3845/KOM-D/SD-S1/2020
SKRIPSI
Oleh :
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
6. Kepada Seluruh Staff dan Kru Jikalahari sebagai tempat penelitian. Bang
Made Ali, Okto Yugo Setiyo, Kak Nurul Fitria dan Kak Woro Supartinah.
7. Seluruh Staff dan anggota Yayasan Mitra Insani.
8. Seluruh dosen dan Staff karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
telah berkonstribusi selama ini. Baik ilmu yang telah diberikan selama
perkuliahan dan pelayanan akademik dalam hal kepengurusan skripsi ini.
9. Seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
10. Seluruh Keluarga Besar.
11. Kawan-Kawan IKACOBAR
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca dan berbagai pihak yang berkaitan. Penulis juga menyadari
bahwa dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran pembaca sangat diperlukan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
v
F. Validitas Data ........................................................................... 29
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbakarnya hutan dan lahan di Riau telah menjadi agenda tahunan
layaknya hari raya, tiap tahun kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi. Kabut
asap adalah dampak paling nyata yang menjadi sorotan dunia internasional.
Puncak terburuk kebakaran hutan dan lahan terjadi pada tahun 2015. Kebakaran
hutan dan lahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti; cuaca ekstrim, lahan
gambut yang kering, cara bertani dengan membuka lahan yang dibakar, dan
pembukaan lahan oleh korporasi yang tidak bertanggung jawab.
Seiring berjalannya waktu, eksploitasi sumber daya alam besar-besaran
berlangsung semakin masif. Hutan Riau ditebang, lahannya dibersihkan, pohon-
pohon asli hutan seperti meranti, punak dan kempas ditebang, diganti dengan
tanaman sawit dan akasia, mengubah keanekaragaman tumbuhan menjadi
monokultur.
Korporasi yang datang hanya membawa dua jenis tumbuhan yaitu akasia
(untuk kebutuhan bubur kertas) dan sawit (untuk kebutuhan CPO). Penanaman
tumbuhan ini diprakarsai oleh dua korporasi raksasa yaitu RAPP yang merupakan
bagian dari APRIL Group dan IKPP yang merupakan bagian dari Sinar Mas
Group.
Dirunut kebelakang munculnya kebakaran lahan di Provinsi Riau sudah
muncul dari tahun 1998, karena secara garis besar semakin menghilangnya
tutupan hutan di Provinsi Riau disebabkan oleh pembukaan lahan berskala luas
dan kecil. Proses deforestasi dan degradasi hutan alam di Provinsi Riau
berlangsung sangat cepat, dalam kurun waktu 24 tahun (1982-2005) Provinsi Riau
sudah kehilangan tutupan hutan alam seluas 3,7 juta hektar. Pada tahun 1982
tutupan hutan alam di Provinsi Riau masih meliputi 78% (6.415.655) hektar, dari
luas daratan Provinsi Riau 8.225.199 Ha (8.265.556,15 Ha, setelah dimekarkan).1
1
Nurul Fitria, “Kertas Posisi Moratorium”, Dalam Jikalahari.or.id/kabar/berita/kertas-
posisi-moratorium, (diakses pada 20 Mei 2019, Pukul 11.00 WIB, di Pekanbaru).
1
2
Pada tahun 2015 yang lalu Provinsi Riau mengalami bencana kabut asap terparah
melampaui tahun-tahun sebelumnya. Rakyat Riau marah besar, lantaran Plt
Gubernur baru menetapkan status “tanggap darurat” pada 14 september 2015,
itupun setelah rakyat Riau mendesak presiden Jokowi dan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melalui sosial media. Sejak saat itulah tujuh posko baru
sibuk bekerja, meski dengan pelayanan kurang dan seadanya. Korban terpapar
asap hanya diberi masker bedah, vitamin, dan hanya tiga titik posko yang
menyediakan oxycan dan oksigen portabel. Di tengah amarah masyarakat, lima
warga Riau meninggal akibat menghirup polusi kabut asap: tiga anak kecil dan
dua orang dewasa.2
Lebih dari 97.139 warga korban polusi kabut asap menderita infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), 81.514 orang, pneumonia 1.305 orang, asma
3.744 orang, iritasi mata 4.677 orang dan iritasi kulit 5.899 orang. Bandara tutup
hampir dua bulan, sekolah libur serta warga mengungsi. 3
Pantauan citra satelit landsat 8, menunjukkan luas hutan Riau tersisa pada
2015 sekira 1,644,862.00 Ha. Dibandingkan dengan data tutupan hutan tahun
2013 luasan hutan tersisa sekira 2,005,512.96 Ha. Perkiraan bahwa luas hutan
yang mengalami Deforestasi sepanjang 2013-2015 sekira 373,373.07 Ha: sekitar
139, 552.95 Ha deforestasi terjadi pada kawasan konsesi Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sisanya sekira 233,820.12 Ha berada di kawasan
bukan IUPHHK.4
Korporasi penyumbang deforestasi terbesar PT Riau Andalan Pulp and
Paper seluas 29.330.36 Ha dan PT Sumatera Riang Lestari seluas 10958.79 Ha,
kedua grup ini terafiliasi dengan APRIL (Raja Golden Eagle, milik taipan Sukanto
Tanoto).
