Anda di halaman 1dari 23

BAB 3

PENGUJIAN PRODUK PERANGKAT KERAS


I. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi.

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.12 Menganalisis Prosedur 3.12.1 Memahami latar belakang
Pengujian Kesesuaian Fungsi pengujian produk
Produk Barang/jasa 3.12.2 Menjelaskan tujuan pengujian
3.13 Mengevaluasi kesesuaian hasil produk
produk dengan rancangan. 3.12.3 Menjelaskan keuntungan dan
kerugian pengujian produk
3.12.4 Mengidentifikasi pihak-pihak yang
berperan dalam pengujian produk
3.12.5 Menganalisis prosedur pengujian
kesesuaian fungsi produk
barang/jasa.
3.13.1 Menjelaskan konsep benchmarking
pada pengujian perangkat keras.
3.13.2 Memahami standarisasi dalam
kaitannya dengan pengujian
perangkat keras.
3.13.3 Mengidentifikasi proses
standarisasi dalam produk
perangkat keras.
3.13.4 Menjelaskan tujuan pengendalian
mutu.
3.13.5 Menganalisis pengendalian mutu
pada produk hardware.
4.12 Melakukan Pengujian Produk 4.12.1 Membuat perencanaan pengujian
Barang/Jasa. produk barang/jasa
4.13 Melakukan pemeriksaan 4.12.2 Membuat laporan perencanaan
produk sesuai dengan kriteria produksi massal pada produk
kelayakan produk/standar perangkat keras komputer.
operasional. 4.13.1 Melakukan pemeriksaan produk
perangkat keras
II. MATERI
A. Pengujian Produk.

Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+customer+protection&client=firefox-b-
d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjt3qOk06j1AhVoH7cAHbsiCwYQ_AUoAXoECAEQAw&biw=13
66&bih=643&dpr=1#imgrc=E5DCtQl9zqsX8M

Pengujian produk merupakan syarat ketika suatu produk menjadi produk jadi.
Pengujian produk merupakan syarat ketika suatu produk menjadi produk jadi.
Produk jadi mengalami pengujian untuk mengetahui kelebihan dan
keuntungan suatu produk. Pengujian produk sangat penting karena hal
tersebut berkaitan dengan perlindungan konsumen.
Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan produk.
Pengujian produk juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
kelayakan produk di mata konsumen. Pengujian produk dilakukan karena
produsen ingin mengetahui nilai dan daya guna barang tersebut sebelum
dilempar ke pasaran.
Pengujian produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan
konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era
konsumsi modern. Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk
yang bekerja sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh
pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian ilmiah.
Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujian produk
dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk vang sama dijadikan
objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.
B. Tujuan Pengujian Produk.

Sumber: https://www.sucofindo.co.id/id/read/2019/04/2999/pengujian-perangkat-danatau-alat-
telekomunikasi-memberikan-perlindungan-keamanan-bagi-pengguna

Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu, seperti:


1. Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi, dan kontrak produk
dapat terpenuhi.
2. Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang
semestinya.
3. Alat demonstrasi produk.
4. Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.
5. Menyediakan dasar komunikasi teknis suatu produk.
6. Menyediakan informasi perbandingan dengan produk-produk lain.
7. Upaya menciptakan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara
hukum.
8. Membantu pemecahan masalah terhadap kendala produk
9. Menentukan potensi penghematan dalam produksi suatu produk
C. Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk.
Pengujian produk sering kali dikritisi karena pengujian produk dirasa gagal
dalam memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak manajemen dirasa
bertanggung jawab karena mereka melakukan pengujian produk dengan cara-
cara yang kaku dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak yang
menganggap manajemen pengujian produk justru akan merugikan suatu
produk, alih-alih menyukseskan suatu produk. Alasan lain atas kritik terhadap
pengujian produk adalah bahwa pengujian produk hanya mengurusi masalah-
masalah yang kurang penting atas suatu produk. Namun, tak dapat dipungkiri
bahwa pengujian produk dapat membawa keuntungan, baik bagi produk itu
sendiri ataupun bagi konsumen. Berikut keuntungan dan kerugian pengujian
produk.
a. Keuntungan Pengujian Produk.

