Anda di halaman 1dari 44

SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 1

PERTOLONGAN PERTAMA

Pengertian
Adalah suatu bantuan / tindakan awal pertolongan yang diberikan kepada
korban cedera atau sakit mendadak sebelum bantuan terlatih tiba.
Bantuan terlatih adalah dokter, perawat, petugas ambulans, dsb.

Tujuan Pertolongan Pertama


Tujuan pertolongan pertama adalah:
a. Menyelamatkan jiwa
b. Mencegah kondisi memburuk atau cacat
c. Menunjang penyembuhan

1. PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA


a. Pengertian
Pelaku pertolongan pertama adalah seseorang (penolong) yang pertama kali
tiba ditempat kejadian, dan melakukan tindakan untuk membantu korban
dimana penolong memiliki kemampuan dalam penanganan kasus gawat
darurat dan terlatih untuk pertolongan pertama tingkat dasar.

1
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 2

b. Kewajiban Pelaku Pertolongan


Adapun kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku pertolongan pertama
adalah:
 Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitar.
 Menjangkau penderita / korban
 Mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
 Meminta bantuan / rujukan
 Memberikan pertolongan pada korban
 Membantu pelaku pertolongan lainnya
 Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita
 Berkomunikasi dengan petugas lain yang terlibat
 Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan ke tempat yang
lebih baik / klinik / rumah sakit.

c. Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama


Kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pelaku pertolongan pertama
adalah:
 Jujur dan bertanggung jawab
 Berlaku / bertindak profesional
 Mempunyai kematangan emosional
 Kemampuan bersosialisasi
 Kemampuannya nyata dan terukur

2. PERALATAN DASAR PELAKU PENOLONG PERTAMA


a. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri sangat penting bagi pelaku pertolongan pertama, karena
dapat mencegah penularan penyakit seperti Hepatitis, TBC, HIV, AIDS dan
penyakit lainnya.
Beberapa jenis alat pelindung diri yaitu:

 Sarung tangan

2
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 3

 Kaca mata pelindung

 Baju pelindung

 Masker Penolong

 Masker RJP
 Helmet

b. Peralatan Pertolongan Pertama


Macam – macam peralatan yang dapat dipergunakan untuk pertolongan
pertama yaitu:
1) Penutup Luka
 Kasa Steril
 Pembalut cepat / Pembalut segitiga

2) Pembalut Luka
 Pembalut gulung kassa

3
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 4

 Pembalut gulung elastis


 Pembalut perekat
 Pembalut perekat cepat
3) Cairan Antiseptik (Pembersih Luka)
 Povidone Iodine ( Betadine )
 Revanol
 Alkohol 70%
4) Peralatan Stabilisasi Korban
 Bidai leher
 Bidai alat gerak ( bidai kayu, airsplint)
 Papan spinal panjang / pendek
5) Gunting Pembalut
6) Pinset Anatomi
7) Senter Kecil
8) Selimut
9) Kartu Penderita
10) Peralatan Pengangkutan
 Tandu Lipat
 Tandu Skop
 Tandu Basket
 Tandu Trolly

c. ISI KOTAK P3K STANDART


 10 Plester
 1 perban steril ukuran sedang
 1 perban steril ukuran besar
 1 perban steril ukuran ekstra besar
 1 pembalut mata steril
 2 pembalut segitiga
 1 pembalut gulung crepe
 6 peniti

4
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 5

3. PRINSIP TINDAKAN DARURAT


a. Pemeriksaan Tempat Kejadian
Dalam pemeriksaan tempat kejadian, kita harus menganalisa hal – hal
seperti:
 Apakah tempatnya aman?
 Apa yang telah terjadi?
 Berapakah banyaknya korban terluka?
 Adakah penolong pertama yang sudah membantu?

b. Pemeriksaan awal / pemeriksaan dini / Primer pada Korban


(1) Tujuan dilakukannya pemeriksaan awal bagi korban
 Memeriksa kondisi yang mengancam kehidupan korban
 Menentukan tindakan yang diperlukan bagi korban

(2) Pedoman pada saat melakukan pemeriksaan korban


 Tetapkan tingkat kesadaran korban
 Awasi perubahan kondisi korban
 Amati perubahan warna kulit
 Amati dan catat masalah yang terlihat pada korban
 Pikirkan apakah ada cedera spinal
 Katakan kepentingan pemeriksaan
 Catat tanda vital
 Lakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki
 Tandai cedera spinal
 Jangan lakukan yang memperburuk keadaan

5
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 6

(3) Langkah – langkah pemeriksaan awal


 Tentukan tingkat kesadaran penderita dengan memberikan
rangsangan (respon)
 Posisi korban
 Bila tidak ada respon, tindakannya
 Nilai peredaran darah dengan cara meraba denyut nadi
 Meminta bantuan medis, dengan cara menghubungi ambulans,
dokter, rumah sakit, dan pihak berwajib

c. Meminta Bantuan Pelayanan Medik Darurat


Tata urutan dalam meminta bantuan pelayanan medik lewat telpon:
 Lokasi kejadian
 Nomer telpon pemanggil
 Nama pemanggil
 Apa yang terjadi
 Jumlah korban
 Kondisi korban
 Bantuan yang sudah diberikan

d. Pemeriksaan Fisik (sekunder) Seluruh Tubuh Korban


(1) Tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik seluruh tubuh korban
 Menemukan berbagai tanda (cedera) yang dialami korban
(2) Langkah – langkah pemeriksaan fisik :
 Tanya jawab dengan korban atau penolong pertama:
o Keluhan utama / sakit yang dirasakan
o Obat yang sudah diminum
o Makan / minum yang terakhir
o Penyakit yang diderita
o Apakah ada alergi
o Kejadian sebelum kedaruratan

