Anda di halaman 1dari 48

Fire Fighting Sistem Sprinkler

Published by isnanto at 00:27 under Fire Fighting, Sistem Gedung and tagged: Fire


Fighting, sprinkler

URAIAN SYSTEM
1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap
2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara
otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya.

- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.


- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan
diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey
Pump.

 Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey


pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.

 Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler
pecah) maka pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis
pompa jockey berhenti.

 Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik,


kemudian pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.

 Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi
dengan nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi
tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
 Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah Start otomatis dan Mati
secara Manual.

 Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan
terbuka dan segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa
cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada
setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm
pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan
tekanan.

3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan

4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu
yang sudah ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja
setelah pecahnya bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran.
Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area
kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali
jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.
DIAGRAM SYSTEM
INSTALASI SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH
Oleh : Ilham Wahyudi
Sumber Air bersih didapat dari 2 sumber antara
lain : dari PDAM dan dari air sumur (deep well),
dimana air yang bersumber di keduanya ini akan
masuk ke dalam ground water tank. didalam ground
water tank terdapat 2 sekat bak penampungan air
yaitu raw water tankdan clean water tank, 
Secara detail bagian-bagian dari sistem air bersih ini
adalah sebagai berikut: 

 Deep Well
Sumber pengadaan air bersih berasal dari air
sumur (deep well). sumur ini menyuplai seluruh
kebutuhan air bersih, baik untuk kebutuhan air
sehari-hari maupun untuk sistem pemadam
kebakaran. Air dari kedua buah sumur tersebut
disalurkan ke bak air Raw Water Tankmenggunakan
pipa GIP (Galvanized Iron Pipe). Deep Well akan
mengisi air secara otomatis jika air pada Raw Water
Tank kosong dan akan mati jika sudah penuh.

 Transfer Pump
Transfer Pump atau pompa transfer berfungsi untuk
memindahkan air dariGround Water Tank menuju
ke roof water tank. Transfer Pump biasanya
berjumlah dua unit dimana satu pompa bekerja dan
pompa yang lain sebagai cadangan.

 Sand Filter
Sand Filter berfungsi untuk menyaring kotoran
didalam air yang berasal dari bak air Raw Water
Tank. Peralatan ini berjumlah dua buah unit dan
dipasang secara paralel, dimana jika satu Sand
Filter bekerja maka Sand Filter yang lain sebagai
cadangan. dan untuk membersihkannya
dioperasikan secara manual (manual back wash).
Sand Filter ini dilengkapi dengan pressure gauge di
bagian pipa masuk dan pipa keluar untuk mengukur
tekanan air.

