Anda di halaman 1dari 36

Definisi.

Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap bahaya kebakaran yang
metode proteksinya menggunakan berbagai macam media, adapun Fire Fighting yang akan
dibahas pada makalah ini adalah proteksi dengan menggunakan media air yang ditekan ke pipa
instalasi hydrant dan sprinkler dengan menggunakan pompa hydrant. Dimulai dari ground tank
dan rumah pompa sampai dengan ke titik sprinkler, landing valve Indoor Hydrant Box, dan
Hydrant Pilar Kawasan.

Pengadaan, pemasangan dan penyetelan keseluruhan System Penanggulangan Kebakaran


sedemikian rupa sehingga semua peralaatan dan kelengkapannya dapat berfungsi secara efektif
sesuai dengan standard memadamkan api.

Pengadaan dan Pemasangan

Peralatan Utama System Fire Hydrant meliputi :

Melengkapi pompa dengan priming water tank dan fuel tank lengkap dengan system
pemipaannya.

Pemipaan dan Perangkat Operasionalnya (Valve, Flow Switch, dan perlengkapan lainnya).

STANDARD / REFERENSI

Semua peraturan dan standarisasi yang berlaku di Indonesia tanpa mengesampingkan


standarisasi yang berlaku secara internasional. Diantaranya :

SNI : Standard Nasional Indonesia

PERDA : Peraturan Daerah

NFPA : National Fire Protection Association.

PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik

Peraturan Umum Plumbing Indonesia

American Standar Test of Material (ASTM)

American National Standard Institut (ANSI)

Departement Keselamatan Kerja dan DPK Indonesia


SISTEM FIRE FIGHTING

Sistem kerja Instalasi Pemadam Kebakaran pada gedung dan kawasan biasanya menggunakan
media air yang ada di Ground Tank (berada di sebelah Ruang Pompa), yang dipompakan
keseluruh instalasi hydrant dan sprinkler melalui pipa-pipa induk sesuai dengan pembagian zone
masing-masing.

Jaringan instalasi hydrant dan sprinkler dipisahkan menjadi dua instalasi pemipaan khusus sesuai
dengan fungsinya, yaitu :

Berikut akan dijelaskan mengenai kedua sistem tersebut sehingga akan lebih jelas dalam system
pengoperasiannya.

Instalasi pemipaan hydrant adalah instalasi dimana di setiap lantai dari setiap gedung disediakan
Hydrant Box lengkap dengan perlengkapannya, yaitu landing Valve Ø 2 ½” 1 ½”, Fire hose &
Nozzle, Hose rack.

Sistem kerja Fire hydrant yang terpasang menggunakan system air, (media yang digunakan
adalah air). Instalasi pada system ini air stand by , sehingga apabila akan difungsikan harus
mengadakan air dari ruang pompa dimana akan difungsikan dengan membuka Landing valve
pada IHB tersebut.

Sedangkan untuk system hydrant eksternal disediakan Hydrant Pillar dan Siamesse Connection
yang tersebar di area site plant (kawasan).

Hydrant difungsikan dengan cara memasang Hose dan Nozzle dan membuka Valve Pillar.

Adapun Siamese Connection disediakan dengan maksud apabila air yang digunakan habis, maka
team pemadam kebakaran dapat menyuntikkan air dari mobil ke instalasi hydrant yang ada atau
karena pompa pemadam kebakaran tidak dapat di operasikan.

Instalasi sprinkler adalah instalasi dimana setiap lantai dari setiap gedung terdapat head sprinkler
yang dilengkapi Flow Switch pada pipa induknya

Flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah (break) mengakibatkan
memancarnya air melalui sprinkler, air yang mengalir melalui pipa akan menggerakkan flow
switch untuk mengirim signal ke System Fire Alarm untuk menyalakan alarm bell.

Sprinkler head akan bekerja (pecah) apabila terdapat konsentrasi panas melebihi 68ºC pada
daerah dimana titik sprinkler head tersebut terpasang, setelah sprinkler head pecah secara
otomatis, media air yang tertahan oleh head sprinkler akan dipancarkan melalui penampang head
sprinkler untuk pemadaman api.

Pada Instalasi Sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya terpasang Pressure
Reducing Valve, yang dimaksudkan untuk menurunkan tekanan yang tinggi menjadi tekanan
kerja, (batas maksimum kemampuan head sprinkler menahan tekanan).
Agar dapat mengoperasikan system dengan benar maka operator sangat dianjurkan untuk
mengikuti langkah-langkah berikut :

Pengoperasian Pompa Kebakaran dianjurkan dilakukan secara Otomatis.

Fungsi Jockey Pump adalah untuk menjaga tekanan air didalam sistim instalasi tetap stabil,
sehingga apabila terjadi sedikit kebocoran pada pompa, valve dan perlengkapan lainnya dalam
instalasi, maka Jockey Pump akan mengembalikan pada tekanan yang di tentukan.

Mengingat fungsi dari jockey pump sebagai pen-stabil tekanan dalam instalasi, maka sangat
dianjurkan agar pengoperasiannya diatur secara otomatis.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Fungsi Electric Pump adalah untuk memompa air dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant
sprinkler jika terjadi kebakaran. Pompa electric harus dioperasikan secara otomatis.

Cara kerja Electric Pump adalah sebagai berikut :

Fungsi Diesel Pump adalah untuk memompa air dari dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant
dan sprinkler jika terjadi kebakaran dan terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan electric
pump tidak dapat difungsikan. Pompa disesel harus dioperasikan secara otomatis.

Cara kerja diesel pump adalah sebagai berikut :

Pengoperasian Pompa Kebakaran secara Manual.

Sistim Pompa kebakaran dianjurkan agar dioperasikan secara otomatis, sedangkan pengoperasian
secara manual sebaiknya hanya dilakukan pada saat darurat saja (emergency) atau pada saat
system AUTO tidak berfungsi sehingga tidak dapat menghidupkan pompa.

Cara mengoperasikan dengan cara manual adalah dengan cara menekan tombol push button
MANUAL atau tombol ON pada panel control baik untuk electric pump, diesel pump maupun
Jockey pump.

Untuk menjaga supaya setelah pompa pemadam kebakaran jalan, pompa dapat berjalan terus
menerus melayani hydrant pada pipa tekan dibuatkan pipa bypass yang dilengkapi dengan relief
valve, sehingga bila tekanan air dalam pipa mendekati 11 Kg/Cm2 relief valve akan terbuka (air
dari relief valve akan dikembalikan ke pipa hisap atau tanki bawah) dan pompa pemadam
kebakaran tidak akan mati atau berhenti bekerja.

Pressure Relief Valve distel terbuka pada tekanan air 10.5 Kg/Cm2.

Pressure Tank digunakan dalam instalasi hydrant pump dimaksudkan untuk mejaga kestabilan
tekanan dari pompa hydrant, juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak dalam
instalasi hydrant pump.
Alarm gong terdiri dari Valve dengan accessories pipa kapiler dan bell yang akan berfungsi
dengan bantuan tekanan air yang mengalir dalam instalasi hydrant sprinkler.

Alarm gong lazim dipasang diruang pompa, biasanya pada riser (untuk type vertical). Bila ada
yang terbuka dari dari system instalasi baik hydrant (landing valve yang dibuka) ataupun
sprinkler yang pecah yang mengakibatkan terjadinya aliran pada pipa kapiler dari alarm tersebut
yang lalu menggerakan bell dengan tenaga mekanis.

Perawatan

Untuk menjaga peralatan dan instalasi yang terpasang agar selalu dalam keadaan baik dan
berfungsi, maka harus diadakan pemeriksaan dan perawatan secara periodic sesuai dengan
peraturan.

Pemeriksaaan Secara Berkala/Periodik.

Perawatan pertiga bulan

Pada dasarnya perawatan pertigabulan ini sama dengan perawatan bulanan , hanya perlu
ditekankan untuk melakukan pengetesan, yaitu :

Hal yang perlu dilakukan tiap tahun adalah memeriksa sistim instalasi secara menyeluruh dengan
jalan sebagai berikut :

Fungsikan secara MANUAL/AUTO untuk membuang air yang ada pada jaringan instalasi
sambil pompa tetap hidup, buka melalui Pillar Hydrant, Hydrant Box, dan Drain pada masing-
masing flow switch di tiap-tiap gedung.