6
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 7

 Pemeriksaan tanda – tanda vital


o Denyut nadi
o Pernapasan
o Suhu tubuh
o Kulit (apakah ada perubahan warna dan kelembabannya)
 Pemeriksaan kepala sampai kaki
o Kepala (termasuk wajah, telinga hidung)
- perdarahan
- kelainan bentuk
- cairan otak
- kebiruan
o Mata
- Apakah manik mata sama?
- Apakah manik mata bereaksi?
- Bagaimana warna kelopak mata?
o Dada dan bahu
- Apakah terasa nyeri?
- Apakah ada luka?
- Bagaimana tulang selangka?
o Perut
- Apakah terasa nyeri?
- Apakah ada luka?
- Apakah terasa kaku?
o Panggul
- Apakah terasa nyeri?
- Apakah ada luka?
o Anggota gerak
- Apakah ada kelainan bentuk
- Apakah sensasi
- Apakah ada pengisian kapiler
o Tanda peringatan medik

7
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 8

8
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 9

LANGKAH – LANGKAH PERTOLONGAN PERTAMA


1. Keselamatan
Untuk tindakan keselamatan, yang harus dilakukan adalah:
- menilai situasi kejadian (apa yg terjadi, bahaya yg sedang mengancam)
- melakukan tindakan pengamanan tempat kejadian
- memeriksa korban dan langkah penyelamatan
- mencari bantuan

2. Respon
Memberikan respon (dg suara atau rangsangan nyeri) pada korban untuk
pemeriksaan awal, dapat mengetahui tingkat kesadaran penderita,
sehingga memudahkan dalam tindakan pertolongan yang diperlukan.

3. Airway Control / Penguasaan Jalan Napas


Korban yang tidak sadar, lidah liangnya sering menyumbat jalan napas, hal
ini karena otot dasar lidah jatuh kebelakang. Adapaun tindakan untuk
membuka / membebashan jalan napas yaitu:
a. Tekan dahi, angkat dagu (TDAD) atau Head Tilt Chin Lift (HTCL)
 teknik ini dilakukan pada korban tanpa trauma kepala, tulang
leher dan tulang belakang
 pada bayi ekstensi kepala tidak boleh maksimal
 tangan jangan menekan jaringan lunak bawah dagu
 jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat dagu
 gigi palsu bila mengganggu di lepas

9
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 10

b. Mendorong Rahang Bawah (Jaw Trust Maneuver)


 digunakan jika korban mengalami / dicurigai trauma / patah
tulang leher, tulang belakang
 berlutut disisi atas kepala korban
 letakkan kedua siku penolong sejajar posisi korban, kedua tangan
memegang sisi kepala
 kedua sisi rahang bawah dipegang
 gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke
posisi depan secara pelan

4. Breathing Support / Bantuan Pernapasan


Bantuan pernapasan diberikan, jika korban tidak bernapas. Pemberian
pernapasan buatan berguna untuk merangsang paru-paru, sehingga akan
mengembang dan pernapasan berjalan normal.

Teknik pernapasan buatan ada 2 yaitu:


a. Dengan menggunakan mulut penolong, diantaranya:
- mulut ke mulut Resusitas Jantung Paru (RJP)
- mulut ke APD
- mulut ke mulut / hidung

b. Dengan menggunakan alat bantu yang disebut kantung masker berkatub

Frekuensi Pemberian Pernapasan Buatan:


1. Dewasa : 10-12 X pernapasan/menit, masing-
masing 15,2 detik
2. Anak (1-8 th) : 20 X pernapasan/menit, masing-masing 1-
1,5 detik
3. Bayi baru lahir (0-1 minggu) : 40 X pernapasan / menit

10
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 11

Bahaya bagi penolong yang melakukan pernapasan buatan dari mulut


ke mulut:
a. Penyebaran penyakit
b. Kontaminasi bahan kimia
c. Muntahan penderita

Tanda-tanda pernapasan pada korban:


a. Adekuat (mencukupi)
 Dada/perut bergerak naik/turun seirama dengan pernapasan
 Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut/hidung
 Penderita tampak nyaman
 Frekuensinya cukup 12 – 20 kali / menit

b. Kurang adekuat (kurang mencukupi)


 Gerak dada kurang baik
 Ada suara napas tanbahan
 Penderita tampak nyaman
 Sianosis (kulit kebiruan)
 Frekuensi kurang atau berlebihan
 Perubahan status mental

c. Tidak bernapas
 Tidak ada gerakan dada/perut
 Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/hidung
 Tidak terasa hembusan napas dari mulut/hidung

Teknik Pernapasan Buatan:


1) Respon korban

11
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 12

2) Jika perlu mintalah pertolongan

3) Buka jalan napas, gunakan teknik TDAD/Jaw Trust

4) Lakukan pemeriksaan napas, lihat – dengar – rasakan pernapasan


selama 3 – 5 detik

5) Jika penderita tidak bernapas, maka berikan 2 – 5 kali pernapasan


buatan secara kuat dan lembut (1,5 – 2 detik untuk dewasa dan 1 –
1,5 detik untuk bayi dan anak – anak perinflasi/tiupan)

6) Lakukan pemeriksaan nadi karotis selama 5 – 10 detik

12
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 13

7) Jika nadi karotis berdenyut, maka teruskan pemberian napas buatan

5. Cirkulation Support / Bantuan Sirkulasi / Peredaran


Darah
Tindakan bantuan sirkulasi adalah Pijat Jantung Luar (PJL) hal ini
karena sebagian besar jantung terletak dibawah diantara tulang dada,
tulang punggung, sehingga penekanan dari luar menyebabkan efek pompa
pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal
pada keadaan mati klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada, kira – kira 2
(dua) jari dari lengkung tulang iga.
Secara umum jika jantung berhenti, maka pernapasan akan
langsung mengikuti. Kondisi ini tidak berlaku sebaliknya, yaitu seseorang
mungkin hanya mengalami gagal napas saja tetapi jantung masih
berdenyut. Namun dalam waktu singkat, juga akan mengikuti berhenti.hal
ini karena jantung kekurangan oksigen.