 Packaged Booster Pump
Berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari roof
tank ke pengguna. Distribusi air bersih pada dua
lantai teratas menggunakan packaged booster
pump, sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya
dialirkan secara gravitasi. 
Perlengkapan dan aksesoris di dalam ruang pompa
antara lain :
- Butterfly Valve : membuka atau menutup aliran air
- Gate Valve : membuka atau menutup aliran air
- Strainer : menyaring kotoran pada bagian hisap
pompa (suction)
- Flexible Joint : menahan getaran pompa terhadap
instalasi pipa
- Check Valve : menahan balik aliran air
- Pressure Tank : mengatur (setting) besarnya
tekanan air
- WLC : Water Level Control, mengendalikan
pengoperasian pompa berdasarkan pada tingkat
ketinggian air di dalam bak air
-Floating Valve : membuka atau menutup aliran air
secara otomatis berdasarkan ketinggian air di bak
air
- Pressure Switch : mengontrol pengoperasian
pompa berdasarkan pada besarnya tekanan air
- Pressure Gauge : alat untuk mengukur besarnya
tekanan air
- Vent Cap : membuang udara yang terjebak di
dalam bak/tangki
- AAV : membuang udara yang terjebak di dalam
instalasi pipa secara otomatis
- Pressure Reducing Valve (PRV)
PRV digunakan untuk menurunkan tekanan air
didalam instalasi air bersih supaya air yang keluar
dari kran air bersih mempunyai tekanan yang
cukup. 
INSTALASI SISTEM PEMIPAAN AIR BEKAS DAN
KOTOR
Oleh : Ilham Wahyudi
Sistem Pembuangan Air Buangan, merupakan
sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang
berasal dari peralatan saniter maupun hasil buangan
dapur.
Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan
berdasarkan cara pembuangannya :
1. Sistem pembuangan air campuran, yaitu sistem
pembuangan dimana air kotor dan air bekas
dialirkan kedalam satu saluran / pipa.
2. Sistem pembuangan air terpisah, yaitu sistem
pembuangan dimana air kotor dan air bekas
masing-masing dialirkan secara terpisah atau
menggunakan pipa yang berlainan.
Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan
berdasarkan perletakannya:
1.Sistem pembuangan gedung, yaitu sistem
pembuangan yang berada didalam gedung.
2.Sistem pembuangan luar, yaitu sistem yang
berada diluar gedung, disebut juga riol gedung.
Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun
dari buangan dapur dibuang ke saluran umum / kota
maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan Sewage Treatment Plant   (STP), sehingga
memenuhi ambang baku yang dipersyaratkan.
PERALATAN UTAMA & FUNGSI
1. Pompa Submersible, berfungsi untuk menaikan
level air kotor pada daerah level terendah ke
instalasi pengolah yang levelnya lebih tinggi.
2. Sewage Treatment Plant ( STP )
STP berfungsi sebagai pengolah air buangan
sehingga memenuhi persyaratan sebagai air
buangan rumah tangga ( domestic waste ), yaitu
dengan ketentuan :
a. Kandungan zat tersuspensi rata-rata dalam waktu
24 jam adalah 20 mg / liter.
b. Kebutuhan biologi untuk oksigen ( BOD ) rata-rata
dalam waktu 24 jam adalah 20 mg / liter dengan
kapasitas maksimum yang diperbolehkan s/d 30
mg / liter.

Beberapa jenis STP yang umum dipakai :


a. Extended Aeration Activated Sludge Process,
terdiri dari beberapa bagian, Yaitu :
- Equalizing tank
- Aeration biozone
- Primary settling tank
- Chlorination tank
- Effluent tank
b. Rotating Biological Contactor (RBC). Terdiri
dari beberapa bagian, yaitu :
- Primary clarifier tank
- Rotor disk
- Final clarifier
- Chlorination system
- Sludge disposal
- Effluent tank
c. Bio activator,
Merupakan kombinasi antara Extended Aeration
Activated Sludge Process dengan Rotating
Biological Contactor.

INSTALASI SISTEM PEMIPAAN PEMADAM


KEBAKARAN
Oleh : Ilham Wahyudi
Sistem Instalasi pemipaan pemadam kebakaran
terbagi menjadi dua sub sistem yaitu : Hidran dan
Sprinkler (untuk bangunan yang tingginya melebihi
25 meter perlu dilengkapi dengan sprinkler)

Hidran
Berdasarkan lokasi penempatannya hidran terbagi
menjadi 2 yaitu Indoor hidran dan Outdoor
Hidrant indoor hidran terdiri dari IHB (indoor hidran
box) yang didalamnya terdiri dari landing valve,
sisir/penggantung selang/hose reel, nozzle dia. 1,25
mm dan selang/hose, sedangkan untuk Outdoor
hidran terdiri dari OHB (Outdoor Hidran Box) yang
didalamnya terdiri dari selang dan nozzle dia. 2,5
mm, kemudian selain OHB terdapat juga Hidran
Pilar, dan Seammese connection. 
untuk tekanan desain pada titik terendah yaitu
hidran pilar dengan nozzle diameter 2,5 mm
minimum 6,9 Kg/cm2 (Bar) dan hidran box di titik
tertinggi dengan nozzle diameter 1,25 mm minimum
4,5 kg/cm2 (Bar).

Sprinkler
Untuk instalasi sprinkler ini terdiri dari beberapa
komponen penting yaitu : head sprinkler, BCV
(Branch Control Valve), Alarm gong/ACV (Alarm
Check Valve). 
Head sprinkler tipe yang umum sering digunakan
terdiri dari 3 tipe, yaitu pendent, up right, dan side
wall
BCV (Branch Control valve) ini terdiri dari gate
valve, sight glass, flow switch, dan pressure gauge
Alarm gong/ACV (Alarm check valve)
terdiri dari : alarm check valve, pressure gauge, bell.
dan asesoris lain.
Test Drain
terdiri dari gate valve, sight glass.
Simulasi pada saat head sprinklerpecah maka lidah
flow switch  yang ada didalam pipa akan bergerak
dan mengirim sinyal untuk membunyikan fire alam,
dengan adanya aliran air maka akan membunyikan,
juga alarm gong. 

