukur komponen-komponen

murni yang telah dipisahkan kolom dan menghasilkan sinyal elektrik yang

kemudian dikirim ke perangkat elektronik (Chromatogrph Controller) untuk diolah

lebih lanjut menjadi sinyal standar. Untuk pemilihan detektor yang tepat dan sesuai

dengan pemakaian, maka harus disesuaikan dengan tipe dan konsentrasi dari

komponen yang akan diukur7:50). Berikut merupakan gambar yang menjelaskan

tentang panduan pemilihan detector yang disesuaikan dengan tipe dan konsentrasi

dari setiap komponen yang diukur.

Gambar 2 Aplikasi detector pada proses gas chromatograph

Terdapat lima tipe detector yang biasa digunakan, yaitu:

 Thermal Conductivity Detector (TCD)


TCD (Thermal Conductivity Detector) adalah detektor yang terdiri dari kawat

filamen yang dipanaskan dalam suhu yang terkontrol. Detektor ini bekerja jika ada

perubahan panas yang mengalir melalui detektor, perubahan panas tersebut akan

mempengaruhi resistansi dari kawat filamen tersebut. Detektor TCD secara umum

dapat mengukur atau mendeteksi Udara, Hydrogen, Hydro Carbon, Carbon,

Monoksida, Nitrogen, Oksida Belerang, Gas anorganik dan senyawa lainnya.

Sensitivitas detector ini lebih rendah dibanding dengan Flame Ionisasi Detektor

(FID).

TCD bekerja berdasarkan pada prinsip konductivitas panas yang tergantung

pada komposisi dari gas. Sampel akan dibawa oleh gas pembawa (Carrier Gas)

menuju ke saluran pengukuran, yang terdiri dari dua saluran. Saluran pertama akan

mengukur sampel dan gas pembawa (Carrier Gas) sedangkan saluran kedua hanya

akan mengukur kemurnian dari gas pembawa (Carrier Gas). Perbedaan

konduktivitas panas dari hasil pengukuran akan menghasilakn tegangan yang

sebanding dengan perbedaan konsentrasi dari komponen sampel yang diukur.

Rangkaian TCD menggunakan prinsip jembatan Wheatstone seperi gambar

dibawah ini:

Gambar 3 Rangkaian TCD (Thermal Conductivity Detector)


Rangkaian jembatan wheatstone terdiri dari empat buah resistor yang

dihubungkan membentuk dua rangkaian yang paralel dengan tegangan input yang

tetap3). Untuk mengukur perbedaan tegangan dipasang Galvanometer. Pengukuran

dengan metode jembatan setimbang sangat cermat dan bermanfaat untuk

pengukuran resistansi.

Rangkaian jembatan wheatstone memerlukan harga tahanan yang sudah

diketahui secara pasti yaitu untuk R2 dan R3. Tahanan variabel R4 digunakan untuk

menyeimbangkan jembatan, sedangkan tahanan R1 menyajikan harga tahanan yang

diukur.

Gambar 4 Rangkaian Jembatan Wheatstone


Dimana:

𝑉𝑖𝑛 = 𝑉𝐴𝐵𝐶 = 𝑉𝐴𝐷𝐶

𝐼𝐴𝐵𝐶 (𝑅1 + 𝑅2 ) = 𝐼𝐴𝐷𝐶 (𝑅4 + 𝑅3 )

Tegangan drop pada AB dan AD dapat dihitung dengan:

𝑉𝑖𝑛
𝑉𝐴𝐵 = 𝐼𝐴𝐵𝐶 𝑅1 = 𝑅
𝑅1 + 𝑅2 1

𝑉𝑖𝑛
𝑉𝐴𝐷 = 𝐼𝐴𝐷𝐶 𝑅4 = 𝑅
𝑅4 + 𝑅3 4
Dengan persamaan diatas, maka besar teganag pada galvanometer (Vg)

dapat diperoleh dengan:

𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑔 = 𝑉𝐴𝑏 − 𝑉𝐴𝐷 = 𝐼𝐴𝐵𝐶 𝑅1 = 𝑅1 − 𝑅
𝑅1 + 𝑅2 𝑅4 + 𝑅3 4

(𝑅1 𝑅3 )−(𝑅2 𝑅4 )
𝑉𝑔 = ( 𝑅1 +𝑅2 )(𝑅4 +𝑅3 )
𝑉𝑖𝑛

Dengan persamaan diatas maka pada saat jembatan seimbang output pada

Galvanometer (Vg) adalah Nol. Pada pengukuran dengan TCD senyawa kimia aktif

seperti asam dan senyawa terhalogenasi harus dihindari karena akan merusak

filamen pada TCD dengan merubah resistansi secara permanen sehingga akan

mengurang sensitivitas dari filamen itu sendiri. Zat pengoksidasi juga harus

dihindari seperti oksigen juga dapat merusak filamen, oleh karena itu kebocoran

harus dihindari.

Untuk mendapatkan respon yang optimal dari pemakaian TCD ada beberapa

faktor yang harus diperhatikan antara lain:

- Suhu blok detektor

- Laju aliran gas pembawa (Carrier Gas).