13
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 14

RESUSITAS JANTUNG PARU (RJP)

Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, dimana kedua sistem ini
merupakan komponen mempertahankan hidup. Sistem tersebut diantaranya, yang
utama :
a. Sistem Pernapasan
b. Sistem Peredaran Darah

Tubuh dapat menyimpan makanan untuk beberapa hari dan air untuk
beberapa minggu, tetapi hanya dapat menyimpan oksigen untuk beberapa menit
saja. Sistem pernapasan mensuplay oksigen sesuai kebutuhan tubuh dan
mengeluarkan karbondioksida.
Komponen – komponen dari sistem pernapasan adalah :
a) Mulut dan hidung
b) Pharing
c) Epiglottis
d) Laring
e) Trachea
f) Bronchus
g) Paru – paru
h) Diafragma & otot bantu pernapasan

Nornal Pernapasan:
Bayi : 25 – 30 kali/menit
Anak : 15 – 30 kali/menit
Dewasa : 12 – 20 kali/menit

Sistem sirkulasi adalah sistem yang bertanggung jawab memberikan suplay


oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, dan membuang sisa makanan dari
jaringan tubuh

14
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 15

Komponen – komponen dari sistem pernapasan adalah :


a) Jantung
b) Pembuluh darah
c) Darah
Penyebab berhentinya jantung, diantaranya adalah :
a) Penyakit jantung
b) Syok
c) Gangguan pernapasan
d) Berbagai penyakit

PETUNJUK PELAKSANAAN C.P.R / RJP

No. TAHAPAN DEWASA ANAK – ANAK BAYI


( Diatas 8 Th ) ( 1 – 8 Th ) ( Dibawah 1 Th )
1. Posisi Tangan Kedua tangan berada Satu tangan berada Dua jari di tengah
ditengah tulang dada ditengah tulang dada tulang dada
2. Tekanan Kedalaman tekanan Kedalaman tekanan Kedalaman tekanan
3,5 – 5 cm 2,5 – 3,5 cm 1,5 – 2,5 cm
3. Breaths Perlahan-lahan sampai Perlahan-lahan sampai Perlahan-lahan sampai
dada korban naik dada korban naik dada korban naik
( 1,5 – 2 detik/Breaths ) ( 1 – 1,5 detik/ Breaths ) ( 1 – 1,5 detik/Breaths)
4. Cyele / Rati 15 : 2 - 1 penolong 5:1 5:1
15 : 1 - 2 penolong
5. Kecepatan 15 tekanan dalam 5 tekanan dalam 3 detik 5 tekanan dalam
tekanan 10 detik atau atau 100/menit dalam 3 detik atau
80 – 100/menit 100/menit

15
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 16

CATATAN UNTUK PELAKSANAAN RESUSITAS JANTUNG PARU

a) Saat melakukan RJP suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut
maka berarti tekanan kita cukup baik.
b) Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik saat memberikan
pernapasan
c) Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal
d) Warna kulit penderita mungkin akan membaik
e) Penderita mungkin menunjukkan reflek menelan dan bergerak
f) Denyut nadi akan berdenyut kembali

BEBERAPA KOMPLIKASI SAAT RESUSITAS JANTUNG PARU

2. Patah tulang iga dan tulang dada


3. Bocornya paru – paru (Pneumothorak)
4. Pendarahan paru – paru atau rongga (Haemothorak)
5. Luka dan memar pada paru
6. Robekan pada hati

RESUSITAS JANTUNG PARU DIHENTIKAN BILA

1. Penderita pulih kembali


2. Penolong kelelahan
3. Diambil alih tenaga yang profesional
4. Jika ada tanda – tanda pasti kematian, hentika RJP

16
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 17

KESALAHAN DAN AKIBAT PADA RESUSITAS JANTUNG PARU

Kesalahan Akibat

Penderita tidak berbaring pada Pijat Jantung Luar kurang efektif


bidang keras

Posisi penderita tidak Bila kepala penderita tidak lebih tinggi, maka
horisontal jumlah darah yang ke otak berkurang

Tekan dahi angkat dagu Jalan napas terganggu


kurang baik

Kebocoran saat melakukan Pernapasan buatan kurang efektif


pernapasan buatan

Lubang hidung kurang Pernapasan buatan kurang efektif


tertutup raoat dan mulut
penderita kurang terbuka saat
pernapasan buatan

Letak tangan kurang tepat, Patah tulang, luka dalam paru - paru
arah tekanan kurang baik

Takanan terlalu dalam atau Jumlah darah yang dialirkan kurang


terlalu cepat

Ratio Pijat Jantung Luar (PJL) Oksigenasi darah kurang


dan pernapasan buatan
kurang baik

17
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 18

PENATAAN LOKASI / SCENE SIZE UP

NILAI KESADARAN
APAKAH ADA RESPON ?

ADA TIDAK ADA


-PERKENALKAN DIRI - TIDAK ADA BANTUAN
-MONITOR A-B-C - BUKA JALAN NAPAS
-ADAKAH PERDARAHAN BESAR ? - PERIKSA NAPAS, NAPAS APA ?

ADA TIDAK ADA


-MINTA BANTUAN -MINTA BANTUAN
-KONTROL PERDARAHAN
-LAKUKAN PEMERIKSAAN
-MONITOR A-B-C
FISIK

ADA TIDAK ADA


-MINTA BANTUAN -BERIKAN BANTUAN NAPAS AWAL 2 X
-KONTROL PERDARAHAN -APAKAH NAPAS MASUK ?
-MONITOR A-B-C

TIDAK MASUK
-REPOSISI KEMBALI, BUKA JALAN NAPAS
-BERIKAN BANTUAN NAPAS AWAL LAGI 2 X
MASUK -JIKA MASIH TIDAK MASUK :
-PERIKSA NADI LEHER  Lakukan teknik pertolongan pada pasien tidak
sadar untuk sumbatan benda asing

ADA TIDAK ADA


MINTA BANTUAN JIKA MINTA BANTUAN
TETAP TIDAK MULAI RJP
BERNAPAS, MULAI
NAPAS BANTUAN

18
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 19

POSISI PEMULIHAN / POSISI MIRING STABIL

Posisi pemulihan harus dilakukan pada semua korban yang belum sadar, tetapi
masih bernapas dan tidak mengalami trauma.

