Anda di halaman 1dari 11

PAPER ILMU AL-QUR’AN DAN HADITS

Surat Makkiyah dan Madaniyah


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Alquran dan Hadits
Dosen Pengampu:Muhammad Rofiq Junaidi, M. Hum.

Disusun Oleh

Razita Zaatariyah (195211002)

KELAS MBS 2A

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
2019
BAB I

PNEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci Allah yang diturunkan kepada Sang Baginda
tercinta, yakni Nabi Muhammad SAW. Kata Al-Qur’an diambil dari bahasa Arab
yang kata asalnya adalah qara’a, yaqra’u, qira’atan/qur’anan. Kara Qur’an
merupakan kalimat isim mashdar yang berarti bacaan. Dalam memahami Al-Qur’an
bukan hanya dengan menggunakan metodologi terjemahan saja, tetapi terdapat
beberapa ilmu yang harus dikuasai agar pemahaman terhadap Al-Qur’an tidak
berantakan. Adapun Ilmu-ilmu tersebut antara lain lmu Mawathin Al-Nuzul, Ilmu
Tawarikh Al-Nuzul, ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Qiroat, Ilmu Tajwid, Ilmu Grorib
Al-Qur’an, Ilmu I’rob Al-Qur’an, Ilmu Wujuh An-Nazhair, Ilmu Ma’rifat Al-
Muhkam wal Mutasyabih, Ilmu Nasikh, Mansukh, Ilmu Bada’I Al-Qur’an, Ilmu
I’jaz Al-Qur’an, Ilmu tanasub Ayat Al-Qur’an, ilmu Aqsam Al-Qur’an, Ilmu
Amtsal Al-Qur’an, ilmu Jidal Al-Qur’an, Ilmu Adabut Tilawah Al-Qur’an, serta
Ilmu Rasm Al-Qur’an.

Dalam ilmu Mawathin Al-Nuzul yakni membahas tentang dua periode penting
tentang turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 22 bulan
22 hari, yang terbagi dalam dua periode, yakni periode makkah dan madinah
sehingga dikenal istilah Makkiyah dan Madaniyah. Untuk mengetahui lebih
jelasnya, pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang Surat Makkiyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Menurut Syaikh Al-Khudlari dalam bukunya, Tarikh Tasyri’, masa turunnya


Al-Qur’an yakni dimulai sejak tanggal 17 Ramadhan pada tahun ke-41 dari
kelahiran Nabi Muhammad SAW hingga tanggal 9 pada bulan Dzulhijjah tahun ke-
63 dari usia beliau, kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari yang kemudian dibagi
menjadi dua periode oleh para Ulama’, yakni periode Makkah dan Madinah.1

Kata Makkiyah dan Madaniyah berasal dari bahasa arab yang berarti Makkah
dan Madinah. Kedua kata ini diberi imbuhan ya nisbah sehingga menjadi al-makki
atau al-makkiyah dan al-madani atau al-madaniyah.2 Jadi, secara bahasa, surat-
surat yang dikategorikan sebagai surat makkiyah adalah surat-surat yang diturunkan
di Mekkah dan surat-surat yang dikategorikan sebagai surat madaniyah adalah
surat-surat yang diturunkan di Madinah.

Adapun pengertian Makkiyah dan Madaniyah secara istilah, para Ulama


berpegang teguh pada empat sudut pandang dalam mendefinisikan Makkiyah dan
Madaniyah. Keempat sudut pandang tersebut adalah:

1. Masa turun (zaman an-nuzul)

Nabi Muhammad pertama kali mendapatkan wahyu adalah ketika


beliau telah berusia 40 tahun, yakni ketika usia beliau telah matang dan
dianggap mampu untuk mengemban tugas yang sangat mulia. Maka,
ketika wahyu pertamanya diturunkan, beliau resmi diangkat menjadi

1
H.A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an Verifikasi tentang Orientasi Al-Qur’an
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 144.
2
Herlina, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Bentang Media, 2013), hlm. 14.
seorang Nabi. Dijelaskan bahwasanya Al-Qur’an diturunkan pertama kali
pada tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad
SAW yang menjadi awal dari periode Mekkah. Periode Mekkah ini
berakhir di awal bulan Robi’ul awwal tahun ke-54 dari usia kelahiran Nabi
Muhammad SAW, yakni sewaktu beliau hendak melakukan hijrah dari
Mekkah menuju Madinah.