Hal ini bertujuan untuk :

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diambil dan dilakukan secara berurutan apablia
ditemui masalah dalam system :

Motor tidak dapat dihidupkan, hal ini dapat disebabkan oleh :

Apabila sumber listrik sudah normal, motor distarter kembali, tetapi trip mendadak [thermal
overload tripping]

Hal ini dapat disebabkab oleh :

Pompa berputar berlawanan arah jarum jam pada saat dimatikan.

Hal ini dapat disebabkan oleh;


Kapasitas pompa tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh;

Pompa hidup, tetapi tidak ada air yang keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh;

Fire Fighting Sistem Splinker


Posted by Muhammad Taufan

1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga
pada tekanan yang relatif tetap
2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan
mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya.

- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.


- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI

1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.

 Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan
tekanan air didalam pipa.
 Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa kebakaran utama
akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
 Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan Diesel secara
otomatis akan bekerja.
 Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan
bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
 Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”.
 Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan alarm
gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang
& dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.

2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.

3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan

4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat panas yang
ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144
m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

Fire Fighting System


Fire Fighting System atau yang jika di Indonesiakan kurang lebih sistem pemadam
kebakaran adalah suatu sistem yang di set untuk menanggulangi bahaya
kebakaran. Fire fighting System tidak selalu identik dengan suatu instansi yang
memiliki peralatan lengkap,tetapi pada umumnya fire fighting terdiri dari beberapa
bagian yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.

Pada system pemadam umumnya terdiri atas bagian suplai,pendorong,instalasi


dan head. Masing-masing bagian akan di bagi lagi menjadi beberapa bagian atau
unit agar dapat bersinergi dalam upaya antisipasi kebakaran.

Fungsi utama Fire fighting system sebenarnya adalah memcegah hilangnya


nyawa,dan atau timbulnya kerusakan barang atau harta yang di sebabkan oleh
api. Seseorang yang bertugas menangani system ini haruslah mempunyai
kemampuan dan memerlukan keterampilan yang profesional sehingga dalam
pelaksanaanya sesuai dengan prosedur yang ada. Seorang perugas pemadam
juga di tuntut untuk memahami gambar denah rumah atau bangunan sekaligus
memahami gambar dari instalasi fire fighting system.

Di lihat dari kategori peralatan, fire fighting dapat di bedakan menjadi beberapa
sub bagian di antaranya alat pemadam api ringan (fire Extinguisher), sistem
pemadam api hydrant dan sistem pemadam api sprinkler. Peralatan pemadam
api ringan biasa berbentuk tabung yang berisi bahan khusus sesuai jenis
kebakaran. System hydrant dan sprinkler lebih komplek lagi dalam hal peralatan
yang yang di aplikasi.

Alat Pemadam Api

adalah alat perlindungan kebakaran aktif yang digunakan untuk memadamkan api
atau mengendalikan kebakaran kecil, umumnya dalam situasi darurat. Pemadam
api tidak dirancang untuk digunakan pada kebakaran yang sudah tidak terkontrol,
misalnya ketika api sudah membakar langit-langit. Umumnya alat pemadam api
terdiri dari sebuah tabung ber tekanan tinggi yang berisi bahan pemadam api.

Ada dua jenis utama alat pemadam kebakaran : yaitu bertekanan di dalam dan
dioperasikan oleh cartridge. Dalam unit bertekanan di dalam, gas penyembur
disimpan pada ruang yang sama dengan bahan pemadam kebakaran tersebut.
Tergantung pada bahan yang digunakan, jika berbeda maka bahan pendorong
yang digunakan juga berbeda. Pada alat pemadam berisi bahan kimia kering,
umumnya digunakan nitrogen; alat pemadam air dan busa biasanya
menggunakan udara. Alat pemadam api bertekanan di dalam adalah jenis yang
paling umum. Sedangkan jenis Alat pemadam yang dioperasikan Cartridge gas
penyembur berisi dalam cartridge yang terpisah yang harus ditekan lebih dulu
sebelum mengalir keluar, mendorong bahan pemadam.

Jenis ini tidak seperti biasa, digunakan terutama untuk fasilitas industri, di mana
memerlukan penggunaan dengan kemampuan yang lebih tinggi dari yang biasa.
serta memiliki keuntungan karena lebih sederhana sehingga memungkinkan
pemakai untuk cepat melaksanakan pemadaman, hingga mampu mengendalikan
api dalam kurun waktu yang cepat. Tidak seperti jenis bertekanan di dalam yang
menggunakan nitrogen, alat pemadam ini menggunakan pendorong karbon
dioksida bukan nitrogen, meskipun model cartridge nitrogen juga kadang
digunakan pada temperatur rendah.
Jenis alat pemadam yang digunakan di seluruh dunia dioperasikan oleh Cartridge
tersedia dalam bahan kimia kering dan jenis serbuk kering serta berbahan basah
seperti air, busa, kimia kering (kelas ABC dan BC), dan bubuk kering (kelas D) .

Alat Pemadam api selanjutnya terbagi lagi menjadi pemadam genggam portable
yang juga disebut alat pemadam genggam dengan berat antara 0,5-14 kilogram
(1 sampai 30 pon), karena mudah dibawa dengan tangan. berikutnya adalah Alat
pemadam api beroda biasanya memiliki berat badan 23 + kilogram (50 + pound).
Model beroda ini yang paling sering ditemukan di lokasi bangunan, bandar udara,
heliports, Serta Dok dan pelabuhan.
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE FIGHTING SYSTEM)

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung sebagai
preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem
hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem
fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran
dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu elektrik pump,
diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di
instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada
head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara otomatis
pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja.
Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila
head sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa
cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis
pompa ini akan bekerja.

1. Fire Fighting Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler sebagai
alat utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar
memerintahkannya.
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser, seluruh pipa
sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang
relatif tetap.
Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan
bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau
ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan bekerja dan secara
otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah
10 detik, maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja.

2. Fire Fighting Sistem Hydran

Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran,
yang terdiri dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Box Hydran dan
accesories instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House
cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem
sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung.
Sedang Pilar hydran (yang dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk
menyimpan selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar
gedung, digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan
Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydran) tidak memadai lagi
atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal ini untuk
memudahkan dalam pengisian air.
System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:
a. wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan
yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan
penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka.
Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun,
maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis
pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika
pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja.

Fire Fighting fire Extinguisher

Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan
langsung diarahka pada posisi dimana api berada.
Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan
peraturan Dinas Pemadam Kebakaran.
Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:
· Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg
· Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg
· Apar type C : Gas Co2 10 kg
· Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley)

4. Fire Fighting Sistem Gas

Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset,
ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT,
Comunication dan lain-lain).
Sistem iyang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-tabung
gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara terpusat dan
pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator,
instalasi pemipaan dan nozzle.
Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari system fire alarm.

