PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Muhamad SAW sedang dalam perjalanan atau berpergian, tidak termasuk
dalam kategori makiyah ataupun madaniyah, berdasarkan riwayat yang
dikemukakan oleh Ath-Thabarani dalam kitabnya Al-Kabir, ia berkata : “
Rasullullah bersabda : Al- qur’an itu di wahyukan pada tiga tempat, yakni
mekkah, madinnah dan Syam”,
Al-Walid berkata : “Syam adalah baitul maqdis.
3. Berdasarkan sasaran pembicaraan
Dalam i’tibar al-mukhatab yang ditujukan untuk penduduk mekah dinamai
Makiyah dan yang ditujukan kepada penduduk madinah dinamai
Madaniyah,yang ditujukan untuk semua manusia ( dengan lafadz ya
ayyuhannas).
Berdasarkan pernyataan diatas, kategori yang paling tepat dan mencakup seluruh
ayat Al-Qur’an adalah kategori pertama, menurut segi masa turunnya
( i’tibar Zaman Nazul ). Al-Qadhi Abu Bakaar ra dalam satu kitab karangannya
yang berjudul Al – Ihtisar berkata : sesungguhnya pengertian atau pemahaman
tentang Makiyah dan Madaniyah itu kembali kepada hapalan para sahabat dan
tabiin, yang sama sekali bukan sabda Rasullullah, karena beliau pun semasa
hidupnya tidak pernah memerintahkan untuk mencatat atau membukukan
perbedaan antara Makiyah dan Madaniyah. Apalagi Allah SWT tidak menganggap
atau menjadikan ilmu tersebut sebagai suatu fardhu atau kewajiban bagi setiap
hambanya untuk mengetahuinya. Meskipun menjadi kewajiban bagi sebagian
ulama untuk mengetahui dan memahami secara detil tentang tarikh atau sejarah
nasikh dan mansukh, dan terkadang ilmu ini bisa dimengerti dan dipahami meski
adanya nya nash dan sabda Rasullullah Saw “2
Diriwayatkan oleh Imam Muhamad Bin IsmailAl-Bukhari dari Abdulah Bin
Mas’ud ra , ia berkata : “ Demi dzat yang tidak ada illah selain-Nya, tidaklah ada
satu ayat dari Al-Qur’an yang di wahyukan kecuali saya tahu dimana dan mengapa
di wahyukan.”. Menurut Ibnu Said dalam kitab Ath-Thabaqat, saya mendengar
3
Abdullah Bin Abbas ra bertanya kepada Ubay Bin Kaab tentang ayat dan surat yang
di wahyukan di Madinah, maka ia pun menjawab : Di kota Madinah ini di
wahyukan dua puluh tujuh surat, sedangkan sisanya di wahyukan di kota Makkah.
Abu Jaffar An-Nahas dalam kitabnya An- Nasikh wa Al- Mansukh, Yunus Bin
Habib mendengar Abu Amru Bin Al-Ala bertanya kepada Mujahid tentang talkhish
( pembagian ) yang terjadi pada ayat dan surat dalam Al- Qur’an, mana yang
Makiyah mana yang Madaniyah
4
7. Surat surat yang ayat ayat nya pendek pendek, bersajak, i’jaz al’ibarah dan
padat isinya
8. Setiap surat yang berisi tentang ajaran Aqidah ,tauhid, menyembah Allah
SWT semata, risalah Nabi Muhamad SAW, Hari akhir, mujadalah kaum
musyrikin dengan dalil dalil akal dan ayat ayat kauniyah.
9. Surat surat yang berisi peletakan dasar dasar tasyri dan keutamaan ahlak
mulia, celaan kejahatan terhadap kaum musyrikin seperti pertumpahan
darah, mengambil hak anak yatim secara aniaya, membunuh anak anak
perempuan dan lain sebagainya.