Periode kedua atau disebut dengan periode Madinah dimulai sejak


Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah sampai turunnya ayat terakhir
yakni pada tanngal 9 dzulhijjah tahun ke-10 dari awal hijrah. Dari
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya periode Mekkah
terjadi selama 12 tahun 5 bulan 13 hari dan periode Madinah terjadi selama
9 tahun 9 bulan 9 hari.

2. Tempat turun (makan an-nuzul)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya Makkiyyah


dan Madaniyah berasal dari kata Makkah dan Madinah, dengan demikian
Surat Makkiyah adalah surat yang diturunkan di kota Mekkah dan surat
Madaniyah adalah surat yang diturunkan di kota Madinah.

3. Objek pembicaraan (mukhatab)

Ada beberapa yang merumuskan bahwa Makkiyah adalah surat-surat


yang ditujukan kepada penduduk yang berada di kota Mekkah, sedangkan
Madaniyah adalah surat atau ayat yang ditujukan kepada penduduk di kota
Madinah. Termasuk juga di dalamnya yaitu ayat yang didahului oleh
kalimat yâ ayyuhâ al- nâs (wahai para manusia) diklasifikasikan ke surat
Makkiyah dan ayat yang didahului oleh kalimat yâ ayyuhâ alladzîna
âmanȗ (wahai orang-orang yang beriman) diklasifikasikan ke surat
Madaniyah.
Hal ini dikarenakan penduduk Mekkah lebih didominasi oleh orang-
orang kafir meskipun di dalamnya juga terdapat orang-orang yang beriman
dan penduduk Madinah lebih didominasi oleh orang-orang beriman
meskipun di dalamnya juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Sehingga penyebutan yâ ayyuhâ al- nâs lebih tepat untuk ditujukan kepada
penduduk kota Makkah dan kalimat yâ ayyuhâ alladzîna âmanȗ lebih tepat
untuk ditujukan kepada penduduk kota Madinah.

4. Tema pembicaraan (maudhu’).3

Dalam pengelompokannya, surat Makkiyah dan Madaniyah dapat


dilihat dari tema pembicaraannya, biasanya surat-surat Makkiyah
membicarakan tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada
rasulullah SAW sebelum melakukan hijrah ke Madinah dan ditujukan
kepada orang-orang di Makkah, walaupun ayat tersebut diturunkan di kota
Makkah. Sedangkan surat-surat madaniyah membicarakan tentang
penduduk Madinah meskipun diturunkan di kota Makkah.

A. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah

Untuk mengetahui dan menetapkan antara surat Makkiyah dan Madaniyah,


para Ulama bersandar pada dua cara utama, yakni:

1. Manhaj sima’i naqli (metode pendengaran seperti apa adanya)

Metode ini disandarkan pada riwayat shahih dari para sahabat dan
tabi’in yang mengetahui bagaimana turunnya Al-qur’an, tempat turun serta
asbabun nuzul atas turunnya ayat Al-qur’an.

2. Manhaj qiyasi ijtihadi (menganalogikan dan ijtihad)

3 Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 102.
Metode ini didasarkan pada ciri-ciri yang terdapat pada Makki dan
Madani. Jika pada suatu surah tersebut terdapat ciri-ciri Makki, maka surah
tersebut diklasifikasikan sebagai surah Makki, begitu juga sebaliknya.

B. Ciri-ciri Surah yang menandakan Makkiyah

1. Diturunkan di kota Mekkah

2. Mengandung ayat yang terdapat sujud tilawah di dalamnya

3. Mengandung ‘ayat sajadah’

4. Mengandung lafal kalla.

5. Mengandung lafal yâ ayyuhâ al- nâs, yâ banî aadama dan yang tidak
mengandung ayat yâ ayyuhâ alladzîna âmanȗ. Kecuali pada surat al-Hajj pada
akhir surat yang berbunyi yâ ayyuha alladzîna âmanȗr ka’ȗ wasjudȗ.