Saat dilakukan penyelidikan kasus kebakaran hutan dan lahan, Presiden
Joko Widodo menginstruksikan penegakan hukum tidak hanya menyasar rakyat
2
Woro Supartinah, “14 Tahun Melawan Monopoli dan Penguasa Hutan dan Lahan,
Catatan Hitam Tata Kelola Hutan dan Lahan di Riau”. 2016.
3
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/11/02/nx5I0X313-korban-asap-
di-Riau-capai-97139-orang, (Diakses 29 Desember 2018, Pukul 21.00 WIB di Pekanbaru).
4
Ibid, hlm 1.
3
biasa tapi perusahaan yang terlibat pembakaran juga harus ditindak secara tegas.
Para menteri diperintahkan bertindak tegas dan tidak ragu melakukan peninjauan
dan pencabutan izin konsesi bagi perusahaan pembakar lahan. Pada 2015,
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencabut tiga izin
perusahaan, 16 perusahaan dibekukan izin dan sanksi administrasi empat
perusahaan.5
Sementara 14 perusahaan lainnya dalam tahap penyusunan sanksi
administrasi, pengawasan 19 perusahaan. Total ada 56 perusahaan disanksi, tetapi
hingga awal januari 2016, hanya 23 perusahaan yang diberi sanksi pencabutan
izin.6
Menurut rilis Bank Dunia, Sepanjang Juni-Oktober 2015, luas kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau seluas 139.000 Ha, dengan kerugian Rp 19
triliun, dua kali lipat APBD Provinsi Riau.
Dari segi kesehatan, dampak kabut asap yang terjadi berdampak sangat
berbahaya. Seperti yang dilansir oleh Tirto.id “dalam jurnal Environmental
Research letters, menemukan bahwa akibat kabut asap tebal yang timbul akibat
kebakaran hutan itu sepanjang tahun kemarin saja berpotensi menyebabkan lebih
dari 100.000 kematian prematur.
Perkiraan kematian prematur yang terkait dengan penyakit pernafasan di
Indonesia akibat kebakaran hutan secara resmi memang berjumlah 19 kasus,
termasuk kematian akibat penyakit dan kematian petugas pemadam kebakaran.
Akan tetapi skala kemungkinan konsekuensi kesehatan yang lebih serius
ditunjukkan oleh pernyataan dari lembaga manajemen bencana Indonesia, badan
nasional penanggulangan bencana (BNPB), pada bulan Oktober lalu, yang
mengatakan lebih dari 43 juta orang Indonesia yang terkena asap dari kebakaran
dan setengah juta menderita infeksi saluan pernafasan akut.7
5
Reja Hidayat, “ Kebakaran Hutan dan Hukum Yang Timpang”, dalam
https://tirto.id/kebakaran-hutan-dan-hukum-yang-timpang-bwoj, (Diakses Pada Tanggal 29
Desember 2018 , Pukul 19.30 WIB, di Pekanbaru).
6
Ibid, hlm.2
7
Ignasius l Andi Bagaskhara, “Kebakaran Hutan RI Dapat Sebabkan 100000 Kematian
Prematur” Dalam https://tirto.id/kebakaran-hutan-ri-dapat-sebabkan-100000-kematian-prematur-
bKYV (Diakses 29 Desember 2018, Pukul 20.00 WIB, di Pekanbaru).
4
8
Muslim Rasyid, ed, Robohnja Sumatera Kami, Tutur Lirih Warga Krisis Kehidupan di
Sekujur Pulau Sumatera. (The Samdhana Institute, 2015), 29.
9
Ibid, Hlm.3
5
operator lapangan. Korporasi dan pemilik modal yang menjadi aktor utama jarang
diproses dan hampir tidak pernah dihukum.
Dari sekian banyak masalah lingkungan yang terjadi di provinsi Riau,
pada 26 Febuari 2002 sebanyak 30 organisasi penyelamatan dan pecinta
lingkungan di Riau bersepakat untuk melakukan usaha-usaha penyelamatan hutan
Riau. Mereka bersepakat perlu adanya suatu visi bersama tentang hutan Riau.
Maka untuk mewujudkan komitmen itu, disepakati adanya suatu jaringan yang
diberi nama Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari).
Jikalahari bertujuan memperjuangkan terwujudnya keadilan dan
kelestarian pengelolaan hutan di Riau dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan
prinsip antara lain: keadilan, independen, demokratis, transparansi, partisipatif,
tidak berafiliasi kepada partai politik, TNI dan Polri, menjunjung tinggi HAM,
tidak berafiliasi dengan lembaga-lembaga atau organisasi yang merusak
lingkungan, supremasi hukum, memperjuangkan keberlanjutan fungsi ekologi dan
fungsi ekonomi hutan bagi masyarakat sekitar hutan, mendukung penerapan
kearifan lokal secara bijaksana, pengembangan jaringan (networking), penguatan
masyarakat sipil, tidak bekerja dengan dana yang berasal dari hutang luar negeri
dan lembaga atau organisasi yang merusak lingkungan, keberpihakan kepada
masyarakat marjinal dan masyarakat adat di Riau, keadilan gender serta
akuntabilitas10.
