SiRaja Batak:
Raja Isumbaon:
Sitanggang Silo:
Raja Pangadatan: (ada yang bilang dari Simanihuruk,Cuma aku kurang yakin).
Pane Bolon_Raja SIDAURUK/Ompunta SiTungko nabolon.
0. Op. Sidauruk/br. Sihaloho?? :
1. Op. Jabonar/br. Sinaga
2. Op. Janatikkos/br. Sihaloho
3. Op. Mularaja/br. Sihaloho
4. Op. Bona Oloan/br Purba
5. Op. Pintu Batu/br. Sihaloho :
6.1. Op. Pilian Ni Aji
/br. Purba(Simanindo)
1.Op. Janame, 2. Op. Ruma Debata (inilah kami sendiri)3. Op.Sahang , 4. Op.Toba, 5. Op.Dumohor.
Ompu Pira:
Ompu Togi:
Namun ada informasi dari Amparanta Dian Sidauruk dari Bali,yang pantas juga kita perhatikan dan
pertimbangkan sebagai bahan pelengkap penelitian. Karena masih banyak juga yang perlu diperhatikan
kejanggalan setiap sumber dan data yang sudah ada dan tersebar hingga saat ini:
Raja Isombaon (Raja Isumbaon atau Raja Sumba) memperanakkan Tuan Sori Mangaraja.
Tuan Sori Mangaraja mempunayi 3 orang istri yaitu:
1.Siboru Biding Laut yang setelah mempunyai anak berubah panggilan menjadi Nai Ambaton.
2.Siboru Anting Malela yg setelah mempunyai anak berubah panggilan menjadi Nai Rasaon.
3.Siboru Sanggul Haomasan yg setelh mempunyai anak berubah panggilan menjadi Nai Suanon.
1. Nai Ambaton mempunyai anak yaitu Tuan Sorba Di Julu yang bergelar Ompu Raja Bolon (Nabolon)
2. Nai Rasaon mempunyai anak yaitu Tuan Sorba Di Jae yang bergelar Raja Mangarerak.
3. Nai Suanon mempunyai anak yaitu Tuan Sorba Di Banua (tidak diketahui gelarnya)
Note: Siboru Biding Laut dan Siboru Anting Malela adalah putri kedua dan ketiga dari Guru Tatea Bulan
sedangkan Siboru Sanggul Haomasan tidak diketahui puri siapa dia. Sedangkan putri pertama dari Guru
Tatea Bulan adalah Siboru Pareme yang menikah dengan saudara kandungnya yaitu Tuan Saribu Raja.
Ingat babiat sitempang dan ende Siboru Pareme? Putri ke 4 dari Guru Tatea Bulan adalah Nan Tinjo
(marporhas atau martihas: laki nggak perempuan juga nggak). Guru Tatae Bulan mempunyai 4 putri.
Versi I (diterima mayoritas Parna) adalah: Tuan Sorba Di Julu (Ompu Raja Bolon) mempunyai 4 anak
yaitu: Simbolon, Tamba, Saragi dan Munte. Dari Simbolonlah lahir Nahampun yang sekarang ada di
Barus bersama semarganya yaitu Tendang, Parmesawari, Barasa dll. (saya lupa). Buku tarombo ini
dipinjam orang dari saya tapi tidak dikembalikan. Dasar pangoto-otoi, mauf ma i.
Versi II (hanya sedikit yang menerima ini dan penerimaan inipun hanya sebagai penghargaan terhadap
suatu pendapat) adalah : Tuan Sorba Di Julu (Ompu Raja Bolon) mempunyai 5 anak yaitu: Simbolon,
Tamba, Saragi, Munte dan Nahampun (Sianahampun).Versi inilah yang mengatakan bahwa Siallagan,
Simarmata, Siadari, Sidabalok, Turnip, Sidauruk dan Sitio adalah garis keturunan dari Datu Parngongo
atau Datu Porang Ni Aji atau Raja Sitempang. Datu Parngongo adalah generasi ketiga dari Tamba. Note:
Dalam versi ini Turnip adalah abang-nya Sidauruk.
Note: Di Sangatta, Kaltim ada seorang Nahampun dan mengaku bahwa mereka dari Simbolon. Di Jakarta
saya bertemu dengan seorang Nahampun tapi sudah sedikit lilu tapi masih mengaku dari Simbolon. Di
Sangatta, Kaltim ada seorang Barasa mengaku bahwa mereka dari Naibaho. (pergeseran dari Barasa ke
Naibaho mungkin bisa terjadi karena ada Sidauruk kelompok Naibaho yaitu Naibaho Sidauruk). Di
Bontang, Kaltim ada seorang Barasa mengaku bahwa mereka Parna.
