PENDAHULUAN
dalam Perda Kota Palopo No. 11 Tahun 2013 maka peranan pemerintah sebagai
empat hal utama yaitu; perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata,
1
pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, maupun pembuatan dan penegakan
peraturan (regulation).1
Maka dari pada itu pariwisata daerah perlu mendapat perhatian lebih
mendalam khususnya aset-aset wisata yang memiliki potensi wisata yang bukan
saja bernilai historis melainkan aset wisata yang berpotensi ekonomis. Dalam
pariwisata dijadikan salah satu sektor andalan dimana pariwisata dianggap sebagai
salah satu industri yang menimbulkan efek ganda bagi sektor lainnya. Allah swt
Terjemahan:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”
(Surat An-Nur ayat 55)2.
1
Peraturan daerah Kota Palopo No. 11 Tahun 2013, tentang Pelaksanaan kebijakan
pembangunan jangka pangjang.
2
Surat An-Nur Ayat 55 tentang Pemerintahan.
2
Dari keterangan ini dapat ditarik dua masalah yang fundamental, yaitu:
penggunaan harus sesuai dengan norma dan hukum tuhan, maka dengan
beriman, bukan kepada seseorang atau suatu kelas tertentu. Setiap mukmin
Pemikiran tentang konsep negara dilandasi oleh tiga dasar atau anggapan
pertama, Islam adalah agama yang paripurna, lengkap dengan petunjuk uantuk
mengatur semua segi kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik, dalam arti
bahwa dalam Islam ada sistem politik, oleh karena itu dalam bernegara umat
Islam tidak perlu meniru sistem politik barat, tetapi kembali ke sistem Islam
sistem kenegaraan menurut Islam, kedua kekuasaan tertinggi, dalam istilah politik
Islam adalah kedaulatan. Dan kedaulatan tertingi dalam politik Islam ada ditangan
Khlifah-khalifah Allah dibumi. Ketiga, Sistem politik Islam adalah suatu sistem
universal yang tidak mengenal batas-batas dan ikatan-ikatan geografis, bahasa dan
3
kebangasaan. Dalam A-Quran pun dijelaskan dalam surah An-An’am ayat 62
yang berbunyi:
Terjemahnya:
penggunaannya harus sesuai dengan norma dan hukum Tuhan, maka dengan
sangat potensial untuk dikembangkan. Setidaknya ada 3 (tiga) jenis obyek wisata
yang memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung ke daerah ini, yaitu
wisata alam, wisata bahari, dan wisata budaya. Namun demikian, dari tiga jenis
obyek wisata yang menjadi daya tarik utama tersebut, terdapat sejumlah masalah
pariwisata yang ada di Kota Palopo yang sangat perlu untuk dikembangkan seperti
3
Depertemen Agama RI, Alquran Dan Tajwid & Terjemah, (Bandung: Cordoba, 2013),
h, 135.
4
serangkaian kebijaksanaan selama ini telah ditingkat pembinaan dan
Palopo.
Upaya yang telah dilakukan tersebut, masih terdapat beberapa masalah dan
promosi wisata keluar daerah dan manca Negara, kurangnya koordinasi antar
instansi terkait dalam program pengembangan objek wisata, dan masih banyak
Kota palopo merupakan kota yang maju, memiliki beberapa destinasi wisata
yang dapat dinikmati oleh banyak orang, khususnya masyarakat Kota Palopo.
Misalnya wisata Pantai Labombo, air terjun latuppa, gunung kambing, tanjung
ringgit, lereng cinta, bukit 513, dan masih banyak lagi destinasi wisata yang ada di
Kota Palopo. Yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan secara bertahap
5
Dari data di atas dengan demikian, pemerintah dalam hal ini sebagai salah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi objek wisata (bahari, budaya dan alam) di Kota Palopo?
C. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui potensi objek wisata (bahari, budaya dan alam) di Kota
Palopo.