Dalam kampanye yang dilakukannya Jikalahari, dalam satu dekade
terakhir, masalah yang selalu disorot secara internasional di Provinsi Riau adalah
kebakaran hutan dan lahan, yang mencapai puncaknya pada 2015 lalu. Oleh
karena itu penulis tertarik meneliti kampanye yang dilakukan Jikalahari dengan
judul penelitian “Kampanye Komunikasi Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau
(Jikalahari) Dalam Penyelamatan Hutan Riau Pasca Kebakaran Hutan Dan
Lahan Tahun 2015”.
10
Redaksi, “Profil” dalam http://Jikalahari.or.id/category/tentang-kami/profil-Jikalahari/,
(diakses 21 Januari 2019, Pukul 14.21 WIB, di Pekanbaru).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana kampanye yang dilakukan Jikalahari dalam usaha
penyelamatan hutan Riau yang masih tersisa kepada publik.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kampanye yang dilakukan Jikalahari dalam penyelamatan hutan di Provinsi Riau.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi yang diharapkan akan
bermanfaat untuk penelitian lanjutan bagi peneliti atau pihak lain.
a. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan baru bagi
siappapun yang membacanya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan,
melalui upaya menkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan, membentuk
konsep, maupun hipotesis tertentu.
c. Sebagai bahan pembanding antara teori mata kuliah dengan semua fakta
yang terjadi dilapangan.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan untuk Jikalahari dalam melakukan kampanye aktif
terhadap publik.
b. Untuk konsumsi praktisi komunikasi yang meneliti kampanye sebagai
kajian utama
c. Sebagai represantasi baru bagi aktivis lingkungan agar bisa memandang
aspek akademis dari berbagai persoalan
7
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teori, kajian terdahulu,
dan kerangka pikir.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, informan penellitian, subjek dan objek
penelitian, teknik pengumpulan data, dan validitas data penelitian
serta teknik analisis data.
BAB IV: GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi tempat
penelitian, seperti, sejarah, visi dan misi serta struktur organisasi.
BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
hasil dari penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
Kajian teori merupakan landasan teori yang berguna sebagai pendukung
untuk pemecahan masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran, menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disoroti.11
1. Kampanye
Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan seacara
terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya bukanlah individu melainkan
lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan
pemerintah, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat. Terlepas dari
siapapun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu
organsiasi dengan organisasi lainnya.12
Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan
guna mempengaruhi, penghambatan, dan pembelokan pencapaian. Dalam sistem
politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu kepada kampanye elektoral
pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan.
Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk
mengubah kebijakan dalam suatu institusi.13
Sering terjadi kerancuan pengertian atau istilah kampanye yang disamakan
dengan propaganda, dan secara operasional keduanya adalah sama-sama
melakukan kegiatan berkomunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan
11
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Perss, 2011), 6.
12
Jalaludin Rakhmat, Manajemen Kampanye (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2012),
9.
13
Ibid, hlm 6.
8
9
14
Rosady Roslan, Kampanye Public Relations (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2008),
22.
15
Ibid, Hlm.23
10
16
Rosady Roslan, Kampanye Public Relations, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
2008), 23.
17
Ibid, hlm 23
18
Ibid, hlm 23
19
Ibid, hlm 23
11
20
Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012), 27.
12
21
Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012), 15.
13
Problem
Campaign
Behavior
Reduced Problem
Gambar 2.1:
Model Kampanye Ostergaard
Untuk mendapatkan rujukan teoritis ilmiah tentang masalah yang ada kita
dapat memanfaatkan ilmu-ilmu sosial murni seperti sosiologi dan psikologi. Bila
dari analisis ini diyakini bahwa masalah tersebut akan dapat dikurangi lewat
pelaksanaan kampanye maka kegiatan kampanye perlu dilaksanakan. Bila
kenyataannya demikian maka kita dapat memasuki tahap kedua yakni
perancangan program kampanye. Namun, pada kenyataannya banyak masalah
yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan melaksanakan kampanye . dalam kasus
seperti ini, kampanye tidak diperlukan, bahkan bila dipaksakan hanya akan
menghamburkan anggaran negara.
Tahap kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari
perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini lagi-lagi riset perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapat
merumuskan pesan, aktor kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan
kampanye yang sesuai.
Pada tahap pengelolaan ini seluruh isi program kampanye (campaign
content) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan,
sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek ini dalam literature ilmiah
dipercaya menjadi prasayarat untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan kata
lain perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku khalayak akan memberi
pengaruh pada perubahan perilaku.