Tujuan dialakukan posisi pemulihan :


 Untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas
 Untuk mencegah sumbatan jalan napas dan asipirasi muntah
 Untuk memperlancar keluarnya cairan asing dari dalam mulut

Teknik penanganan posisi pemulihan


1. Berlutut disisi korban, jalan napas dibuka dengan
menarik kepalanya ke bawah dan dagu diangkat. Kaki
diluruskan, lengan korban yang didekat anda
membentuk sudut siku – siku dengan tubuhnya. Siku
ditekuk dan telapak tangannya dibuka
2. Lengan korban yang satu lagi disilangkan dan
tangannya dipegang. Telapak tangan diluar dekat pipi
korban
3. Tangan anda yang lain memegang paha korban yang
jauh dai anda, lututnya ditarik ke atas, telapak kaki
pada bantal
4. Dengan tangan korban tetap pada pipinya, paha korban
ditarik dan digulungkan kearah anda sampai berbaring
miring
5. Kepala ditarik ke bawah supaya jalan napas tetap
terbuka, kalau perlu atur posisi tangan yang dibawah
pipinya supaya tetap pada posisi miring
6. Atur posisi kakinya bila perlu sehingga lutut dan
panggul membentuk sudut siku – siku
7. Hubungi ambulan, dokter, atau bantuan medis lainnya

19
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 20

PENANGANAN TINDAKAN DARURAT

a. Penyakit Sumbatan Jalan Napas


Jalan napas bisa tersumbat oleh makanan, muntahan, maupun benda asing
laiinya, oleh pembekakan tenggorokan akibat cedera atau pada korban tak
sadar, oleh lidah.

Gejala – gejala umum:


 Napas sesak dan berbunyi
 Gerakan dada dan perut yang berlawanan: dinding rongga dada
mengisap, sedangkan perut mendorong udara
 Kulit biru ( sianosis)
 Cuping tampak merah
 Dinding dada tertarik ke dalam diantara tulang – tulang rusuk, rongga
diatas tulang selangka, dan tulang dada

1. Tersedak
Tersedak adalah melekatnya benda asing dibelakang tenggorokan,
mungkin dapat menyumbat tenggorokan atau menyebabkan kejang otot.
Orang dewasa mungkin tersedak oleh segumpal makanan yang tidak
dikunyah dengan baik dan terlalu cepat ditelan.
Pengenalan
Akan terjadi : kesulitan bicara dan bernapas
Mungkin terjadi : kulit biru (sianosis) dan korban menunjuk
/memegang leher
Tindakan
Ditujukan untuk mengeluarkan benda yang menyumbat dan
memulihkan pernapasan
 Pada orang dewasa (sadar)
- Tenangkan korban
- Bungkukkan badannya ke depan & kepala lebih rendah dari
badannya.

20
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 21

- Pukul punggungnya diantara tulang belikat 5 kali.


Bila gagal, dicoba dengan mendorong perut antara pusat dan
ulu hati kearah rongga dada (hentakkan perut) 4 kali
Bila masih belum berhasil ulangi 4 kali lagi.

 Pada korban tidak sadar


- Apakah korban bernapas?
- Bila tidak, miringkan korban lalu punggungnya pukul 4-5 kali
- Bila gagal berlututlah diatas pasien, lalu dorong perut dan ulu
hati
Jika korban mulai bernapas kembali, baringkan korban dalam
posisi pemulihan, selanjutnya usahakan bantuan medis, periksa
dan catat pernapasan dan nadi setiap 10 menit

21
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 22

2. Hiperventilasi
Pernapasan yang sangat cepat sering terlihat pada kecemasan akut, dan
dapat disertai histeri atau serangan panik. Kadang – kadang juga terjadi
pada orang yang ketakutan atau terkejut.
Pengenalan :
Akan terlihat pernapasan yang sangat cepat dan dalam, mungkin
terlihat perilaku minta diperhatikan, pening, pingsan, gemetar atau
tangan tampak gemetar, kejang pada otot – otot tangan dan kaki
Tindakan :
Ditujukan untuk menghilangkan penyebab dan menenangkan korban:
 Bicara baik – baik tetapi tegas pada korban
 Bila mungkin korban dibimbing ke tempat yang tenang supaya
dapat mengontrol pernapasan
 Sarankan untuk konsultasi dengan dokternya, untuk menangani
penyebab kecemasannya.
 Jika kejang atau gemetaran menetap, suruh korban bernapas dalam
kantong kertas.

3. Asma
Penyakit ini disebabkan oleh penyempitan jalan napas, karena otot –
ototnya kejang, sehingga pasien sulit bernapas. Pemicu serangan bisa
berupa alergi atau ketegangan syaraf, sering tidak ada penyebab yang
jelas, banyak penderita yang tiba – tiba mengalami serangan pada
malam hari, Penderita asma menahun biasanya sudah tahu cara

22
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 23

mengatasi serangan dengan obat – obtan pribadi yang berfungsi


melebarkan / melegakan pernapasan.
Pengenalan :
Akan terlihat sesak napas ditandai dengan fase ekspirasi yang
memanjang, mungkin terdengar suara mencicit ketika mengeluarkan
napas, tegang dan cemas, korban sukar bicara dan hanya berbisik, kulit
biru (siaonosis)
Tindakan :
Ditujukan untuk melegakan pernapasan dan mencari bantuan medis
bila perlu:
 Pasien ditenangkan
 Bantu pasien duduk bersandar ke depan, dan istirahat sambil
berpegangan
 Bila pasien mempunyai obat suruh menggunakannya.
 Bantuan medis bila perlu

b. Pingsan
Pingsan (syncope) ialah hilang kesadaran sebentar karena aliran darah ke
otak untuk sementara berkurang. Berbeda dengan syok, denyut nadi
menjadi lebih lambat meskipun akan segera meningkat kembali, kornan
biasanya segera pulih kembali.
Penyebab:
Dapat merupakan reaksi terhadap nyeri dan ketakutan, atau karena sangat
marah, sangat lelah, dan kurang makan, tetapi lebih sering disebabkan

23
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 24

aktivitas fisik sudah lamaberkurang. Darah berkumpul dibagian bawah


tubuh sehingga hanya sedikit yang sampai ke otak.