Sumber:https://www.google.com/search?
q=gambar+strategi+marketing&tbm=isch&ved=2ahUKEwiiu9iV1Kj1AhXCwnMBHZ6JAskQ2-cCegQIAB

Berikut adalah keuntungan dalam pengujian produk:


1. Menjajal Strategi Pemasaran
Jika produsen produk perangkat keras hanya menjual satu produk saja,
misalnya produksi keyboard, maka perusahaan tersebut akan mengalami
masalah dalam aspek pemasaran, karena setiap konsumen memiliki
standard dan selera sendiri dalam memilih merek keyboard yang mereka
kira cocok digunakan. Dengan adanya pengujian produk, kita bisa
mengetahui strategi pemasaran mana yang bisa diterapkan. Dengan adanya
pengujian produk, produsen produk perangkat keras bisa membuang fitur-
fitur yang tidak dibutuhkan oleh konsumen, yang dalam hal ini adalah
masyarakat umum, sehingga produsen produk perangkat keras bisa
menghemat biaya produksi. Selain itu, produsen produk perangkat keras
mengetahui konsumen jenis apa yang bisa dijadikan sasaran penjualan.
2. Memberikan Informasi mengenai Produk
Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen perangkat
keras akan mendapatkan masukan dari para konsumen mengenai produk
yang akan diluncurkan. Mengapa demikian? Karena konsumen dan penguji
adalah pihak yang paling mengetahui performa dari perangkat keras
tersebut.
3. Sebagai Upaya untuk Mengatur Strategi Merek
Konsumen membeli produk perangkat keras karena produsen tersebut
memiliki merek yang terkenal atau memiliki reputasi dalam aspek
keamanan dan performa produk. Dengan melakukan pengujian produk,
perusahaan bisa mengetahui persepsi konsumen mengenai produk
perangkat keras dalam kaitannya dengan keamanan dan performanya.
4. Membantu Produsen Mencermati Kesalahan
Perusahaan tidak akan pernah tahu cacat apa yang ada di dalam suatu
produk sampai produk tersebut dipegang oleh para konsumen dan penguji.
Dengan adanya pengujian produk, produsen produk perangkat keras bisa
mengerti cacat apa saja yang menyebabkan terjadinya pengembalian barang
atau penggunaan garansi produk.
b. Kerugian Pengujian Produk
Berikut adalah risiko dan potensi kerugian dalam melakukan pengujian
produk.
1. Pengujian Produk Cenderung dapat Membuat Perusahaan Membayar Biaya
Ekstra
Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu perusahaan. Risiko-
risiko dalam proses pengujian produk biasanya berupa sampel, ukuran
sampel yang tak sesuai, kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam
mendeskripsikan produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi
kesalahan-kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisis
yang tepat. Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian produk
bersinggungan dengan tujuan bisnis perusahaan. Sebagai contoh,
pengujian produk yang memakan waktu sangat lama akan menurunkan
tingkat permintaan suatu produk, sehingga perusahaan akan merugi akibat
turunnya permintaan atas produk tersebut.

2. Permasalahan-permasalahan dalam penerapan pengujian produk


Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan-permasalahan yang
timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan-permasalahan
yang dapat timbul dalam pengujian produk antara lain:
a. Menguji Produk yang Salah
Maksudnya adalah para penguji produk melakukan pengujian pada
aspek yang salah dalam suatu produk (hanya fisiknya saja, padahal nilai
produk yang sesungguhnya bukan berasal dari aspek fisik).
b. Melakukan perbandingan dengan produk yang salah
Melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih lemah.
c. Menanyai pihak yang salah
Melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk-beluk atas produk
tersebut.
d. Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari
lingkungan pasar asli produk tersebut.
e. Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak sesuai
dengan produk
f. Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru.

D. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Perangkat Keras


Berikut adalah pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk.
1. Pemerintah
Peran umum yang dilakukan pemerintah dalam pengujian adalah menetapkan
hukum yang menyatakan kewajian produsen untuk menjelaskan dan
menjamin keamanan produknya. Sehubungan dengan perangkat keras,
pemerintah mengatur standardisasi perangkat keras dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang "Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik"
b. Perusahaan.

Sumber:https://www.google.com/search?
q=gambar+iso+27001&tbm=isch&ved=2ahUKEwjbtJim1qj1AhUCi9gFHYOvCoUQ2-
cCegQIABAA&oq=gambar+iso+2700

Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan produk dan


layanan yang sesuai dengan standar perusahaan. Biasanya, standar yang
diterapkan adalah standar fakultatif (artinya, perusahaan tersebut menetapkan
aturan untuk dirinya sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah).
Dalam kaitannya dengan perangkat keras, pengujian produk harus dilakukan
sesuai dengan ISO 27001. ISO/IEC 27001, atau lengkapnya "ISO/IEC
27001:2005 Security techniques -- Information security management systems -
- Requirements", adalah suatu standar sistem manajemen keamanan informasi
(ISMS, information security management system) yang diterbitkan oleh ISO dan
IEC pada Oktober 2005. Standar yang berasal dari BS 7799-2 ini ditujukan
untuk digunakan bersama Information technology dengan ISO/IEC 27002,
yang memberikan daftar tujuan pengendalian keamanan dan
merekomendasikan suatu rangkaian spesifik.
Organisasi pengendalian mengimplementasikan ISMS sesuai dengan pedoman
praktik terbaik pada ISO/IEC 27002 kemungkinan juga akan memenuhi
persyaratan pada ISO/IEC 27001 walaupun sertifikasinya tetap opsional dan
terlepas satu sama lain, kecuali jika diminta oleh para pemangku kepentingan
organisasi.
E. Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras.