Pada gambar model juga terlihat bahwa tanda panah pengetahuan dan
keterampilan mengarah pula pada sikap. Ini menandakan bahwa sikap, baik secara
langsung atau tidak langsung, juga dipengaruhi oleh perubahan dalam tataran
pengetahuan dan keterampilan. Ketika memperoleh pengetahuan baru tentang
suatu hal, umumnya sikap kita juga berubah pada hal tersebut, baik seketika atau
berthap. Namun hal ini tidak selalu berlangsung deikian. Bila pengetahuan baru
tersebut bertentangan dengan sikap yang telah mantap maka perubahan belum
tentu akan muncul.
Demikian pula halnya dengan keterampilan. Penguasaan atau peningkatan
keterampilan seseorang akan memberikan dampak perubahan pada sikap yang
bersangkutan.
15
22
Redaksi, “Profil” dalam http://Jikalahari.or.id/category/tentang-kami/profil-Jikalahari/
(diakses 21 Januari 2019, Pukul 19.39 WIB, di Pekanbaru).
23
Arifin Arief, Hutan dan Kehutanan (Yogyakarta: Kanisisus, 2001), 11.
16
24
Muslim Rasyid, ed. Robohnja Marwah Sumatera Kami, Tutur Lirih Warga, Krisis
Kehidupan Disekujur Tubuh Pulau Sumatera. (The Samdhana Institute, 2015), 92-93.
17
25
Notohadinegoro T. “Pembakaran dan Kebakaran Lahan”. (Gadjah Mada University
Press), 9.
26
Redaksi, dalam http://www.incas-indonesia.org/id/data/Riau. (Diakses 24 Januari 2019.
Pukul 20.00 WIB, di Pekanbaru)
27
Muhmmad Noor. “Lahan Gambut, Pengembangan, Konservasi dan Perubahan Iklim
(Gadjah Mada University Press. November 2010), 10.
18
B. Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti memaparkan perbedaan skripsi peneliti
dengan kajian terdahulu sebagai bahan perbandingan untuk melihat titik masalah.
Kajian terdahulu yang penulis kutip dibawah merupakan penelitian yang fokus
pada strategi-strategi kampanye. Sementara skripsi penulis fokus bukan hanya
pada strategi tetapi juga pada lingkup yang lebih luas, yaitu model kampanye,
jaringan kampanye, governance relations, community relations, sampai pada
organisator kampanye dari tingkat akar rumput sampai internasional.
1. Alodia Libertane Chandra, “strategi kampanye breast cancer awareness month
surabaya 2014”. Alodia membahas tujuan dari kampanye tersebut diadakan
adalah untuk meningkatkan Awareness masyarakat surabaya terutama remaja
putri untuk melakukan deteksi dini atau yang biasa disebut sebagai SADARI
(periksa Payudara Sendiri). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagimana strategi yang dilakukan oleh
“reach to recovery surabaya” (RRS) dengan menggunakan studi kasus
kampanye “breast cancer awareness month”. Melalui penelitiannya
kampanye digunakan oleh sebuah komunitas untuk mencapai tujuan
28
Zainal, “Akar Permasalahan Kebakaran Hutan Serta Solusi Dalam Penyelesaiannya”.
(Studi Di Provinsi Riau)”. Jurnal Researchgate. 09 Febuari 2018.
19
29
Alodia Libertane Chandra, “Strategi Kampanye Breast Cancer Awareness Month,
Jurnal E Komunikasi, Volume 2 No 1 Tahun 2014”.
30
Indah Tri Misnawati, “Strategi Komunikasi Pada Kampanye Orang Utan Oleh LSM
CENTRE FOR ORANG UTAN PROTECTION (COP) Di Samarinda Kalimantan Timur”. (E
Journal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013), 149.
20
31
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=skripsi+suci+irmayana&
btnG= (Diakses Pada 15 April, Pukul 22.31, Di Pekanbaru).
21
32
Annisa Nuzulia, Strategi Komunikasi Kampanye Program Oppurtunities For
Vulnerable Children (OVC) Hellen Keller International (HKI) Indonesia dalam
Https://Eprints.Uns.Ac.Id/8083/ (Diakses Pada 16 Januari 2019, Pukul 11.19 WIB, Di Pekanbaru).
33
Nur Fitri Amalia, “Stop The Trafficking Of Children and Young People” dalam
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20313852&lokasi=lokal#parentHorizontalTab2 (Diakses Pada 17 April
2019, Pukul 15.00 WIB, Di Pekanbaru).
22
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan bagaimana kampanye
komunikasi yang dilakukan oleh Jikalahari dalam mengkampanyekan
penyelamatan hutan Riau. Kampanye ini dilakukan untuk memberikan informasi
pada publik mengenai banyaknya kerusakan hutan yang terjadi di Provinsi Riau,
mempersuasif masyarakat untuk turut serta menjaga hutan dengan ikut
memberikan suara pada kebijakan pemerintah yang dinilai merusak lingkungan,
serta melalui bentuk apa saja kampanye yang Jikalahari lakukan. Fokus penelitian
ini dibatasi pada bentuk kampanye, media yang digunakan, stakeholder
kampanye, pesan kampanye, serta sasaran kampanye Jikalahari.