D. Manfaat Penelitian
Kota Palopo.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Skripsi yang berjudul Elite Lokal dan Otonomi Daerah (Studi Terhadap
tentang elite lokal dan otonomi daerah. Dalam pokok pembahasan skripsi
tersebut adalah
(1) Elit lokal baik Pemerintah daerah maupun masyarakat dalam hal ini
kekurangan pada obyek wisata tersebut agar tidak tertinggal dengan obyek
8
wisata yang lain, dengan memperhatikan faktor fisik supaya tidakmerusak
keseimbangan alam.
(2) Pada obyek wisata Birtaria Kassi ditambahkan wahana agar lebih menarik
pariwisata karena pohon lontara salah satu ciri khas yang ada di Jeneponto
3. Skripsi yang berjudul Konsep Otonomi Daerah Dalam Perspektif Hukum Islam
oleh Ismira, Tahun 2017, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi
ini membahas tentang konsep otonomi daerah dalam perspektif hukum islam.
9
dibentuk lembaga independen yang tidak dapat diintervensi oleh pemerintah
suatu kajian otonomi daerah yang dalam sudut pandang hokum tata negara
Islam, yang berusaha mencari titik benang merah dalam kaitannya sejarah
Rabbi, Tahun 2017, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi ini
kunjungan wisata dan tingkat hunian hotel tidak berpengaruh secara signifikan
B. Tinjauan Teori
10
1. Kebijakan Pembangunan Pariwisata
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
kebijakan adalah adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan
seorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah.4 Said
Zainal Abidin dalam Dedy Mulyadi (2015) kebijakan dapat dibedakan dalam tiga
tingkatan yaitu:
pelaksanaan baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif yang
undang.
pelaksanaan.
4
Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Alfabeta. Bandung.
11
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan
pejabat pemerintah saja. Sementara ada para ahli yang menitikberatkan kebijakan
suatu destinasi.6
manfaat yang sebesar-besarnya dari kontribusi sosial dan ekonomi yang diberikan
5
Mulyadi, Dedy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Alfabeta. Bandung.
6
Goeldner, Charles A. and J.R. Brent Ritchie (2006). Tourism: Principles, Practices, Philosophies
(10th ed), Wiley, Hoboken, NJ.
12
pariwisata adalah peningkatan kemajuan negara atau daerah dan kehidupan warga
negaranya.7
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Edgell, dkk (2008) yang
dan misi yang diikuti oleh serangkaian tujuan, sasaran, strategi, dan taktik dalam
pengembangan pariwisata.
7
Biederman, Paul S., Jun Lai, Jukka M. Laitamaki, Hannah R. Messerli, Petter D. Nyheim, dan
Stanley C. Plog, (2007): Travel and Tourism: An Industry Primer, Pearson Education, Inc.,
Upper Saddle River, NJ.
8
Edgell Sr, David L., Allen, Maria D., Smith, G., Jason, R. Swanson, (2008): Tourism
Policy and Planning: Yesterday, Today, and Tomorrow, Elsevier; Burlington.
13
tetapi, pada kenyataannya banyak sekali konflik kepentingan ditingkat para
cara, perbuatan membangun, dari atas proses pembangunan yang dimulai dari
pembangunan itu adalah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dari
pengarahan segala budi daya manusia untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.
9
Jamaludin, A. Nasrullah. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung. Pustaka Setia.
14
perubahan sikap masyarakat. Pembangunan harus mampu membawa umat
berbagai masalah, tantangan dan hambatan baik yang berskala global maupun
Dalam konteks ini, setiap daerah harus dapat memposisikan dirinya dalam
wisata bahari.
2. Pariwisata
15
a. Pengertian pariwisata
Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau
berkali-kali.10
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.11
yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk
10
Irawan, Koko. 2010. Potensi Objek Wisata Air Terjun Serdang Sebagai Daya Tarik
Wisata di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kertas Karya. Program Pendidikan Non Gelar
Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
12
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan edisi revisi. Bandung: Alfa Beta.