Pompa pemadam kebakaran untuk memback up


aliran air pada sistem hidran dan sprinkler ini terdiri
dari 3 jenis ;
1. Jockey Pump berfungsi untuk menjaga tekanan
air yang ada didalam instalasi sistem
hydrant/sprinkler tetap terjaga pada tekanan yang
telah ditentukan 
2. Electric Pump 1.berfungsi sebagai pompa utama
pada sistem pemadam kebakaran yang bekerja
secara otomatis berdasarkan sensor tekanan.
Apabila tekanan air pada sistem turun sampai di
bawah tekanan yang telah ditentukan maka electric
pump akan bekerja 
3. Diesel Pump 1.berfungsi sebagai pompa back up
pada sistem pemadam kebakaran yang bekerja
apabila pompa elektrik mati dikarenakan padamnya
instalasi listrik. Pompa pemadam diesel juga
sebagai back up jika pompa pemadam elektrik tidak
mampu menaikkan tekanan.

Sistem Sprinkler
Sistem Pada Sprinkler :
1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler
berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap
 2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa
sprinkler tidak berisikan air bertekanan, peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis
jika instalasi fire alarmmemerintahkannya.

- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan


sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection
yang diletakkan diluar bangunan.

PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI


1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel
Pump & Jockey Pump.

 - Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka


secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk
menstabilkan tekanan air didalam pipa.
 -  Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada
kepala sprinkler pecah) maka pompa kebakaran
utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey
berhenti.
-  Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja
setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan Diesel
secara otomatis akan bekerja.
 -  Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm
akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda
dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan
kepada operator akan adanya gangguan.
-   Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start
otomatis” dan “Mati secara Manual”.
-  Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet
alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan
alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan
memberi indikasi pada flow switch yang terpasang
pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm
untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.

2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat


perubahan tekanan.

3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan

4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja


berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.

5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih

6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan

7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar


air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat panas
yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala
sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area
kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap
katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala
sprinkler.

Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada


bangunan gedung, karena sistem sprinkler otomatik
telah terbukti paling efektif dalam memadamkan
kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih
banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan
instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler
tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga
menggantinya dengan sistem lain.

Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi


dari deteksi panas dan pemadaman, ia bekerja
secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau
sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem
penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling
efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan
lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand
memberikan angka keberhasilan mencapai 99%
(Marryat, 1988).

Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa


sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area of
origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler
yang hanya 70%. Semua building code di dunia
mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan
tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai
digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan
ketinggian satu sampai dua tingkat.

Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga


bila dalam waktu 5 menit kebakaran tidak dapat
dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin,
maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar
ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu
tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk
mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara
otomatik. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika
petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam
oleh sprinkler (NFPA Journal).

Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat


pengendali/ pemadam, namun lebih berfungsi
sebagai pemberi peringatan pada penghuni
bangunan agar segera menyelamatkan diri.
Sedangkan regu pemadam yang menggunakan
APAR (fire extinguisher) dan hidran belum dapat
menggantikan sprinkler karena masih dipengaruhi
oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan
human error).

Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler


adalah pompa kebakaran dan panelnya, pemipaan
berikut katupnya, serta sering digunakannya katup
kontrol tekanan (PRV) dalam rancangan secara
indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari
dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap
zona adalah maksimum 175 psi (12 bar), yaitu sama
dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler.

Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem


hidran bila tekanan pada kotak hidran bangunan
melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu,
sistem sprinkler otomatik boleh dikombinasikan
dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan
menggunakan hanya satu set pompa kebakaran
untuk keduanya sprinkler dan hidran (SNI 03-1745-
2000).

Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka


persyaratan lain seperti ketahanan api, kompartemen,
dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan
(NFPA 101). Misalnya untuk kelas hunian apartemen,
ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam atau
bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai
detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu yang
karena fungsinya harus menggunakan detektor
panas). Dengan demikian sesungguhnya sistem
sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai
proyek keseluruhan.

Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan


sistemik (NFPA 550) terbagi menjadi 2 bagian utama
yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan
pengaruh kuat (impact) kebakaran. Pencegahan
termasuk pengendalian sumber panas-energi,
pengendalian interaksi sumber-bahan bakar, dan
pengendalian bahan bakar. Atau dengan kata lain
berarti fire safety housekeeping, dan sistem proteksi
pasif atau kompartemenisasi.

Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New


York, yang sebelumnya hanya mengandalkan sistem
proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem
deteksi dan alarm serta sistem hidran, sekarang
mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan
sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan
opsi untuk bangunan hunian apartemen, akan tetapi
komponen utama sistemnya tetap dipasang (pompa
kombinasi dengan pompa hidran, dan pipa tegak
serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang akhir
dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih
ada persyaratan lainnya yang harus dipenuhi.

Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran


kompartemen (SFPE Handbook of Fire Protection
Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai
akan membuat asap dan udara ruangan terikutkan
mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila
plume membentur langit-langit, maka terjadi aliran
udara panas secara radial pada atau dekat dengan
langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling
jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari
langit-langit.

Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi


perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke
elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass
bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan naik
dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan.
Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja
nominal yang bermacam-macam dari 57°C s/d 343°C,
dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya
kebakaran huniannya.

Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur


elemen sensor panasnya telah naik mencapai
temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian
apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal
57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama
persis dengan prinsip operasi detektor panas lain
seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan
alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi
oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan
detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan
detektor asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/
kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a)
lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas
asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan
asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi
kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas
asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur
ruangan.

Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan


(bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah
atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi
kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak
padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai.
Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi
kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan
ASET).

Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah


sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler
dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut,
pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler
haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya
kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan
hunian apartemen di atas dan paserba di podium,
mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan
demikian rancangan densitasnya pun berbeda.

Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan


pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi
kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan
(kolom dan balok struktur) tidak memenuhi
persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi
kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program
inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai
standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak
beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran.

Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur


terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan
kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api
(dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-
ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.

Springkler merupakan sistem yang digunakan untuk


memadamkan kebakaran pada sebuah bangunan.
Springkler akan secara otomatis menyala bila ada
kebakaran yang terjadi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan


sistem fire sprinkler :

• Jenis sistem dan fungsi bahaya kebakaran


• Perhitungan hidrolik tiap jenis hunian (bahaya
kebakaran ringan Q=225 l/min, p=2.2 kg/cm2; bahaya
kebakaran sedang Q=375 – 1100 l/min, p=1.0 – 1.7
kg/cm2; bahaya kebakaran berat Q=2300 – 4550
l/min, p=1.8 – 7.3 kg/cm2).
• Kepadatan pancaran dan kerja maksimum yang
diestimasi
• Sistem penyediaan air
• Penempatan dan letak kepala sprinkler
• Jenis kepala sprinkler (57 0C-jingga, 68 0C-merah,
79 0C-kuning, 93 0C-hijau, 141 0C-biru, 182 0C-
ungu, 203/260 0C-hitam).

Sedangkan jumlah maksimum kepala sprinkler yang


dapat dipasang pada satu katup kendali untuk sistem
bahaya kebakaran ringan (mengingat topik yang kami
analisa adalah hotel) adalah 500 buah kepala
sprinkler. Perlengkapan tanda bahaya untuk sistem
sprinkler harus terdiri dari katup kendali tanda bahaya
(alarm control valve) atau alat deteksi aliran (flow
switch) yang dibenarkan dengan perlengkapan yang
diperlukan untuk memberikan suatu isyarat tanda
bahaya.

KLASIFIKASI SPRINKLER
Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai
dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran, yaitu :
1. Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25
mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang
diperkirakan : 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran
ringan antara lain seperti bangunan perkantoran,
perumahan, pendidikan, perhotelan, rumah sakit dan
lain-lain.

2. Sistem bahaya kebakaran sedang


Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit,
dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan :
72 – 360 m2, sedangkan yang termasuk jenis hunian
kebakaran ini adalah : industri ringan seperti : pabrik
susu, elektronika, pengalengan, tekstil, rokok,
keremik, pengolahan logam, bengkel mobil dan lain-
lain.