Adapun ruang lingkup penelitian penulis kaji menggunakan Model
Kampanye Ostergaard, adalah sebagai berikut:
23
JIKALAHARI
Kampanye
Campaign content
Pra Kampanye Pasca Kampanye
Segmentasi khalayak
Identifikasi Masalah Evaluasi total
(Local, nasional, menyeluruh
internasional)
Pelaksanaan
Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Tingkah laku
Gambar 2.2
Kerangka Pikir Penelitian
34
Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2005), 24.
35
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2016),
41.
25
26
C. Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli
atau tidak melalui media, sumber data primer dapat berupa opini subjek atau
orang secara individu atau kelompok. Adapun sumber data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, dan observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
dengan menggunakan media perantara atau digunakan oleh lembaga lainnya yang
bukan pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian. 36
D. Informan Penelitian
Penelitian ini mengandalkan informasi dari narasumber yang kemudian
disebut Infoman penelitian. Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria-kriteria atau ciri-ciri khusus yang sesuai dan memiliki kompetensi untuk
memberikan informasi terkait dengan data-data penelitian ini. Adapun informan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Informan Kunci (Key Informan)
Informasi penelitian diperoleh dari Woro Supartinah selaku Direktur
Jikalahari 2015-2018, Made Ali selaku kordinator Jikalahari 2018-2021, Afriyan
Sagita sebagai manajer kampanye dan advokasi Jikalahari, Herbet Lito Retto
Panggabean sebagai manajer program Yayasan Mitra Insani, serta Triono Hadi
selaku direktur Fitra Riau, dengan total informan kunci 5 orang.
Tabel 3.1
Daftar Informan Kunci
36
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), 132.
27
Media
Ketua Mapala
4. Doni Saputra Informan tambahan
Humendala
Koordinator Jikalahari
5. Muslim Rasyid Informan tambahan
2011-2015
6. Ika Purnama Masyarakat Informan tambahan
2. Informan Tambahan
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah dokumentasi, berita online,
infografis Jikalahari, press release, annual report dan sumber lain yang akan
memperkuat informasi terkait masalah yang sedang diteliti.
37
M. Djunaidi Ghony, Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), 176.
28
38
H.M Burhan Bungin, Penelitian Kualitattif, (Prenada Media Grup, 2008), 115.
29
F. Validitas Data
Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai
dengan kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan sesuai dengan yang
sebenarnya ada dan terjadi. Validitas data disebut juga keabsahan data sehingga
instrument atau alat ukur yang digunakan akurat dan dapat dipercaya.
Dalam mendapatkan tingkat kepercayaan atau kebenaran hasil penelitian,
ada berbagai cara yang dapat dilakukan salah satunya triangulasi, triangulasi
bertujuan untuk mengecek data kebenaran data tertentu dengan membandingkan
data yang diperoleh dari sumber lain, antara hasil dua peneliti atau lebih serta
dengan membandingkan dengan menggunakan teknik yang berbeda misalnya
observasi, wawancara dan dokumen.
Menurut Maleong, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan pengecekan sumber lain untuk pembanding, yaitu dengan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori dalam penelitian secara kualitatif.
Artinya tehnik triangulasi adalah sebagai upaya untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan
kata lain bahwa peneliti dapat melakukan check dan recheck temunya dengan cara
membandingkan.
Adapun macam-macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan :
39
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2006), 120.
30
1. Sumber
Sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif, hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara dan dokumentasi.
2. Metode
Yaitu mengecek derajat kepercayan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.
3. Penyidik
Penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan penelitian atau pengamatan
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pengamatan kepercayaan lainya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data.
4. Teori
Teori menurut Lincoln dan Guba berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak
dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak
lain, Patton berpendapat lain yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal
itu dinamakannya penjelasan banding.
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data akan menggunakan
triagulasi sumber yaitu membandingkan hasil data penelitian yang diperoleh dari
narasumber satu kemudian dibandingkan dengan hasil data penelitian dari
narasumber yang lainnya.
40
Subagyo Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), 106.
31
A. Berdirinya Jikalahari
Deforestasi yang berlangsung di provinsi Riau hingga tahun 2002 telah
mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan. Bencana banjir dan kekeringan
yang melanda daerah Riau merupakan suatu bukti bahwa hutan yang ada saat itu
tidak lagi dapat menjaga keseimbangan lingkungan. Paktek-praktek pengelolaan
hutan yang semestinya bisa menjamin kelestarian hutan alam di Riau tidak lagi
bisa dipercaya, bahkan praktek pengelolaan hutan yang berlangsung justru
semakin mengancam keberadaan hutan Riau. Slogan-slogan pengelolaan hutan
untuk kesejahteraan masyarakat pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya,
kantong-kantong kemiskinan justru berada pada daerah-daerah di dalam dan
disekitar kawasan hutan.