Gbr. Skematik Instalasi Hydran & Sprinkler 4 latai

Proteksi kebakaran (fire protection) adalah merupakan aspek paling utama dalam
program perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam aktifitas pencegahan
kebakaran akan dapat menyelamatkan miliaran rupiah dan juga nyawa manusia akibat
kebaran. Salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran pada berbagai industri adalah
tindakan tidak aman atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Dengan memperbaiki
tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi lingkungan kerja maka penyebab terjadinya
kebakaran dapat dikurangi.
Program proteksi kebakaran membutuhkan investasi baik personel kebakaran, peralatan
kebakaran, waktu dan biaya-biaya lain yang cukup besar bagi perusahaan, namun hal ini
dapat dijustifikasi dengan menperlihatkan bukti-bukti kerugian yang diakibatkan oleh
kebakaran. Investasi yang ditanamkan untuk program pencegahan kebakaran sangatlah
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kerugian yang dapat terjadi akibat kebakaran.
Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu;
1. Program engineering; yaitu program yang meliputi perencanaan bangunan yang yang
aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran, misalnya
instalasi fire detection system (aktif) dan instalasi fire protection system (pasif).
2. Program edukasi; yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap
kebakaran, yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang kebakaran,
identifikasi penyebab kebakaran, bahaya kebakaran, pencegahan kebakaran dan
evakuasi jika terjadi kebakaran.
3. Pogram Penegakkan Sistem; program penegakkan sistem adalah program untuk
memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau comply dengan
fire code atau regulasi yang ada. Maka harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas
pencegahan kebakaran secara berkala.
Program engineering memegang peranan yang sangat penting dalam pencegahan
kebakaran. Tanpa didasari oleh prinsip teknis yang baik, program edukasi dan
penegakkan sistem tidak akan bisa bisa optimal dalam mencegah terjadinya kebakaran.
Prinsip engineering dalam pencegahan kebakaran yang harus diperhatikan adalah disain
dan konstruksi bangunan, bahan bangunan, pemasangan sistem perlindungan
kebakaran, pasokan air untuk pemadam, disain dan rencana pengembangan bagunan,
sistem pemadam dan jaringan pasokkan air pemadam. Masukan dari inspektor
kebakaran atau ahli kebakaran akan sangat berharga bagi insinyur perancang bangunan
karena mereka memilki pengetahuan yang baik tentang fire code dan regulasi tentang
kebakaran. Maka didalam merancang suatu bangunan dan proses, hendaklah
melibatkan ahli kebakaran sehingga sistem pencegahan kebakaran dapat didisain sesuai
dengan standar baku nasional atau internasional. Misalnya seberapa banyak titik fire
detection, sprinkle dan fire extiguisher yang diperlukan dalam suatu area bangunan atau
proses, dan dimana saja titik penempatannya yang paling tepat sesuai standar kebakaran
atau fire code.
Hal lain yang sangat penting dalam program pencegahan kebakaran adalah pemahaman
terhadap fire code atau standar baku kebakaran. Personel pencegah kebakaran harus
mengetahui dan memahami fire code dan regulasi yang harus diterapkan untuk jenis
industri mereka. Fire code dan regulasi yang harus dipahami misalnya adalah NFPA,
OSHA, regulasi pemerintah, kebijakan perusahaan, perusahaan asuransi yang
digunakan dan fire code atau regulasi yang spesifik terhadap proses atau bahan kimia
tertentu.
Industri yang menggunakan teknologi moderen memasukkan sistem pencegahan
kebakaran sebagai bagian dari sistem keselamatan secara keseluruhan. Namun jika
sistem pencegahan kebakaran tidak merupakan bagian dari teknologi yang diggunakan
seperti industri moderen, maka komite keselamatan kebakaran harus dibentuk untuk
membantu pengembangan dan penerapan program pencegahan kebakaran, seperti
identifikasi bahaya kebakaran, inspeksi proses tertentu, perencanaan kegiatan
pencegahan kebakaran, melakukan pelatihan bagi pekerja, melakukan komunikasi
program pencegahan kebakaran kepada pekerja dan komunitas disekitar pabrik atau
perusahaan.
Penegakan sistem adalah merupakan program penting lainnya dalam mencegah terjadi
kebakaran. Untuk menjamin bahwa sistem kebakaran yang sudah dibuat berjalan dan
alat-alat pemadam selalu dalam kondisi baik maka perlu dilakukan inspeksi secara rutin.
Setiap temuan dalam inspeksi sistem kebakaran harus dilaporkan kepada pihak
manajemen untuk difollow up agar tidak terjadi kebakaran.
Fire Fighting System

Pendahuluan
Kebakaran merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan yang bergerak di laut
khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal disebabkan oleh adanya kebakaran yang muncul
dalam kapal tersebut. Dan kebakaran tersebut kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena
kurang berhati-hati dalam bekerja diatas kapal.
Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :

1. Sesuatu yang mudah terbakar


2. Sumber api
3. Adanya oksigen yang berasal dari udara

Tiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila salah satunya tidak
ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk meminimalisir munculnya kebakaran, maka
harus menghilangkan atau tidak menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang
berdekatan.
Kebakaran dibagi menurut jenis material yang mampu menghasilkan titik-titik api. Pembagian tersebut
diantaranya :

1. Kebakaran yang berasal dari pembakaran kayu, cairan lilin, serta benda-benda furniture (Kelas
A)
2. Kebakaran yang berasal dari cairan yang mudah terbakar misalnya minyak pelumas serta bahan
bakar (Kelas B)
3. Kebakaran yang berasal dari adanya gas-gas yang mudah terbakar misalnya LPG atau Liquefied
Petroleum Gas (Kelas C)
4. Kebakaran yang berasal dari bahan-bahan logam yang mudah terbakar misalnya magnesium
dan alumunium (Kelas D)
5. Kebakaran yang berasal dari berbagai macam material yang memiliki atau berhubungan dengan
tegangan tinggi (Kelas E)

Sistem Pemadam Kebakaran

Untuk mengatasi adanya kebakaran yang disebabkan oleh hal-hal diatas, terutama pada kapal, dilakukan
tiga tahapan yaitu :
1. Detection atau mencari serta mengetahui lokasi terjadinya kebakaran
2. Alarm atau menginformasikan kepada ABK untuk mematikan segala hal, baik itu mesin atau yang
lain, yang dapat memicu membesarnya api.
3. Control atau mengontrol agar api tidak semakin membesar serta memadamkan api tersebut.

a. Detection
Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran maka digunakan fire detector yang hampir selalu
ada pada tiap-tiap ruangan di kapal. Apabila suatu kebakaran dapat dideteksi dengan cepat maka akan
lebih mudah untuk dikendalikan serta dipadamkan tanpa menimbulkan kerugian yang besar atau
berbahaya bagi kapal. Jadi fungsi utama dari fire detector adalah untuk mengetahui atau mendeteksi
adanya kebakaran yang terdapat di dalam kapal secepat mungkin agar kebakaran yang muncul lebih
mudah ditanggulangi.
Cara kerja fire detector secara umum yaitu apabila terdapat asap, percikan api serta berubahnya
temperatur sekitar menjadi panas maka alarm fire detector akan berbunyi dan hal tersebut akan membuat
ABK tahu dimana letak terjadinya kebakaran.
Tiga hal yang membuat alarm dari fire detector berbunyi yaitu :

1. Asap (Smoke detector)


2. Percikan api yang sangat banyak (Flame detector)
3. Perubahan temperatur sekitar menjadi sangat panas.(Heat detector)

i. Smoke detector
Pendeteksi asap atau yang biasa disebut Smoke detector terdiri dari dua bilik ionisasi yaitu satu
bilik terbuka untuk atmosfer atau udara bebas masuk dan satu bilik tertutup. Satu bilik terbuka digunakan
sebagai tempat masuknya atau pendeteksi awal adanya asap yang berasal dari api atau kebakaran.
Sedangkan satu bilik tertutup digunakan sebagai tempat penghubung atau pemberi sinyal agar alarm
detector berbunyi sebagai tanda adanya asap atau kebakaran. Smoke detector biasanya digunakan di
ruang mesin, ruang akomodasi, dan ruang kargo.

ii. Flame detector


Pendeteksi nyala api atau yang biasa disebut Flame detector memiliki sifat yang berlawanan
dengan Smoke detector. Flame detector biasanya digunakan untuk menjaga serta mencegah terjadinya
bahaya akibat adanya percikan api. Flame detector menangkap sinar ultraviolet dan infrared yang berasal
dari adanya percikan api yang ada di sekitarnya. Flame detector biasanya terdapat pada ruang peralatan
kendali bahan bakar yang terdapat di kamar mesin.
iii. Heat detector
Pendeteksi panas atau yang biasa disebut Heat detector dapat digunakan pada sejumlah bagian-
bagian penting yang berhubungan dengan bagian pengoperasian kapal. Detector yang paling banyak
digunakan untuk saat ini adalah Detector untuk pengaturan temperatur naik atau rata-rata dari kenaikan
temperatur pada suatu waktu. Jadi, apabila di lingkungan sekitar terjadi kenaikan temperatur yang melebihi
batas yang telah ditentukan, maka alarm dari detector tersebut akan berbunyi. Heat detector biasanya
terdapat pada dapur dan tempat pengeringan dimana detector tipe lainnya akan kurang tepat bila
diletakkan di tempat-tempat tersebut.

b. Alarm
Sistem alarm berhubungan dengan fire detector yang terhubung dengan sirkuit-sirkuit elektrik yang
dapat membunyikan bel yang terdapat pada alarm hanya dengan menggunakan sinyal elektrik. Bel ini akan
berbunyi di kamar mesin apabila terdapat sumber api atau terjadi kebakaran disana. Kebakaran yang
terdapat di ruangan lain akan menyebabkan bel di sekitar anjungan kapal akan berbunyi. Adanya alarm
akan mempermudah ABK pada kapal untuk melakukan sesuatu untuk menanggulangi adanya kebakaran
tersebut.

