Makalah Dokumentasi Askeb PMS1 PDF
Makalah Dokumentasi Askeb PMS1 PDF
Makalah Dokumentasi Askeb PMS1 PDF
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja atau adolescence adalah periode perkembangan dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara
usia 13 sampai 20 tahun (Potter &Perry, 2005). Setiap remaja akan mengalami
pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yakni suatu periode
dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta mampu
mengadakan proses reproduksi (Saryono, 2009).
Masa pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi. Menjelang
datangnya fase menstruasi, seorang wanita akan menghadapi banyak gejala tidak
nyaman yang terjadi pada waktu singkat, mulai dari beberapa jam sampai beberapa
hari. Tetapi beberapa gejala tersebut bisa menjadi sangat intens dan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan yang biasa dialami wanita sebelum
menstruasi disebut Sindrom Pre-Menstruasi atau Pre-Menstrual Syndrome (PMS)
(Suparman, 2012).
Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan
emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80-95% wanita
mengalami gejala-gejala pra menstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek
dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara
reguler pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu
dimulainya menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sindrom pra
menstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka
beristirahat dari sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013).
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2005 dalam Setiasih
(2007) menyebutkan bahwa 38,45% wanita di dunia mengalami permasalahan
mengenai gangguan Pre Menstrual Syndrome. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologis dalam Saryono
(2009) bahwa sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari
gejala PMS dan umumnya terjadi pada wanita usia 14–50 tahun dengan gejala yang
bervariasi dan berubah–ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan.
Tingginya prevalensi gangguan Pre Menstruasi Sindrom pada wanita, seorang
bidan sangat diperlukan peranannya dalam pemberian asuhan kebidanan kepada
remaja Pre Menstrual Syndrome. Bidan harus bisa menganamnesis dan juga dapat
melakukan pencatatan pendokumentasian kasus klien yang mengeluhkan Pre
Menstrual Syndrome. Dengan begitu, diharapkan saat klien datang untuk
berkonsultasi bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat sesuai keluhan
yang dialami klien.
Pendokumentasian yang berisi catatan dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan bidan kepada klien.
Selain itu dari aspek hukum, melalui dokumentasi maka terdapat jaminan kepastian
hukum atas dasar keadilan.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dokumentasi asuhan kebidanan dan penerapannya.
2. Mengetahui pra menstrual syndrome yang terjadi pada remaja .
3. Mengetahui dan memahami contoh kasus dalam pra menstruasi syndrome.
4. Mengetahui, memahami dan mampu menerapkan cara pendokumentasian
asuhan kebidanan secara komprehensif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan pada
pasien yang hampir meninggal dunia.
Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka. Tertutup apabila
di dalam berisi rahasia yang tidak pantas diperlihatkan, diungkapakan, dan
disebarluaskan kepada masyarakat. Terbuka apabila dokumen tersebut selalu
berinteraksi dengan lingkungannya yang menerima dan menghimpun informasi.
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah rekam
medik. Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan kesaksian
tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.
Pengertian Dokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)
Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan tentang interaksi antara tenaga
kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan klinik kesehatan yang mencatat tentang hasil
pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan pada pasien dan
respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan (Chapman, 2006).
Metode pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang merupakan
salah satu metode dokumentasian yang ada, SOAP merupakan singkatan dari :
S = Subjektif
Menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, tes
diagnostik dan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif
(langkah II, III dan VI)
P = Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana dan evaluasi assesment
(langkah IV, V dan VII).
Alasan Pemakaian Dokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)
a. Metode dokumentasi SOAP merupakan perkembangan informasi yang
sistematis mengorganisir penemuan dan kesimpulan seorang bidan menjadi
suatu rencana asuhan.
b. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk
tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
c. SOAP merupakan urutan- urutan yang dapat membantu bidan dalam
mengorganisasikan pikiran dalam memberikan asuhan yang komprehensif
(Simatupang, 2006).
4
2.2 Pra Menstruasi Sindrom
5
Insiden sindroma premenstruasi 2x lebih tinggi pada kelahiran kembar satu
telur (monozigotik) dibandingkan kelahiran kembar dua telur (dizigotik).
d. Faktor psikologis
Stress sangat besar pengaruhnya terhadap sindroma premenstruasi. Gajala-
gajala sindroma premenstruasi akan makin nyata dialami oleh wanita yang terus
menerus mengalami tekanan psikologi
e. FaktorAktivitas Fisik
Kebiasaan olahraga yang kurang dapat memperberat sindroma premenstruasi.
Aktivitas fisik telah direkomendasikan untuk mengurangi keparahan sindroma
premenstruasi. Aktivitas fisik dapat meningkatkan endorphin, menurunkan
estrogen dan hormon steroid lainnya, meningkatkan transportasi oksigen dalam
otot, mengurangi kadar kartisol dan meningkatkan keadaan psikologis.
f. Kalsium
Penelitian menunjukkan bahwa kalsium berpengaruh terhadap gangguan
mood dan perilaku yang berlangsung selama sindroma premenstruasi. Peneltian
Jacobs dan Susan (2000) juga menyatakan bahwa pemberian kalsium murni
terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan gejala sindroma
premenstruasi.
g. Vitamin B
Vitamin B6 dapat membantu meringankan depresi dan gelisah yang terkait
dengan PMS.
h. Magnesium
Asupan magnesium yang cukup tiap harinya beipengaruh terhadap sindroma
premenstruasi yang dialami. Asupan harian yang direkomendasikan untuk
magnesium adalah 250mg/hari. Sumber magnesium terbaik adalah sayuran hijau,
seperti bayam. Sumber lainnya adalah kacang, biji-bijian, gandum, oatmeal,
yogurt, kedelai, alpokat, danpisang.
6
Gejala ini timbil akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, dimana
hormon estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron.
Penderita sindrom pra menstruasi tipe H (hyperhydration) sebanyak 60%,
memiliki gejala edema (pembengkakan, perut kembung, nyeri pada buah dada,
pembengkakan tangan dan kaki dan peningkatan berat badan sebelum haid). Gejala
tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom pra menstruasi lain.
Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan ekstrasel karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretik untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh.
Sindrom pra menstruasi tipe C (craving) sekitar 40% diderita oleh wanita,
ditandai dengan rasa lapar, rasa ingin untuk mengkonsumsi makanan yang manis-
manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula atau sirup). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak akan
timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin
dalam tubuh meningkat.
Wanita yang mengalami Sindrom pra menstruasi tipe D (depression) sekitar
20%, ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur,
pelupa, bingung dan sulit menggunakan kata-kata(verbalisasi), bahkan kadang-
kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya sindrom pra
menstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan sindrom pra menstruasi tipe A,
hanya sekitar 3% dari seluruh tipe sindrom pra menstruasi benar-benar murni tipe D.
Sindrom pra menstruasie tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen dimana hormon progesteron dalam siklus haid lebih tinggi
dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi sindrom pra menstruasie tipe
D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam
amino tyrosine, penyeerapan dan penyimpanan timbal di tubuh atau kekurangan
magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Gejala fisik diantaranya : kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu), acne
(jerawat), nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, nyeri pada payudara,
Gangguan saluran cerna (rasa penuh/kembung), konstipasi, diare, perubahannafsu
makan, sering merasa lapar (food cravings). Gejala emosi dan perilaku; mood
menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi, kecemasan,
gangguan konsentrasi, insomnia (sulit tidur). Tidak semua tanda dan gejala di atas
selalu muncul, namun wanita dikategorikan mengalami sindroma premenstruas ijika
didapatkan satu gejala emosi dan satu gejala fisik yang dialami saat pramenstruasi (6-
10 hari menjelang menstruasi) setidaknya dua siklus berturut-turut, berdampak
7
negatif terhadap aktivitas harian, dan gejala menghilang setelah menstruasi berakhir
(Mery,2013).
4. Pengobatan
Untuk cara mengatasi gejala premenstruasi yang terjadi adalah dengan
terapi non farmakologi yaitu mengkonsumsi makanan berserat buag dan sayur
(69,4%), menghindari minum kopi (22,5%) menghindari minuman dingin
(23,4%), sedangkan dengan terapi farmakologis yaitu menggunakan analgesik
kelompok asam mefenamat (36,9%),menggunakan safe care (22,5%) .
5. Pencegahan
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang
tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Membatasi kosumsi makanan seperti tinggi gula, tinggi garam, daging
merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman
bersoda.
2. Kurangi rokok atau berhenti merokok.
3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan/orang).
4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian
sebagai sumber protein.
5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan
lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
6. Batasi konsumsi lemak hewani dan lemak makanan yang digoreng.
7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial
linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium,
magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
1. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
2. Menghindari dan mengatasi stres.
3. Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan
risiko menderita PMS (Abraham, 2011)
2.3 Kasus Pra Menstruasi Sindrom
Seorang perempuan, Nn. “Berli” berumur 15 tahun datang ke BPM
Melati pada tanggal 10 April 2019 diantar oleh Ibunya ingin memeriksakan
keadaannya. Nn. “Berli” sudah mulai mens sekitar 2 tahun ini dan mengeluh
setiap bulannya sekitar 2 minggu menjelang siklus mensnya dia pasti merasakan
rasa tidak nyaman pada tubuhnya seperti lemas, payudara membesar , sakit
8
kepala, kadang-kadang kembung, nyeri pada tubuhnya dan sampai diare. Dan
keadaan psikologi yang sangat sensitif sehingga mudah marah, kurang
konsentrasi, mood yang naik turun, dan merasa sedih tiba tiba. Ia juga mengeluh
susah tidur di malam hari. Nn. “Berli” mengaku tidak suka makan sayur. Sang Ibu
mengaku bahwa dulu saat dirinya muda juga mengalami hal yang sama seperti
anaknya. Dari hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tekanan darah 110/60
mmHg,Nadi 98x/menit, Suhu 36,9oC, Pernapasan 20x/menit.