16
adanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal menetap
dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah. Sehingga dalam
rangkaian aktivitas, dan penyediaan layanan baik untuk kebutuhan atraksi wisata,
Pada dasarnya gejala pariwisata terdiri dari tiga unsur yaitu manusia (unsur
insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang tercakup
dalam kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang digunakan dalam
13
A.J., Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
14
Sugiama, Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya Intimarta
17
tidak disamakan dengan kegiatan jalan-jalan “cuci mata” atau “makan angin”
kebudayaan dan pola hidup bangsa lain dan sebagai suatu upaya untuk mengerti
mengapa bangsa lain itu berbeda. Pariwisata menjadi suatu sarana untuk
Segi lain pariwisata hendaknya dipandang sebagai suatu industri yang turut
memberi andil dalam kehidupan sosial dan ekonomi, baik itu negara maju maupun
Kepariwisatan bahwa, Pariwisata adalah salah satu industri gaya baru yang
kerja, peningkatan taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di
dalam negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang
kompleks meliputi industri-industri lain dalam arti yang klasik, seperti industri
15
I Gusti Bagus Rai Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, Metodelogi Penelitian
Pariwisata dan Perhotelan..., p.107.
16
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta:Pradnya Paramita
18
mengemukakan bahwa: Pariwisata adalah segala sesutau yang berhubungan
yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara
orang-orang di dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi
penndiaman orang-orang dari suatu daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau
benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan
setiap perjalanan untuk paiwisata adalah peralihan tempat untuk sementara waktu,
Oleh karena itu, dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat 4
waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik
17
Pendit, I Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.3.
19
wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan yang
mendapatkan kepuasan lahir dan batin. Sedangkan yang disebut wisatawan adalah
ditempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat
yang didatanginya.
b. Potensi pariwisata
produk objek dan daya tarik wisata. Kepariwisataan mengandung potensi untuk
kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman kepada apa yang dicari
oleh wisatawan.
yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta
kepentingan nasional.18
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
20
Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa: Daya tarik wisata adalah sesuatu yang
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan”.19
(2) daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang berseni
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
3) Menghapus kemiskinan;
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
21
4) Mengatasi pengangguran;
6) Memajukan kebudayaan;
menentukan atau menilai apakah suatu daerah dapat dikatakan sebagai daerah
yang memenuhi syarat serta berpotensi sehingga layak untuk dijual. Objek wisata
dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang
sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata
tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Objek dan daya tarik wisata merupakan
salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
22
c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus
Daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun secara profesional sehingga
dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus
1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.
hadir.
5) Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam pegunungan,
6) Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.22
22
War Wardhani, U.E., dkk. 2008. Usaha Jasa Pariwisata Jilid 1 untuk SMK, Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Mangemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
23
United Nation. 2002. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
23
a. Prinsip pertama adalah pembangunan pariwisata harus dapat dibangun dengan
tujuan yang didasarkan atas kerelaan untuk membentuk kualitas destinasi yang
semua pihak dapat bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas
kepentingan, dan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang
pembangunan.
24
d. Prinsip keempat adalah, memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal
pengganda pada sektor lainnya, baik usaha baru maupun usaha yang telah
creator atraksi wisata dengan para operator penjual paket wisata, sehingga
25
apa yang dapat dilakukan untuk membuat mereka tetap lebih terpuaskan.
kota wisata memilih untuk tinggal disana karena gaya hidup yang dirasakan
sesuatu yang logis. Wujud hubungan ini adalah konsep tentang daya dukung
pilihan yang terbaik, walaupun saat ini masih mengalami kontroversi yang
cukup tajam. Konsep ini merupakan kebutuhan yang semestinya diakui untuk
pada saat yang bersamaan, konsep tersebut berhadapan dengan keinginan untuk
26
memaksimalkan peluang sebagai tujuan pertumbuhan dan mewujudkan
i. Prinsip kesembilan adalah harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik
sumberdaya lainnya harus dapat dipastikan tidak disalah gunakan. Untuk hal
dan menjadi agenda yang terus menerus direvisi dan bahkan revisi yang
tetapkan memang masih terlalu umum untuk diterapkan oleh unit bisnis,
sehingga masih perlu dilakukan penjabaran menjadi standar yang lebih rinci
dalam bentuk buku manual (Font dan Bendell, 2002). Sebagai contohnya, di
27
standar diantara program-program saat ini, telah digunakan pada 1000
pariwisata sehingga dapat dipastikan bahwa para pekerja siap untuk bekerja
sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan bidangnya
pendukung dan dan nilai kritik. Bagian ini sebenarnya meninjau kelayakan
(Toth, 2002).
mampu mewujudkan kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi
of opportunity” kepada para penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi
28
a. Pariwisata lokal (lokal tourism), yaitu jenis pariwisata setempat yang
tertentu saja.
berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas
batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.
seluruh dunia.