Gambar 1. Alarm

c. Control
Ada dua peralatan dasar yang tersedia di kapal untuk mengontrol atau menanggulangi kebakaran
yaitu Small portable extinguishers dan Large fixed installations. Small portable extinguishers merupakan
tabung pemadam kebakaran yang berukuran kecil, yang dapat dibawa kemana-mana serta mampu
memadamkan api secara cepat dan tepat. Sedangkan Large fixed installations digunakan ketika Small
portable extinguishers tidak dapat mengatasi kebakaran yang terjadi, dengan kata lain Large fixed
installations digunakan untuk memadamkan kebakaran yang sangat parah atau sangat berbahaya. Ada
berbagai macam portable dan fixed fire fighting yang akan dibahas selanjutnya.

Peralatan pemadam kebakaran


i. Portable extinguishers
Ada empat macam portable extinguishers yang biasanya digunakan di kapal yaitu Soda-acid
(Asam-soda), foam (busa), dry powder (bubuk kering), dan carbon dioxide extinguishers (gas karbon
dioksida.)

Gambar 2. Portable fifi

a. Soda-acid extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan asam soda)


Isi dari tabung pemadam kebakaran ini adalah berupa larutan sodium bikarbonat. Mekanisme
penghisap digunakan pada penggunaan pemadam kebakaran yang berjenis soda-acid sehingga ketika
alat penghisap yang terbuat dari kaca dipecahkan, maka asam dan sodium bikarbonat tercampur. Hasil
reaksi kimia yang terjadi menghasilkan gas karbon dioksida yang bertekanan tinggi sehingga cairan akan
terdesak keluar melewati internal pipe dan menuju nozzle. Alat ini banyak ditemukan di ruang akomodasi

b. Foam extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan soda)


Terdiri dari dua macam yaitu :
i. Foam extinguishers-chemical
Isi dari pemadam kebakaran jenis ini adalah campuran dari cairan sodium bikarbonat dan
alumunium sulfat. Tabung yang berada paling dalam diselimuti oleh penutup atau cap yang terhubung
dengan pipa penghisap. Ketika pipa penghisap terbuka, maka cap tersebut akan lepas. Kemudian alat ini
akan mencampurkan dua macam cairan yang ada didalamnya. Gas karbon dioksida dihasilkan oleh reaksi
yang berasal dari tekanan tinggi dari tabung dan akan mendesak busa keluar dari tabung.
ii. Foam extinguishers-mechanical
Di bagian terluar dari tabung ini berisi air. Pada tabung sentral terdapat gas karbon dioksida dan
cairan busa. Mekanisme pendesak atau pendorong terdapat diatas tabung pusat. Ketika diberi tekanan
yang tinggi, karbon dioksida dikeluarkan dan cairan busa akan tercampur dengan air. Kemudian keduanya
akan ditekan keluar melewati nozzle khusus. Pemadam jenis ini memiliki pipa internal dan dioperasikan di
bagian atas. Alat ini banyak ditempatkan di sekitar tempat-tempat yang mengandung atau terdapat cairan-
cairan yang mudah terbakar.

Gambar 3. foam extinguisher

c. Dry powder (Pemadam kebakaran menggunakan bubuk kering)


Pada bagian tabung lapis terluar berisikan dengan bubuk sodium bikarbonat. Kapsul yang
berisikan gas karbon dioksida berada di bawah mekanisme peghisap yang ada di central cap. Ketika
penghisap ditekan, gas karbon dioksida akan mendorong bubuk sodium melalui pipa dan keluar melalui
nozzle. Pemadam kebakaran jenis ini dapat digunakan di berbagai macam penyebab kebakaran akan
tetapi ini tidak memberikan efek pendingin. Alat ini biasanya berada di dekat peralatan listrik yang berada
di kamar mesin dan di beberapa bagian dari kapal.

d. Carbon dioxide extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan CO2)


Tabung pelapis yang sangat kuat digunakan untuk menyimpan cairan karbon dioksida bertekanan
rendah. Pipa utama berfungsi sebagai tempat atau jalan keluarnya karbon dioksida yang ditekan oleh alat
penghisap sehingga katup akan terbuka oleh karena ditekannya pelatuk. Cairan tersebut akan berubah
menjadi gas yang akan keluar dari tabung pemadam ini yang kemudian akan melewati pipa dan akan
tertampung di horn. Apabila pelatuk pada horn dibuka, maka gas karbon dioksida tadi akan keluar. Alat ini
banyak terdapat di kamar mesin dan tempat perlengkapan serta peralatan elektrik. Alat ini tidak
diperbolehkan berada di ruang akomodasi serta di ruang perbatasan karena hal tersebut bisa
membahayakan ABK dan awak penumpang lainnya yang mungkin bisa menyebabkan kematian.
Gambar 4. pemadam bubuk kering

ii. Fixed Installations


Ada beberapa perbedaan antara fixed fire fighting installation dan portable extinguishers, diantaranya
adalah desain pengkhususan untuk beberapa tipe kapal. Pembagian instalasi pemadam kebakaran akan
dibahas pada sub bab di bawah ini.

a. Fire main
Sistem pemasukan air laut ke dalam pipa pemadam kebakaran ditempatkan pada setiap kapal.
Beberapa pompa pada kamar mesin akan disusun atau ditata untuk membantu memasukan air ke dalam
sistem tersebut Mulai dari jumlahnya, kapasitas yang diperbolehkan, semuanya diatur oleh badan
perundang-undangan (Department of Transport for UK registered vessels). Pompa darurat yang digunakan
untuk memadamkan api juga ditempatkan di kamar mesin. Pada tiap sistem pengeluaran pemadam
kebakaran terdapat katup-katup yang terisolasi yang berada disekeliling kapal dan pipa air dengan tepat
akan mengunci penghubung yang ditempatkan berdekatan dengan nozzle. Hampir di seluruh area kerja
diatas kapal sedemikian hingga tertutup dan pasokan air laut dapat dibawa untuk digunakan sebagai
pemadaman api pada tiap titik di bagian kapal.

Nozzle jet atau spray akan disetel untuk menyediakan penyemprot air yang dapat digunakan untuk
melawan api serta mendinginkannya tanpa harus disemprotkan.

b. Automatic water spray


Penyemprot otomatis atau biasa disebut dengan sistem penyembur menyediakan hubungan dari
kepala penyemprot yang melewati daerah yang terlindungi. Sistem ini mungkin digunakan di ruang
akomodasi dan di kamar mesin dengan berbagai macam variasi yang berdasarkan kegunaan dari peralatan
tersebut serta metode atau cara pengoperasiannya.
Ruang akomodasi diberi alat ini yang mampu melakukan deteksi sekaligus memadamkan api. Di
bagian kepala pada alat ini ditutupi oleh semacam kaca / bola lampu yang isinya berupa cairan yang bisa
mengembang secara cepat saat terkena panas. Ketika panas membuat cairan tadi berkembang, maka
penutup kaca tadi akan pecah yang kemudian akan keluarlah air dari alat tersebut yang berasal dari sistem
penyembur yang berisikan air laut. Air laut tadi ditampung di tangki air yang diberi tekanan udara yang
cukup tinggi. Sistem penyembur ini terus diisi oleh air yang segar untuk mengurangi adanya efek korosi.