Sumber:https://www.google.com/search?
q=gambar+aplikasi+bench+marking&tbm=isch&ved=2ahUKEwi3kvew1qj1AhXGi9gFHRG-BHYQ2-

Benchmarking memiliki arti sebagai suatu patokan atau alat ukur.


Berdasarkan akar katanya tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa
benchmarking adalah suatu patokan atau tolak ukur yang digunakan untuk
menilai atau membandingkan hal tertentu.
Sementara itu, pengertian umum benchmarking adalah suatu standar atau
tolak ukur yang dimanfaatkan untuk membandingkan antara satu hal dengan
hal lainnya yang sejenis. Sederhananya, dengan menggunakan tolak ukur
tersebut, maka berbagai hal akan bisa diukur dengan standar baku yang
umum.
Sedangkan dalam bidang ilmu manajemen, pengertian benchmarking adalah
suatu upaya mengukur kebijakan dalam suatu perusahaan, produk, strategi,
program, dan hal lainnya dengan cara membandingkannya dengan kompetitor
lain yang bergerak pada bidang yang sama, agar bisa mendapatkan informasi
tentang bagaimana dan bagian apa saja yang harus di evaluasi dalam upaya
meningkatkan performa perusahaan.
Benchmark atau benchmarking dalam pengujian perangkat keras merupakan
tindakan pengujian sebuah komputer dengan cara menjalankan beberapa
program, kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk
mengetahui performansi dari komputer tersebut. Biasanya diasosiasikan
dengan mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer,
seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode
perbandingan performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur
chip/sistem.
Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fcatatanpenulis999.blogspot.com
%2F2018%2F03%2Fbenchmarking-pengertian-cara-metode.html&psig=AOvVaw2h41VcJQ4YSM4bM--

Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata.


Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum,
proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah, yaitu:
1. Menentukan Apa yang akan Di-benchmark
Hampir segala hal dapat di-benchmark, suatu proses lama yang
memerlukan perbaikan, suatu permasalahan yang memerlukan solusi,
suatu perancangan proses baru; suatu proses yang upaya-upaya
perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim
Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya.
Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya,
operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta
keluarannya (output).
2. Menentukan Apa yang akan Diukur
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark- nya harus
yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan
peningkatan mutu. Tim yang bertugas me-review elemen-elemen dalam
proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan
standar yang menjadi fokus.
Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu
penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik
pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau
pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada
setiap elemennya.
Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan
terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka
harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang
berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai
pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan
atau mengaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja
proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang
paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan
hasilnya.
Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses
benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.
3. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark.
Tim Peningkatan Mutu menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan
benchmarking ini. Organisasi lain yang dipandang mempunyai reputasi
baik bahkan terbaik dalam kategori ini.
4. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang
telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian
informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan, misalkan
hasil-hasil studi, survei pasar, survey pelanggan, jurnal, majalah dan lain-
lain.
Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang
benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga
merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-
benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan
informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan
kunjungan langsung. Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim
benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar
yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan
dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa objek
atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih
lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau
lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk
mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya,
yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark.
Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan
langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan
pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan
cara-cara pengumpulan data manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita
untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang-
orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut.
5. Analisis Data
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari
proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk
menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu
membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur,
organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan
(perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang
sangat penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada
perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan
kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.
6. Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan.
Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan terhadap proses.
Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu,
sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur,
spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja dalam
proses tersebut.
Kemudian, tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan
memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk
memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan- tahapan
waktunya, dan siapa saja yang harus bertanggung jawab. Hasil ini akan
diserahkan kepada para pelaksana penjaminan (executive) untuk kemudian
memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul.
Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi
halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan
umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya
(stakeholders).
Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target
organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting
dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking
sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki
diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau
divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking
secara terus- menerus (berkelanjutan).
F. Pengujian Ketahanan dalam Perangkat Keras