Berangkat dari keprihatinan diatas, pada tanggal 26 febuari 2002 (30
organisasi kemasyarakatan dan pecinta lingkungan di Riau) bersepakat untuk
melakukan usaha-usaha penyelamatan hutan Riau. Mereka bersepakat perlu ada
suatu visi bersama tentang hutan Riau kedepan dan perlu ada kesinergian dalam
rangka penyelamatan hutan Riau. Maka untuk mewujudkan komitmen tersebut
disepakati adanya suatu jaringan yang diberi nama “jaringan kerja penyelamat
hutan Riau” yang disingkat Jikalahari.
Jikalahari Berbadan Hukum Perkumpulan berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-0000049.AH.01.07.TAHUN
2015 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Jaringan Kerja
Penyelamatan Hutan Riau.
Jikalahari mempunyai tujuan dan prinsip memperjuangkan terwujudnya
keadilan dan kelestarian pengelolaan hutan di Riau dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai dan prinsip antara lain: keadilan, independen, demokratis, transparansi,
partisipatif, tidak berafiliasi kepada partai politik TNI dan polri, menjunjung
tinggi HAM, tidak berafiliasi dengan lembaga-lembaga atau organisasi yang
merusak lingkungan, supremasi hukum, memperjuangkan keberlanjutan fungsi
32
33
ekologi dan fungsi ekonomi hutan bagi masyarakat sekitar hutan, mendukung
penerapan kearifan lokal secara bijaksana, pengembangan jaringan (networking),
penguatan masyarakat sipil, tidak bekerja dengan dana yang berasal dari hutang
luar negri dan lembaga atau organisasi yang merusak lingkungan, keberpihakan
pada masyarakat marjinal dan masyarakat adat di Riau, keadilan gender serta
akuntabilitas.
4. Lokasi Program
Kawasan yang menjadi fokus Jikalahari saat ini adalah 6 blok hutan rawa
gambut yang diperkirakan seluas 2,949,710.51 ha lima blok tersebut adalah:
a) Blok Semenanjung Kampar
b) Blok Kerumutan
c) Blok Senepis
d) Blok Giam Siak Kecil
e) Blok Bukit Rimbang Baling
f) Blok Bukit Tigapuluh
C. Struktur kepengurusan
Agar tercipta efektivas kinerja dalam mencapai tujuan program kerja,
Jikalahari membagi beban kerja melalui beberapa tim sebagai berikut:
1. Dewan Pertimbangan Dan Kode Etik :
a) Susanto Kurniawan S.Pi
b) Muslim Rasyid S.Pi
c) Winisri Mardiyah SH
d) Fachrul Adam
e) Nur Fadila Mora
35
2. Struktur pengurus
Koordinator Wakil
Koordinator
Made Ali S.H
Okto Yugo Setiyo
S.E
Staff
Kesekretariatan
Gambar 4.1:
Struktur Pengurus Jikalahari
D. Anggota Jikalahari
1. Bangun Desa Payung Negeri (BDPN)
2. Bunga Bangsa
3. Fitra Riau
4. Kabut Riau
5. Kaliptra Sumatra
6. Kantor Bantuan Hukum (KBH) Riau
7. Kelompok Advokasi Riau (KAR)
8. Lembaga Pemberdayaan Dan Aksi Demokrasi (LPAD) Riau
9. Mapala Brimapala Sungkai
10. Mapala Humendala
11. Mapala Kpa Emc2
36
A. Kesimpulan
Jikalahari adalah sebuah Organisasi Non Pemerintah berbentuk jaringan
dari berbagai lembaga swasta lainnya. Berdirinya Jikalahari dilatarbelakangi
massifnya Deforestasi yang terjadi di Provinsi Riau. Penebangan hutan,
penyelundupan kayu dan alih fungsi lahan merupakan faktor utama semakin
berkurangnya tutupan hutan alam di Provinsi Riau dari tahun ke tahun.
Deforestasi yang massif menimbulkan masalah lingkungan, seperti kebakaran,
berkurangnya keberagaman ekosistem, banjir serta masalah sosial masyarakat
pinggiran hutan.
Kebakaran hutan dan lahan adalah yang mempunyai efek paling luas.
Kebakaran bisa melingkupi 1 provinsi, Jikalahari memandang banyaknya masalah
lingkungan yang muncul karena pengelolaan lingkungan yang masih belum baik
dari pemerintah. Adanya suap di tingkat perizinan memudahkan korporasi dan
cukong untuk membuka lahan baru. Lemahnya penegakan hukum terhadap
korporasi pelaku karhutla juga menjadi salah satu faktor pendukung. Sehingga
masalah lingkungan semakin sulit diurai.
Sasaran perubahan dalam kampanye Jikalahari merujuk pada tiga lembaga
utama, yaitu Korporasi dan perusahaan yang bernaung dibawahnya serta
pemerintah daerah sebagai pemangku kepentingan/kebijakan utama dan Polda
sebagai institusi penegak hukum.
Skema yang dijalankan Jikalahari dalam kampanye adalah dengan
melakukan pemantauan kondisi titik panas dan tutupan hutan alam melalui satelit.
