Anda di halaman 1dari 25

MODUL

Proses Produksi dan


Pengujian Prototype

Penulis
Nova Suparmanto
Teknopreneur & Konsultan

Agustus 2018
DAFTAR
ISI
PROSES PRODUKSI PROTOTYPE ................................ 1

PENGUJIAN PROTOTYPE PRODUK .............................. 4

1. Pengujian Kinerja ................................................................... 5


2. Pengujian Fungsional .............................................................. 5
3. Pengujian Durabiliti................................................................. 5

REVIEW PROTOTYPE PRODUK .................................... 6

1. Review Penampilan ................................................................. 6


2. Review Performa .................................................................... 7

BUSINESS MODEL CANVAS (BMC) .............................. 8

1. Manfaat dan Kelebihan Business Model Canvas (BMC) ................. 9


2. Visual Chart Business Model Canvas (BMC) .............................. 11
3. Langkah-Langkah Menggunakan Business Model Canvas (BMC).. 13
a. Langkah 1 : Value Proposition ................................................ 14
b. Langkah 2 : Customer Segment ............................................. 15
c. Langkah 3 : Channels............................................................ 16
d. Langkah 4 : Customer Relationship ......................................... 17
e. Langkah 5 : Revenue Streams................................................ 17
f. Langkah 6 : Key Resource ..................................................... 18
g. Langkah 7 : Key Partners ...................................................... 19
h. Langkah 8 : Key Activities ..................................................... 19
i. Langkah 9 : Cost Structure .................................................... 20

REFERENSI............................................................... 21
PROSES
PRODUKSI
PROTOTYPE

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran


dan bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak
harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk
pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain
yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Prototipe seperti ini disebut alpha prototype, ada juga yang disebut
beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses
produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir ditujukan
untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk
menemukan perubahan yang perlu pada produk final.
Berikut tahapan prototype produk:

a. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal


yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen ke
dalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan
aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan
terhadap konsumen.
b. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi
produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya
saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan
menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah
dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter
fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.
c. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti
halnyaworking model namun mengalami perubahan tingkat
kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun
mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan
menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan
produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian
kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
d. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang
dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan
dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-
nya.
e. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi
secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil
untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar
maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut
biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum. Untuk

2
mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil,
maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-
ancaman produk yang terjadi, misal: keamanan, regulasi,
tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear),
pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya
diperlukan peningkatan program pemasaran.
f. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan
dibangun (look–like–models). Secara jelas menggambarkan
bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang
diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang
akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun
lingkungan user.

3
PENGUJIAN
PROTOTYPE
PRODUK

Pengujian produk merupakan kegiatan untuk melakukan ujicoba produk


yang sesuai dengan keadaan nyata. Pengujian yang baik dan sesuai
akan meningkatkan kesesuaian produk dengan kebutuhan pengguna /
end user. pengujian yang baik hendaknya pertama kali dilakukan pada
kondisi yang terkontrol secara menyeluruh. Hal ini berfungsi untuk
mendapatkan data mengenai standar produk yang ideal. Kemudian
dapat digunakan sebagai parameter perbaikan apabila terjadi
kekeliruan saat produk produk diujicoba dalam lingkungan
sesungguhnya. Pengujian produk minimal dilakukan pengujian yakni:
pengujian kinerja, pengujian fungsional, dan pengujian durabiliti.

4
1. PENGUJIAN KINERJA

Pengujian kinerja merupakan pengujian yang dilakukan untuk


meninjau kinerja dari seluruh komponen atau organ dari produk.
seperti apakah transmisi berjalan lancar, bagaimana kelistrikan
pencahayaan, bagaimana distribusi gaya yang terjadi.

2. PENGUJIAN FUNGSIONAL

Pengujian fungsional merupakan pengujian secara menyeluruh


yang ditinjau dari proses input hingga output. sebagai contoh
produk pengemasan. Uji fungsional yang dilakukan dikatakan
selesai apabila produk pengepasan tersebut berhasil melakukan
pengemasan sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan
pengemasan.

