Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya


semakin diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan,yaitu dengan di buktikan oleh
berbagai penemuan sains yang semakin memperkuat kebenaran kandungan kitab
Suci Alqur’an
Al Qur’an di wahyukan oleh Allah kepada Rasulullah, Muhammad SAW.
Sebagai pedoman hidup bagi manusia dari zaman yang dipenuhi kegelapan menuju
zaman yang terang benderang, serta membimbing manusia kejalan yang lurus.
Rasulullah SAW. Menyampaikan Al-Qur’an itu kepada para sahabatnya –
orang-orang Arab asli– sehingga mereka dapat memahami isi Al-Qur’an
berdasarkan bahasa ibu mereka. Dan apabila mereka mengalami kesulitan dalam
memahami ayat Al-Qur’an, mereka bertanya langsung kepada Rasulullah SAW.
Ayat-ayat Al-Qur’an ada yang di wahyukan dikota Makkah dan ada juga
yang di wahyukan dikota Madinah sehingga dalam Al-Qur’an ada surah yang diberi
nama surah Makkiyah dan ada pula surah yang diberi nama surah Madaniyah.

B. Rumusan Masalah

1, Apa pengertian Makkiyah dan Madaniyah ?


2. Apa macam-macam norma perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah ?
3. Bagaimana ketentuan dan ciri khas dari Makkiyah dan Madaniyah ?

C. Maksud dan Tujuan

1. Menjelaskan perihal definisi Makkiyah dan Madaniyah.


2. Memahami perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah.
3. Memahami dan mengetahui ketentuan dan ciri khas Makkiyah dan Madaniyah.

D. Manfaat

1. Mengetahui definisi dari Makkiyah dan Madaniyah.


2. Mengetahui norma perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah.
3. Mengetahui ketentuan-ketentuan dan ciri khas Makkiyah dan Madaniyah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Dikalangan para ulama mengelompokan pembagian surah surat dan ayat


ayat Al Qur’an manjadi Makkiyah dan Madaniyah berdasarkan pada tiga aspek
1
sebagai berikut :

1. Berdasarkan masa turunnya


Pendapat ini adalah itibâr zamân an-nuzûl pendapat yang termashur,
dengan kriteria sebagai berikut :
1) Makkiyah adalah Wahyu yang di wahyukan sebelum Hijrah
Turunnya wahyu tersebut di Makkah misalnya wahyu turun
saat penaklukan Makkah tahun ke – 8 setelah Hijrah ( Fathu
Makkah ), contoh surat An-Nisâ ayat 58 tetap masuk
katagori Madaniyah atau pada tahun tahun terakhir
Rasulullah SAW di saat haji Wada’, ataupun ketika beliau
sedang dalam perjalanan maupun tidak.
2) Madaniyah adalah wahyu yang di wahyukan setelah Hijrah
Diriwayatkan oleh ustman bin saad Ar-Razi kepada yahya
bin salam; surat atau ayat yang di wahyukan di Mekah atau
dalam perjalanan menuju Madinah, wahyu tersebut termasuk
makiyah, adapaun ayat yang turun ketika sedang dalam di
perjalanan tapi setibanya di madinah, dikategorikan
madaniyah.

2. Berdasarkan tempat turunnya


Dalam i’tibar makan an-nuzul terdapat suatu keputusan dan ketetapan yang
seimbang dan bijaksana bahwasanya, “ wahyu yang turun ketika nabi

1 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi,, jld 1.hlm.3-4

2
Muhamad SAW sedang dalam perjalanan atau berpergian, tidak termasuk
dalam kategori makiyah ataupun madaniyah, berdasarkan riwayat yang
dikemukakan oleh Ath-Thabarani dalam kitabnya Al-Kabir, ia berkata : “
Rasullullah bersabda : Al- qur’an itu di wahyukan pada tiga tempat, yakni
mekkah, madinnah dan Syam”,
Al-Walid berkata : “Syam adalah baitul maqdis.
3. Berdasarkan sasaran pembicaraan
Dalam i’tibar al-mukhatab yang ditujukan untuk penduduk mekah dinamai
Makiyah dan yang ditujukan kepada penduduk madinah dinamai
Madaniyah,yang ditujukan untuk semua manusia ( dengan lafadz ya
ayyuhannas).