Apabila satelit menunjukkan keberadaan titik panas dalam kawasan HTI,
IUPHHK, atau Kawasan Konservasi diluar batas normal maka tim verifikasi akan
melakukan pengecekan apakah benar kawasan tersebut terbakar. Selain itu
Jikalahari juga melakukan analisis kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah. Jika kebijakan yang dikeluarkan bertentangan dengan semangat
penyelamatan ekologi Jikalahari akan meng-counter kebijakan tersebut, melalui
100
101
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan Jikalahari lebih aktif
dalam menjalankan contentious politics kampanye. Karena gerakan kolektif atas
ketidakpuasan kebijakan yang dibuat pemerintah serta korporasi membutuhkan
komitmen dari seluruh lembaga anggota Jikalahari.
Konstruksi pesan yang Jikalahari buat harus lebih menyentuh publik yang
terkena dampak dari kerusakan lingkungan seperti kabut asap dan banjir. Ada
baiknya Jikalahari melakukan branding image secara aktif di sosial media karena
peneliti melihat gerakan Jikalahari di sosial media masih terkesan apa adanya.
Jikalahari harus mampu memelihara rasa solidaritas di kalangan lembaga
anggota demi tujuan bersama sebagai identitas kolektif dalam membangun
kekuatan sipil untuk mengonfrontasi elit.
DAFTAR PUSTAKA
A. PRA KAMPANYE
1. Apakah itu Jikalahari?
2. Apa yang jikalahari lakukan dalam mengidentifikasi masalah kebakaran hutan
dan lahan?
3. Secara umum apa saja biasanya penyebab terjadinya kebakaran hutan dan
lahan?
4. Sebagai sebuah jaringan bagaimana sistem kerja Jikalahari?
5. Apa saja program kerja Jikalahari dalam wilayah intervensinya?
6. Bagaimana kondisi sesungguhnya dari kebakaran hutan dan lahan dalam
wilayah kerja jikalahari?
7. Ada berapa saja titik api pada tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 ?
8. Apa saja aspek perencanaan kampanye jikalahari?
B. KAMPANYE
1. Bagaimana kampanye yang jikalahari lakukan dalam upaya menyelamatkan
hutan?
2. Bagaimana kampanye yang dilakukan tingkat internasional?
3. Bagaimana kampanye yang dilakukan tingkat nasional?
4. Bagaimana kampanye yang dilakukan tingkat lokal?
5. Saluran komunikasi apa yang cocok untuk digunakan dalam kampanye?
6. Siapa saja yang terlibat dalam proses kampanye pencegahan KARHUTLA
ini?
7. Siapa saja pelaku kampanye dalam program jikalahari ini?
a) Rancangan Kampanye
1. Bagaimana rencana kampanye dibentuk?
2. Apa saja pesan kampanye yang dikampanyekan?
3. Siapa saja sasaran kampanye dalam upaya penyelamatan hutan dari
kebakaran?
4. Media apa saja yang digunakan dalam kampanye penyelamatan hutan oleh
jikalahari?
5. Berapa jangka waktu yang diperlukan dalam sebuah program kampanye
penyelematan hutan yang jikalahari jalankan?
6. Strategi apa saja yang jikalahari gunakan dalam kampanye?
7. Apa saja konten kampanye dalam tingkat local, nasional dan internasional?
8. Bagaimana evaluasi yang jikalahari lakukan terhadap kampanye bahya
kebakaran hutan dan lahan?
C. PASCA KAMPANYE
1. Apa saja yang dilakukan jikalahari dalam evaluasi pasca kampanye yang
dilakukan?
2. Apa saja kelemahan kampanye penyelamatan hutan yang dilakukan selama
ini?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan setelah dilakukan kampanye?
4. Berapa point yang belum terpenuhi dalam pelaksanaan kampanye?
5. Apakah kampanye berjalan sesuai rancangan yang direncanakan?
6. Bagaimana pesan kampanye bisa sampai pada tiga segmentasi public, local,
nasional dan internasional?
7. Apakah strategi dan taktik dalam perencanaan kampanye berjalan sesuai
rencana?