3. PENGUJIAN DURABILITI

Durabiliti merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris “durable”


yang berarti durasi pemakanan dan “ability” yang berati
kemampuan. Oleh karena itu, durabiliti merupakan kemampuan
atau eaktu ketahanan produk dalam bertahan atau berfungsi
untuk melakukan fungsi dan kinerjanya. Dalam bahasa
sederhananya dapat disebut dengan ketahanan produk atau masa
sebelum kadaluarsa/ rusak. Pengujian ini tentunya merupakan
pengujian yang memakan waktu lama. Akan tetapi dalam
teknisnya dapat dilakukan dengan alat bantu atau melalui analisa
prediksi kerusakan. Kemampuan seorang desain dalam menjawab
pertanyaan pengguna mengenai ketahanan produk merupakan
salah satu faktor pertimbangan utama konsumen dalam
memutuskan pembelian atau penggunaan sebuah produk,
sehingga pengujian durabiliti menjadi penting untuk dilakukan.

5
REVIEW
PROTOTYPE
PRODUK

Review merupakan bagian terakhir dari produk setelah dilakukan


pengujian, baik pengujian dalam lingkungan yang terkendali
(laboratorium) maupun pengujian yang di lingkungan sesungguhnya.
Proses review ini dilakukan sebagai tahapan pemolesan akhir/ finishing
sebelum produk di produksi secara masal. review minimal dari produk
yang didesain adalah review penampilan dan performa.

1. REVIEW PENAMPILAN

Review penampilan merupakan penjajakan dan penilaian mengenai


penampakan produk secara utuh.

6
Hal ini menjadi penting karena sebagai besar konsumen masih
memiliki kriteria penilaian berdasarkan pandang pertama, baru
kemudian melihat kinerja dan kebermanfaatan. Oleh karena itu,
adanya perbaikan dan penataan tampilan, bentuk dan pengemasan
produk menjadi sangat penting. aspek-aspek yang masuk dalam
review penampilan adalah sebagai berikut:

a. warna produk
b. bentuk luar produk
c. bagian pelindung produk
d. kelengkapan dan kemudahan petunjuk penggunaan
e. pengemasan produk

2. REVIEW PERFORMA

Review performa merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk


mengevaluasi kinerja dan fungsional produk. Saat ini, banyak
perusahaan yang melangsungkan kegiatan ini sebelum launching
maupun memproduksi produk secara masal. hal ini dilakukan untuk
menilai kebermanfaatan, ketertarikan pasar, dan yang paling utama
adalah penerimaan pasar. Bentuk kegiatan yang banyak dilakukan
adalah berupa test drive dan trial produk secara langsung dari
produsen ke konsumen.

7
BUSINESS
MODEL CANVAS
(BMC)

Sesuatu hal yang tidak pernah bisa lepas dari sebuah bisnis adalah
model bisnis itu sendiri. Model bisnis adalah sebuah model yang
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi
menciptakan, memberikan dan menangkap nilai suatu perusahaan.
(Osterwalder & Pigneur, 2012). Salah satu perangkat yang bisa
digunakan untuk menemukan model bisnis yang tepat adalah dengan
model bisnis kanvas atau lebih dikenal dengan istilah Business Model
Canvas (BMC). Perangkat ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander
Osterwalder dalam bukunya yang berjudul “Business Model
Generation”. Beliau menampilkan sebuah framework sederhana untuk
memetakan secara ringkas dan jelas elemen-elemen utama dalam
sebuah model bisnis.