Gambar 5. Automatic water spray

c. Foam systems
Sistem penyemprot busa atau biasa disebut Foam spreading systems dibuat agar cocok dengan sistem
kebutuhan yang ada di kapal dengan memperhatikan jumlah busa yang dibutuhkan, area yang harus
dicakup, dll. Mechanical foam atau busa mekanik merupakan semacam zat kimia yang terbentuk dengan
cara mencampurkan busa yang terbuat dari cairan dalam jumlah yang besar. Pencampuran yang terjadi di
udara akan menimbulkan gelembung-gelembung udara yang akan berbentuk busa nantinya.
Pada sistem ini, pencampuran air dan busa yang dilakukan dalam ruangan atau tempat tertutup yang
kemudian busa hasil pencampuran dengan air tadi akan disalurkan ke tabung pemadam kebakaran agar
bisa digunakan. Tangki penampung busa dilindungi oleh penutup agar isi didalamnya terlindung dari
keadaan lingkungan luar yang buruk. Untuk mengoperasikan sistem ini yaitu dengan membuka dua katup
yang saling terhubung dan pompa pemadam akan hidup. Pencampuran busa ini diukur dengan baik oleh
automatic inductor unit. Pompa pemadam dan tangki penampung tadi harus terletak diluar dari ruangan
yang terlindungi atau tercover tadi.

d. Carbon dioxide flooding


Sistem ini digunakan untuk memindahkan oksigen yang berada di area perlindungan yang kemudian
akan dilakukan pemadaman api. Gas karbon dioksida disimpan sebagai cairan dengan tekanan rendah
yang berada didalam silinder. Volume ruangan yang akan dilindungi menentukan banyaknya tabung
silinder yang dibutuhkan dalam ruangan tersebut. Secara umum, alat ini digunakan untuk melindungi ruang
kargo dan kamar mesin.
Sistem pada ruang kargo secara normal disusun untuk tempat mendeteksi asap, alarm, dan pengaliran
karbon dioksida. Pipa kecil untuk saluran udara yang berasal dari ruang kargo akan diarahkan menuju
kamar-kamar. Udara didapatkan dari beberapa bagian dari kipas-kipas kecil dan tiap pipa digunakan untuk
saluran dari udara tadi. Apabila asap masuk kedalam ruangan yang terdapat saluran udara tadi, maka
alarm akan mati.
Lokasi kebakaran dapat diketahui di anjungan kapal dan katup ruang distribusi yang dioperasikan pada
bagian anjungan kapal. Katup ini akan mematikan pipa udara dari anjungan dan membuka karbon dioksida
yang dijalankan oleh suatu sistem yang menggunakan baterai.
Sistem pada kamar mesin dibuat agar dapat memberhentikan sumber daya pada sistem yang ada.
Sebelum gas dibuang, ruangan harus dalam keadaan kosong dari ABK dan tidak diisi oleh udara (kedap
udara). Katup penutup di tempatkan pada penutup udara di tiap ruangan.
PENDAHULUAN
Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap
bahaya kebakaran yang metode proteksinya menggunakan berbagai macam media, adapun
Fire Fighting yang akan dibahas pada makalah ini adalah proteksi dengan menggunakan
media air yang ditekan ke pipa instalasi hydrant dan sprinkler dengan menggunakan pompa
hydrant. Dimulai dari ground tank dan rumah pompa sampai dengan ke titik sprinkler,
landing valve Indoor Hydrant Box, dan Hydrant Pilar Kawasan.
Pengadaan, pemasangan dan penyetelan keseluruhan System Penanggulangan
Kebakaran sedemikian rupa sehingga semua peralaatan dan kelengkapannya dapat berfungsi
secara efektif sesuai dengan standard memadamkan api.

Pengadaan dan Pemasangan


Peralatan Utama System Fire Hydrant meliputi :
Melengkapi pompa dengan priming water tank dan fuel tank lengkap dengan system
pemipaannya.Pemipaan dan Perangkat Operasionalnya (Valve, Flow Switch, dan
perlengkapan lainnya)

istem pengindera api atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah suatu sistem
terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk
kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara
otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran ( fire fighting System ).

Di lapangan, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian, yaitu :


1. Non addressable system.
Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA menerima sinyal
masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan
dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk merespon masukan tersebut. Sistem ini
umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan
atau pada ruangan-ruangan tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.

2. Semi addressable system


Pada sistem ini dilakukan pengelompokan / zoning pada detektor & alat penerima masukan
berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona ini dikendalikan ( baik
input maupun output ) oleh zone controller yang mempunyai alamat / address yang spesifik. Pada
saat detektor atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan
meresponnya (I/O) berdasarkan zone controller yang mengumpankannya.

Dalam konstruksinya tiap zona dapat terdiri dari :


a. satu lantai dalam sebuah bangunan / gedung.
b. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung.
c. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tai di sebuah bangunan / gedung.

Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan
demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.
3. Full addressable system.
Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector dan alat
pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi
dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.

Untuk komponen utama sistem fire alarm terdiri dari :


1. MCFA ( Main Control Fire Alarm )
MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. MCFA berfungsi menerima sinyal
masuk (input signal) dari detector dan komponen proteksi lainnya (fixed heat detector, smoke
detector, ROR heat detector, dll).

2. Alat Pendeteksi.
Alat pendeteksi atau detector adalah alat yang berfungsi sebagai alat penerima masukan yang
bekerja secara otomatis. Jenis detector kebakaran ini terbagi menjadi 4 macam yaitu:

 Detektor Panas (Heat Detector).


 Detektor Asap (Smoke Detector).
 Detektor Api (Flame Detector).
 Detektor Gas (Fore Gas Detector).

Fire Fighting System - Sistem Pemadam


Kebakaran Gedung Bertingkat Tinggi
By Dion Mloto on 23.2.16

Opo iki? *Ha yo embuh!*


Fire fighting system atau biasa di kenal dengan sistem pemadam kebakaran adalah suatu sistem
yang di sediakan dalam suatu bangunan untuk menanggulangi bahaya kebakaran. Sistem pamadam
kebakaran pada gedung bertingkat tinggi adalah wajib hukumnya untuk di sediakan. Mengingat
dalam suatu gedung bertingkat akan timbul keterbatasan tindakan yang dapat di lakukan penghuni
untuk menyelamatkan diri saat terjadi kebakaran. Selain itu proses penyelamatan para penghuni
pun juga akan sulit di lakukan oleh dinas pemadam kebakaran di sebabkan tingginya lokasi.

Selain kedua hal di atas, sistem pemadam kebakaran pada gedung bertingkat tinggi wajib ada
mengingat efek dari kebakaran yang dapat melemahkan struktur gedung jika kebakaran tidak
segera di atasi.

Sistem pemadam kebakaran (Fire Fighting System) gedung bertingkat tinggi di bagi menjadi
beberapa system yang berdiri sendiri namun saling terkait satu dengan lainnya. Di sini saya akan
membagi sistem pemadam kebakaran pada gedung bertingkat tinggi menjadi 3 system utama yaitu:

1. Fire Hydrant System


2. Fire Sprinkler System, dan
3. Fire Alarm System

Pada gedung bertingkat tinggi, ke tiga system tersebut harus ada dan memenuhi syarat yang di
berlakukan oleh pemda. Ke tiga sistem utama dalam fire fighting tersebut, di katakan berdiri
sendiri sebab dari masing-masing system di dukung oleh unit-unit yang di atur sedemikian rupa
hingga mampu bekerja sama dalam menanggulangi atau pada saat terjadinya kebakaran.

Lebih jauh tentang unit-unit dari ke tiga system di atas akan saya share pada artikel mendatang.
Sebab terlalu panjang kiranya jika harus saya tulis di halaman ini. Pada artikel ini saya khusus
membahas tentang Fire Fighting System gedung bertingkat tinggi sebagai pembuka.
Selanjutnya di sini sekilas saya akan menulis tentang ketiga sistem pemadam kebakaran pada
gedung bertingkat tinggi, mulai dari

 Fire Hydrant System

Fire Hydrant system atau pemadam sistem hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran
yang di operasikan secara manual oleh tenaga manusia dengan menggunakan media air sebagai
alat pemadam api. Prinsip kerja dari sistem hydrant pada gedung bertingkat tinggi adalah ketika
hydrant valve pada box hydrant di buka maka pompa akan mengalirkan air ke seluruh instalasi
pipa hydrant dalam gedung menuju ke titik valve terbuka. Selengkapnya akan saya share di
artikel lain.

 Fire Sprinkler System

Fire Sprinkler System atau pemadam sistem sprinkler adalah suatu sistem pemadam kebakaran
yang dapat bekerja secara otomatis berdasarkan berbedaan suhu. 'Fire sprinkler system' di bagi
lagi menjadi 2 system berdasarkan kesiapan air dalam pipa istalasi, yaitu Wet Riser Sprinkler
System dan Dry Riser Sprinkler System. Karena fire sprinkler ini sangat kompleks, maka akan
saya tulis pada artikel yang lain. Berlanjut ke

 Fire Alarm System

Dari namanya tentu semua sudah tau, fire alarm system adalah suatu sistem pendukung pemadam
kebakaran gedung bertingkat tinggi. Sistem ini lebih kompleks lagi di banding dengan fire
Sprinkler system. Fire alarm system akan berkaitan dengan sistem keamanan gedung, elevator,
intake fan, exhaust fan, detektor asap, detektor panas dan lain sebagainya yang tergabung dalam
'General Fire', Bahkan fire alarm system canggih dapat langsung berhubungan dengan sudin
damkar. Fire alarm system juga bertindak sebagai ujung tombak seluruh system yang ada pada
gedung bertingkat tinggi saat terjadi kebakaran.