Ketahanan produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan


kegiatan seperti yang diinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai
dengan batas performa suatu produk.
Agar suatu produk bisa mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus
melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas-tugas yang diberikan
akan berpengaruh pada ketahanan produk perangkat keras. Pengujian
tersebut dapat berupa pemilihan material, struktur geometri, toleransi desain,
proses manufaktur, teknik perakitan, pengiriman dan penanganan dalam
pengiriman, kondisi operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal-
hal yang berkiatan dengan pengujian ketahanan produk:
a. Pengujian atas Persyaratan dan Batasan Produk
Pengujian tersebut dimulai dari identifikasi serangkaian syarat dan batasan
produk yang ditentukan dari aktivitas pasar atau subsistem-subsistem
mana yang cocok dengan produk tersebut Setelah itu, hasil dari pengujian
persyaratan dan batasan produk akan dibuat menjadi dokumen. Dokumen
tersebut harus disahkan oleh beberapa pihak yang berwenang, mulai dari
ahli rekayasa, manajemen, sampai konsumen.
Setelah disahkan, maka pihak pembuat perangkat keras akan membuat
serangkaian deskripsi mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai
dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disahkan. Langkah
selanjutnya adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan
batasan dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat
perangkat keras.
Modifikasi dokumen persyaratan dan batasan akan dilakukan apabila
terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak dapat diimplementasikan
pada produk perangkat keras yang dibuat. Setelah adanya kesepakatan
antara pihak penguji dengan pembuat perangkat keras, maka pihak
pembuat perangkat keras boleh lanjut ke tahap desain terakhir.
c. Deskripsi Material, Komponen, dan Proses Manufaktur.

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fblog.dimensidata.com%2Fmacam-
jenis-komponen-perangkat-keras-komputer-dan-

Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan komponen,


material, dan proses manufaktur yang sesuai dengan dokumen persyaratan
dan batasan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap material, komponen,
dan proses harus dinilai dan diuji sebelum dimasukkan ke dalam proses
produksi.
c. Pengujian Performa
Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi kemampuan
komponen-komponen perangkat keras agar dapat memenuhi syarat
fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah ditetapkan pada dokumen
persyaratan dan batasan. Untuk meningkatkan performa produk, pihak
pembuat perangkat keras sering kali menggunakan fitur-fitur yang dapat
mengurangi daya tahan produk tersebut. Mengapa demikian? Karena
dengan menambahkan fitur pada perangkat keras juga dapat menambah
kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan
produk dan harga produk.
d. Penilaian Ketahanan
Penilaian ketahanan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan
komponen perangkat keras dalam memenuhi persyaratan performa yang
telah ditentukan. Penilaian ketahanan dilakukan dengan menggunakan
data tes integritas, hasil kualifikasi virtual atau hasil tes akselerasi. Proses
penilaian ketahanan produk ditunjukkan pada bagan di bawah ini.
Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik penggunanya, namun
lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha yang dilakukan oleh
pembuat perangkat keras pada tahap desain, pengembangan, dan
manufaktur. Produk yang memiliki ketahanan tinggi dapat diperoleh dari
desain yang kuat dan tingkat toleransi komponen yang tinggi. Pemahaman
kuantitatif dan kemampuan untuk memetakan kegagalan mekanisme
dalam pengujian produk dapat menjadi alat bagi pembuat produk
perangkat keras untuk membuat desain, proses, dan spesifikasi komponen
yang efektif.
G. Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Perangkat Keras
1. Pengertian Standardisasi
Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam
memproduksi sesuatu. Standardisasi juga merupakan proses pembentukan
standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji,
standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain Istilah
standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitatif, kualitatif, nilai, dan
hasil karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi
spesifikasi baik produk, bahan, maupun proses. Suatu produk tidak boleh
tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan
maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan
standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industri di mana perusahaan itu berada. Misalnya,
jika seluruh dunia memproduksi keran dan pipa air dalam bentuk dan
ukuran yang berbeda-beda, maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling
bersambung karena masing- masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya,
untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan keran air
boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memerhatikan ukuran pipa
produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan. Standardisasi
diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar.
Dengan menggunakan standardisasi, kelompok dapat dengan mudah
berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk
menjaga fokus. Metode ini dibuat untuk memfasilitasi proses dan tugas,
inilah mengapa interlocks dengan lean manufacturing. Terdapat empat
teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi
kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik proses kontrol.
2. Proses Standardisasi.

Sumber: https://is.alicdn.com/img/pb/783/511/865/865511783_562.jpg

Proses standardisasi meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk


mempersiapkan seperangkat rencana dan instruksi untuk menghasilkan
bagian-bagian dalam sebuah produk. Perencanaan dimulai dengan gambar
teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan, dan ramalan permintaan.
Berikut hasil dari perencanaan tersebut:
a. Rute produksi adalah rute yang menetapkan operasi, operasi urutan,
pusat-pusat kerja, standar, dan perkakas. Rute ini yang menjadi
masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber daya
untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi
aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk
persyaratan kapasitas perencanaan tujuan.