8
Menurut Alexander Osterwalder, Business Model Canvas (BMC) adalah
bahasa yang sama untuk mempresentasikan, memvisualisasikan,
menilai dan mengubah model bisnis. Bagi perusahaan atau bisnis yang
sudah berjalan, penggunaan BMC biasanya didahului analisis SWOT.
Sedangkan untuk perusahaan atau bisnis yang baru memulai atau
startup, BMC dapat membantu perencanaan dan penyusunan aktivitas
bisnis. Sehingga perusahaan atau pebisnis bisa lebih berani dalam
memulai, merekonstruksi, merubah dan mengembangkan bisnis yang
dimiliki. Karena dikemas secara sederhana namun tetap efektif dan
efisien.
Michael Schrage dari MIT pernah mengatakan:
“A testable idea is better than a good idea”
Sebuah ide bisnis yang teruji lebih baik daripada ide yang terllihat
bagus
Steve Blank, salah satu punggawa dalam dunia bisnis startup
mengatakan:
“no business plan survives first contact with customer”
Tidak ada rencana bisnis yang bisa bertahan saat kontak pertama
dengan pelanggan

1. MANFAAT DAN KELEBIHAN BUSINESS MODEL


CANVAS (BMC)
BMC banyak digemari dan digunakan oleh para pebisnis dan
pengusaha karena memiliki banyak manfaat dan kelebihan
dibandingkan dengan metode ataupun perangkat model bisnis yang
lain. Salah satunya adalah karena BMC dapat digunakan untuk
merencanakan bisnis awal (business plan) atau memperbaiki dan
mengembangkan bisnis yang sudah berjalan. Berikut ini beberapa
manfaat dan kelebihan BMC:

9
a. Sederhana
BMC dapat memetakan, mempresentasikan dan memvisualisasi-
kan secara menyeluruh bisnis anda dengan lebih sederhana. Yaitu
dengan visual chart yang terdiri dan 9 elemen atau area.
b. Terstruktur dan fokus
BMC dapat dijadikan brainstorming dari bisnis secara menyeluruh.
Sehingga seluruh aktivitas bisnis dapat dilakukan secara
terstruktur dan prosedural dengan sumber daya manusia (SDM)
yang terjaga fokusnya.
c. Efektif dan efisien
BMC dikatakan lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan
berlembar-lembar rencana bisnis yang menghabiskan banyak
waktu dalam penyusunannya. Namun tetap merepotkan dalam
pemantauan atau monitoring bisnis yang dijalankan.
d. Portofolio ide
Ide bisnis dapat muncul di awal ataupun dikala bisnis sudah
berjalan. Penggunaan perangkat BMC dapat membantu kita
menjabarkan ide dengan lebih mudah dan cepat.
e. Memiliki intuisi
BMC memiliki intuisi yang tajam dalam membantu mewujudkan
bisnis yang sedang dibuat. Hal itu dikarenakan BMC memiliki dua
sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Sisi depan memvisualkan
produk atau jasa dari bisnis yang diinginkan konsumen. Sisi
belakang memvisualkan hal-hal yang diperlukan untuk
memunculkan produk atau jasa tersebut.
f. Strategi yang terintegrasi
Pemetakan bisnis dengan perangkat BMC membuat kita
memperhatikan seluruh elemen yang ada dan membangun bisnis
tersebut.

10
Sehingga pengusaha atau pebisnis akan lebih mudah untuk
menentukan strategi bisnis yang harus dilakukan kedepannya.
BMC akan memberikan clue atau indikator dari semua hal yang
mendukung terbentuknya strategi baru pada setiap elemen
dengan prioritas tertentu.
g. Flexible
BMC sangat bermanfaat karena mudah untuk dimodifikasi dengan
tetap memberi pandangan secara menyeluruh terhadap model
bisnis. Sehingga ketika perusahaan atau bisnis mengalami
masalah atau memerlukan pengembangan dapat dilakukan secara
cepat dan terintegrasi dengan elemen yang lain.
h. Memiliki nilai proporsi
Penggunaan perangkat BMC dapat membantu pengusaha atau
pebisnis untuk mengetahui bagaimana nilai proporsi atau nilai
penempatan antara konsumen dengan produk atau jasa. Selain
itu dapat diketahui juga bagaimana layanan yang diberikan
kepada konsumen serta bagaimana masalah konsumen bisa
terpecahkan. Karena bisnis yang baik akan dimulai dengan selalu
mengutamakan konsumen di atas segalanya. Namun bisnis yang
lemah adalah yang selalu mengutamakan produk namun kurang
memperhatikan proporsi konsumennya.