Adapun surat yang di wahyukan di kota Mekkah 5adalah
o QS. Yunus o QS. Shaad
o QS. Huud o QS. Qaaf
o QS. Yusuf o QS. Adz Dzaariyat
o QS. Ar’rad o QS. Ath Thuur
o QS. Ibrahim o QS. An Najm
o QS. Al- Hijr o QS. Al Qamar
o QS. Al Kahfi o QS. Ar Rahman
o QS. Mariyam o QS. Al Waqiah
o QS. Taaha o QS. Ash Shaaf
o QS. Al Anbiya o QS. Al Mulk
o QS. Al Mu’minun o QS. Nuun
o QS. Al Furqon o QS. Al Haaqqah
o QS. Al Ankabut o QS. Al Ma’arij
o QS. Ar Ruum o QS. Nuuh
o QS. Saba o QS.Al Jin
o QS. Yasin o QS. At Thagabun
o QS. As shaffat o QS. Al Mudatsir
5
o QS. An Nahl ( selain 3 ayat terakhir, karena ayat tersebut turun diantara kota
mekkah dan madinah, ketika Rasullullah pulang dari jabal uhud )
o QS. Al Hajj ayat 19 – 21 ( selain 3 ayat terakhir )
o QS. Asy-Syu’ara ayat 224 - 227( selain 5 ayat terakhir )
o QS. Luqman ayat 27 - 29( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. As Sajjadah ( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. Az Zumar ayat 53 – 55 ( selain 3 ayat yang di wahyukan di kota madinah)
o QS. Al Muzzammil ayat 20
6
yang tidak memahami dan tak dapat membedakan, ia tidak berhak berbicara
tentang Al-Qur’an.”
Rasullullah menafsirkan dengan surat Al Fatihah seperti riwayat sahih Bukhari.
Dan surat Al Hijr adalah surat yang turun di kota mekah, taka da seorang ulama
pun yang menyangkalnya. Allah Swt menegaskan bahwa dia memberikan surat
surat Al Fatihah ini kepadanya, menunjukan di wahyukan terlebih dahulu
karena terdapat dalam rincian surat Al hijr. Tidak ada perselisihan di kalangan
ulama mengenai kewajiban shalat yang di wahyukan di kota Mekkah. Ali Bin
Abu Thalib ra berkata; “ Al Fatihah telah di wahyukan di kota mekah, ia di
wahyukan dari harta simpann yang ada di dalam surga.”
Yang terpenting dalam obyek kajian para ulama 6dalam pembahasan ini
adalah:
1. Yang di wahyukan di Makkah.
2. Yang di wahyukan di Madinah.
3. Yang diperselisihkan.
4. Ayat-ayat Makki dalam surah-surah Madani.
5. Ayat-ayat Madani dalam surah-surah Makki.
6. Yang di wahyukan di Makkah namun hukumnya Madani.
7. Yang di wahyukan di Madinah yang hukumnya Makki.
8. Yang serupa dengan yang di wahyukan di Makkah dalam kelompok
Madani.
9. Yang serupa dengan yang di wahyukan di Madinah dalan kelompok
Makki.
10. Yang dibawa dari Makkah ke Madinah.
11. Yang dibawa dari Madinah ke Makkah.
12. Yang turun di waktu malam dan di waktu siang.
13. Yang turun di musim panas dan musim dingin.
14. Yang turun di waktu menetap dan perjalanan.
Inilah macam-macam ilmu Al-Qur’an yang pokok, berkisar di sekitar
Makkiyah dan Madaniyah.).
7
d. Kriteria Surat Maddaniyah
1. Al Fatihah;
2. Ar Ra’d;
3. Ar Rahaman;
4. Ash Shaff;
5. At Taghabun;
6. At-Tathhfif(Al Muthafifin);
7. Al Qadr;
8. Al Bayyinah;
9. Az Zalzalah;
10. Al Ikhlas;
11. Al Falaq
12. An Nas.
8
82 sisanya adalah makkiyah. Maka, jumlah surah-surah dalan Al-Qur’an
semuanya ada seratus empat belas surah.7
Sebagai contoh ayat Makki dalam surah Madani, ialah QS. Al-Anfal ayat 30
sebagai contoh ayat Madani dalam surah Makki adalah QS.Al-An’am. ayat 151-
153.