3. Sistem bahaya kebakaran berat


Untuk proses industri kepadatan pancaran yang
direncanakan 7.5 – 12.5 mm/menit, dengan daerah
kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260 m2,
sedangkan bahaya pada gudang penimbunan tinggi
kepadatan yang direncanakan 7.5 – 30 mm/menit.
Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 – 300
m2 dengan kepadatan pancaran yang direncanakan
untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi
tergantung pada sifat bahaya barang yang disimpan,
adapun yang termasuk jenis hunian kebakaran ini
adalah industri berat seperti : pabrik kimia, korek api,
bahan peledak, karet busa, kilang minyak, dan lain-
lain.

Semua ruang dalam bangunan tersebut harus


dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang
tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang
berwenang seperti : ruang tahan api, kamar kakus,
ruang panel listrik, ruangan tangga dan ruangan lain
yang dibuat khusus tahan api.

JENIS SPRINKLER
#1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai
sprinkler otomatis dengan sistem pemipaan yang
mempunyai penyelesaian untuk mencegah
pembekuan (antifreeze) dan terhubung dengan suplai
air. Penyelesaian pencegahan pembekuan adalah
dengan dibuangnya bersamaan dengan air saat
sistem sprinkler bekerja setelah ada panas dari suatu
kebakaran.

#2. Circulating Closed – Loop Sprinkler System


Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti
proteksi kebakaran yang sudah terhubung ke sistem
sprinkler otomatis dalam sistem susunan yang
tersirkulasi (Close loop piping arrangement) dengan
tujuan untuk meningkatkan pemipaan sprinkler ke air
yang ada untuk pemanasan dan pendinginan dimana
air terjebak atau tidak bisa dipindahkan atau
digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi melewati
sistem pemipaan.
#3. Combined Dry Pipe – Preaction Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan
sistem sprinkler otomatis yang sudah terhubung ke
sistem pemipaan yang mempunyai udara di bawah
tekanan dengan tambahan sistem deteksi yang
terpasang pada daerah yang sama dengan sistem
sprinkler. Cara kerja dari sistem deteksi
memanfaatkan alat trip actuator dengan katup pipa
kering terbuka secara tiba-tiba tanpa kehilangan
tekanan udara dalam sistem, yang juga bisa terjadi
dengan cara memasang atau membuka katup udara
buang di ujung dari umpan utama yang mana
biasanya pembukaan dari kepala sprinkler. Sistem
deteksi juga melayani secara otomatis sistem fire
alarms.

#4. Deluge Sprinkler System


Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem
terbuka yang sudah terhubung pemipaan dengan
suplai air lewat katup yang dibuka oleh sistem deteksi
yang terpasang pada daerah yang sama dengan
dengan sprinkler, ketika katup terbuka, air mengalir
ke dalam sistem pemipaan dan dibuang melalui
sprinkler jika terjadi kebakaran.

#5. Dry Pipe Sprinkler System


Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis
yang sudah terhubung dengan sistem pemipaan yang
terdiri dari udara atau gas nitrogen dibawah tekanan,
sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke katup
terbuka yang diketahui melalui katup pipa kering lalu
air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan keluar
dari sprinkler yang terbuka.

#6. Gridded Sprinkler System


Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai
persilangan di pipa utama yang terhubung ke banyak
pipa cabang. Cara kerja sistem sprinkler akan
menerima air dari kedua ujung pipa cabang pada saat
cabang lain membantu memindahkan air antara
persilangan utama.

#7. Looped Sprinkler System


Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan
utama yang banyak secara bersama-sama untuk
ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang mengalir
ke sistem sprinkler yang bekerja dan pipa cabang
yang tidak terhubung bersama.

#8. Preaction Sprinkler System


Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara
otomatis dengan sistem pemipaan yang terdiri dari
udara yang bertekanan dan tidak bertekanan dengan
tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam area
yang sama dengan sprinkler.

#9. Wet Pipe Sprinkler System


Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara
otomatis dengan sistem pemipaan yang terdiri dari air
yang dihubungkan ke suplai air dan air dibuang lagi
secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat
panas dari suatu kebakaran.