Berdasarkan pernyataan diatas, kategori yang paling tepat dan mencakup seluruh
ayat Al-Qur’an adalah kategori pertama, menurut segi masa turunnya
( i’tibar Zaman Nazul ). Al-Qadhi Abu Bakaar ra dalam satu kitab karangannya
yang berjudul Al – Ihtisar berkata : sesungguhnya pengertian atau pemahaman
tentang Makiyah dan Madaniyah itu kembali kepada hapalan para sahabat dan
tabiin, yang sama sekali bukan sabda Rasullullah, karena beliau pun semasa
hidupnya tidak pernah memerintahkan untuk mencatat atau membukukan
perbedaan antara Makiyah dan Madaniyah. Apalagi Allah SWT tidak menganggap
atau menjadikan ilmu tersebut sebagai suatu fardhu atau kewajiban bagi setiap
hambanya untuk mengetahuinya. Meskipun menjadi kewajiban bagi sebagian
ulama untuk mengetahui dan memahami secara detil tentang tarikh atau sejarah
nasikh dan mansukh, dan terkadang ilmu ini bisa dimengerti dan dipahami meski
adanya nya nash dan sabda Rasullullah Saw “2
Diriwayatkan oleh Imam Muhamad Bin IsmailAl-Bukhari dari Abdulah Bin
Mas’ud ra , ia berkata : “ Demi dzat yang tidak ada illah selain-Nya, tidaklah ada
satu ayat dari Al-Qur’an yang di wahyukan kecuali saya tahu dimana dan mengapa
di wahyukan.”. Menurut Ibnu Said dalam kitab Ath-Thabaqat, saya mendengar

2 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi, jld 1, hal 4

3
Abdullah Bin Abbas ra bertanya kepada Ubay Bin Kaab tentang ayat dan surat yang
di wahyukan di Madinah, maka ia pun menjawab : Di kota Madinah ini di
wahyukan dua puluh tujuh surat, sedangkan sisanya di wahyukan di kota Makkah.
Abu Jaffar An-Nahas dalam kitabnya An- Nasikh wa Al- Mansukh, Yunus Bin
Habib mendengar Abu Amru Bin Al-Ala bertanya kepada Mujahid tentang talkhish
( pembagian ) yang terjadi pada ayat dan surat dalam Al- Qur’an, mana yang
Makiyah mana yang Madaniyah

a. Metode Mengetahui surah Makkiyah dan surah Madaniyah


 Al Manhaj as-sima’i an naqli, yakni melalui riwayat dari para sahabat yang
menyaksikan turunnya wahyu dan juga dari tabi’in atau generasi
setelahsahabat yang mengetahuinya dari para sahabat.
 Al Manhaj al-qiyasi al- ijtihadz3, yakni berdasarkan ciri ciri khusus surat atau
ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah.

b. Kriteria Surat Surat Makiyah


Setelah mempelajari surat dan ayat ayat Makkiyah, para ulama
menggolongkan4 sebagai berikut :
1. Setiap surat yang di dalam nya terkandung ayat sajadah
2. Setiap surat yang di dalam nya terdapat laffadz Kalla (33x dalam 15 surat )
3. Setiap surat yang mengandung ayat ya ayyuhannas, dan tidak ada Ya
ayyuhalladzina amanu ( kecuali surat Al- Hajj )
4. Setiap surat yang terdapat kisah para Nabi dan umat umat sebelumnya
( kecuali surat Al Baqarah )
5. Setiap surat yang di dalam nya ada kisah Nabi Adam dan juga iblis ( kecuali
surat Al Baqarah )
6. Setiap surat yang di awali dengan huruf hijaiyah seperti Alif lam mim ; Alif
lam ra; Ha mim; dan semacamnya (kecuali surat Al Baqarah dan Ali Imran)

3 Prof dr yunahar ilyas, kuliah Ullumul Quran ……, hlm 60 – 615


4 Prof dr yunahar ilyas, kuliah Ullumul Quran……, hlm 63 – 64 dan Muhamad’Abd al azhim az zarqani, Manahil
al- Irfan
Ullum Qur’an, Jld 1. Hlm. 189 – 190