Selain ke tiga system di atas, masih terdapat sistem pemadam kebakaran gedung bertingkat tinggi
yang lain yaitu:

 Portable Fire Extinguisher

Sebenarnya bukan merupakan suatu sistem, tetapi lebih tepat bila di sebut alat pemadam api
ringan. Kenapa saya sebut dengan sistem, hanya untuk mempermudah pengelompokan dari
berbagai jenis pemadam kebakaran yang ada dan karena alat-alat pemadam kebakaran tersebut
berdiri sendiri tanpa ada kaitan langsung dengan ketiga system yang saya sebutkan di atas.

Juga sesuai dengan namanya, portable fire extinguisher adalah suatu alat pemadam api yang dapat
di pindah dengan cepat dan flexible di gunakan di segala medan sesuai peruntukannya. Di negara
kita Indonesia portable fire extingusher lebih di kenal dengan sebutan APAR. Apar ini sebenarnya
singkatan bro.. Pengen tau? APAR itu singkatan dari Alat Pemadam Api Ringan.
Jadi inget cerita seru. Singkatnya di suatu kopdar dengan teman-teman. Terjadi obrolan seru
mengenai headline news tentang kebakaran. Satu teman begitu antusias memberi pemahaman
tentang cara penanggulangan kebakaran. Seperti biasa saya cuma pendengar setia, di sela-sela
canda saya iseng bertanya jika yang terbakar adalah genset atau panel listrik harus menggunakan
apa? Jawabannya adalah APAR. Saya pun menyahut Ooo... begitu, APARnya jenis apa? *pasang
muka bego* Jawabannya malah membuat saya kebingungan, "APAR ya APAR, pokoknya kalo
nemu kebakaran ambil aja APAR, semprotin ke api" *Nah loh?! pengen senyum sih tapi takut
menyinggung. Akhirnya saya yang diam hee...

Dari situ saya dapat 'meraba' bahwa ternyata masih banyak masyarakat yang belum paham tentang
apa itu APAR. Bagaimana teknik menggunakan APAR. Apa saja jenis APAR dan untuk apa
kegunaanya. Pada hal sudah saatnya kita sadar diri tentang bahaya dan cara penanggulangan
kebakaran. Paling tidak kita mampu mengoperasikan APAR dengan benar, aman dan tepat sasaran.

Sebutan APAR masih sangatlah umum, sebab alat pemadam api ringan (APAR) memiliki
beberapa jenis sesuai dengan fungsinya. Ada APAR jenis Dry Chemical Powder, Jenis CO2
(Carbon Dioxide), jenis Aqueous Film Forming Foam (Foam AFFF) atau biasa di kenal foam saja,
ada APAR jenis Hallon dan sebagainya.

Jadi jangan salah tafsir dengan pemahaman bahwa APAR itu hanya jenis Dry Chemical Powder
saja. Memang pada dasarnya jenis powder adalah alat pemadam api yang multifungsi. Tapi ya liat
dulu titik kebakarannya apa dan di mana. Panel listrik kebakar di sikat pake foam bisa jadi
bukannya mati malah mledug. BBM kebakar di sikat pake powder, di sikat sini?! sono nyala. Di
sikat sono?! di sini nyala lagi. BBM kan ngalir! Uber-uberan donk?!

So.. pakailah alat pemadam api ringan yang sesuai dengan type kebakarannya. *Ribet mas!* yo
uwis, kalo ada kebakaran ya jangan bingung harus padamin pake apa. heee..
Sprinkler bekerja dengan menggunakan sistem pendeteksi panas, sehingga prinsipnya hampir
sama dengan heat detector. Pada saat head sprinkler pecah, air dalam pipa akan mengalir dan
mengaktifkan switch pada instalasi flow switch. Sprinkler merupakan mechanical accecories dan
biasanya digunakan untuk instalasi fire fighting. Sprinkler berfungsi sebagai media pemadaman
kebakaran secara otomatis apabila sprinkler terkena api / suhu mencapai 68 derajad celcius.
Warna merah di tabung kaca adalah air raksa yang akan memuai dan memecahkan tabung kaca
bila terkena panas. Dengan pecahnya sprinkler, air dalam pipa akan mengalir dan mengaktifkan
switch dalam instalasi flow switch untuk kemudian sinyal switch akan diteruskan ke rangkaian
microcontroller ataupun interface modul untuk diproses sebagai sinyal kebakaran. Bagaimana
microcontroller atau interface ini bekerja akan dibahas pada bagian lain.

Sebuah perangkat flow switch merupakan kombinasi switch dan sebuah penggerak mekanik
berupa flapper dimana air dalam pipa berfungsi sebagai penggerak flapper. Dengan prinsip
penggerak mekanik,sebuah tuas penggerak mekanik akan menarik switch sebagai fungsi on dan
off flow switch. Agar switch elektrik ini bekerja dengan baik maka sebuah kombinasi mekanik
antara penggunaan spring ( per mekanik ) dan sebuah membran akan memaksimalkan fungsi
switch secara otomatis sehingga sinyal on off akan terjadi.

Karena Flow Switch bekerja berdasarkan sistem aliran air atau tekanan pada pipa dan kemudian
akan aktif sebagai sinyal on off ke fire alarm, maka pemasangan flow switch ini tidak bisa
terbalik. Mengingat bahwa switch hanya akan aktif apabila rangkaian mekanis berupa tuas
mekanis akan terdorong oleh tekanan / gerakan air dalam pipa dengan arah aliran air yang benar.

Sistem Fire Alarm juga harus dilengkapi dengan sebuah valve positioner yang bekerja secara
otomatis, dimana sebuah motor DC 24 Volt dipakai sebagai penggerak ( actuator ) yang akan
mengatur posisi valve. Valve akan bekerja sesuai instruksi setelah flow switch aktif dan
membuka aliran air sedemikian sehingga proses pemadaman terjadi.Valve digerakkan melalui
tombol manual dan otomatis dengan menggunakan sebuah tombol atau microcontroller.
Kerusakan pada bagian ini bisa saja diperbaiki dengan cara modifikasi panel atau melalui
microcontroller. Beberapa kejadian dilapangan menunjukkan beberapa valve positioner ini
digerakkan dengan cara manual melalui handle mekanis untuk membuka dan menutup. Padahal
sebenarnya hal ini tidaklah dibenarkan.

Bagaimana jika instalasi dan kontrol flow switch tidak lagi berfungsi dengan baik ? apa yang
harus dilakukan saat sprinkler pecah dan MCFA tidak merespon terjadinya kebocoran pipa ?

Instalasi flow switch terhubung dengan panel utama dan memberikan sinyal aktif saat switch
aktif sehingga alarm aktif. Beberapa flow switch dilapangan kadang tidak bekerja dengan baik
karena kabel putus atau kerusakan mekanis. Sulitnya medan jalur kabel dan pengaruh usia
sehingga jalur kabel sulit untuk dilacak menambah rumitnya perbaikan sistem alarm pada bagian
ini. Meskipun dengan alat pendeteksi kabel bisa diperbaiki namun tidak semudah yang
dilakukan jika jalur kabel sudah sulit dilacak. Bagaimana langkah solusinya ?

Beberapa gedung memang tidak masalah dengan ini. Namun kadang cukup sulit atasi soal kabel
dengan jumlah banyak. Untuk kejadian ini kita bisa melakukan dengan cara atau sistem wireless.
Dimana tidak lagi diperlukan kabel seperti biasanya yang menghubungkan flow switch dengan
panel MCFA. Sistem wireless yang dimaksud adalah dengan menambahkan modul
microcontroller berikut pemancar gelombang baik internet atau gelombang radio yang
menghubungkan flow switch dan mcfa. Dengan solusi ini maka kerusakan sistem akibat kabel
putus tidak lagi menjadi masalah.