Sumber:https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQbBhTo4QVQCI2jh3yFPphbipeTHxf_KhAk7Q&usqp=CAU

b. Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja


langkah demi langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi
individu, parameter pemesinan, setup instruksi, dan pemeriksaan
jaminan kualitas.
c. Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai
lawan dari gambar teknik untuk menentukan bagian). Perencanaan
proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur
manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan,
kemampuan mereka, proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat
memakan waktu dan hasil bervariasi berdasarkan orang yang melakukan
perencanaan.
3. Standardisasi dalam Produk Perangkat Keras
Standardisasi produk perangkat keras dan lunak diatur dalam dokumen
bernama IT Hardware and Software Standrads dan ISO.
a. IT Hardware and Software Standards
IT Hardware and Software Standards adalah dokumen yang berisi tentang
spesifikasi apa saja yang wajib ada pada suatu produk perangkat keras
dan lunak. Standardisasi tersebut berguna untuk memastikan ketahanan
dan efisiensi perangkat keras dan lunak
b. ISO

Sumber: https://wqa.co.id/wp-content/uploads/2016/09/iso-9001-logo.jpg

ISO adalah kependekan dari The International Organization for


Standardization. Ini adalah badan non-pemerintah yang terdiri dari lebih
dari 160 negara. Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan
standar untuk berbagai industri yang mempromosikan kualitas,
keamanan, dan efisiensi.
Dalam hubungannya dengan perangkat keras, perusahaan-perusahaan
perangkat keras harus bisa memenuhi spesifikasi perangkat keras sesuai
dengan ISO 9001. ISO 9001 adalah keluarga dari sistem standar
manajemen mutu yang dirancang untuk membantu organisasi dalam
memastikan bahwa organisasi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan
stake holder-nya serta dapat memenuhi persyaratan perundangan,
hukum, dan peraturan yang terkait dengan produk atau jasanya. ISO
9001 berkaitan erat dengan dasar dasar dari sistem manajemen mutu.
Badan sertifikasi adalah pihak ketiga yang memberikan konfirmasi secara
independen yang menyatakan bahwa organisasi sudah memenuhi
persyaratan ISO 9001. Ada Lebih dari satu juta perusahaan atau
organisasi di seluruh dunia yang telah disertifikasi dan menjadikan ISO
9001 salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan di dunia
saat ini. ISO 9001: 2015 adalah standard dokumen (standard persyaratan)
yang mencantumkan persyaratan yang harus dijalankan oleh organisasi
dan harus dijaga implementasinya. Ada beberapa dokumen standard yang
berbeda dalam family ISO 9000, tapi hanya ISO 9001-2015 yang bisa
disertifikasi.
ISO 9001: 2015 adalah standar terbaru dari Sistem Manajemen Mutu ini,
dan pada 2015 adalah tahun revisi terbaru dari sistem Manajemen Mutu
pada ISO 9001 Sertifikasi ISO 9001: 2015 adalah suatu standar
internasional untuk Sertifikasi Sistem Manajemen mutu atau sertifikasi
sistem manajemen Kualitas, sertifikasi ISO 9001: 2015 menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian
dari suatu sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas, yang bertujuan untuk
menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau
jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh badan standar
dunia ( ISO).
Bila sudah lulus audit dan meraih sertifikasi ISO 9001:2015 berarti
organisasi atau perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan. Hal ini dapat memenuhi kebutuhan spesifik
dari pelanggan, di mana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab
untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan
kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi.
Sertifikasi ISO 9001: 2015 bukan merupakan standar produk, karena
tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh
produk (barang dan/atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk
dalam Klausul Sertifikasi ISO 9001:2015, sehingga kita tidak dapat
menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. Sertifikasi
ISO 9001:2015 hanya merupakan standar sertifikasi sistem manajemen
mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas. Dengan demikian
apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah
memenuhi standar internasional, merupakan hal yang salah dan keliru,
sebab manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sertifikasi
sistem manajemen kualitasnya yang telah memenuhi standar
internasional, bukan produknya yang berstandar internasional, karena
tidak ada kriteria pengujian produk dalam Sertifikasi ISO 9001:2015.
Bagaimanapun diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu
sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas Internasional akan berkualitas baik
(standar) juga memenuhi harapan pelanggan. Persyaratan-persyaratan
dan rekomendasi dalam ISO 9001 diterapkan pada manajemen organisasi
yang memasok produk, sehingga akan memengaruhi bagaimana produk
itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain.
1) Beberapa Prinsip Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan
Sertifikasi ISO 9001:2015.
Sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas Mutu atau sertifikasi sistem
manajemen kualitas internasional berdasarkan Sertifikasi ISO
9001:2015 lahir berlandaskan delapan prinsip sertifikasi sistem
manajemen mutu atau sertifikasi sistem manajemen kualitas. Di
mana prinsip-prinsip ini dapat digunakan olen manajemen senior
sebagai suatu kerangka kerja (framework) yang membimbing
organisasi menuju peningkatan kinerja. Prinsip-prinsip ini diturunkan
dari pengalaman kolektif dan pengetahuan dari ahli-ahli internasional
yang berpartisipasi dalam komite teknik ISO/TC 176, yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan
standar-standar Sertifikasi ISO 9001:2015.
Prinsip 1: Fokus Pelanggan.
Prinsip 2: Kepemimpinan.
Prinsip 3: Keterlibatan Orang Lain.
Prinsip 4: Pendekatan Proses Bisnis.
Prinsip 5: Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen
Organisasi.
Prinsip 6: Peningkatan Terus Menerus.
Prinsip 7: Pendekatan Fuktual dalam proses
Keputusan.
Prinsip 8: Pendekatan Pemasok yang saling
menguntungkan.