2.4 Cara Dokumentasi Asuhan Kebidanan
9
Jumlah Saudara Kandung : 2 Orang
Tinggal Dengan : Orang Tua
2. Alasan Datang
Konsultasi dan hendak memeriksaan keadaan tubuhnya ketika Menstruasi
3. Keluhan Utama
Nn. “Berli” sudah mulai mens sekitar 2 tahun ini dan mengeluh setiap
bulannya sekitar 2 minggu menjelang siklus mensnya dia pasti merasakan rasa
tidak nyaman pada tubuhnya seperti lemas, payudara membesar , sakit kepala,
kadang-kadang kembung dan nyeri pada tubuhnya dan bahkan diare. Dan keadaan
psikologi yang sangat sensitif sehingga mudah marah, kurang konsentrasi, mood
yang naik turun, dan merasa sedih tiba tiba. Selain itu susah tidur dan tidak suka
makan sayur.
4. Riwayat Obstetri : Belum pernah melahirkan
TANDA PUBERTAS
Remaja Perempuan
Sudah Haid :+
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : teratur
Keluhan Haid : Nyeri
Pembesaran Payudara :+
Remaja laki-laki
Mimpi basah : +/--
Perubahan suara : +/--
Remaja Perempuan & Laki-laki
Pertumbuhan rambut sekunder : +
Lain-lain : Sang Ibu mengaku bahwa dirinya dulu juga begitu
saat menstruasi
5. Riwayat Kesehatan yang lalu : Waktu kecil pernah di rawat inap di rumah sakit
6. Keluhan Kesehatan Sekarang :-
7. Riwayat Kesehatan Keluarga : -
8. Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi
Makan : Tidak teratur, tidak suka sayur
Minum : 8 gelas / hari
Eliminasi
BAB : Lebih dari 3 kali/hari
10
BAK : Lancar 4-6 kali/hari
Istirahat : 6 jam/hari
Aktifitas : Sekolah dan berorganisasi
Personal hygiene : mandi 2x sehari
Sikat gigi 3x sehari
Ganti pakaian 2x / hari
Gaya hidup : Kurang berolahraga
Alkohol : -
Rokok : -
2. Riwayat Psikososial & Spiritual : Tidak ada pantangan-pantangan teretntu,dan
tidak ada pantangan-pantangan keagamaan.
B. Data Objektif
1.Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan Umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : compos mentis
c. Antropometri
BB : 42 kg Lila : 22 cm TB :156cm
d. Tanda-tanda vital
TD : 110/60 mmHg Nadi : 98 X / menit
0
S : 36,9 C RR : 19 X / menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Kepala : Tidak ada benjolan,kulit kepala bersih, rambut tidak rontok dan
sedikit berminyak.
Wajah : pucat dan tidak ada pembengkakan pipih
Mata : posisi mata simetris, pergerakan bola mata normal.sensitivitas
pupil normal, mengecil saat penglihatan didekatkan dan melebar saaat
dijauhkan. Warna konjungtiva pucat dan warna sclera normal tidak ada
gejala ikterus.
Hidung : Keselhan pada hidung normal, septum hidung normal. Tidak
ada benda asing, tidak ada sekret, tidak ada pendarahan dan tidak ada polip
hidung.
Telinga : bersih, tidak ada peradangan,tidak ada caiaran yang keluar
dan tidak ada benda asing.
Mulut : warna bibir merah pucat, simetrtis pada mulut tidak ada
sariawan, warna gusi merah muda normal, gigi nya tidak ada caries,lidah nya
bersih,tidak ada pembengkakan dan tidak ada luka bercak.tidak ada
peradangan,ada tonsil tapi masih normal.
Leher : normal tidak ada massa, kelenjar limfa tidak membesar, tidak
11
ada bendungan vena jugularis dan kelenjar tiroid normal.
Dada : pernapasan normal, tidak ada masalah dengan pernapasannya.
Payudara membesar, bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan. Axilla
tidak ada pembesaran getah bening.
Abdomen : kembung
Ekstremitas : panjang lengan dan panjang kaki simetris.tidak ada edema
dan terasa ngilu/linu sendi.