Sistem Monitoring Fire Alarm berbasis Komputer.

Beberapa kerusakan pada instalasi flow switch ataupun pada modul lain sebenarnya bisa
diperbaiki secara bertahap dengan menggunakan rangkaian microcontroller.

Sistem integrator merupakan terobosan yang sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan


automation pembuat perangkat kontrol untuk mendapatkan produk dengan integrasi dengan
produk kontrol dari perusahaan lain. Dengan sistem ini, maka berbagai modifikasi perangkat
yang berlainan akan semakin banyak diminati.

Sistem fire alarm berbasis komputer juga telah banyak dilakukan, mengingat bahwa tuntutan
kemudahan dalam operasi dan kesederhanan menjadi pilihan. Sistem dengan komputer
mempunyai keunggulan secara real time baik dalam operasi, data logger, event dan alarm secara
lebih baik dibanding dengan sistem konvensional. Demikian juga kebutuhan sistem integrasi fire
alarm dengan sistem kontrol dalam gedung ( building automation system ) atau industri telah
menjadikan sistem berbasis komputer menjadi pilihan yang menarik.
0

Fire Fighting And Safety


 Selasa, 19 Juli 2011
 Kang Mini
 Share
 Kebakaran dapat terjadi akibat adanya kombinasi dari tiga faktor, yaitu :
1. Zat yang akan terbakar
2. Sumber penyalaan
3. Adanya O

Ketiga faktor tersebut sering disebut segi tiga api. Dengan memindahkan satu
atau dua faktor dari ketiganya, maka bahaya kebakaran dapat dihindari.
Kebakaran dapat diklasifikasikan menurut type material yang bereaksi
sebagai bahan bakar. Klasifikasi yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Kelas A ; api membakar kayu, fibreglass dan alat-alat furniture
- Kelas B ; api membakar minyak pelumas dan bahan bakar
- Kelas C ; api membakar bahan bakar gas seperti LPG
- Kelas D ; api membakar logam yang mudah terbakar seperti Mg & Al
- Kelas E ; api membakar benda yang disebutkan diatas dengan tegangan
listrik yang tinggi

I. SISTEM GAS INERT

I . 1. Pendahuluan

Masalah keselamatan kapal


tangki memegang peranan yang sangat penting baik keselamatan baik
keselamatan lingkungan akibat terjadinya pencemaran maupun keselamatan
muatan dan kapal pengangkutnya sendiri atasadanya bahaya kebakaran.
Ketentuan bahaya kebakaran di dalam SOLAS 1983 telah menetapkan untuk
kapal tangkai minyak berukuran 20.000 DWT keatas disampaing harus
dilengkapifixed deck foam system juga harus dilengkapi fixed inert gas system
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh IMO dalam rules BKI pun ditetapkan
bahwa untuk kapal tangki minyak ukuran 20.000 DWT keatas harus dilengkapi
dengan peralatan gas inert. Notasi inert dicantumkan di belakang tanda
kelasnya. Pemeriksaan periodik terhadap kapal yang mendapat notasi inert
harus sesuai dengan program inert 4 BKI. Sebelum menginjak pada
pelaksanaan survey sesuai inert 4 perlu dipahami dahulu ketentuan-ketentuan
yang ada pada petunjuk tentang sistem gas inert yang dibuat oleh IMO.
Berikut ini diuraikan beberapa batasan mengenai gas inert:
Inertgas adalah suatu gas atau campuran bermacam-macam gas yang dapat
mempertahankan kadar oksigen dalam prosentase rendah sehingga dapat
mencegah terjadinya ledakan atau kebakaran.
Kondisi inert artinya suatu kondisi dimana kadar oksigen pada tangki
dipertahankan dalam keadaan 8% atau kurang dibandingkan dengan jumlah
folume gas yang ada pada atmosfer tangki tersebut.
Sistem gas inert adalah suatu susunan gas inert yang terdidri dari pesawat
pembuuat gas inert beserta sistem distribusinya dilengkapi dengan peralatan
untuk mencegah aliran balik dari gas tersebut ke kamar mesin, dilengkapi
pula dengan alat pengukur yang tetap maupun dapat dipindah.
Inerting artinya memasukkan gas inert ke dalam tangkai agar terjadi kondisi
inert. Purging artinya memasukkan gas inert ke dalam tangki inert dimana
tangki tersebut telah ada dalam kondisi inerrt, agar terjadi pengurangan kadar
oksigen sehingga apabila tangki tersebut kemasukka udara segar tidak terjadi
peledakkan. Gas freeing artinya memasukkan udara segar ke dalam tangki
dengan maksud menghilangkan gas beracun.
Topping Up artinya memasukkan gas inert ke dalam tangki yang telah berada
dalam kondisi inert agar tekanan dalam tangki meningkat sehingga dapat
mencegah adanya udara masuk ke dalam tangki

I. 2. Prinsip gas inert


Pencegahan peledakan tangki dengan sistem gas inert dicapai dengan
memasukkan gas inert ke dalam tangki untuk menjaga agar kadar oksigen
dalam keadaan rendah dan mengurangi gas hydrocarbon di atmosfer tangki
pada proporsi yang aman.

I. 2. 1 Batas dapat terbakar (flammable limits)


Percampuran antara gas hydrocarbon dan udara tidak akan menyala kecuali
apabila komposisinya berada pada daerah yang kita kenal dengan fammable
range, daerah ini dibatasi dengan lower flammable limit dan upper flammable
limit. Apabila konsentrasi gas hydro karbon berada dibawah batas dapat
terbakar berarti tidak terdapat hydrocarbon yang cukup untuk menyebabkan
terjadinya pembakaran, sedang apabila kadar hydrocarbon berada diatas
flammable limit berarti tidak cukup udara untuk membakar. Batas daerah
yang dapat terbakar pada prakteknya dari muatan minyak berisi antara satu
sampai dengan 10 % dari volume gas.

I. 2. 2 Pengaruh gas inert terhadap penyalaan


Ketika gas inert ditambahkan suatu gas hidricarbon atau campuran udara ,
hasilnya akan menaikan konsentrasi lower flammable limit dan akan
mengurangi konsentrasi upper flammable limit.
Gambar ini menunjukkantitik yang mewakili gas hidro karbon udara dan
campuran gas inert yang berada dalam sumbu X adah kandungan oksigen dan
sumbu Y merupakan kandungan gas hidrocarbon.

I. 2. 3 Metode pertukaran gas


Metode pertukaran gas terdiri dari tiga macam metode, yaitu : inerting,
purging, dan gas freeing. Dari ketiga metode tersebut prosesnya adalah
sebagai berikut :
- Penipisan salah satu gas akibat bertabahnya gas lainnya
- Perpindahan sebagai akaibat penyelubungan

II. SUMBER GAS INERT DAN PERALATAN UTAMA LAINNYA


II.1 Sumber gas inert
Sumber gas inert dapat diperoleh dari beberapa macam sumber yaitu :
- Ketel utama
- Inert gas generator

II.1.1 Ketel
Gas inert dapat dapat dihasilkan dari gas buang dari ketel utama dan ketel
bantu yang dialirkan melalui pipa setelah didinginkan dan dibersihkan. Gas
buang dari mesin diesel juga dapat diproses menjadi gas inert, namun gas
buang dari ketel banyak keunggulannya sehingga banyak dipakai sebagai
sumber gas inert.
Keunggulannya :
- Kandungan oksigen yang terkandung cukup rendah, 3-4% bahkan ada yang
2% jauh lebih rendah dibandingkan kandungan mesin diesel.
- Ketel dapat tetap bekerja pada saat kapal berada di pelabuhan, sehingga
pada saat bongkar muat pasok gas inert dapat terjaga.
Kelemahannya :
- Gas bekas yang dihasilkan mengandung SO yang bersifat korosif
- Kotoran dan abunya banyak sehingga harus dikurangi agar tidak menyumbat
- Temperatur gas bekas ini masih cukup tinggi sekitar 300°C sehingga harus
didinginkan terlebih dahulu.
II.1.2 Inert gas generator
Untuk menghasilkan gas inert dengan kualitas yang lebih baik dipakai
peralatan khusus yaitu inert gas generator sebagai pengganti ketel biasa. Cara
kerja gas inert hampir sama dengan pembakaran pada ketel biasa, akan tetapi
alat ini dibuat khusus untuk membuat gas inert maka dilengkapi dengan ruang
pendingin untuk menurunkan kadar SO . Jika kita memakai air laut untuk
pendingin maka harus di buat dari bahan tahan korosi.
Keuntungan dari pemakaian inert gas generator adalah dalam
pemeliharaannya yang sederhana karena tidak perlu membongkar bagian-
bagian utama.

