Anda di halaman 1dari 18

KROMATOGRAFI GAS

(GAS CHROMATOGRAPHY)
Mudasir
Lab. Kimia Analitik, Jurusan Kimia,
FMIPA UGM
1. Pendahuluan
• Gas chromatography
- Kromatografi gas-padat (Adsorpsi): Gas-solid chromatography
(GSC)
- Kromatografi gas-cair(partisi): Gas-liquid chromatography (GLC)
(lebih banyak dipakai dan lebih penting)
• GC adalah teknik pemisahan yang relatif penting di bidang Kimia,
khususnya Kimia Organik sejak dikembangkan pada th. 1952
• Benzena dan sikloheksana (Td: 80,1 dan 80,8 oC) dapat
dipisahkan dengan sangat mudah dengan metode GC, tetapi
dengan pemisahan konvensional seperti destilasi jelas ini tidak
mungkin dilakukan.
2. PRINSIP KERJA GC
• Sampel diubah dalam keadaan uap (jika belum
berupa gas) sedangkan eluennya (gas pembawa)
berfasa gas.
• Fasa tetap umumnya berupa cairan yang tidak
volatil yang dilekatkan pada padatan pendukung
yang inert (contoh: chromosorb-W dan
chromosorb-P, dll) atau tanah diatome.
• Ada banyak fasa tetap cair tersedia. Untuk
mendapatkan pemisahan yang sempurna dapat
diatur dengan memilih fasa tetap cairnya
Schematic Diagram of
GC Instrumentation
Flow meter
Sampling side
Reference side Ventilation

Detector

Container/ Column
Carrier gas/
Mobile phase Thermostat Heater Recorder

Fig. Schematic Diagram of


Injector
GC Instrumentation
Gas Chromatograph
3. PROSEDUR ANALISIS
• Sampel diinjeksikan ke dalam aliran gas dengan syringe
• Tempat injeksi, kolomdan detektor dipanaskan pada temperatur dimana
sampel mempunyai tekanan uap minimum 10 torr.
• Tempat injeksi dan detektor biasanya dibuat sedikit lebih panas
dibandingkan dengan temperatur kolom untuk mempercepat penguapan
sampel dan untuk mencegah kondensasi sampel pada detektor
• Ukuran sampel: Cairan = 0,1 – 10 L, Gas= 1-10 mL
• Pemisahan terjadi akibat partisi komponen sampel di antara fasa gerak
gas dan fasa tetap cairan sebagaimana pada proses kromatografi pada
umumnya.
• Carrier Gas (gas pembawa): gas-gas yang secara kimia inert dan tersedia
dengan kemurnian tinggi.
- Gas dengan kerapatan tinggi memberikan efisiensi terbaik, tetapi
gas dengan kerapatan rendah dapat mengalir lebih cepat.
- Pemilihan gas pembawa ditentukan oleh jenis detektor yang dipakai
Prosedur … (Lanjutan)
• GC dapat digabung dengan Spektrometri Massa
(MS): GC-MS
Aliran gas+sampel yang telah dipisahkan dalam
kolom (fasa diam) dialirkan ke alat spektrometri
massa yang akan mengidentifikasi komponen
analit dalam sampel berdasarkan massa seyawa
(Mr) dan bentuk-bentuk pecahannya/
fragmentasinya.
Teknik ini disebut Gas Chromatography-Mass
Spectrometry (GC-MS)
Kolom GC (Fasa Diam)
• Bentuk: (1) Tabung bentuk-U, (2) Tabung bentuk-
W dan (3) Tabung bentuk koil (kumparan). Tabung
terbuat dari Stainless Steel atau gelas (kaca).
• Jenis Kolom
- Packing: 1-2 m, diameter = 0,3 – 1,0 cm
- Kapiler: 20 m atau lebih, diameter = 0,1 cm
- Support Coated Open Turbular (SCOT), diameter
= 0,05-0,15 cm, memberikan plat teoritis >
10.000, sangat efisien
5. Detektor GC
Ada lebih dari 40 jenis detektor GC yang bekerja berdasarkan
sensitivitas konsentrasi atau sensitivitas massa. Berikut adalah
beberapa contoh detektor GC yang paling sering dipakai
• 5-1 Detektor Penghantar Panas atau Kawat Panas (Thermal
Conductivity or hotwire detector)
Jika gas dilewatkan pada kawat filamen panas ini, maka temperatur
dan daya hantar akan berubah-ubah sesuai dengan konduktivitas
panas gas yang lewat
Carrier gas yang baik untuk detektor jenis ini adalah hidrogen dan
helium karena kedua gas tersebut mempunyai konduktivitas panas
yang tinggi (53,4 x 10-5 dan 41,6 x 10-5 cal/oC .mol pada 100 oC untuk
H dan He), sedangkan gas-gas lain kira-kira 1/10-nya.
5-2. Detektor nyala hidrogen atau photometri nyala
(Hydrogen Flame or Flame Photometric Detector)