2) Lima Bagian Utama yang Menjabarkan Sistem Manajemen


Organisasi Sebagaimana Diatur dalam Sertifikasi ISO 9001:2015 Sertifikasi
ISO 9001:2015 juga menjabarkan bagaimana seharusnya sebuah sistem
manajemen organisasi memenuhi standar Sertifikasi ISO 9001:2015, yaitu:
a) Sistem Manajemen Kualitas
b) Tanggung Jawab Manajemen
c) Manajemen Sumber Daya
d) Realisasi Produk
e) Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan
H. Pengendalian Mutu.

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.indo-asia.com%2Fpelatihan-
building-supervision-and-quality-control-of-civil-
Pengendalian Mutu atau Quality control, adalah proses penilaian dan
pengawasan kualitas atas hal-hal yang berkaitan dengan produksi. ISO 9001
mendefinisikan pengendalian mutu sebagai "Bagian dari manajemen kualitas
yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk.".
Pendekatan pengendalian mutu ditekankan pada aspek aspek berikut ini :
a. Elemen-elemen produksi seperti pengendalian, manajemen pekerjaan,
proses produksi, performa pekerjaan, dan kriteria integritas
b. Kompetensi produksi, mislanya pengetahuan, keahlian, pengalaman dan
kualifikasi pekerjaan
c. Elemen lunak, seperti pegawai, integritas, kebiasaan di dalam
perusahaan, motivasi, semangat tim, dan hubungan kualitas
d. Pengendalian produksi, meliputi inspeksi visual. Inspeksi visual dilakukan
oleh pihak pengendali mutu. Setelah diinspeksi, pengendali mutu akan
membuat daftar dan deskripsi mengenai kecacatan produk, seperti retak
dan goresan. Daftar tersebut lalu digunakan sebagai contoh produk yang
tak lolos kualifikasi mutu.

1. Tujuan Pengendalian Mutu


Penekanan pada pengendalian mutu terletak pada pengujian produk untuk
mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji,
biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik
sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan
kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau
ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya
untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses
lainnya yang terkait) untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan
isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama,
yaitu pabrik.
3. Pendekatan dalam Pengendalian Mutu.
Di bawah ini merupakan pendekatan pendekatan dalam pengendalian
mutu yang banyak digunakan di berbagai perusahaan.

Nama Pendekatan Digunakan Penjelasan


Pertama
Kali
Statical Quality Control Tahun Pendekatan ini memakai metode
(SQC) 1930an statistic untuk mengendalikan
mutu suatu produk.
Total Quality Control Tahun 1956 TQC dipopulerkan oleh Armand V
(TQC) Felgenbaum. Dia menuliskan
konsep TQC dalam bentuk artikel
di Harvard Business Review.
Setelah itu, dia menulis buku
dengan judul Total Quality Control.
Dalam TQC, Pengendalian mutu
tidak hanya dilakukan pada
produk saja, namun seluruh
departemen dalam perusahaan.
Statical Process Control Tahun Menggunakan diagram control
(SPC). 1960- an untuk memonitor proses produksi
dan umpan balik yang didapatkan
oleh operator produksi atas suatu
bentuk produksi.
Company-Wide Qualty Tahun 1968 Metode Total Quality Control yang
Control (CWQC) dijalankan Jepang.
Total Quality Tahun 1985 Pendekatan tersebut pertama kali
Management diteerapkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat.
Pendekatan ini menggunakan
sebagian teknik SQC untuk
menghasilkan perbaikan secara
terus menerus di dalam suatu
perusahaan.
Enam Siqma (6) 1986 Pendekatan SQC yang diterapkan
di bidang bisnis.