Note: Nai Ambaton bukan Raja. Dia perempuan sama dengan Nai Rasaon dan Nai Suanon.
Informasi dari:
Saudara kita Freddy hasiholan Sidauruk,
Ada beberapa bagian hampir sama dan sedikit perbedaan yang saya dengar dari punguan Parporata
(Parsadaan Pomparan Raja Sitelpang / Sitanggang). Ini salah satu versi lainnya untuk menambah
wawasan kita mengenai berbagai versi Silsilah Sidaur...uk. Mengenai versi tersebut, alangkah baiknya
jika yang memiliki informasi lebih lanjut agar disampaikan dalam forum ini. Parporata merupakan
Parsadaan yang diakui Parna terkait untuk mengantisipasi perselisihan masalah siapa siakkangan antara
Sitanggnag atau Simbolon. Punguan ini didirikan pertama kali di Sumatera Utara.
Sitanggang (menurut Parporata) katanya tidak masuk keturunan Munte Tua, tapi dari garis keturunan
(pihak ibu?) yang lain dan sederajat dengan 4 bersaudara Simbolon, Munte, Saragi dan Tamba. Makanya
pada sering terjadi kasus perselisihan mengenai silsilah antara Sitanggang dan Simbolon. Sewaktu
merantau dulu sering saya jumpa ada beberapa pihak Sitanggang yang tidak bersedia dan secara keras
menolak masuk Parna jika mereka dimasukkan dalam garis keturunan Munte.
Silsilah Sitanggang (lebih jelasnya ditanyakan ke mereka) dimulai dari Raja Sitelpang yang merupakan
anak dari yang lahir terakhir dalam kondisi cacat (timpang) dari istri pertama Raja Siambaton (Nai
Ambaton adalah ibunya Raja Siambaton (?)), Istri Siambaton yang kedua melahirkan Simbolon Tua yang
pertama kali, kemudian Munte Tua pada istri lainnya, begitu seterusnya sesuai versi diatas sampai
kemudian Raja Sitelpang yang terakhir lahir dari istri pertama. Raja Sitelpang inilah yang kemudian
menurunkan Sitanggang dan Sigalingging.
Maka tidak heran terjadi perselisihan siapa yang lebih tua antara Simbolon dengan Sitanggang. Jika
mengikut siapa yang pertama lahir maka Simbolon yang tertua. Namun jika mengikut urutan istri maka
Raja Sitelpang (Sitanggang) yang lebih tua. Oleh sebab itu banyak Sitanggang yang tidak mau masuk
Parna yang nota bene mengakui Simbolon sebagai yang tertua.
Versi ini pada bagian tertentu, khususnya mengenai Raja Siambaton (?) saya lupa-lupa ingat. Apakah
Raja Sitelpang dari urutan Nai Ambaton atau dari urutan lainnya? Saya kurang begitu jelas (maklum
sudah lupa).
Versi yang menjadi landasan adalah: Sitanggang Silo melarikan diri oleh sebab kecemburuan saudaranya
yang lain dan kemudian menjadi marga Sidauruk, dan adiknya yang lahir kemudian mewarisi tanah yang
ditinggalnya untuk kemudian membawakan Sitanggang Silo yang kita kenal sekarang. Sidauruk ini
kemudian marpadan dengan Turnip dan Sitio dengan ikatan sama dengan saudara kandung dan tinggal
di kampung kita Simanindo. Sitanggang Silo di kota saya mengakui bahwa marga Sidaruk lebih tua
(siakkangan) dari mereka.
Mengenai padan ini dapat kita perjelas sambil ziarah ke juru kunci aek Situkko di Pea Jolo (saya cuma
satu kali ke sana sewaktu SMP untuk ambil air bagi perobatan bapak saya dan air itu sangat manjur!).
Urutan aeknya menggambarkan urutan status siakkangan yakni aek Si Tukko Ihur-ihur untuk marga Sitio
paling bawah (sepertinya telah kering), aek Si Tukko Tonga-tonga untuk Turnip (juga telah kering), dan
paling atas aek Si Tukko Bona-bona untuk Sidauruk (masih mengalir hingga sekarang).
Selain itu, jika ada yang keberatan, silahkan jawab pertanyaan berikut: Sesuai dengan urutan keturunan
munte, dari sitonggor mana kita marga Sidauruk ? Silahkan tunjukkan jika memang ada.
Marga Simanihuruk bukan adik dari Sidauruk tetapi merupakan keturunan Sidauruk dari garis keturunan
Op. Jaimbo. Simanihuruk merupakan cucu dari Op. Jaimbo yang mamaknya Br. Manik.
Ada versi kontra yang menyebutkan jika Simanihuruk adalah turunan dari marga Sidauruk, kenapa lebih
banyak yang terlihat marga Simanihuruk? Hal inilah yang landasan bagi penulis buku (yang nota bene
dari marga lain) untuk menjelaskan posisi Sidauruk berada dibawah marga-marga lainnya. Oleh sebab
itu sering ditulis berbagai versi seperti (1) Sidauruk adalah keturunan Simanihuruk; (2) Sidauruk adik
Simanihuruk; Simanihuruk adik Sidauruk (versi diatas); dan lainnya. Dan silsilah dari para penulis inilah
yang membuat tarombo kita menjadi semakin kacau. Jika ada marga Simanuhuruk yang bersikeras
mengenai hal diatas, dapat dijawab dengan mudah: Pada garis silsilah mana mereka di Sitanggang
(harus dikonfirmasi kepada Sitanggangnya dan bukan pernyataan sendiri) atau pada garis silsilah mana
mereka di Parna (konfirmasi dengan marga yang berhubungan).
Sitanggang Silo menyatakan bahwa marga kita sederajat dengan mereka dalam posisi si Akkangan dan
tidak mengakui Simanihuruk,sebagai garis sederajat dalam silsilah serta tidak mengakui Turnip, dan
Sitio. Jika demikian, dari aman jalannya Simanihuruk bisa sederajat atau jadi moyang atau jadi siabangan
dari Sidauruk. Silahkan konfirmasikan kembali ke Parporata.
Satu hal yang perlu kita analisa mengenai sedikitnya marga Sidauruk yang terlihat adalah sebagai
berikut:
Marga kita merupakan marga yang banyak hilang silsilah/maupun identitasnya oleh sebab berbagai hal,
misalnya merantau, adopsi, adaptasi, atau oleh sebab lainnya. Jadi tidak heran banyak Sidauruk
menggunakan Saragi atau Saragih sebagai marganya. Selain itu, jika kita cermati dengan banyak
bertanya pada orang-orang dari Parna, jangan terkejut jika mereka mengatakan bahwa mereka
sebenarnya Sidauruk. Saya sendiri mengalaminya. Saya pernah bertemu beberapa orang bermarga
Sumbayak, Sigalingging, dan Garingging yang kemudian mengaku mereka (orang-orang tersebut)
sebenar bermarga Sidauruk yang moyangnya dulu merantau ke tanah marga-marga tersebut. Kasus lain
yang cukup ekstrim pernah juga saya alami. Sewaktu kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta saya
rekan kuliah beda kampus (beliau dari jurusan etnomusikologi) yang identitasnya menggunakan marga
Simatupang namun ternyata dia bermarga Sidauruk. Penyebabnya adalah yang bersangkutan dibuat
mamaknya ikut marga bapak tirinya, dan dikemudian hari baru dia tahu marga asli mendiang bapaknya.
KTP sudah terlanjur salah marga. Jika dimasa modern saja masih terjadi, bagaimana pula dimasa lalu?
Penutup
Jadi begitulah beberapa versi lain mengenai marga kita sebagai tambahan Doc ini. Perlu saya ingatkan
juga agar waspada dan berhati-hati menganalisa silsilah marga kita jika hal tersebut bersumber dari
buku oleh penulis marga lain. Terlalu banyak hal bertentangan, dan marga kita cenderung dikecilkan
dalam versi mereka. Pengakuan posisi marga kita dalam Parorata sendiri pada awalnya mengalami
banyak perdebatan antara sesama sitanggang yang yang tidak mau memberikan tanahnya sesuai versi
diatas. Waktu itu, Sitanggang Upar dan Sitanggang Silo yang mempertahankan mengenai versi yang saya
terangkan ini.
Saya tidak menyatakan atau memaksakan bahwa versi ini pasti benar, tetapi saya hanya menyampaikan
alternatif versi yang beredar dikalangan Parporata maupun parna terkait (Parna yang mengakui
Parporata) untuk menambah pengetahuan kita.