II.2 Susunan sistem gas inert


Untuk mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dapat dilihat pada
aliran flue gas. Flue gas setelah keluar dari ketel/inert gas generator melewati
flue gas isolating valve menuju scrubber dan demister. Disini gas didinginkan
dan dibersihkan sebelum dialirkan menuju blower yang kemudian dialirkan
melalui deck water seal, non retirn valve dan deck isolating valve sebelum
masuk ke tangki muatan. Setelah blower ditempatkan katup pengatur
tekanan gas untuk mengatur aliran gas ke dalam tangki.
Untuk penyaluran gas inert ke dalam tangki muatan selama bongkar muat,
pembuangan ballast, pembersihan tangki dan untuk menaikkan tekanan gas
dalam tangki. Selama pelayaran gas inert disaluran utama geladak berjalan
kedepan dari deck isolating valve keseluruh geladak diatas tangki sepanjang
kapal. Dari saluran utama ke saluran cabang, kemudian masuk ke bagian atas
dari tangki.

II.3.SCRUBBER

Fungsi scrubber adalah mendinginkan gas dan mengeluarkan So2 dan partikel
abu . Ketiga aktifitas tersebut dapat dicapai dengan cara kontak langsung
antara flue gas dan air. Sebelum mencapai dasar dari scrubber gas
didinginkan dengan cara melewatkan pada suatu pancaran air atau gelembug
air sebelum melewat water seal, seal tersebut juga berfungsi sebagai
peralatan pengaman tambahan untuk mencegah terjadinya kebocoran gas
dari keluaran ketel apabila scrubber tersebut sedang dibuka untuk
pemeriksaan maupun perawatan. Didalam tabung scrubber itu sendiri gas
bergerak keatas melalui suatu aliran gas yang menurun.
Perencanaan scrubber harus didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
- Kemampuan harus sesuai dengan persyaratan SOLAS, capter 2 reg. 62
- Scrubber harus mampu memindahkan sedikitnya 90 % dari So2 untuk kapal
pengangkut crude, sedangkan untuk kapal pengangkut produk harus lebih
tinggi.
- Bagian dalam dari peralatan ini terbuat dari material yang tahan korosi
- Effisiensi srubber dalam kondisi normal tidak boleh kurang dari 97 %
- Scrubber harus ditempatkan diatas garis air muatan penuh sehingga lubang
pengering dari peralatan tersebut tidak terganggu saat kapal penuh muatan.
- Scrubber harus dilengkapi dengan bukaan dan jendela pengamat dari kaca
pada dindingnya untuk pemeliharaan dan pengamatan

II.4 BLOWER
Blower digunakan untuk mengalirkan gas yang keluar dari scrubber menuju
ruang muatan . Menurut SOLAS sedikitnya harus dua blower dengan kapasitas
125 % dari volume discharge kapal tersebut. Dalam prakteknya sering
diusahakan agar masing masing berbeda kapasitasnya yang satu besar dan
yang lainnya kecil
Blower kapasitas kecil digunakan untuk toppeing sewaktu kapal ditengah laut,
dengan adanya dua blower maka apabila salah satu sedang dalam perawatan
yang lainnya masih berfungsi. Casing dan impeler dari blower harus dari
material yang tahan karat apabila kedua blower ter sebut berbeda
kapasitasnya maka karakteristik tegangan atau volume dan diameter pipa
pemasukan / pengeluaran harus disesuaikan sehingga blower dapat
dioperasikan secara paralel dan dapat mencegah terjadinya motor berhenti.

III PENGOPERASIAN INSTALASI GAS INERT


Pada umumnya perinsip dasar pengoperasian instalasi gas inert adalah :
- Start pengoperasian gas inert
- Penutupan instalasi gas inert
- Pemeriksaan alat – alat keamanan terutama instalasi sedang tertutup (pasok
gas inert sedang berhenti)

III.1 PROSEDUR START ADALAH SEBAGAI BERIKUT :


- Harus dicek apakah ketel ataupun generator telah memproduksi flue gas
dengan kandungan oksigen 5 % ( untuk kapal-kapal lama kandungan oksigen
tidak melebihi 8 % )
- Harus tersedia daya yang dapat mengoprasikan alat kontrol , alarm, dan
peralatan untuk mematikan gas inert.
- Pompa pasok air menuju scrubber dan deckuater seal harus senantiasa
terpelihara dengan baik.
- Pengoprasian peralatan untuk menghentikan pasok air ke scrubber dan
deckuarter seal harus menjalani uji petik.
- Katup pemasukan udara bersih harus diperiksa dan berada pada posisi
menutup dengan baik.
- Tutup semua aliran udara menuju ke seal dan isolating valve.
- Buka flue gas isolating vaive
- Buka katup saluran masuk dari salah satu blower yang dipakai untuk mengisi
gas sedangkan saluran masuk dan keluar dari blowert lainnya harus dalam
keadaan tertutup. Apabila blower akan dioprasikan secara bersamaan maka
kedua saluran harus dibuka.
- Jalankan blower.
- Test peralatan alarm blwer.
- Buka katub untuk resirkulasi agar aliran gas tetap stebil.
- Buka katup pengatur regulating valve flue gas.
- Periksa kandungan oksigen harus kurang dari 5 % dan 8% untuk kapal lama.
Apabila harga tersebut dapat tercapai tutup saluran ventilasi ke atmosfer.
- Sistem siap menyalurkan gas inert kedalam tanki muatan.

III 2. PROSEDUR PENUTUPAN


- Apabila atmosfer tang telah diperiksa dimana kandungan oksigen berada
tidak lebih
- Dari 8 % dan persyaratan tekanan yang dipersyaratkan telah tercapai segera
tutup deck isolating valve non return valve.
- Buka ventilasi menuju udara luar (atmosfir) antara katup pengatur tekanan
gas dan deck isolating valve / non return valve
- Tutup katup pengaturan tekanan gas
- Matikan Blower
- Tutup katup pemasukan / pengeluaran dari blower, Periksa cerat drams
apakah telah nampak jelas, buka saluran pencuci Blower sementara blower
tersebut masih berputar pada saat motor penggerak telah dimatikan apabila
waktunya telah dianggap cukup saluran air pencuci ditutup kembali
- Tutup katup isolating valve flue gas dan buka sistem seal yang berhubungan
dengan idara luar
- Air didalam scrubber tower dijaga agar sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat
- Harus tetap dijaga pasok air menuju deck water seal tetap mencukupi dan
alaram harus senantiasa terjaga dapat berfungsi dengan baik.

SISTIM PEMADAM KEBAKARAN CO2


 Sistim pemadam kebakaran untuk perlindungan tambahan
 Co2 disimpan dalam tabung penyimpanan dalam bentuk cair
 Keuntungan sistim CO2 dibanding gas lain :
1. Barang dan mesin tidak mengalami kerusakan
2. Merupakan sistim yang berdiri sendiri, tidak berpengaruh pada kerusakan
pada mesin, pompa atau listrik.
 Kerugian sistom CO2 :
Kemungkinan kapasitas CO2 yang disediakan tidak mencukupi untuk
memadamkan api disuatu ruangan

SISTIM PEMADAM KEBAKARAN DENGAN UAP

 Hanya digunakan pada tempat yang tidak terdapat orang


 Uap didapat dari ketel utama untuk kapal dengan penggerak uap atau
dari ketel uap bantu pada kapal penggerak motor
 Sistim ini memakai manifold tipe utama dan pipa cabang serta keran
pengontrol
 Pipa cabang dilengkapi dengan tabung atau alat pengering. Pada
manifold dilengkapi tabung pengamat untuk mengetahui jika terjadi
kebocoran
 Kerugian sistem uap :

1. Kemungkinan terjadi kerusakan pada barang akibat uap dan embun


2. Uap yang disediakan mungkin tidak selalu segera siap
3. Resiko meledak jika uap melewati massa yang berpijar

Anda mungkin juga menyukai