Pengenalan:
Akan terjadi hilang kesadaran sebentar, kornan jatuh ke lantai, nadi
lambat, pucat.

Tindakan :
Ditujukan untuk memperbaiki aliran darah ke otak, menenangkan dan
menyamankan korban setelah sadar
 Pasien dibaringkan, tungkai / kaki ditinggikan
 Pastikan pasien banyak mendapat udara segar
 Setelah pulih pasien ditenangkan dan suruh duduk secara bertahap
 Cari dan atasi cedera yang mungkin terjadi setelah jatuh
Jika pasien akan pingsan kembali, kepala ditundukkan ke atas lutut dan
katakanlah supaya menarik napas panjang
Jika kesadaran tidak segera pulih, periksa pernapasan dan nadi, siap –
siap resusitas bila diperlukan, baringkan dalam posisi pemulihan.

c. Perdarahan
Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat
disebabkan oleh rudapaksa atau penyakit lain.

24
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 25

Klasifikasi sumber perdarahan :


1. Perdarahan nadi ( arteri )
2. Perdarahan bail ( vena )
3. Perdarahan rambut ( kapiler )

Jenis perdarahan :
1. Perdarahan Bagian Dalam
Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi:
 Luka tusuk
 Darah atau cairan keluar dari telinga / hidung
 Muntah atau batuk darah
 Memar
 Luka tembus dada atau perut
 Nyeri tekan perut, kaku atau kejang
 Kencing berdarah
 Perdarahan dari kemaluan atau dubur
 Patah tulang besar ( panggul, paha, lengan )
 Sukar napas dan denyut nadi apnormal
 Kulit lembab dan dingin
Pengenalan :
Pucat
Kulit dingin dan lembab
Nadi cepat dan lemah
Nyeri
Haus
Konfusi ( bingung ) gelisah dan tegang, mungkin korban menjadi
kolaps atau tidak sadar
Informasi dari korban menyatakan adanya cedera atau penyakit
yang baru dialami, pernah mengalami seperti ini atau sering
minum obat
Tindakan :
 Baringkan korban, kaki ditinggikan dan ditopang
 Buka jalan napas dan pertahankan
 Periksa berkala pernapasan dan nadi

25
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 26

 Rawat syok
 Jangan berikan makan / minum
 Rawat patah tulang bila ditemukan
 Bila muntah posisikan miring stabil
 Segera dapatkan bantuan medis / rujuk

2. Perdarahan Bagian Luar


Tindakan / pertolongan :
 Pakaian dilepaskan atau digunting, agar luka
terlihat hati – hati terhadap benda tajam, misal
beling, jangan sampai melukai anda sendiri.
 Tekan luka secara langsung dengan jari atau
telapak tangan anda, sebaiknya dengan perban
steril atau bantalan kain bersih. Namun jangan
membuang waktu untuk mencari perban
 Anggota tubuh yang luka ditinggalkan sampai atas
jantung dan diopang
 Baringkan korban
 Tutup dengan perban steril dan dibalut

d. Syok
Sistem sirkulasi berfungsimendistribusikan darah yang berisi oksigen dan
nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Bila sistem sirkulasi terganggu atau tidak
berfungsi maka oksigen dalam jaringan tidak mencukupi sehingga terjadi
suatu kelainan medis.
Penyebab :
1. Serangan jantung
2. Volume cairan dalam tubuh berkurang
3. Perdarahan
Pengenalan :
1. Mula – mula
a. Nadi cepat

26
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 27

b. Kulit pucat, terutama bagian dalam bibir. Kalau kuku jari atau
cuping telinga ditekan, warnanya tidak kembali seperti semula
c. Berkeringat, kulit menjadi dingin dan lembab
2. Kalau terjadi syok, mungkin terlihat
a. Lemah dan pening
b. Mual dan muntah
c. Haus
d. Napas cepat dan dangkal
e. Nadi cepat dan tidak teratur, bila nadi radial tidak teraba cairan
yang mungkin sampai separuh dari volume darah
3. Ketika suplai oksigen mulai berkurang
a. Pasien gelisah, cemas bahkan agresif
b. Mulutnta menganga dan napasnya terengah – engah (lapar udara)
c. Tidak sadar
d. Akhirnya jantung berhenti berdenyut

Tindakan :
Ditujukan untuk mengenali tanda – tanda syok, menangani penyebab bila
jelas, memperbaiki suplai darah ke otak, jantung, paru – paru, mengatur
rujukan:
Atasi penyebab bila mungkin
Baringkan kepala lebih rendah
Tinggikan tungkai dan topang
Longgarkan bakaian yang ketat
Selimuti/jaga suhu badan
Periksa dan catat pernapasan, nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit

27
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 28

e. Luka
Luka adalah cedera terhadap jaringan kulit, syaraf dan pembuluh darah.

Penolong pertama harus :


1) Mengatasi perdarahan dengan cara menekan luka dan meninggikan
anggota tubuh yang luka
2) Mengambil langkah – langkah untuk mencegah syok, karena kehilangan
banyak darah
3) Melindungi luka terhadap infeksi dan memungkinkan penyembuhansecara
alami dengan cara menutup luka dengan pembulup luka dan pembalut.
4) Karena dalam cairan tubuh mungkin sudah ada kuman, kebersihan harus
selalu dijaga untuk menghindari infeksi.