Pemeriksaan Penunjang:-
Tanggal : 10 April 2019 Jam : 10.19
Hb : 11,5 g/dl
Lain-lain : -
VI. IMPLEMENTASI
Terapi farmakologis yaitu menggunakan analgesik kelompok asam
mefenamat (36,9%),menggunakan safe care (22,5%)
Memberikan KIE mengenai PMS
Kolaborasi dengan Ahli Gizi mengenai pola makan, dan menu makanan sehari
hari yang bisa dimakan.
Meningkatkan Aktifitas untuk berolahraga
Mengatur pola tidur dengan baik
Kolaborasi dengan ahli psikiater mengenai keadaan psikologis Nn. Berli
Petugas,
(……………………………………)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Premenstrual Syndrom (PMS) merupakan kondisi kompleks dengan beberapa
gejala fisik dan psikologis yang dimulai pada fase luteal dari siklus menstruasi yang
terjadi hingga pada derajat tertentu dapat mempengaruhi gaya hidup, pekerjaan dan
aktivitas lainnya. Sekitar 30- 80% wanita mengalami gangguan suasana hati (mood)
atau somatis (atau keduanya) yang terjadi selama siklus menstruasi. PMS ditandai
dengan payudara membengkak, puting nyeri dan bengkak, serta mudah tersinggung,
bahkan beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram akibat
dari kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit perut bagian tengah, gelisah,
letih, hidung tersumbat, dan rasa ingin menangis. Etiologi dari PMS salah satunya
adalah penurunan kadar beta endorfin. Kadar endorfin dapat ditingkatkan dengan
melakukan aktifitas fisik. Faktor penyebab PMS antara lain faktor hormonal, faktor
kimiawi, faktor genetic, faktor psikologis, dan faktor aktivitas fisik. Cara mengatasi
gejala premenstruasi yang terjadi adalah dengan terapi non farmakologi yaitu
mengkonsumsi makanan berserat buah dan sayur, menghindari minum kopi dan
minuman dingin, sedangkan dengan terapi farmakologis yaitu menggunakan
analgetik kelompok asam mefenamat dan menggunakan safe care. Pencegahan PMS
(sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat.
3.2 Saran
Agar terhindar dari Premenstrual Syndrome (PMS), saran dari kami perlu
penerapan gaya hidup sehat. Dapat dilakukan melalui diet yang tepat, seperti
mengkonsumsi makananan sehat, menghindari gula tinggi, tidak merokok, tidak
terlalu banyak mengkonsumsi protein, mengkonsumsi vitamin B kompleks,
membatasi konsumsi makanan produk susu olahan seperti keju, membatasi konsumsi
lemak, dan meningkatkan konsumsi sayur-sayuran hijau. Serta melakukan olahraga
dan aktivitas fisik secara teratur, menghindari dan mengatasi stress, menjaga berat
badan, karena berat badan berlebih dapat meningkatkan resiko menderita PMS. Serta
menjaga kesehatan dan kestabilan kondisi fisik dan psikis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Christiany, I . Hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro dengan sindroma
premenstruasi pada remaja putri di SMU Sejahtera Surabaya. Tesis.
Yogyakarta: UGM ; 2006
El Manan, 2013. Kamus Cerdik kesehatan Wanita. Yogyakarta : Flash Boo
Fibriastuti, yoshepine renny. 2012. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Sindrom Pra
Menstruasi Pada Polisi Wanita (Polwan) Di Polisi Resor Kota Cimahi.
Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Kroll A. Recreational physical activity and premenstrual syndrome in college-aged
women. The Graduate School of the University of Massachusetts.2010
Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., Perry, S. E. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 8. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC
Muslihatun, Mudlilah, & Setiyawati (2009). Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Nourjah, P. (2008). Premenstrual syndrome among teacher training university
students in Iran. Journal Obstet Gynecol India. 58(1):49– 52. Diakses dari
medind.noc.in/jaq/t08/i1/ jaqt08i1p49.pdf.
Ramadani,M, Triana,V, Diana,F. Hubungan aktivitasfisik, asupan kalsium dan
magnesium dengan sindrom pramenstruasi mahasiswi PSIKM FK UNAND
Tahun 2011. FKM UniversitasAndalas. Padang.2011
Ramdani, mery. 2013. Premenstrual Syndrome (PMS). Studi literatur, Jurnal
Kesehatan Masayarakat. Vol 7 No.1.
Saryono & Sejati, W. (2009). Syndrom premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
SusanThys,JacobsMD.Micronutrientsandthe premenstrual syndrome: the case for
calsium. Journal of The American Collage of Nutrition,Vol 19No2,220-
227.2000.
Tambing, Yane. 2012. Aktivitas Fisik dan Sindrom Premenstruasi pada
Remaja.[tesis]. Universitas Gadjah Mada.
Widan & Hidayat (2011). Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.Fauziah,
Afroh, & Sudarti (2010). Buku ajar dokumentasi kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
16