Contoh dari pernyataan diatas adalah ada dalam QS. Al-Hujurat ayat 138
9
B. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah
Cara ini dilakukan berdasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat
yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu; atau dari para
tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana
dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Sebagian besar
penentuan Makkiyah dan Madaniyah itu didasarkan pada cara pertama ini.
Dan contoh-contoh diatas merupakan bukti paling baik baginya.
Apabila dalam surah Makki itu terdapat suatu ayat yang mengandung
sifat atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu
Madani. Dan apabila dalam surah Madani terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat atau peristiwa Makki, maka ayat tadi dikatakan sebagai
ayat Makki. Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri Makki, maka surah itu
dinamakan surah Makki. Sebaliknya, bila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri
Madani, maka surah itu dinamakan surah Madani. Inilah yang disebut qiyâs
ijtihâdi. Oleh karena itu, para ahli mengatakan: “setiap surah yang di
dalamnya mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, maka
surah itu adalah Makkiyyah. Dan setiap surah yang di dalamnya mengandung
kewajiban atau ketentuan, surah itu adalah Madaniyyah. Dan begitu
seterusnya.” Ja’bari mengatakan, “untuk mengetahui Makkiyah dan
Madaniyah ada dua cara: simâ’i(pendengaran) dan qiyâsi (kias).” Sudah
tentu simâ’i pegangannya berita pendengaran, sedang
qiyâsi berpegang pada penalaran. Baik berita pendengaran maupun
menalaran,
10
Yang turun sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan Arafah, adalah Madani,
seperti yang di wahyukan pada tahun penaktukkan kota Makkah, misalnya
surah An-Nisa’ a ayat 58
Kedua; dari segi tempat turunnya.
Makki adalah yang turun di Mekkah dan sekitarnya seperti di Mina, Arafah dan
Hudaibiyah. Dan Madani adalah yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti
Uhud, Quba dan Sil’. Namun pendapat ini berkonsekuensi tidak adanya
pengecualian secara spesifik dan batasan yang jelas. Sebab yang turun di
perjalanan, di Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk dalam salah satu
bagiannya,17 sehingga ia tidak dinamakan Makki maupun Madani.
Ketiga; dari segi sasarannya.
Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Makkah dan Madani
adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang
mengandung seruan “ya ayyuhan-nas”(wahai manusia) adalah Makki.
Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ ya ayyuhal-ladzina amanu”(wahai
orang-orang yang beriman) adalah Madani.Namun kalau diteliti dengan
seksama, ternyata ada beberapa kandungan Al-Qur’an tidak selalu dibuka
dengan salah satu seruan itu. Penetapan ini juga tidak konsisten. Misalnya surah
Al-Baqarah ayat 21
11
C. Ketentuan dan Ciri Khas Makkiyah dan Madaniyah11
Ini adalah dari segi karakteristik secara umum, sedangkan dari segi ciri dan
gaya bahasa 12diringkas sebagai berikut:
12
Ini dari segi karakteristik secara umum. Adapun dari segi tema dan gaya
bahasanya,13 sebagai berikut:
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai umat beragama (Islam) yang memiliki kitab suci yaitu Al-
Qur’an hendaknya menjaganya dengan baik. Menjaganya dengan baik di sini
dalam artian kita supaya menjaga keaslian dari isi Al-Qur’an itu, yaitu dengan
cara kita menghafalkannya, mengkajinya, memahaminya agar ketika kita
mengamalkannya itu adalah kebenaran yang mutlak tidak ada sangkut pautnya
dengan sesuatu kekeliruan yang bisa menjerumuskan ke jalan yang salah.
14
Daftar Pustaka
15