Jenis – Jenis Luka


1. Luka Sayat
Luka akibat benda tajam seperti pisau atau pecahan
kaca. Oleh karena pembuluh darah di pinggiran luka
terpotong lurus, darah yang keluar mungkin cukup
banyak. Luka sayat pada anggota bisa juga
memotong struktur bawah kulit, misalnya tendo

a. Laserasi
Robekan kulit yang kasar diakibatkan oleh
kekuatan yang menekan atau merobek, misal:
mesin. Darah yang keluar mungkin lebih
sedekit dibandingkan luka sayat, tetapi lebih
bayak jaringan yang rusak dan memar dan
sering terkontaminasi kuman sehingga resiko
infeksi lebih tinggi.

28
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 29

a. Abrasi
Luka permukaan hingga lapis kulit sebelah atas
terkelupas dan membekas berupa daerah yang kasar
dan lunak. Paling sering karena jatuh terseret atau
kena percikan api. Partikel benda asing sering
terbawa dan menimbulkan infeksi.

a. Kontusi (Memar)
Suatu benturan dapat menyebabkan robeknya
kapiler bawah kulit. Darah masuk ke dalam
kulit dan terjadi memar. Kulit bisa terpisah,
tetapi biasanya tidak pecah. Memar yang luas
mungkin menandakan terjadinya kerusakan
tersembunyi (patah tulang, perdarahan dalam)

a. Luka Tembus
Tertusuk oleh paku, jarum atau ditikam sehingga
menyebabkan luka tembus. Tempat masuknya luka
kecil, tetapi kerusakan dibagian dalam cukup luas.
Karena kotoran dan kuman bisa ikut terbawa masuk,
maka resiko infeksi sangat tinggi.

a. Luka Tembak
Peluru atau bahan peledak bisa disetir masuk ke
dalam atau melintasi tubuh, mengakibatkan
cedera berat dan membawa pencemaran ke
dalam tubuh. Luka ditempat masuk mungkin
kecil dan rapi, tapi luka ditempat keluar kalau
ada bisa – bisa besar dan kasar.

29
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 30

f. Luka Bakar
Luka bakar kering mungkin disebabkan oleh panas yang kering, zat – zat
korosif dan gesekan, radiasi, hawa yang sangat dingin. Luka bakar basah
disebabkan oleh panas yang basah seperti cairan dan uap panas.
Penolong pertama harus :
a. Yakin akan keselamatannya sendiri sebelum berusaha menolong dan
menangani korban.
b. Mencegah meluasnya luka bakar dengan cara cepat mendinginkan
korban untuk mencegah meluasnya kerusakan jaringan, mengurangi
bengkak, mencegah syok dan meredakan nyeri.
c. Menutup luka, karena luka bakar sangat mudah terkena infeksi
d. Segera mencari bantuan medis, kecuali untuk luka bakar yang ringan

Penyebab Luka Bakar

JENIS LUKA PENYEBAB

Kering Nyala api, termasuk benda panas, gesekan

Basah Uap, Cairan panas (kopi, the, minyak panas, air panas)

Listrik Listrik arus lemah seperti pada alat – alat rumah


tangga, cabang dari listrik, arus kuat, cahaya kilat

Hawa Dingin Frostbite (luka ditangan atau dikaki akibat hawa


dingin), menyentuh logam yang dingin, tersentuh uap
beku seperti oksigen cair atau nitrogen cair

Zat Kimia Zat kimia untuk industri seperti menghirup uap dan
gas korosof. Zat kimia pada alat – alat rumah tangga
seperti thinner, soda api, pembersih open, maupun
asam atau basa kuat

Radiasi Sengatan matahari, terlalu lama terpapar lampu ultra


violet, terpapar dengan sumber radioaktif

30
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 31

Kedalaman Luka Bakar :

Luka Setengah Luas seluruh Ketebalan


Luka yang dangkal
Ketebalan (Derajat Dua) (Derajat Tiga)
(Derajat Satu)

Yang terkena hanya Merusak merusak Semua lapisan kulit terbakar,


lapisan luar kulit, setengah ketebalan kerusakan bisa meluas,
ditandai merah, kulit. Ditandai kulit kebawah kulit dan mengenai
bengkak, dan lunak. kasar dan melepuh syaraf, otot dan lemak.
Dapat sembuh Ditandai : kulit pucat,
sempurna bila berlilin, kadang hangus
pertolongan pertama
cepat

Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dinyatakan dalam persentase dari permukaan tubuh.
“Rumus Sembilan” yang membagi permukaan tubuh menjadi beberapa
bagian, masingng – masing sekitar 9%, digunakan untuk menghitung luas
luka bakar dan tindakan perawatan yang harus dilakukan
Untuk orang dewasa sehat:
 Semua luka bakar derajat dua seluas 1% atau lebih, perlu perhatian
medis
 Luka bakar derajat dua seluas 9% atau lebih, bisa menyebabkab syok
dan perlu segera mendapatkan perhatian medis
 Semua luka bakar derajat tiga harus segera penanganan medis

31
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 32

Penanganan Luka Bakar


a. Luka bakar kering dan luka bakar basah yang berat :
Tindakan :
 Baringkan korban, usahakan bagian yang terbakar jangan
menyentuh tanah
 Luka disiram dengan air dingin sebanyak – banyaknya.
Pendinginan yang memadai dapat sampai 10 menit atau lebih,
tetapi pengiriman ke rumah sakit tidak boleh tertunda
 Sementara pendinginan luka, periksa jalan napas, jalan napas dan
nadi. Siap – siap melakukan resusitas bila diperlukan
 Lepaskan cincin, arloji, ikat pinggang, sepatu dan pakaian yang
bekas terbakar secara hati – hati sebelum luka membengkak,
kecuali melekat pada luka jangan dibuka
 Atasi syok, monitor dan catat denyut nadi dan pernapasan.

b. Luka bakar kering dan luka bakar basah yang ringan :


Tindakan :
 Siram yang mengalami luka bakar dengan air dingin
sekitar 10 menit untuk menghentikan terbakar dan
meredakan nyeri
 Lepaskan perhiasan, arloji dan pakaian yang
menjepit dari bagian yang luka sebelum sempat
membuka
 Luka ditutup dengan penutup luka steril dan balut