2. VISUAL CHART BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)

11
BMC menggunakan 9 (sembilan) elemen atau area dalam
mempresentasikan atau memvisualisasikan model bisnis secara
menyeluruh.
a. Value proposition
Elemen atau area value proposition mempresentasikan
keunggulan dan kelebihan produk atau jasa dalam bisnis yang
dimiliki. Pada elemen ini juga dimunculkan bagaimana produk
atau jasa memenuhi kebutuhan dari konsumen atau pelanggan.
b. Customer segment
Elemen atau area Customer segment digunakan untuk
mengidentifikasi konsumen atau user produk atau jasa dari bisnis
yang dimiliki.
c. Channels
Channels adalah elemen atau area yang memunculkan sarana
atau entitas yang digunakan oleh organisasi bisnis atau
perusahaan untuk membuat value proposition sampai kepada
customer segment yang dituju. Pada elemen ini juga dibahas
tentang bagaimana mengkomunikasikan produk atau jasa agar
dapat diakses oleh konsumen.
d. Customer relationship
Customer relationship adalah elemen atau area yang berisi cara
bagaimana perusahaan atau bisnis berinteraksi dan mengikat
customer segment. Dimulai dari cara mendapatkan atau menarik
ketertarikan konsumen terhadap value proposition yang
ditawarkan. Kemudian cara menjaga atau mempertahankan
kepuasan konsumen terhadap value proposition sampai akhir life
cyclenya. Dan terakhir cara meningkatkan jumlah konsumen yang
puas menikmati value proposition yang ditawarkan.
e. Revenue streams

12
Elemen atau area revenue streams digunakan untuk menyusun
perihal-perihal yang dapat menghasilkan atau mendatangkan
income bagi perusahaan atau bisnis yang dijalankan.
f. Key resource
Key resource adalah elemen atau area yang berisikan daftar asset
dan sumber daya yang dimiliki atau perlu dimiliki perusahaan
untuk membuat bisnisnya dapat berjalan. Asset dan sumber daya
perusahaan tersebut juga digunakan untuk mewujudkan value
proposition dari produk atau jasa dari bisnis tersebut.
g. Key partners
Key partners adalah elemen atau area yang berisikan mitra dan
pihak-pihak yang menjadi penentu terhadap jalannya bisnis.
Elemen atau area ini berpengaruh terhadap pengorganisasian
aliran suatu produk atau jasa.
h. Key activities
Elemen atau area key activities berisikan hal-hal penting yang
harus dilakukan untuk memunculkan value proposition. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap produktivitas dari produk atau jasa
yang dihasilkan dalam bisnis yang dijalankan.
i. Cost structure
Elemen atau area cost structure adalah elemen atau area yang
berisikan komposisi pembiayaan yang perlu dikeluarkan untuk
membuat bisnis dapat berjalan dengan baik.

3. LANGKAH-LANGKAH MENGGUNAKAN BUSINESS


MODEL CANVAS (BMC)
Penerapan BMC pada sebuah bisnis memerlukan 9 (sembilan)
langkah saja, sebagai berikut :

13
A. LANGKAH 1 : VALUE PROPOSITION

Menyusun value proposition produk atau jasa dari bisnis anda


merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau pebisnis. Value proposition bukanlah semata-
mata tentang ide atau produk atau jasa dari bisnis, tetapi
melainkan berdasarkan kebutuhan publik. Jadi value proposition
yang dimunculkan haruslah bisa menjawab atau memenuhi
kebutuhan publik.
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk memunculkan
value proposition yang tepat. Indikator-indikator tersebut, antara
lain:
ü Newness (terbaru)
ü Performance (penampilan)
ü Customization
ü Getting the Job Done (menyelesaikan pekerjaan tertentu)
ü Risk reduction (meminimasi Resiko)
ü Convenience/usability (kenyamanan)
ü Cost reduction (hemat)
ü Accessibility (akses)
ü Design (desain)
ü Brand (status)
ü Price (harga)