4
7. Surat surat yang ayat ayat nya pendek pendek, bersajak, i’jaz al’ibarah dan
padat isinya
8. Setiap surat yang berisi tentang ajaran Aqidah ,tauhid, menyembah Allah
SWT semata, risalah Nabi Muhamad SAW, Hari akhir, mujadalah kaum
musyrikin dengan dalil dalil akal dan ayat ayat kauniyah.
9. Surat surat yang berisi peletakan dasar dasar tasyri dan keutamaan ahlak
mulia, celaan kejahatan terhadap kaum musyrikin seperti pertumpahan
darah, mengambil hak anak yatim secara aniaya, membunuh anak anak
perempuan dan lain sebagainya.
Adapun surat yang di wahyukan di kota Mekkah 5adalah
o QS. Yunus o QS. Shaad
o QS. Huud o QS. Qaaf
o QS. Yusuf o QS. Adz Dzaariyat
o QS. Ar’rad o QS. Ath Thuur
o QS. Ibrahim o QS. An Najm
o QS. Al- Hijr o QS. Al Qamar
o QS. Al Kahfi o QS. Ar Rahman
o QS. Mariyam o QS. Al Waqiah
o QS. Taaha o QS. Ash Shaaf
o QS. Al Anbiya o QS. Al Mulk
o QS. Al Mu’minun o QS. Nuun
o QS. Al Furqon o QS. Al Haaqqah
o QS. Al Ankabut o QS. Al Ma’arij
o QS. Ar Ruum o QS. Nuuh
o QS. Saba o QS.Al Jin
o QS. Yasin o QS. At Thagabun
o QS. As shaffat o QS. Al Mudatsir

5. Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi ,hlm.6 – 10

5
o QS. An Nahl ( selain 3 ayat terakhir, karena ayat tersebut turun diantara kota
mekkah dan madinah, ketika Rasullullah pulang dari jabal uhud )
o QS. Al Hajj ayat 19 – 21 ( selain 3 ayat terakhir )
o QS. Asy-Syu’ara ayat 224 - 227( selain 5 ayat terakhir )
o QS. Luqman ayat 27 - 29( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. As Sajjadah ( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. Az Zumar ayat 53 – 55 ( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. Al Muzzammil ayat 20

c. Perhatian ulama terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah

Para ulama sangat antusias dalam pemahaman mengenai ayat-ayat


Makkiyyah dan Madaniyyah. Mereka mengupas Al-Qur’an ayat demi ayat dan
surah demi surah untuk diurutkan sesuai dengan turunnya, dengan mengamati
waktu, lokasi dan bentuk kalimat. Semua itu memberikan suatu gambaran dan
pemahaman yang jelas terhadap peneliti mengenai kebenaran ilmiah tentang
ilmu Makkiyah dan Madaniyah secara alami
Ayat-ayat itu turun di suatu tempat, kemudian oleh salah seorang
sahabat dibawa segera setelah di wahyukan untuk disampaikan di tempat lain,
maka para ulama pun akan menetapkan seperti itu.
Abul Qasim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi
menyebutkan dalam kitabnya At-Tanbih ‘Ala fadhli ‘Ulum Al-Qur’an, “Di
antara ilmu-ilmu Al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Al-
Qur’an dan wilayahnya; urutan turunnya di Makkah dan Madinah, tentang
hukumnya yang di wahyukan di Makkah tetapi mengandung hukum tentang
hukumnya yang di wahyukan di Madinah dan sebaliknya; Demikian juga yang
di wahyukan di waktu malam, di waktu siang; di wahyukan secara bersama-
sama. atau yang turun secara tersendiri; ayat-ayat Makki dalam surah-surah
Madani; yang dibawa dari Makkah ke Madinah dan sebaliknya;dan dari
Madinah ke Habasyah yang di wahyukan dalam bentuk keseluruhan. Orang

6
yang tidak memahami dan tak dapat membedakan, ia tidak berhak berbicara
tentang Al-Qur’an.”
Rasullullah menafsirkan dengan surat Al Fatihah seperti riwayat sahih Bukhari.
Dan surat Al Hijr adalah surat yang turun di kota mekah, taka da seorang ulama
pun yang menyangkalnya. Allah Swt menegaskan bahwa dia memberikan surat
surat Al Fatihah ini kepadanya, menunjukan di wahyukan terlebih dahulu
karena terdapat dalam rincian surat Al hijr. Tidak ada perselisihan di kalangan
ulama mengenai kewajiban shalat yang di wahyukan di kota Mekkah. Ali Bin
Abu Thalib ra berkata; “ Al Fatihah telah di wahyukan di kota mekah, ia di
wahyukan dari harta simpann yang ada di dalam surga.”