- Resistansi dari filamen

Pada Gas kromatografi yang menggunakan TCD, gas pembawa yang

digunakan untuk mentransfer sampel melalui kolom dan masuk ke detektor maupun

sebagai gas referensi harus sama atau sejenis. Pada setiap gas kromatografi, gas

pembawa harus bersifat inert dan tidak dapat diserap oleh bahan kolom. Helium,

Nitrogen, Argon, Hidrogen adalah biasanya digunakan sebagai gas pembawa

karena mempunyai conductivitas thermal yang tinggi.


Pemakaian gas pembawa tersebut tergantung pada zat di dalam sampel. TCD

akan berkerja ketika ada perbedaan konduktivitas panas antara gas pembawa dan

sampel. Seperti pada Gas Kromatografi pada umumnya untuk memeriksa kesalahan

pengukuran maupun linearitas diperlukan kalibrasi dengan gas standar. Untuk

mendapatkan hasil analisis yang optimal, maka diperlukan gas yang kualitasnya

baik, dengan kemurnian yang tinggi. (Linde Group) merekomendasikan kualitas

gas untuk analisis gas Kromatografi dengan TCD. Berikut merupakan spesifikasi

Carrieir gas yang di rekomendaasikan.

Tabel 1 Spesifikasi Gas yang Direkomendasikan Linde Group

Instrument He 4.6 Instrument N2 5.0 Instrument Ar 5.0 Instrument H2 4.5

O2 ≤ 5 𝑝𝑝𝑚 ≤ 3 𝑝𝑝𝑚 ≤ 2 𝑝𝑝𝑚 ≤ 5 𝑝𝑝𝑚

CnHm ≤ 1 𝑝𝑝𝑚 ≤ 1 𝑝𝑝𝑚 ≤ 0.2 𝑝𝑝𝑚

H2O ≤ 5 𝑝𝑝𝑚 ≤ 3 𝑝𝑝𝑚 ≤ 3 𝑝𝑝𝑚 ≤ 5 𝑝𝑝𝑚

N2 ≤ 5 𝑝𝑝𝑚

Product
2057 2093 2007 2065
Code

 Hot Wire Filament Detector (FD)

Prinsip operasi dari Hot Wire Filament Detector sangat mirip dengan TCD.

Perbedaannya hanya pada TC detektor yang menggunakan koil yang kecil dari

kawat halus yang dipanaskan dengan arus listrik. Pada saat komponen thermal

conductivity yang keluar dari kolom lebih rendah, suhu dan nilai tahanan dari pada

koil berubah. Karena hot wire filament detector beroperasi pada suhu yang lebih

tinggi dari pada TCD, mempunyai keuntungan lebih sensitif sehingga dapat
digunakan pada pemakaian suhu yang lebih tinggi. Kerugian pada tipe detektor ini

adalah filamen panas akan rusak jika aliran gas pembawa berhenti. Untuk

mencegah hal ini terjadi maka pada pada filamen dipasang Automatic shutdown

switch ketika aliran gas pembawa berhenti.

Gambar 5 Hot Wire Filament Detector

 Flame Ionization Detectors (FID)

Flame Ionization Detector adalah jenis detektor yang biasa dipakai untuk

pengukuran konsentrasi yang kecil (ppm) dari pada karbon. Gas pembawa yang

meninggalkan kolom dicampur dengan gas hidrogen kemudian dibakar. Senyawa

yang mengandung karbon ketika dibakar menghasilkan ion karbon dan arus

dihantarkan melalui nyala api.

Kawat ram yang mengelilingi nyala api akan menampung arus yang

dihantarkan melalui nyala api karena komponen yang meninggalkan kolom dibakar

dan ion akan terbentuk. Jumlah ion yang terbentuk, sampai arus dihantarkan, kira-

kira sebanding dengan jumlah dari atom pada karbon di dalam nyala api. Metode

ini sangat sensitif dan dapat mengukur konsentrasi rendah dalam satuan ppb (part

per billion). Dibuthkan kemurnian udara instrumen diharuskan bebas dari

hidrokarbon untuk pengoperasian yang stabil pada detektor.


Gambar 6 Cara Kerja Flame Ionization Detector

 Flame Photometric Detector (FPD)

Flame Photometric Detektor (FPD) digunakan untuk mengukur jumlah yang

kecil pada senyawa yang mengandung sulfur dan phosphorous. Pada prakteknya

analisis senyawa yang mengandung phosphorous didalam plan sangat jarang.

Operasi dari FPD serupa dengan FID yaitu carrier gas yang meninggalkan

kolom dicampur dengan hidrogen dan dibakar. Senyawa yang mengandung sulfur

akan mengurangi nyala api yang menghasilkan cahaya biru. Cahaya ini

dikumpulkan menggunakan lensa. Dan kabel fiber optik mengirimkan cahaya ke

tabung photomultiflier yang mengukur jumlah photons melewati filter optic 394nm.