KOMPONEN SPRINKLER
(1). PIPA PADA SPRINKLER
dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa pembagi,
maka perhitungan harus dimulai dari pipa cabang
yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang
atau kepala springkler tunggal disambung pada pipa
pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak
dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah
tempat dimana dimulai perhitungan pipa pembagi dan
pipa cabang. Dalam perhitungan ukuran pipa pada
sistem springkler, ukuran pipa hanya boleh mengecil
sejalan dengan arah pengaliran air.

(2). KEPALA SPRINKLER


Sifat-sifat aliran kepala springkler harus berupa
penggunaan sebagai kepala springkler pancaran
atas, atau penggunaan sebagai kepala springkler
pancaran bawah, atau penggunaan sebagai kepala
springkler dinding, bentuk-bentuk kepala springkler
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(3). SISTEM PENYEDIAAN AIR


Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi
dengan sekurang-kurangnya satu jenis sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus
dibawah penguasaan pemilik bangunan atau
diwakilkan penuh. Air yang digunakan tidak boleh
mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya springkler, sambungan pada
sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas
dan tekanannya mencukupi serta tangki yang
diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan
dengan baik dapat diterima sebagai sistem
penyediaan air.
Untuk bahaya kebakaran bangunan perkantoran,
penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan
kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2
ditambah tekanan air yang ekivalen dengan
perbedaan tinggi antara katup kendali dengan
springkler tertinggi. Pompa kebakaran harus
ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah
dicapai didalam bangunan perkantoran atau
ditempatkan di dalam bangunan tahan api diluar
bangunan perkantoran. Pompa kebakaran tidak boleh
digunakan untuk keperluan lain diluar keperluan
kebakaran, untuk bahaya kebakaran bangunan
perkantoran ukuran minimum pipa hisap adalah 65
mm. Pompa harus dijalankan oleh motor listrik atau
motor diesel dan pompa joki dijalankan oleh motor
listrik dimana kapasitas tangki bahan bakar untuk
motor diesel untuk bahaya kebakaran bangunan
perkantoran adalah 3 jam (mengacu pada SNI 03-
3989-2000)
PERSYARATAN INSTALASI
Seluruh pemipaan sistem springkler harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dikeringkan, sejauh
memungkinkan seluruh pemipaan harus diatur untuk
dapat dikeringkan melalui katup pengering yang
berukuran sekurang-kurangnya 50 mm untuk hunian
bangunan perkantoran dan semua katup yang
disambungkan pada penyediaan air dan pipa
penyediaan sistem springkler harus dari jenis katup
penunjuk yang menunjukkan keadaan katup terbuka
atau tertutup yang dibenarkan. Jarak maksimum
antara gantungan tidak boleh lebih dari 3,5 mm untuk
pipa berukuran 25 mm dan 32 mm, serta tidak lebih
dari 4,5 mm untuk pipa berukuran 40 mm dan yang
lebih besar (mengacu pada SNI 03-3989-2000), untuk
pipa tegak harus ditahan dengan pengikat langsung
pada pipa tegaknya atau dengan gantungan yang
ditempatkan pada offset datar yang dekat pada pipa
tegak, penahan pipa tegak harus disediakan pada
setiap lantai dan pemasangan klem penahan pipa
pada bagian bangunan harus kuat menahan pipa.

Perencanaan splinker sebagai berikut:

S = Perencanaanpenempatankepalasprinkler
padapipacabang.
D = jarakantaraderetankepalasprinkler.

Nilai S danD :

1. Untukbahayakebakaranringan, maksimum4,6 m
2. Untukbahayakebakaransedang, maksimum4,0 ma
3. Untukbahayakebakaranberat, maksimum3,7 ma

Perencanaan sprinkler

1. Arah pancaran ke bawah, karena kepala sprinkler


di letakkan pada atap ruangan.
2. Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam
tabung gelas berwarna Jingga pada suhu 53oC.
3. Sprinkler yang dipakai ukuran ½” dengan
kapasitas(Q) = 80 liter/ menit.
4. Kepadatan pancaran = 2,25 mm/ menit.
5. Jarak maksimum antar titik sprinkler 4,6 meter.
6. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7
meter.
7. Daerah yg dilindungi adalah semua ruangan
kecuali kamar mandi, toilet dan tangga yang
diperkirakan tidak mempunyai potensi terjadinya
kebakaran.
8. Sprinkler overlap ¼ bagian

Contoh perhitungan sprinkler :

1. luas lantai yang direncanakan adalah 555 m2(luas


total) –41 m2(luas toilet)= 514 m2
2. Satu buah sprinkler mampu mencakup area
sebesar 4,6 m x 4,6 m
3. Direncanakan antara satu sprinkler dengan
sprinkler yang lain terjadi overlapping sebesar ¼ area
jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak terkena
pancaran air.

Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung


sebagai berikut :
X = 4,6 m –(1/4 x 4,6 m)
= 4,6 m –1,15 m
= 3,45 m
Maka, L = 3,45 m x 3,45 m
= 11,9 m2
Jadi Jumlah Sprinkler yang dibutuhkan :
= 514 m2 /11,9 m2 
= 37,64 atau 38 buah Sprinkler

dan sebagai tambahan untuk Volume kebutuhanair


sprinkler per gedung :
V=QxT
Dimana, V = Volume kebutuhanair (m3)
Q = Kapasitasair (dm3/menit)
Q = Q tiapsprinkler x Jumlahsprinkler yang pecah
= 80 dm3/menitx 12 sprinkler (1 zonaaktif)
= 960 dm3/menit
T = Waktuoperasisistem= 30 menit
V(kebutuhanair) = Q x T x 2 gedung
= 960 dm3/menitx 30 menitx 2 gedung
= 57600 dm3
= 57,6 m3
STANDAR PERANCANGAN
FIRE ALARM

INSTALASI  SISTEM FIRE ALARM

I.                      PERATURAN DAN STANDARD


Peraturan :
1. Peraturan Umum Instalasi Listri ( PUIL )
       

2. Panduan Pemasangan Sistem Deteksi Kebakaran


       

pada Bangunan Rumah dan Gedung, Dep Kimpraswil


3. Peraturan Pemadam Kebakaran RI
       

4. SNI 03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi


       

Kebakaran
Standard Pemasangan :
1. Detektor Asap  : 70 – 90 m2/ detector
       

2. Detektor Panas : 30 – 35 m2/ detector


       

3. Titik Panggil Manual : dekat setiap jalan keluar


       
                               
II.                    PERALATAN
Peralatan Fire Alarm terdiri dari beberapa bagian
sbb :
1. Panel Kontrol kebakaran ( MCFA ), berfungsi
       

memproses semua indikasi yang diterima dari alat


deteksi ( detector ) dan akan memberikan indikasi
kepada operator dengan nyala lampu indicator dan
bunyi bel elektronik.
2. Detektor Panas ( Fixed Temperatur Detector ),
       

berfungsi memberikan indikasi apabila temperature


sekitarnya telah mencapai suatu batas tertentu, yaitu
62C
3. Detektor Panas ( Combination Fixed Temperatur &
       

Rate of Rise Detector ), Selain berfungsi pada item 2,


detector ini juga akan mengindikasikan alarm apabila
dalam 30 detik terjadi kenaikan temperatur sebesar
30 C
4. Detektor Asap ( Smoke Detector ), akan
       

memberikan indikasi apabila asap disekitarnya


mencapai konsentrasi tertentu
5. Titik panggil manual ( Break Glass Manual Station ),
       

akan memberikan indikasi apabila kaca pelindungnya


pecah secara manual sehingga kontak didalamnya
terhubung
6. Bel Tanda Bahaya ( Alarm Bell ), akan memberikan
       

indikasi sesuai perintah panel control terhubung


7. Alarm Gong dipasang pada Main Control Valve
       

( MCV ), akan mem,berikan indikasi apabila ada


aliran air di dalam pipa Sprinkler.
8. Flow Switch ( Branch Control Valve, BCV ), akan
       

Bekerja  apabila ada aliran air di dalam pipa Sprinkler


Penempatan Peralatan :
1. Panel Kontrol Kebakaran ( MCFA ) ditempatkan di
       

Ruang Kontrol
2. Detektor panas ditempatkan pada : Area Toko, lobby
       

dan Office
3. Detektor Asap ditempatkan pada : Gudang, Lift
       

Lobby, Ruang Kontrol, Ruang mesin Lift, Tangga,


Ruang Panel Listrik dan Trafo, Ruang Pompa
4. Titik Panggil Manual, ditempatkan pada Hydrant
       