Yang terpenting dalam obyek kajian para ulama 6dalam pembahasan ini
adalah:
1. Yang di wahyukan di Makkah.
2. Yang di wahyukan di Madinah.
3. Yang diperselisihkan.
4. Ayat-ayat Makki dalam surah-surah Madani.
5. Ayat-ayat Madani dalam surah-surah Makki.
6. Yang di wahyukan di Makkah namun hukumnya Madani.
7. Yang di wahyukan di Madinah yang hukumnya Makki.
8. Yang serupa dengan yang di wahyukan di Makkah dalam kelompok
Madani.
9. Yang serupa dengan yang di wahyukan di Madinah dalan kelompok
Makki.
10. Yang dibawa dari Makkah ke Madinah.
11. Yang dibawa dari Madinah ke Makkah.
12. Yang turun di waktu malam dan di waktu siang.
13. Yang turun di musim panas dan musim dingin.
14. Yang turun di waktu menetap dan perjalanan.
Inilah macam-macam ilmu Al-Qur’an yang pokok, berkisar di sekitar
Makkiyah dan Madaniyah.).

6 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi hal 12 – 20.

7
d. Kriteria Surat Maddaniyah

Adapun Madani ada dua puluh surah, yaitu:

1. Al-Baqarah; 11. Al Hujurat;


2. Ali Imran; 12. Al Hadid
3. An Nisa’; 13. Al Mujadilah;
4. Al Maaidah; 14. Al Hasyr;
5. Al Anfal; 15. Al Mumtahanah;
6. At Taubah; 16. Al Jumu’ah;
7. An Nur; 17. Al Munafiqun
8. Al Ahzab 18. Ath Thalaq;
9. Muhammad 19. At Tahrim dan
10. Al Fath; 20. An Nasr.

Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surah, yaitu:

1. Al Fatihah;
2. Ar Ra’d;
3. Ar Rahaman;
4. Ash Shaff;
5. At Taghabun;
6. At-Tathhfif(Al Muthafifin);
7. Al Qadr;
8. Al Bayyinah;
9. Az Zalzalah;
10. Al Ikhlas;
11. Al Falaq
12. An Nas.

8
82 sisanya adalah makkiyah. Maka, jumlah surah-surah dalan Al-Qur’an
semuanya ada seratus empat belas surah.7

1. Ayat-ayat Makki dalam surah-surah Madani

Sebagai contoh ayat Makki dalam surah Madani, ialah QS. Al-Anfal ayat 30

2. Ayat-ayat Madani dalan surah Makki

sebagai contoh ayat Madani dalam surah Makki adalah QS.Al-An’am. ayat 151-
153.

3. Ayat yang di wahyukan di Makkah namun hukumnya Madani

Contoh dari pernyataan diatas adalah ada dalam QS. Al-Hujurat ayat 138

4. Ayat yang di wahyukan di Madinah namun hukumnya Makki9

Para ulama memberi contoh yaitu QS An Nahl ayat 41

5. Yang serupa dengan yang di wahyukan di Makkah dalam kelompok


Madani
Contohnya adalah Al-Anfal ayat 32

7. Ayat yang dibawa dari Makkah ke Madinah

Contohnya ialah surah Al-A’la.

8. Ayat yang dibawa dari Madinah ke Makkah

Contohnya dalam QS Al Baqarah ayat 217

8 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi,jld 1. hlm.76


9 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi,jld 1. hlm.76 - 80

9
B. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah

Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyah para


ulama menggunakan dua cara utama, yakni:

 Simâ i naqli (pendengaran seperti apa adanya).