Ciri khas FPD detektor termasuk pengukuran senyawa sulfur yang kecil di dalam

bahan bakar gas dan mengukur kandungan sulfur yang tidak diinginkan pada

produk kimia.
Gambar 7 Cara kerja Flame Photometric Detector

 Photo Ionizaation Detector (PID)

Photo Ionization Detector baru-baru ini telah digunakan pada proses

kromatografi untuk mengukur impurities yang kecil pada produk kimia, untuk

memonitor senyawa yang berbahaya di dalam memonitor udara, dan untuk

mengukur konsentrasi yang rendah dari material yang mengandung racun di dalam

limbah air untuk lindungan lingkungan. Keuntungan menggunakan detektor ini,

dibandingkan dengan FID adalah sangat sensitif tehadap berbagai kelas dari pada

senyawa didalam konsentrasi ppm yang rendah dan tidak memerlukan hidrogen

untukpengoperasiannya.

Tipe detektor ini beroperasi dengan cara yang mirip dengan FID dalam

molekul terionisasi yang digunakan untuk menghantarkan arus melalui gas. PID

menggunakan sumber lampu yang berenergi tinggi untuk ionisasi komponen yang

telah murni yang keluar dari kolom. Syarat utama untuk medeteksi molekul adalah

potensial ionisasi di dalam elektron volt, harus dibawah energi dari photon yang

dipancarkan lampu.
4. Kolom

Kolom adalah tempat terjadinya interaksi antara komponen sampel dan isi

kolom. Kolom berfungsi memisahkan komposisi sampel menjadi komponen murni.

Pemilihan kolom yang sesuai sangat diperlukan, karena merupakan faktor penting

untuk menghasilkan kromatogram yang baik6:12). Kolom memiliki bentuk yang

bermaca-macam, seperti: Lurus, Bengkok, misalnya berbentuk U, V, atau W,

Kumparan Bahan dari kolom dibuat dari tembaga (copper), plastik (digunakan

untuk suhu rendah), stainless steel, aluminium atau kaca. Ada dua jenis kolom6:13)

yang biasa dipakai pada kromatografi yaitu:

- Kolom paked (packed column)

Ada dua macam paked kolom, yaitu kolom patisi (partition column) dan

kolom adsorpsi (adsorption column). Bentuknya adalah tabung, yang berisi partikel

padatan inert yang dilapisi dengan suatu cairan, sedangkan kolom adsorpsi,

bentuknya tabung dan didalamnya diisi dengan partikel adsorpsi. Kolom ini biasa

digunakan untuk analisis hidrokarbon suhu rendah (C1-C4).

Gambar 8 Packed Coloumn


- Kolom Kapiler (capillary colum)

Kolom kapiler disebut juga open tubular kolom, yaitu berupa tabung kapiler

dengan diameter ujung yang sangat kecil, pada dinding bagian dalam dilapisi

denganlapisan film tipis dari fase cairan. Kolom ini mempunyai daya resolusi

(pemisah) tinggi karena dapat mencegah terjadinya pressure drop, dengan panjang

20-100m.

Gambar 9 Capillary Coloumn

5. Pembacaan Output Chromatograph

Pada proses kromatografi sinyal yang dihasilkan oleh detektor dikuatkan oleh

amplifier dan dikeluarkan dalam bentuk gambar puncak. Sebelum sampel

dimasukan, detektor yang dihubungkan dalam jembatan wheatstone seimbang,

sehingga keluaran dari amplifier adalah nol dan indikasi yang tampak pada pencatat

(recorder) adalah garis dasarnya saja (base line)7:62). Setelah beberapa detik puncak

kecil mungkin tampak pada pencatat. Puncak ini disebut puncak udara (air peak).

Karena oxygen hanya kecil sekali dapat larut dalam liquid phase, udara akan

melewati kolom dengan kecepatan yang sama dengan gas pembawa. Puncak dari

udara penting diperhitungkan yaitu untuk koreksi waktu retensi yang sebenarnya

(real retention time). Jadi waktu retensi yang sebenarnya dari komponen adalah
selisih antara waktu retensi dengan waktu retensi udara. Puncak dari sampel muncul

setelah puncak udara dan akan menimbulkan ketidak seimbangan pada detektor

sehingga terjadi kenaikan indikasi pada pencatat yang menyatakan konsentrasi

komponen yang diukur.

Terdapat tiga hal yang menyebabkan retention time puncak berubah antara

lain: perubahan aliran carrier gas, perubahan temperature pada ovem dan adanya

kerusakan pada coloumn. Berikut merupakan contoh gambar puncak yang

dihasilkan oleh chromatograph.

Puncak pada chromatogram

Luas area dari puncak akan berbanding lurus dengan konsentrasi komponen,

dimana:

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 × 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟

Puncak dari sampel pada chromatogram yang menyatakan konsetrasi dari

komponen yang diukur juga merupakan output dari On-Line Gas Chromatograph

Analyzer yang berupak sinyal standard 4-20mA DC sebagai input DC.

Anda mungkin juga menyukai