32
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 33

c. Luka bakar kimia


Tindakan :
Bagian yang luka dialiri air untuk mengencerkan zat kimia dan
menghentikan proses pembakaran. Aliran air lebih lama dari yang
dilakukan pada luka bakarthermal. Pada beberapa zat kimia
diperlukan waktu sekitar 20 menit lebih
Lepaskan pakaian yang tercemar secara hati – hati, sementara luka
dialiri air. Jangan sampai bahan kimia mencemari diri anda
sendiri / pakai sarung tangan
Segera evakuasi ke Rumah Sakit / perlu minta bantuan medis
d. Luka bakar kimia di mata
Tindakan :
 Mata yang sakit dialiri air dingin minimal 10
menit. Air pembilas harus mengaliri kedua sisi
kelopak. Mungkin lebih mudah dengan cara
menuangkan air dari sebuah tabung atau gelas
pelan – pelan pada mata
 Kalau mata tertutup karena kejang atau nyeri,
tarik kelopak mata ke bawah secara hati – hati
tetapi kuat. Air yang tercemar sampai terpecik ke
mata yang sehat
 Mata ditutup dengan pembalut mata steril atau
bantalan kain bersih yang tidak berbulu
 Segera evakuasi ke rumah sakit

g. Kelelahan Akibat Kepanasan


Keadaan ini biasanya terjadi secara bertahan, air dan garam ikut keluar
dari tubuh melalui keringat yang berlebihan. Lebih sering terjadi pada orang
yang tidak biasa bekerja atau berolahraga di tempat yang panas dan lembab
atau pada mereka yang sakit, terutama diare atau muntah

33
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 34

Pengenalan :
Sakit kepala, pusing dan konfusi
Tidak nafsu makan dan mual
Berkeringat, kulit pucat dan lembab
Kejang pada kaki, tangan dan perut
Nadi dan napas cepat, lalu lemah

Tindakan :
Pindahkan korban ke tempat sejuk
Baringkan, kaki ditinggikan & topang
Bila sadar berikan minum oralit
Bila telah pulih sarankan ke dokter
Jika menjadi tidak sadar, baringkan dalam posisi pemulihan

h. Cedera Alat Gerak


Patah tulang adalah putusnya tulang baik sebagian atau seluruh
Pengenalan :
1) Terjadi perubahan bentuk
2) Nyeri dan kaku saat ditekan / digerakkan
3) Bengkak / memar
4) Terjadi gangguan fungsi
5) Terdengar derik patah

Pedoman umum Pertolongan Patah Tulang:


1) Lakukan pembidaian dini ( immobilisasi dan fiskasi )
2) Lakukan pemeriksaan fisik / sekunder
3) Atasi pendarahan
4) Atasi syok bila terjadi
5) Kurangi rasa nyeri / sakit
6) Cegah infeksi
7) Cegah bahaya cacat

34
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 35

Macam – macam patah tulang


a) Patah Tulang Lengan Atas
Pengenalan :
Akan terjadi: Nyeri, lebih berat bila digerakkan
Mungkin terjadi : Pembekakan yang cepat, lembam, perlunakan diatas
tempat yang patah
Tindakan :
 Korban didudukkan, letakkan lengan
yang cedera di dadanya secara hati –
hati dalam posisi yang nyaman bagi
korban, bila mungkin suruh korban
memegangi lengannya
 Lengan ditopang dengan penyangga
dengan penyangga lengan
 Letakkan bantalan empuk diantara
lengan dan dada dan lakukan fiksasi
b) Patah Tulang Sekitar Siku
Tindakan :
Korban dibaringkan, letakkan lengan yang
cedera pada tubuh korban (jangan menekuk
siku atau meluruskan)
Selipkan bantalan diantara lengan yang cedera
dengan tubuh supaya balutan tidak menggeser
tulang yang patah
Tungkai yang cedera diikatkan pada tubuh, mula
– mula panggul dan pergelangan tangan, lalu
diatas dan dibawah siku
Segera evakuasi ke rumah sakit, nadi
pergelangan tangan raba/periksa setiap 10 menit

35
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 36

c) Patah Tulang Lengan Bawah


Tindakan :
Korban didudukkan, letakkan dan stabilkan lengan yang cedera
pada dada secara hati – hati, tutup luka dengan kasa steril bila ada
Lengan bawah daerah cedera tutup dan disangga dalam bantalan
yang lunak secara hati – hati
Lakukan fiksasi
Evakuasi dalam posisi duduk

d) Cedera Tangan dan Jari


Tindakan :
 Tangan yang cedera dilindungi bantalan yang lunak, kemudian
dibalut
 Viksasi dengan balutan elevasi

e) Patah Tulang Rusuk ( Terbuka atau Multiple )


Tindakan :
 Luka segera tutup (dengan bahan kedap udara) dan rapatkan
 Baringkan korban dalam posisi setengah duduk, kepala, bahu dan
badannyadimiringkan ke sisi yang sakit

36
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 37

 Lengan sisi yang sakit ditopang dengan balutan penyangga (elevasi)


 Jika korban menjadi tidak sadar, atau napasnya menjadi sesak, dan
atau berbunyi, baringkan korban dalam posisi pemulihan, bagian
yang sehat diatas

f) Patah Tulang Tungkai Bawah


Tulang kering hanyanakan patah bila menerima benturan yang jkeras
Tindakan :
 Korban dibantu berbaring, kaki yang cedera distabilkan dan
dipegang secara hati – hati
 Rawat luka (tutup kasa steril) dan hentikan perdarahan bila ada
 Lakukan fiksasi, (dengan pemasangan bidai anatomi, bidai kayu atau
airsplint

37
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 38

BALUTAN

Tujuan :
Tujuan dari balutan adalah untuk menahan penutup luka sepaya tidak bergeser,
mengatasi perdarahan, untuk menopang dan imobilisasi cedera dan mengurangi
pembekakan