8. Bagaimana alokasi waktu dan sumber daya kampanye?
9. Apakah public bisa mengingat pesan kampanye?
10. Apa saja sikap publik yang bisa diubah setelah kampanye dilakukan?
LAMPIRAN
Titik Panas Kawasan IUPHHK Confidence 0-100%
Grand
GROUP / PERUSAHAAN 2014 2015 2016 2017 2018
Total
APP & Partners 6251 1384 801 438 789 9663
PT. ARARA ABADI 1736 424 197 117 116 2590
PT. ARTELINDO WIRATAMA 25 91 2 2 2 122
PT. BALAI KAYANG MANDIRI 73 22 26 21 11 153
PT. BHARA INDUK 98 12 2 1 21 134
PT. BINA DAYA BENTALA 21 21 43 1 - 86
PT. BINA DAYA BINTARA 4 1 - - 3 8
PT. BINA DUTA LAKSANA 87 92 28 22 9 238
PT. BUKIT BATU HUTANI ALAM 31 64 70 32 23 220
PT. DEXTER TIMBER PERKASA
INDONESIA 123 81 6 2 - 212
PT. DEXTER TIMBER PERKASA
INDONESIA & KTH WANA JA* 1 - 1 - - 2
PT. INHIL HUTANI PRATAMA 61 168 4 - 88 321
PT. MITRA HUTANI JAYA 97 27 22 34 14 194
PT. MUTIARA SABUK
KHATULISTIWA 31 42 23 18 13 127
PT. PERAWANG SUKSES
PERKASA INDUSTRI 16 25 4 3 3 51
PT. PRIMA BANGUN SUKSES 11 3 - - - 14
PT. RIAU ABADI LESTARI 4 1 3 - - 8
PT. RIAU INDO AGROPALMA 33 - 11 6 3 53
PT. RIMBA MANDAU LESTARI 34 8 3 28 15 88
PT. RIMBA ROKAN PERKASA 136 49 60 6 138 389
PT. RIMBA SERAYA UTAMA - 3 - - - 3
PT. RUAS UTAMA JAYA 505 57 18 13 64 657
PT. SATRIA PERKASA AGUNG 1143 80 120 22 189 1554
PT. SATRIA PERKASA AGUNG
(KTH Sinar Merawang) - 17 22 41 5 85
PT. SATRIA PERKASA AGUNG
(Unit Serapung) 154 28 50 12 13 257
PT. SEKATO PRATAMA MAKMUR 1220 35 47 41 17 1360
PT. SUNTARA GAJA PATI 607 33 39 16 42 737
APRIL & Partner 4332 2076 913 415 436 8172
CV. ALAM LESTARI 2 3 4 - 2 11
CV. BHAKTI PRAJA MULIA - 1 5 - - 6
CV. HARAPAN JAYA - - - 5 - 5
CV. MUTIARA LESTARI - 1 - - - 1
CV. PUTRI LINDUNG BULAN 1 12 - - - 13
KUD BINA JAYA LANGGAM 2 39 - - 2 43
PT. BINA DAYA BINTARA 16 2 5 7 - 30
PT. BUKIT BATABUH SEI INDAH 10 32 3 1 - 46
PT. BUKIT RAYA PELALAWAN 17 27 - - - 44
PT. CITRA SUMBER SEJAHTERA 31 48 2 1 - 82
PT. EKA WANA LESTARI
DHARMA 124 15 19 17 23 198
PT. HUTANI SOLA LESTARI 139 280 10 12 15 456
PT. LESTARI UNGGUL MAKMUR 98 - - - - 98
PT. MADUKORO - - - 6 4 10
PT. MERBAU PELALAWAN
LESTARI 2 27 - - - 29
PT. MITRA KEMBANG SELARAS 10 23 16 36 11 96
PT. MITRA TANINUSA SEJATI 5 2 8 13 4 32
PT. NUSA PRIMA MANUNGGAL 1 16 - 1 5 23
PT. NUSA WANA RAYA 2 11 2 1 1 17
PT. PEPUTRA SIAK MAKMUR 22 15 99 - 3 139
PT. PERKASA BARU 140 14 13 4 15 186
PT. RIAU ANDALAN PULP &
PAPER 1224 483 293 126 126 2252
PT. RIAU BINA INSANI - 15 - - - 15
PT. RIMBA LAZUARDI 23 129 9 2 1 164
PT. RIMBA MUTIARA PERMAI 1 21 18 14 6 60
PT. RIMBA PERANAP INDAH 9 19 1 2 - 31
PT. RIMBA ROKAN LESTARI 429 166 186 6 - 787
PT. SARI HIJAU MUTIARA 28 132 7 10 7 184
PT. SELARAS ABADI UTAMA 113 17 5 18 - 153
PT. SERAYA SUMBER LESTARI 221 62 16 2 30 331
PT. SIAK RAYA TIMBER 67 87 - 2 7 163
PT. SUMATERA RIANG LESTARI 1349 256 151 83 125 1964
PT. SUMATERA SILVA LESTARI 6 3 8 2 1 20
PT. SUMBER MASWANA LESTARI 4 23 1 1 5 34
PT. TRIOMAS FDI 163 54 4 2 3 226
PT. TRIOMAS FDII 17 5 - 12 18 52
PT. TUAH NEGERI 8 8 3 - 2 21
PT. UNI SERAYA 35 23 24 28 19 129
PT. WANANUGRAHA BINA
LESTARI 13 5 1 1 1 21
BARITO 274 38 41 10 75 438
PT. DIAMOND RAYA TIMBER 274 38 41 10 75 438
unknown 498 131 103 39 24 795
PT. KUARTET PUTRA MELAYU 21 45 10 3 - 79
PT. MULTI EKA JAYA TIMBER 55 10 34 30 14 143
PT. RIAU JAMBI SEJAHTERA 6 10 - - 1 17
PT. ROKAN PERMAI TIMBER 414 64 59 6 9 552
PT. SINAR DELI PRATAMA 2 2 - - - 4
(blank) 645 12 1 - 21 679
PT. NATIONAL TIMBER & FOREST
PRODUCTS (HTI SAGU) 645 12 1 - 21 679
Grand Total 12000 3641 1859 902 1345 19747