29
a. Pariwisata usaha dagang/bisnis, yaitu jenis pariwisata dimana
sebagainya.
perjalanan wisata terdiri orang yang sedang libur atau sedang cuti.
perjalanan untuk tujuan studi atau untuk mempelajari suatu bidang ilmu
pengetahuan.
5) Menurut objeknya
melakukan perjalanan disebabkan oleh daya tarik dari seni atau daerah. Jadi
objek berkunjungnya
30
c. Wisata alam, adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata yang meanfaatkan
potensi alam untuk menikmati keindahan alam yang masih alami sudah ada
usaha budidaya.
C. Kerangka Konseptual
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melibatkan usaha mikro, kecil dan
31
Dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata penyediaan anggaran
merupakan bagian penting yang perlu disediakan oleh pemerintah daerah. Dalam
hal ini pemerintah yang menjabat sebagai Walikota harus membuat program
daya manusianya sehingga obyek-obyek wisata yang ada dapat dikelola oleh
Kebijakan Pembangunan
Pariwisata
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
digunakan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field
B. Sifat Penelitian
24
Noor. Juliansyah, 2011. Metedologi Penelitian, Prenada Media Group. Jakarta.
33
penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis
C. Pendekatan Masalah
Indonesia
D. Pengumpulan Data
25
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
34
lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan
3. Studi kepustakaan, yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku-
buku serta data-data yang terkait dengan topik penelitian. Disertai dengan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
E. Informan Penelitian
Informan adalah orang-orang yang paham atau pelaku yang terlibat langsung
3. Anggota DPR
F. Lokasi Penelitian
35
di Kota Palopo, yakni Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palopo,
tertulis. Analisis data kualitatif ditempuh melalui reduksi data, yakni memilih
hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, dengan tujuan dapat
mengambil bagian yang utama dalam rangka penyajian data dalam bentuk
matriks.
36
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Al-karim
Depertemen Agama RI, Alquran Dan Tajwid & Terjemah, (Bandung: Cordoba,
2013.
Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Biederman, Paul S., Jun Lai, Jukka M. Laitamaki, Hannah R. Messerli, Petter D.
Nyheim, dan Stanley C. Plog, (2007): Travel and Tourism: An Industry
Primer, Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, NJ.
Edgell Sr, David L., Allen, Maria D., Smith, G., Jason, R. Swanson, (2008):
Tourism Policy and Planning: Yesterday, Today, and Tomorrow, Elsevier;
Burlington.
Goeldner, Charles A. and J.R. Brent Ritchie (2006). Tourism: Principles,
Practices, Philosophies (10th ed), Wiley, Hoboken, NJ.
Irawan, Koko. 2010. Potensi Objek Wisata Air Terjun Serdang Sebagai Daya
Tarik Wisata di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kertas Karya. Program
Pendidikan Non Gelar Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
Bagus Rai Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, Metodelogi Penelitian Pariwisata
Perhotelan..., p.107.
Jamaludin, A. Nasrullah. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung. Pustaka Setia.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan edisi revisi. Bandung: Alfa
Beta.
Mulyadi, Dedy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Alfabeta.
Bandung.
Noor. Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian, Prenada Media Group. Jakarta.
Pendit, I Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :
PT Pradnya Paramita.3
Surat An-Nur Ayat 55 tentang Pemerintahan
Sugiama, Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya
Intimarta
37
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Tahir, Arifin. 2014. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Alfabeta. Bandung.
United Nation. 2002. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita
War Wardhani, U.E., dkk. 2008. Usaha Jasa Pariwisata Jilid 1 untuk SMK,
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Mangemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Perundang-Undangan:
daerah Kota Palopo No. 11 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan kebijakan
pembangunan jangka pangjang Kota Palopo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
38