6. Menceritakan tentang kisah Nabi Adam dan Iblis kecuali pada surat Al-Baqarah

7. Diawali oleh fawâtihus suwar. kecuali surat al-baqarah dan surat Ali-imran,
sedangkan surat Ar-Ra’du masih diperdebatkan

8. Setiap surat yang mengajak untuk bertauhid

Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota Mekkah lebih didominasi oleh


ajakan-ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, menjalankan
perintah Allah SWT, menjauhi larangan Allah, serta meninggalkan segala
bentuk peribadatan kepada selain Allah SWT (mempersekutukan Allah SWT),
pembuktian tentang risalah Allah SWT

9. Setiap surat yang menceritakan tentang kebenaran akan adanya hari kebangkitan
dan hari pembalasan

10. Setiap surat yang menjelaskan tentang surga dan segala kemikmatannya, serta
neraka dan segala siksaannya.
11. Ayat-ayatnya pendek

C. Ciri-ciri Surah yang menandakan Madaniyah

1. Terdapat ayat yang memberikan izin berperang dan hukum-hukumnya

2. Terdapat penjelasan tentang hukum-hukum faraidh (ilmu warits),muamalah,


tindak pidana, zina, dzihar, serta hukum-hukum fiqh lainnya

3. Menjelaskan tentang orang-orang munafik

4. Ayat-ayatnya panjang

5. Menjelaskan tentang hakikat keagamaan

D. Klasifikasi Surah Makkiyah dan Madaniyah

Beberapa pendapat tentang pengelompokan surat Makkiyah dan Madaniyah


adalah bahwasanya surat madaniyah sebanyak dua puluh surat, yakni:

1. Ali ‘Imran

2. Al-Hujurat

3. Al-Ahzab

4. At-Taghabun

5. As-Saff

6. Al-Baqarah

7. Al-Anfal

8. Al-Mumtahanah

9. An-Nisa

10. Al-Hadid
11. Al-Qital

12. At-Tholaq

13. Al-Jumuah

14. Al-Fath

15. Al-Maidah

16. At-Taubah

17. An-Nashr

18. Al-Hasyr

19. An-Nur

20. Al-Hajj

21. Al-Munafiqun

22. Al-Mujadalah

23. At-Tahrim4

Selain surah-surah di atas termasuk Surah Makkiyah

E. Kegunaan Studi Makkiyah dan Madaniyah dalam penafsiran Al-Qur’an

1. Mengetahui tentang nasikh dan mansukh

2. Mengetahui usaha yang telah dilakukan para Ulama’ untuk menjaga kesucian
dan kemurnian Al-Qur’an

3. Sebagai pedoman/pegangan berdakwah

4Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Bandung:Pustaka Firdaus, 2008), hlm.
67-69.
4. Memudahkan kita dalam mendalami dan menafsir Al-Qur’an secara tepat

5. Meresapi gaya bahasa Al-qur’an

6. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui Ayat-ayat Al-Qur’an


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Al-Qur’an diturunkan selama 22 tahun 22 bulan 22 hari dengan dua periode,


yakni poeriode Makkah dan Madinah, sehingga dikenal istilah Makkiyah dan
Madaniyah. Periode Makkah berlangsung selama 12 tahun 5 bulan 13 hari dan
Periode Madinah berlangsung selama 9 tahun 9 bulan 9 hari. Dasar-dasar penetapan
Makkiyah dan Madaniyah yakni menggunakan metode Manhaj sima’i naqli
(metode pendengaran seperti apa adanya) dan metode Manhaj qiyasi ijtihadi
(menganalogikan dan ijtihad).

Dalam membedakan antara Surat Makkiyah dan Madaniyah ini terdapat


beberapa ciri sehingga yang memudahkan seseorang untuk mengelompokkannya.
Mengetahui perbedaan antara Surat Makkiyah dan Madaniyah memiliki beberapa
manfaat, salah satunya dalam menafsirkan Al-Qur’an
Daftar Pustaka

H.A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an Verifikasi tentang Orientasi Al-Qur’an


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 144.

Herlina, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Bentang Media, 2013), hlm. 14.

Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Firdaus, 2008),
hlm. 67-69.

Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 102.

Anda mungkin juga menyukai