Detektor ini dapat dipakai apabila carrier gasnya


hidrogen. Gas hidrogen yang keluar dari kolom
dibakar sampai nyalanya tidak berwarna, ketika
komponen sampel yang dipisahkan keluar dari kolom
dan masuk ke detektor akan mengalami eksitasi
dankembali ke keadaan groundstate sambil
meradiasikan cahaya yang akan dideteksi oleh suatu
photocell
5-3 Detektor Ionisasi Nyala
(Flame Ionization Detector)
Kebanyakan senyawa (organik) yang dipisahkan akan
terionisasi dalam nyala. Bentuk ion inilah yang menjadi dasar
kerja dari detektor yang sangat sensitif ini. Banyaknya ion
yang terbentuk diukur oleh sepasang elektroda dengan
muatan berlawanan.
Detektor ini sangat sensitif shg memungkinkan pengukuran
konsentrasi komponen dalam skala ppb (part per billion).
Detektor ini tidak begitu bergantung pada jenis carrier gas
tetapi yang banyak dipakai sebagai carrier gas adalah Helium,
Nitrogen dan Argon
5-4 Detektor Termionik Nyala
(Flame Thermionic Detector)
Pada dasarnya sama dengan FID dua tingkat yang didesain
untuk meningkatkan respon terhadap senyawa-senyawa yang
mengandung fosfat dan halogen

5-5 Detektor Sinar- atau Ionisasi Argon


Sampel diionkan dengan cara menembak sampel tersebut
dengan sinar-yang berasal dari sumber radioaktif (misal Sr).
Carrier gas yang digunakan adalah argon. Oleh partikel sinar-
argon dieksitasi ke keadaan metastabil. Molekul sampel
akan terionkan pada saat menumbuk argon yang tereksitasi.
Selanjutnya ion yang terbentuk dideteksi sebagaimana pada
detektor FID
5-6 Detektor Penangkap Elektron
(Electron Capture Detector)
Sensitif untuk senyawa-senyawa yang
mengandung atom-atom electronegatif.
Desainya sama dengan detektor sinar-,
tetapi carrier gas yang dipakai H2 dan N2. Gas-
gas ini mempunyai energi eksitasi yang rendah
sehingga hanya senyawa-senyawa dengan
afinitas elektron tinggi saja yang akan
terionkan dengan menangkap elektron.
5-7 Detektor Kolometri
(Coulometric Detector)
• Dikembangkan pada Th. 1960 oleh Coulson dan staff.
• Pada mulanya didesain untuk mendeteksi senyawa yang mengandung
klor (Cl) dan digunakan secara luas untuk analisis pestisida.
• Gas yang keluar dari kolom (fasa diam) dilewatkan oven 800 oC
sehingga akan terbakar dan menghasilkan gas HCl yang kemudian
dialirkan/diserap oleh suatu sel yang mengandung AgNO3. Sel
dilengkapi dengan suatu elektroda yang dapat mendeteksi
berkurangnya konsentrasi Ag+ dalam larutan sel akibat mengalami
pengendapan sebagai AgCl ketika menyerap/bereaksi dengan gas HCl
yang lewat.
• Senyawa-senyawa yang mengandung sulfur, fosfor dan nitrogen
dideteksi dengan cara yang sama:
Cl → HCl + Ag+ → AgCl P → PH3 + Ag+ → Ag2PH
S → H2S + Ag+ → Ag2S N → NH3 + H+ → NH4+
Persamaan Van Deempter
Van Deempter menunjukkan bahwa melebarnya puncak pada suatu kromatogram
adalah penjumlahan dari efek-efek yang saling tidak bergantung yang berasal dari
berbagai sumber. Efek-efek ini dirumuskan dalam persamaan Van Deempter:

HETP = A + B/ + C
Dimana,
A: Efek diffusi Eddy, disebabkan oleh bervariasinya jarak tempuh fasa gerak
dalam kolom, tidak bergantung pada kecepatan alir gas pembawa, tetapi
karakteristik terhadap jenis partikel dan pengisi kolom.

B: Diffusi longitudinal atau molekular sampel dalam fasa gerak, merupakan


fungsi jenis sampel dan gas pembawa, tetapi karena jenis sampel dalam suatu
campuran adalah tetap, maka satu-satunya cara untuk mengoptimasi harga B
adalah dengan mengubah jenis, tekanan dan kecepatan alir gas pembawa.

C: Laju tansfer masa, akibat perbedaan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
kesetimbangan yang terlarut diantara dua fasa, dipengaruhi oleh partisi/adsorspsi
zat terlarut pada permukaan fasa tetap
Pengaruh parameter A, B dan C terhadap
HETP sebagai fungsi kecepatan alir

HETP = A + B/ + C
Typical Gas Chromatogram of
Hydrocarbon Separation

Anda mungkin juga menyukai