Cara ini dilakukan berdasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat
yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu; atau dari para
tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana
dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Sebagian besar
penentuan Makkiyah dan Madaniyah itu didasarkan pada cara pertama ini.
Dan contoh-contoh diatas merupakan bukti paling baik baginya.

 Qiyâs ijtihâdi didasarkan pada hasil pengamatan terhadap ciri-ciri


Makkiyah dan Madaniyah.

Apabila dalam surah Makki itu terdapat suatu ayat yang mengandung
sifat atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu
Madani. Dan apabila dalam surah Madani terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat atau peristiwa Makki, maka ayat tadi dikatakan sebagai
ayat Makki. Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri Makki, maka surah itu
dinamakan surah Makki. Sebaliknya, bila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri
Madani, maka surah itu dinamakan surah Madani. Inilah yang disebut qiyâs
ijtihâdi. Oleh karena itu, para ahli mengatakan: “setiap surah yang di
dalamnya mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, maka
surah itu adalah Makkiyyah. Dan setiap surah yang di dalamnya mengandung
kewajiban atau ketentuan, surah itu adalah Madaniyyah. Dan begitu
seterusnya.” Ja’bari mengatakan, “untuk mengetahui Makkiyah dan
Madaniyah ada dua cara: simâ’i(pendengaran) dan qiyâsi (kias).” Sudah
tentu simâ’i pegangannya berita pendengaran, sedang
qiyâsi berpegang pada penalaran. Baik berita pendengaran maupun
menalaran,

Perbedaan Makki dengan Madani 10


Perbedaan makiyah dengan madani terdiri dari tiga macam pandangan
yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama; dari segi waktu turunnya.
Makki adalah yang di wahyukan sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah.
Madani adalah yang di wahyukan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah.

10 Samudra ullumul Qr’an, As Suyithi ,hlm.6 – 10

10
Yang turun sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan Arafah, adalah Madani,
seperti yang di wahyukan pada tahun penaktukkan kota Makkah, misalnya
surah An-Nisa’ a ayat 58
Kedua; dari segi tempat turunnya.
Makki adalah yang turun di Mekkah dan sekitarnya seperti di Mina, Arafah dan
Hudaibiyah. Dan Madani adalah yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti
Uhud, Quba dan Sil’. Namun pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya
pengecualian secara spesifik dan batasan yang jelas. Sebab yang turun di
perjalanan, di Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk dalam salah satu
bagiannya,17 sehingga ia tidak dinamakan Makki maupun Madani.
Ketiga; dari segi sasarannya.
Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Makkah dan Madani
adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang
mengandung seruan “ya ayyuhan-nas”(wahai manusia) adalah Makki.
Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ ya ayyuhal-ladzina amanu”(wahai
orang-orang yang beriman) adalah Madani.Namun kalau diteliti dengan
seksama, ternyata ada beberapa kandungan Al-Qur’an tidak selalu dibuka
dengan salah satu seruan itu. Penetapan ini juga tidak konsisten. Misalnya surah
Al-Baqarah ayat 21

11
C. Ketentuan dan Ciri Khas Makkiyah dan Madaniyah11

Dari pengamatan para ulama menentukan sbb :

1. Jika tergantung “ayat-ayat sajdah” maka surah itu Makki.


2. lafal “kallâ” berarti Makki..
3. Surah yang mengandung “yâ ayyuhan-nâs” dan tidak mengandung “yâ
ayyuhal-ladzîna âmanû”, berarti Makki, kecuali surah al-Hajj
4. Setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah
ayat Makki.
5. kisah Adam dan Iblis adalah Makki kecuali dalam surah Al- Baqarah.
6. diawali dengan huruf singkatan, seperti Alif Lâm Mim, Alif Lâm Râ, Hâ Mîm
dan lain-lainya, adalah Makki, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran.