3. Pengendalian Mutu pada Produk Hardware


Perangkat masih menjadi hal yang penting walaupun dunia ini sedang dikuasai
oleh perangkat lunak. Maka dari itu, perusahaan harus selalu melakukan
pengendalian mutu terhadap perangkat keras di dalam lingkungan virtual
untuk menghindari penghentian sementara (outage). Dalam rekayasa dan
manufaktur, pengendalian mutu atau pengendalian kualitas melibatkan
pengembangan sistem untuk memastikan bahwa produk dan jasa dirancang
dan diproduksi untuk memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan.
Sistem-sistem ini sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau
rekayasa lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas fungsional.
ISO 9001 dan TQM (Total Quality Management) adalah contoh standar dan
pendekatan yang digunakan untuk pengendalian mutu. Beberapa teknik telah
dikembangkan untuk memelihara pengendalian mutu, di antaranya adalah
pemeriksaan total, mengecek noda, pengendalian mutu secara statis, dan nol
cacat. Sebagai teknik pengendalian mutu, pemeriksaan total melibatkan
kelengkapan dan pemeriksaan total pekerjaan yang diproduksi oleh masing-
masing karyawan untuk menentukannya atau tidaknya standar mutu
minimum telah dicapai. Jika bukan, ukuran mengoreksi barangkali akan
diambil. Pemeriksaan total diinginkan untuk tertentu jenis pekerjaan
ketatausahaan. Seperti contoh yang umum pemeriksaan total adalah koreksi
cetakan pekerjaan diketik. Lain contoh pekerjaan ketatausahaan yang sering
menerima total pemeriksaan adalah verifikasi kalkulasi seperti ilmu hitung
penting dan hasil menyusun data statistik. Oleh karena itu, sifat alami
beberapa bentuk pekerjaan ketatausahaan, pemeriksaan total mungkin tidak
perlu. Keberhasilan pengendaliam mutu dapat diukur dari indikator-indikator
sebagai berikut.
a. Relevansi, yakni hubungan kegiatan perusahaan dan produk yang
dihasilkannya dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi
target kegiatan.
b. Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga,
waktu, untuk produksi dan penyajian produk perangkat keras yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
c. Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai,
atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang direncanakan.
d. Akuntabilitas, yakni tidaknya kinerja tersebut dipertanggungjawabkan.
e. Kreativitas, yakni kemampuan mengadakan inovasi, pembaharuan, atau
menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman,
termasuk kemampuan evaluasi diri.
f. Empati, yakni kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sepenuh
dan setulus hati kepada semua khalayak sasaran.
g. Ketanggapan, yakni kemampuan perusahaan memerhatikan dan
memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat
pengguna dengan cepat dan tepat.
h. Produktivitas, yakni kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
produk persangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengguna.