Jenis Balutan :
Pembalut segitiga
Terbuat dari kain, dan digunakan sebagai belat, untuk membalut perban
dan untuk imobilisasi tungkai.
Pembalut cepat
Untuk membalut perban dijari tangan atau untuk menopang sendi.
Pembalut gulung
Untuk membalut perban dan untuk menopang tungkai

Aturan Umum Balutan :


Jelaskan kepada korban apa yang anda lakukan dan korban ditenangkan
Pastikan dalam posisi nyaman (duduk atau berbaring)
Topang bagian yang cedera, mungkin korban dapat melakukan sendiri
KETIKA AKAN MEMASANG PEMBALUT
Bila korban berbaring, selipkan pembalut melalui lekuk anatomi tubuh
Balutan cukup erat (tetapi tidak terlalu kencang atau kendor) agar dapat
mengontrol perdarahan dan menahan penutup luka agar tidak bergeser
Ujung – ujung jari tangan atau kaki agar tetap terlihat bila mungkin,
supaya penolong dapat memeriksa sirkulasi darah
KETIKA MEMBALUT UNTUK IMOBILISASI TUNGKAI
Simpul jangan sampai menyakitkan korban, (gunakan simpul reef)
Pasang bantalan antara tungkai dan tubuh atau antara kaki
SETELAH MEMASANG BALUTAN
Periksa sirkulasi pada daerah distal

38
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 39

TRANSPORTASI KORBAN

Memindahkan korban memiliki resiko memperberat cedera atau kondisi


korban. Oleh karena itu korban jangan dipindahkan kecuali dalam bahaya atau
harus dibawa ketempat berlindung sementara sambil menunggu datangnya
bantuan medis

Aturan Umum:
a) Jangan pindahkan korban bila tidak benar – benar diperlukan
b) Terangkan kepada korban apa yang anda lakukan
c) Jangan pindahkan korban sendirian kalau bantuan tersedia
d) Bila ada beberapa orang, maka satu orang memberikan aba – aba
e) Gunakan teknik pengangkatan yang benar agar korban tidak cedera

Beberapa cara mengangkat korban:


a. Mengangkat dan Membawa Korban dengan satu Penolong
Tongkat Manusia (dipapah)
1. Berdiri disamping pada sisi yang lemah
2. Lengan korban melingkar dibahu penolong
3. Pegang pergelangan tangannya, lengan penolong yang satu lagi
melingkar di pinggang atau pegang baju korban
4. Berjalan sesuai kecepatan korban

39
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 40

Menggendong
1. Penolong jongkok disisi korban
2. Sekipkan lengan disekitar tubuh korban, diatas pergelangan
tangan
3. Lengan penolong yang satu lagi dibawah paha korban, lalu
dipeluk kearah penolong
4. Angkat korban

Ditarik
1. Letakkan lengan korban menyilang dadanya
2. Penolong jongkok dibelakang korban
3. Pegang lengan korban melalui ketiaknya dan angkat korban

40
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 41

b. Mengangkat dan Membawa Korban dengan Dua Penolong


Dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu :
Kursi Dua Tangan
1. Jongkok dikedua sisi korban. Silangkan lengan di punggung
korban dan pegang erat pinggangnya
2. Kedua lengan yang lain diselipkan dibawah lutut korban dan
penolong saling memegang pergelangan tangan. Lengan yang
saling memegang dibawa ke pertengahan paha korban
3. Bergeraklah mendekati korban, punggung tetap lurus, bangkit
pelan – pelan dan bangkit bersama

41
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 42

Mengangkat Depan Belakang


Jangan lakukan cara ini pada cedera lengan atas!
1. Korban didudukkan dan lengannya disilangkan pada dada
2. Jongkoklah dibelakang korban, selipkan lengan melalui ketiak
korban, dan [pegang pergelangan tangannya erat – erat
3. Penolong jongkok disamping korban, dan lengannya diselipkan
dibawah paha korban
4. Bergeraklah secara serentak, bangkit pelan – pelan dan berjalan

42
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 43

c. Mengangkat dan Membawa Korban dengan Kursi Angkut


Kursi buka lipatannya, tekan tempat duduknya untuk digunakan
menahan berat/beban korban
Letakkan kaki dan lengannya pada sandaran, korban diikat
Kursi dimiringkan ke belakang pada rodanya dan didorong maju ke
depan. Ketika melewati sudut atau halangan, kursinya ditarik ke
belakang

CATATAN :
Jika harus naik / turun tangga kursi dimiringkan lurus ke depan
dan teman anda mengangkat pegangan tangan kursi. Kursi diangkat
dengan kepala korban menghadap ke bawah

43
SAFETY TRAINING INDONESIA ( STI ) 44

d. Mengangkat dan Membawa Korban dgn Tandu


Bila terpaksa mengangkat korban diatas tandu ke tempat yang agak jauh,
ikuti langkah – langkah berikut ini :
1. Penolong pertama yang paling berpengalaman mengatur tindakan
lainnya dan memberi komando. Untuk setiap gerakan selalu angkat
kaki korban lebih dulu, kecuali ketika membawa korban cedera tungkai
yang berat turun tangga, atau turun ke tempat yang miring
2. Ketika membawa korban dengan luka tertutup menuruni tangga atau
turun ditempat yang miring
3. Korban dengan stroke atau kompresi otak tidak boleh diangkat dengan
kepala lebih rendah dari kakinya.

Cara mengangkat Korban dengan Tandu :


Seorang pengangkat berdiri dikeempat ujung tandu. Jika ada tiga
orang, dua orang berdiri dekat kepala dan satu orang pada kaki
Semua pengangkat jongkok dan memegang, mengikuti aba – aba,
bangkit serentak, dan berdiri memegang tandu secara rata
Aba – aba berikutnya semua pengangkat melangkahkan kaki sebelah
dalam dekat langkah pendek
Untuk menurunkan korban para pengangkut berhenti kalau ada
aba – aba. Pada aba – aba berikutnya semua jongkok dan
meletakkan tandu hati – hati.

44

Anda mungkin juga menyukai