Box, atau dekat jalan keluar, dengan jarak maksimum


30 m
5. Bell tanda bahaya ditempatkan di dalam ruang took,
       

sehingga sedemikian rupa pada saat berbunyi akan


menimbulkan suara tidak kurang dari 90 dB
6. Alarm Gong ditempatkan di Ruang Pompa,
       

sedemikian rupa sehingga pada saat Sprinkler


bekerja akan berbunyi dan menimbulkan kuat suara
tidak kurang dari 90 dB
7. Flow Switch ditempatkan di Shaft Pipa Sprinkler tiap
       

lantai . Akan bekerja apabila ada kepala sprinkler di


lantai tersebut pecah.

III.                   SUMBER LISTRIK


Mengingat fungsi system ini sangat penting, maka
catu daya bagi peralatan ini dihubungkan pada
bagian DARURAT, dengan kata lain alat ini tetap bias
bekerja  apabila catu daya PLN mengalami
gangguan, pelayanan akan di suplai dari Genset.
Selain sumber dari PLN dan Genset, peralatan ini
harus mempunyai catu daya dari UPS yang mampu
untuk mensuplai daya untuk semua
peralatan minimal 45 menit.

IV. INTEGRASI DENGAN PERALATAN PEMADAM


                

KEBAJKARAN
Secara garis besar, peralatan Fire Alarm bekerja
sbb :
1. Lantai dimana detector mendeteksi kebakaran, maka
       

MCFA akan memberikan indikasi secara visual yang


menunjukkan zone dimana detector tersebut berada,
dan buzzer akan berbunyi
2. Apabila dalam kurun waktu tertentu ( sesuai Setting ,
       

missal 5 menit ), tidak dilakukan reset, maka alarm


yang berada di lantai tersebut akan berbunyi.
3. Apabila dalam kurun waktu tertentu ( sesuai Setting,
       

missal 5 menit ) setelah lantai dimana alarm tersebut


berbunyi, maka akan terjadi General Alarm, dimana
seluruh alarm di gedung tersebut akan berbunyi.
4. Pada saat general alarm ini :
       
- Daya listrik dari panel LVSB secara otomatis di cut
          

off, sehingga aliran listrik padam, dan daya listrik


diambil alih oleh Genset, yang hanya menyuplai jalur
Emergensi
- Secara bersamaan, Lift menuju ke lantai dasar dan
          

membuka. Hanya lift untuk kebakaran yang diijinkan


dioperasikan. Pressurized Fan yang terinstal di
tangga kebakaran berfungsi.
STANDAR PERANCANGAN
SISTIM TATA SUARA

SYSTEM TATA SUARA

I.                      PERATURAN DAN STANDARD


Peraturan :
1. Standard dan Peraturan Pemadam Kebakaran RI
       

2. Standard dan peraturan yang lazim dipakai untuk


       

system instalasi tata suara.


II.                    PERALATAN :
1. Ceiling Speaker  : 3 Watt, dengan SPL 100 dB,
       

dengan mempertimbangkan :
-  Noise Level Toko, Mall, Retail sebesar 60 dB,
          

- Sound Pressure Difference 10 dB,


          

- Peak Factor 10 dB,


          

- Dengan Speaker berjarak 6 meter, tinggi plafond 2,8


          

– 4 meter, akan terjadi attenuation  10 dB


- Rugi instalasi 10 dB
          

2. Pemilihan Amplifier:
       

- Amplifier Output Impedance <  Combined Impedance


          

Speaker (3,2K
- Rated Amplifier Output > Total Speaker Output
          

- Total kapasitas Amplifier > Total watt input speaker


          

3. Car Call System :
       

- Max SPL pada jarak 1 meter 119 dB


          

- Input daya yang disyaratka 15 watt


          

4. Pada area yang menggunakan sound


       

system tambahan, harus dilengkapi Chang Over


Switch ( COS ) untuk mengambil alih  penyiaran pada
saat terjadi alarm evakuasi

Anda mungkin juga menyukai