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


VALUE PROPOSITION
§ Rekreasi
Turis : Wisata membuat cokelat tradisional dan oleh2
Anak sekolah : Fun makan cokelat bareng teman2
§ Wisata

14
Wistawan : Oleh-oleh khas Yogyakarta
§ Acara Khusus / Pernikahan
§ Konsumsi

B. LANGKAH 2 : CUSTOMER SEGMENT

Customer segment harus didefinisikan dengan jelas dan tepat


sehingga dapat memberikan hasil yang diharapkan. Dalam
mendefinisikan customer segment dengan jelas dan tepat perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini :
ü Customer Segment Dimensions (Dimensi Segmen
Konsumen)
Dimensi customer segment terbagi menjadi 2, yaitu single
market atau multi-sided market. Single market artinya yang
dilayani hanyalah konsumen atau user dari produk atau jasa.
Sedangkan multi-sided artinya tidak hanya melayani
konsumen atau user tetapi juga ada pihak lain yang dilayani.
Multi-sided market umumnya memiliki segmen tersendiri
untuk setiap kategorinya.
ü Customer Characteristics (Karakteristik Konsumen)
Karakteristik Customer Segment dapat didefinisikan dengan
menggunakan beberapa pertimbangan, antara lain :
§ Usia dan jenis kelamin
§ Passion, kebiasaan, hobi
§ Tingkat penghasilan
§ Tingkat pendidikan
ü Customer Problems / Needs (Masalah / Kebutuhan

Konsumen)
Customer Segment dapat dipetakan berdasarkan masalah,
kebutuhan dan keperluan dari konsumen. Untuk melakukan

15
hal ini perlu dilakukan pengamatan langsung di lapangan
sehingga hasil yang didapatkan lebih valid dan tepat sasaran.

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


CUSTOMER SEGMENT
§ Turis : Memanfaatkan moment kota tujuan rekreasi
§ Anak sekolah : Memanfaatkan moment study banding
§ Souvenir pernikahan

C. LANGKAH 3 : CHANNELS

Untuk membuat value proposition dapat sampai kepada customer


segment dengan baik perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
ü Direct : sales force, web sales, own stores
ü Indirect : partner stores, wholesaler
ü Awareness : tahap awal menginformasikan ke customer
ü Evaluation : cara membantu customer mengevaluasi value
proposition yang ditawarkan
ü Purchase : cara-cara customer melakukan pembelian
ü Delivery : cara menyampaikan value proposition
(produk/jasa) kepada customer
ü After Sales : customer support setelah terjadi transaksi

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


CHANNELS
§ Kerjasama bis wisata Yogyakarta
§ Area rumah makan
§ Membuat iklan dekat area sekolah-sekolah dan tempat wisata
di Yogyakarta
§ Memasang FB Ads atau Google Adwords

16
D. LANGKAH 4 : CUSTOMER RELATIONSHIP

Interaksi dan ikatan dengan konsumen dapat terjalin dengan baik


jika perusahaan atau pebisnis memperhatikan poin-poin di bawah
ini:
ü Information (akses informasi)
ü Penawaran
ü Order (permintaan)
ü Service (Pelayanan)
ü Delivery
ü Complience (persetujuan)
ü Complaining (layanan kritik)

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


CUSTOMER RELATIONSHIP
§ Layanan telpon 24 jam
§ Delivery ke tempat langsung
§ Sellback

E. LANGKAH 5 : REVENUE STREAMS

Income atau pendapatan bisa berasal dari beberapa poin-poin,


antara lain:
ü Asset Sale (penjualan aset)
ü Usage Fee (biaya penggunaan)
ü Subscription Fees (pendapatan dari langganan)
ü Lending/renting/leasing (penyewaan)
ü Licensing (perizinan/penggunaan brand)

17
Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)
REVENUE STREAMS
§ Bus wisata yang membawa turis atau wisatawan
§ Sekolah yang mengadakan kegiatan wisata atau study
banding
§ Tour & travel
§ Wedding Organizer

F. LANGKAH 6 : KEY RESOURCE

Aset dan sumber daya yang harus dimiliki perusahaan atau


pebisnis untuk membuat bisnisnya dapat berjalan baik. Aset dan
sumber daya dapat terbagi menjadi:
ü Finance : keuangan
ü Physical : aset fisik
ü Intellectual : kecerdasan atau kemampuan atau skill
sumber daya manusia
ü Human : manusia dan software

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


KEY RESOURCE
§ Mesin Produksi Berkualitas
§ Parkir Luas
§ Karyawan Kreatif & akrab dengan pelanggan
§ Suplier Cokelat Bermutu

18
G. LANGKAH 7 : KEY PARTNERS

Mitra dan partner dalam sebuah bisnis sangatlah berperan.


Karena mitra dan partner dapat mempengaruhi pendapatan dan
penggunaan modal.

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


KEY PARTNERS
§ Jaringan Grup Cibiuk
§ Artis Pelanggan
§ Agen Rose-in Business School
§ Link Business Mentor RBS
§ Suplier Cokelat Bermutu Tinggi
§ Menteri Pendidikan

H. LANGKAH 8 : KEY ACTIVITIES

Aktivitas penting yang harus dilakukan untuk memunculkan value


proposition dapat terbagi menjadi :
ü Production (produksi)
ü Supply chain management (penyediaan dalam rangkaian
manajemen)
ü Problem solving (penyelesaian masalah)

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


KEY ACTIVITIES
§ Pemasaran dulu baru Produksi
§ Pembinaan agen SMA RBS dan Karyawan
§ Inovasi Kemasan

19
I. LANGKAH 9 : COST STRUCTURE

Komposisi pembiayaan yang perlu dikeluarkan untuk membuat


bisnis dapat berjalan harus diperhitungkan dari segi :
ü Pengeluaran yang pasti dikeluarkan
ü Modal yang bisa digunakan
ü Pengeluaran mana yang paling penting
ü Pengeluaran mana yang paling besar
ü Pengeluaran mana yang mempengaruhi key activities

Contoh : (bisnis coklat di Yogyakarta)


COST STRUCTURE
§ Kalkulasi produksi cokelat
§ Promosi : Tip bis wisata, insentif agen SMA, hadiah
kompetisi agen, brand ambassador
§ Roslyn business school dengan dana CSR
§ Kemasan unik oleh2 & souvenir pernikahan

20
REFERENSI

Dieter, G. E., & Schmidt, L. C. (2013). Engineering design (Vol. 3). New
York: McGraw-Hill.

Dym, C. L., Agogino, A. M., Eris, O., Frey, D. D., & Leifer, L. J. (2005).
Engineering design thinking, teaching, and learning. Journal of
engineering education, 94(1), 103-120.

Gupta ,Abhishek. (2013). Environmental and pest analysis: An approach


to external business environment, Merit Research Journal of Art,
Social Science and Humanities Vol. 1(2) pp. 013-017. Diakses dari
http://www.meritresearchjournals.org/assh/index.htm.

Khurmi, G. (2017). Textbook of Machine Design. SCH.

NREL. (2000). From invention to innovation. Golden, Colorado: National


Renewable Energy Laboratory, U.S. Department Of Energy

Osterwalder, A., and Pigneur, Y. (2012). Business Model Generation

21
Pahl, G., & Beitz, W. (2013). Engineering design: a systematic
approach. Springer Science & Business Media.

Schrage, M. (2000). How the World’s Best Companies Simulate to


Innovate. Boston : Harvard Business Scholl Press

Shigley, J. E. (2011). Shigley's mechanical engineering design. Tata


McGraw-Hill Education.

Suparmanto, N. & Tim. (2018). From Research to Technopreneur.


Yogyakarta : Inkubator PPTI.

Taguchi, G. (1986). Introduction to quality engineering: designing


quality into products and processes (No. 658.562 T3).

Tim PPM Managemen. (2012). Business Model Canvas. Jakarta: Penerbit


PPM.

Ulrich, K. T. & Eppinger, S. D. (1995). Product design and development.


New York: Mc Graw-Hill.

22

Anda mungkin juga menyukai