III. A. Soal Pilihan Ganda.


Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan berikut ini!
1. Dalam proses pembuatan produk terdapat proses pengujian produk, yang
dikenal dengan istilah…
A. Pengujian produsen.
B. Pengujian kualitas.
C. Pengendalian mutu.
D. Pengujian komperatif.
E. Pengendalian produk.
2. Bagian dari aspek pengembangan produk yang dilakukan oleh produsen
untuk mengetahui kelayakan produk dimata konsumen dan mengetahui
nilai dan daya guna produk sebelum di lempar ke pasaran disebut…
A. Pengujian produsen
B. Pengujian produk.
C. Demonstrasi produk.
D. Pengendalian produk
E. Perakitan produk.
3. Pengujian produk memiliki beberapa tujuan. Berikut ini yang bukan
merupakan tujuan dari pengujian produk adalah…
A. Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi, dan kontrak
produk dapat terpenuhi.
B. Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.
C. Untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas.
D. Upaya menciptkan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara
hukum.
E. Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang
semestinya.
4. Produk yang dibuat harus memiliki beberapa kelebihan daripada produk
yang dibuat oleh para pesaing. Hal ini akan memberikan beberapa
keuntungan diantaranya kecuali….
A. Membantu memperkuat pangsa merk.
B. Memperbesar dampak positif dari semua aktivitas pemasaran.
C. Efesiensi proses produksi.
D. Memungkinkan pembelian berlanjut dari konsumen.
E. Memuaskan pelanggan dan meminimalkan pengembalian produk.
5. Pengujian produk disamping memberikan keuntungan bagi produsen dan
konsumen itu sendiri, juga terdapat potensi kerugian dalam pengujian
produk. Berikut ini yang merupakan kerugian dalam pengujian produk
adalah…
A. Dengan melakukan pengujian produk dapat diketahui persepsi
konsumen mengenai produk dalam kaitannya dengan kemanan dan
performa dari produk tersebut.
B. Perusahaan mendapatkan masukan dari konsumen mengenai performa
dari produknya.
C. Memantau kualitas produk.
D. Mengetahui strategi pemasaran yang tepat untuk suatu produk.
E. Pengujian produk memakan waktu yang sangat lama akan
menurunkan tingkat permintaan atas produk tersebut.
6. Peran pemerintah dalam pengujian produk adalah…
A. Menerapkan peraturan perundang-undangan.
B. Menetapkan standar produk sebelum produksi.
C. Ikut mengevaluasi perencanaan produksi sehingga sesuai standar.
D. Melibatkan penguji luar negeri dalam meningkatkan mutu produk
dalam negeri.
E. Menerapkan standarisasi yang bersifat fakultatif.
7. Cermati penjelasan berikut ini!
a. Menjajal strategi pemasaran.
b. Memberikan informasi mengenai produk.
c. Sebagai upaya untuk mengatur strategi merek.
d. Membantu produsen mencermati kesalahan.
e. Memberikan diskon pada konsumen.
Menurut penjelasan diatas, yang bukan keuntungan dalam pengujian
produk adalah….
A. a, b, dan c.
B. a dan c.
C. c dan d
D. a dan d.
E. e saja
8. Pihak penguji produk Laptop “X” melakukan pengujian segmen pasar kelas
menengah ke bawah. Dalam suatu kuesionernya, mereka memberikan
pernyataan “Apakah dengan harga Rp. 15.000.000,00, produk laptop X
dapat dikatakan sebagai laptop dengan harga yang terjangkau jika dilihat
dari performa dan kegunaan yang diberikan?”. Kebanyakan partisipan
kuesioner menjawab dengan pernyataan “Laptop produk X terlalu mahal”.
Kesalahan yang terdapat dalam pengujian tersebut adalah…
A. Menguji produk yang salah.
B. Melakukan perbandingan dengan produk yang salah.
C. Bertanya pada pihak yang salah.
D. Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari
lingkungan pasar asli produk tersebut.
E. Melakukan pengujian pada segmen konsumen yang tidak sesuai
dengan produk.
9. Standar yang diterapkan perusahaan dalam menguji produknya adalah….
A. Standar pemerintah
B. Standar yang ditetapkan perusahaan sendiri.
C. Standar konsumen.
D. Standar fakultatif dan standar pemerintah.
E. Standar pesaing.
10. Dokumen persyaratan dan batasan produk berfungsi sebagai…..
A. Landasan bagi produsen untuk membuat spesifikasi produk.
B. Menghukum produsen yang tidak mematuhi dokumen tersebut.
C. Perhitungan harga bagi produsen.
D. Memberikan kesempatan bagi produsen untuk mengembangkan
produk mereka.
E. Memberikan batasan agar setiap perusahaan dapat bersaing dengan
adil.
11. Suatu upaya mengukur kebijakan dalam suatu perusahaan, produk,
strategi, program, dan hal lainnya dengan cara membandingkannya
dengan kompetitor lain yang bergerak pada bidang yang sama, agar bisa
mendapatkan informasi tentang bagaimana dan bagian apa saja yang
harus di evaluasi dalam upaya meningkatkan performa perusahaan
disebut dengan…..
A. Uji performance
B. Benchmarking.
C. Uji ketahanan produk.
D. Sertifikasi ISO.
E. Pengendalian Mutu.
12. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan produk dalam
melakukan kegiatan seperti yang diinginkan oleh konsumen tanpa
kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk disebut
dengan…
A. Pengujian kualitas produk.
B. Benchmarking.
C. Sertifikasi produk.
D. Ketahanan produk.
E. Performa produk.
13. Ketika memproduksi segala jenis produk, kualitas/mutu keseluruhan dan
kepuasan pelanggan sangat penting, terutama untuk produk kompleks
seperti komputer. ISO sendiri terdiri dari berbagai jenis. ISO yang
mensyaratkan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu,
disebut …..
A. ISO 90001
B. ISO 14001
C. ISO 2002
D. ISO TS 16948
E. ISO 27001
14. Pengendalian Mutu atau Quality control, adalah proses penilaian dan
pengawasan kualitas atas hal-hal yang berkaitan dengan produksi.
Pendekatan pengendalian mutu ditekankan pada beberapa aspek. Berikut
ini yang merupakan aspek kompetensi produksi adalah…
A. Proses produksi.
B. Pengendalian produksi.
C. Manajemen pekerjaan.
D. Inspeksi visual.
E. Pengetahuan dan keahlian karyawan.
15. Keberhasilan pengendalian mutu dapat diukur dengan beberapa
indikator. Pengendalian mutu dikatakan memenuhi indikator efisiensi
jika…
A. Hubungan kegiatan perusahaan dan produk yang dihasilkannya
dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi target
kegiatan.
B. Dapat atau tidaknya kinerja produksi dipertanggungjawabkan.
C. Kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk
produksi dan penyajian produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengguna.
D. Kemampuan perusahaan merespon terhadap kebutuhan konsumen.
E. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk perangkat
keras.
B. Soal Essay.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengujian produk!
2. Jelaskan tujuan adanya pengujian produk!
3. Jelaskan apa saja keuntungan dalam pengujian produk bagi perusahaan!
4. Jelaskan siapa saja pihak yang berperan dalam pengujian produk!
5. sebutkan dan jelaskan 5 indikator keberhasilan pengendalian mutu!

Anda mungkin juga menyukai