Ini adalah dari segi karakteristik secara umum, sedangkan dari segi ciri dan
gaya bahasa 12diringkas sebagai berikut:

1. Ajakan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah,


kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka
dan siksaannya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang
musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat
kauniyah.
2. Pendasaran umum bagi perundang-undangan dan akhlak yang mulia
yang dijadikan dasar terbentuknya suatu masyarakat; pengambilan sikap
tegas terhadap kriminalitas orang-orang musyrik yang telah banyak
menumpahkan darah, memakan harta anak yatim secara zhalim,
penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai
pelajaran, sehingga mengetahui nasib orang sebelum mereka yang
mendustakan Rasul, sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia tabah
dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Kalimatnya singkat padat disertai kata-kata yang mengesankan sekali di
telinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati
dan maknanya pun meyakinkan dengan didukung oleh lafazh-lafazh
sumpah, seperti surah-surah yang pendek-pendek, kecuali sedikit yang
tidak.

Ketentuan Ciri khas Madani

1. Setiap surah yang berisi kewajiban atau sanksi hukum.


2. Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik, kecuali
surah Al-Ankabut. Ia adalah Makki.
3. Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan Ahli Kitab.

11 Kuliah Ulumul Qur’an,Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.…hlm.80-85


12 Kuliah Ulumul Qur’an,Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.…hlm.86

12
Ini dari segi karakteristik secara umum. Adapun dari segi tema dan gaya
bahasanya,13 sebagai berikut:

1. Menjelaskan masalah ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan,


jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik di waktu damai
maupun di waktu perang, kaidah hukum dan masalah perundang-
undangan.
2. Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan
ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai
penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka
setelah keterangan datang kepada mereka karena rasa dengki diantara
sesama mereka.
3. Menyingkap perilaku munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka
kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang
memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan syarianya.

13 Kuliah Ulumul Qur’an,Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.…hlm.88

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengkaji ayat Makkiyah dan Madaniyah sangatlah penting dalam


Ulumul Qur’an, bukan hanya dari segi pengetahuan sejarah tetapi juga untuk
menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan tersebut.
Surah di dalam Al-Qur’an berisi ayat tentang dua periode tersebut
walaupun ada para ulama yang memiliki perbedaan pendapat dalam menentukan
hal tersebut. Tetapi bagaimanapun juga hal tersebut sudah terbukti dengan hasil
pembagian yang sudah mapan, dan sudah tersebar luas secara ilmu tafsir, dan
dijabarkan dari bukti-bukti internal dari teks Al-Qura’an itu sendiri.
Pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah menurut para ahli tafsir yaitu
meliputi tentang masalah ruang, waktu, subyek dan konten. Dan kegunaan
mempelajari ilmu ini antara lain dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan
mansukh, mengetahui ciri khas gaya bahasa Makkiyah dan Madaniyah dalam
Al-Qur’an, dan untuk menjadi alat pembantu dalam penafsiran Al-Qur’an.

B. Saran

Sebagai umat beragama (Islam) yang memiliki kitab suci yaitu Al-
Qur’an hendaknya menjaganya dengan baik. Menjaganya dengan baik di sini
dalam artian kita supaya menjaga keaslian dari isi Al-Qur’an itu, yaitu dengan
cara kita menghafalkannya, mengkajinya, memahaminya agar ketika kita
mengamalkannya itu adalah kebenaran yang mutlak tidak ada sangkut pautnya
dengan sesuatu kekeliruan yang bisa menjerumuskan ke jalan yang salah.

14
Daftar Pustaka

1 Thantawi, Muhammad Sayyid.2013.Ulumul Qur’an.Jogjakarta: IrciSoD


2. M Quraisy Shihab.2019.Kaidah Tafsir.Tanggerang:Lentera Hati.
3. Al-Qaththan,Syaikh mana’.200.Pengantar Ilmu Studi Al-Qur’an.Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
4. Sodiqin, Ali.2008.Antropologi Al-Qur’an.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
5. DR.Mohamad Bin Alawi Al Maliki Al Hasni.1999.Mutiara Ilmu – Ilmu Al
Qur’an. Bandung:cv pustaka setia.
6. Anwar Rosihon.2013.Ulum Alquran.Bandung:cv pustaka setia.
7. Jalaludin As Suyuthi.Samudera Ulumul Qur’an PT Bina Ilmu-Surabaya
8. Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. 2014.Kuliah Ulumul Qur’an. ITQAN
Publishing Jl. Lawu 45 Banteng III Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai