MAKALAH
Du Susun Oleh :
Fuaddatum Najmi:(230201064)
Muhammad Ramli(230201065)
Muhammad hayat(230201053)
BANDA ACEH
2023/1445
BAB 1
PEMBAHASAN
Kata Makkiyah dan Madaniyah merupakan penisbatan terhadap kedua nama kota
besar di Saudi Arabiah, yaitu “Makkah dan Madinah”. Secara harfiah, Makkiyah berarti yang
bersifat Makkah atau yang berasal dari Makkah, sedangkan Madaniyah berarti yang bersifat
Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka surat atau ayat yang turun di Makkah disebut
dengan Makkiyah dan yang diturunkan di Madinah disebut dengan Madaniyah1
Pada umumnya, para ulama membagi surat-surat Alquran itu menjadi dua kelompok
yaitu Makkiyah dan Madaniyah, namun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah
masing-masing kelompok tersebut. Menurut Abu Bakr bin Hashâr jumlah surat-surat
Madaniyah yang disepakati oleh ulama berjumlah sekitar 20 surat yaitu al-Baqarah, Ali
Imran, an-Nisa, al-Ma’idah, al-Anfal, at-Taubah, an-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-
Hujurat, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Jumu’ah, al-Munafiqun, at-
Thalaq, at-Tahrim, an-Nasr2
1
Abdul Hamid, Lc., M.A., Pengantar studi Al-Qur’an, Cetakan kedua, Kencana, Jakarta,2017, Hal 119
2
Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 48, lihat juga: Mannâ Khalîl al Qattân,
Op.Cit, h. 55
3
Ibid
Adapun ciri ciri khas surah makkiyah dan madaniyah yang telah di simpulkan para
ulama yaitu:
4
bid, h. 169, lihat juga: Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Op.Cit, h. 205
5
Ibid
6
Ibid
7
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Op.Cit, h. 205
musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim, mengubur
bayi perempuan hidup-hidup dan berbagai kebiasaan buruk lainnya8
c. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi
mereka, sehingga mereka mengetahui akibat terhadap orang yang yang
mendustakan agama sebelum mereka, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah
sehingga ia tabah dan sabar dalam menghadapi mereka dan yakin akan
menang9
d. Kebanyakan ayat dan suratnya pendek-pendek (îjâz),pernyataannya singkat,
ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, dan menggetarkan hati,
dan maknanya pun menyakinkan yang diperkuat dengan lafaz-lafaz sumpah
(qasam)10, yang demikian itu karena penduduk Mekkah merupakan orang-
orang yang fashih dan ahli balaghah (ahlul fashohah wal balaghah) karena
mereka sudah terbiasa dengan bahasa-bahasa syi’ir11
a. Setiap surat yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madaniyah
8
Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 63
9
ibid
10
ibid
11
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Op.Cit, h. 207
12
Ibid, h. 205, lihat juga: Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 64, lihat juga: Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az
Zarqâny, Op.Cit, h. 169
13
Ibid
b. Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan ajakan
kepada mereka untuk masuk Islam,penjelasan mengenai penyimpangan
mereka dari kitabkitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran, serta
penjelasan tentang kesesatan akidah mereka.
Unruk merrbedakan Makki dan Madani, para ulanra mempunyai tiga macaln teori
yxng masing-masing mempunyai dasar sendiri. Pertama, dibedakan dari segi waktu turunnya
( Ieori Hrstorls). Kedua.dari segi tempat turunnya (feori Geogrrt/is).Dan Ketiga dari segi
sasarannya (Teori obiakktif).Ahmad syam madyan dalam bukunya menjelaskan sebagai
berikuti
l. Teori Tempat (Makani); berati Makki adalah ayat yang ditururrkan di kota Mekah dan
sekitarnya Sedangkan Madani adalah ayat yang dirurunkan di kota Madinah dan sekitarnya. 14
Artinya sekitar Mekah itu ternrasuk Arafah.Mina dan Hudaibiyah. Sedangkan sekitar
madinah itu termasuk Badar,quba,uhud,dan lain-lain.
Menurut teori ini. surat Makkiy itu pokoknya turunya di Makkah.Dan begitlu juga
sebaliknya15.teori ini mengakibatkan tidak adanya pembagian yang tegas, sebab yang tulun
dalam perjalanan seperti di Tabuk atau Baitul Maqdis 16 .tidak termasuk Makki ataupun
Madani.Pembagian dari segi tempat juga menyebabkan ayat-ayat yang turun setelah nabi
hijrah disebut Makki karena tulunya di Makkah seperti ayat yang turun saat 'Falhu
Makktth"sejarah mencatat bahwa penaklukan kota mekah setelah terjadinya hijrah.
14
Ibid,him,189.
15
Janraludin Rahrrat rlkk, Betajat Mrloh utLtnul Qul dn:sturli Klw:anoh llnu Al Qur'an (Jakal1a : PT. I
ENTERA BASRTTAMA. 2002). hln.ll9
16
Az-zukhrufayat 45.
2. Teori Waktu (Zamani); bearti Makki adalah ayat yang diturunkan sebelum hijrah (Periodw
mekkah), sedangkan Madani adalah ayat yarlg diturunkansetelah masa hijrah (Petiode
Madinah)17
Teori ini berorientasi pada sejarah dan tempat, yang menjadi tonggak sejalah oleh
teori ini adalah peristiwah HIjrah nabi dari Mekah ke Madinah.Dengan kata lain Makki
adalah semua ayat yallg turun sebelum terjadiHijrah, baik itu turun di Mekkah atau di tempat
lain Sedangkan Madaniadalah semua ayat yang turun pasca Hijrah, baik itu turun di Madinah
ataupun diMekah. Seperti ayat yang titurunkan saat penaklukan kota mekkah dan haji
wada18.Berdasarkan teori ini ayat tersebut merupakan ayat Madani karena turun setelah
peristiwa Hijrah sekalipun tempatnya di mekah.
3. Teori Mukhatab (Objek Pewahyuan). berarti Makki adalah ayat-ayat yang diturunkan
dengan menyinggung penduduk Mekah, sedangkan Madani adalah ayat-ayat yang
menyinggung penduduk Madinah19
Teori ini berorientasi pada siapa yang ayat itu ditujukan, apabila ditujukan pada
masyarakat mekah, maka ayat tersebut merupakan ayat Makiyah. Sedangkan apabila ayat
tersebut ditujukan pada masyarakat madinah, maka ayat tersebut merupakan ayat Madaniyah
Menurut teori ini setiap ayat yang dimulai dengan kalimxt Yaa ayyuhannas (wahai sekalian
manusia) maka ayat tersebut digolongkan Makki Sedangkan, setiap ayat yang di mulai
dengan kalimat Yaa Ayyuhallaziina amanuu (wahai orang-orang yang beriman) maka ayat
tersebut digolongkan Madani. Namun yang menjadi persoalan adalah tidak senua ayat
dimulai dengan kedua kalimat telsebut diatas.Dengan demikian teori pertama dan ketiga
(Teori Geogrfis dan Teori Objekti) kurang bisa diterima karena kurang memuaskan dan tidak
bisa diterapkan secara penuh pada semua ayat yang ada dalam al Qur'an.Sedangkan teori
kedua (Teori Hi.ttoris) sangat mudah dan mungkin untuk diaplikasikan pada semua ayat.
Namun, ada juga ularna vang memberikan batasan pengertian tentang Makkiyah dan
Madaniyyah itu berdasarkan empat hal yaitu: ruang, waktu,subjek dan konten. 20 Teori
pertama sampai ketiga kurang lebih sama dcngan yarlg diatas, disini pemakalah akan
menjelaskan teori keempat yaitu teori berkonten (content analysis).
17
Madyan, Peld, hhn. 189
18
Al Maidah Ayat 3 dan
19
Madyan, Pett, hhn. 189
20
Ahnad Fadlol dkk, S nlLti At-Qur on : Teot i Ddn cta.latagi (yogyaka(a ldea pres, 20t I ). hhn. 69. Lihctjuga
NcsI Hrrnid Abu Z d, rcksrurlitJs al-Qur'aD (yogyakana : LKis. cct.kc IV,2005), hhr. 83
4. Teori Mulahazhatu Ma Tadhammanat As-Suuratu (Teori Content Analysis)
Para ulama yang mendasarkan teorinya pada kontent ayat mengatakan Makiyyah ialah
surat-surat dan atau ayat ayat al-qur'an yang menampilkan cerita-cerita mengenai para nabi
dan umat umat terdahulu, baik menyangkut kalayaan maupun kehancuran (khususnya bagi
umat-umat itu). Sedangkan Madaniyyah ialah ayat-ayat dan atau surat-surat yang mernuat
mengenai berbagai ketentuan hukum seperti hudud. faraidl, dan lain sebagailya.Pendapat
ulama ini memang memberi batasan yang tegas sehingga mudah dipahami. akan tetapi
kurang praktis karena untuk memahami suatu ayat kita harus tienar-benar. terlebih dahulu
mencermati kandungan masing-masing ayat.21
Dengan demiiian permasalahan tetap sepakat dengan tulisan diatas yang rrengatakan
bahwa teori yang paling masyhur adalah teori waktu (zamani) yaitu sebuah teori yang
berorientasi pada sejarah dan tempat, yang menjadi tonggak sejarah oieh teori ini adalah
peristiwa Hijrah nabi dari Mekah ke Madinah
Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyahnya suatu ayat atau
suatu surat, para ulama bersandar pada dua metode sebagaimana yang dikatakan oleh al
Ja’biri22, yaitu:
Pertama: Simâ’i Naqli (pendengaran seperti apa adanya) yaitu penentuan Makkiyah
atau Madaniyah yang berdasarkan merujuk kepada riwayat-riwayat sahih dari para sahabat
yang hidup pada saat itu dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi’in yang
menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang
berkaitan turunnya wahyu pada waktu itu. Karena tidak ada sedikitpun dari Rasulullah
tentang penjelasan Makkiyah dan Madaniyah ini, disebabkan pada saat itu para sahabat
tidak butuh kepada penjelasan ini, karena mereka menyaksikan langsung turunnya wahyu,
jika mereka menemui keraguan, mereka langsung bertanya kepada Rasulullah 23. Sebagian
besar penentuan Makkiyah dan Madaniyah didasarkan pada cara yang pertama ini, hal ini
dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir bil Ma’tsûr, kitab-kitab Asbâb an Nuzûl
danpembahasan-pembahasan mengenai ilmu Alquran24. SebagaimanaQadhi Abu Bakar
21
Ibid.,mlm.72.
22
Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 65
23
Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 168
24
Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 60
ibnu at Thayyib al Baqalany dalam al Intishâr mengatakan” pengetahuan tentang
Makkiyah dan Madaniyah mengacu kepada hafalan para sahabat dan tabi’in, tidak ada
suatu keterangan pun yang datang dari Rasulullah mengenai hal itu, sebab ia tidak
diperintahkan untuk itu, dan Allah tidak menjadikan ilmu pengetahuan mengenai hal itu
sebagai kewajiban umat, bahkan sekalipun pengetahuan mengenai sejarah nasikh dan
mansukh itu wajib bagi ahli ilmu, tetapi pengetahuan tersebut tidak harus diperoleh
melalui nash dari Rasulullah”25.
Kedua: Qiyâs Ijtihâdi (qiyas hasil ijtihad) yaitu didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah
dan Madaniyah, apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
Madaniyah atau peristiwa Madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat itu Madaniyah, dan
apabila dalam surat Madaniyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat atau peristiwa
Makkiyah, maka ayat itu dikatakan Makkiyah, atau misalnya dalam suatu surat terdapat
ciri-ciri Madaniyah, maka surat tersebut dikatakan Madaniyah, begitu juga sebaliknya,
yang mana semua itu merupakan hasil dari ijtihad para ulama26.
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah suatu ayat atau surat mempunyai beberap
manfaat atau pengaruh positif yang sangat besar sekali baik terhadap penafsiranal-Qur’an
ataupun dalam berdakwah, diantaranya:
1. Untuk dijadikan sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’an, sebab pengetahuan
tentang tempat turunya ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan
menafsirkannya dengan penafsiran yang yang benar, disamping itu dengan ilmu ini
seorang mufassir akan dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang
mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif, yang datang
kemudian (ayat-ayat Madaniyah) tentu merupakan nasikh atas ayat yang terdahulu
(ayat-ayat Makkiyah)27
25
Jalâl ad Dîn Abd ar Rahmân bin Abi Bakr as Syuyûty, Op.Cit, h. 43
26
Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 61
27
Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 59, lihat juga: Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az
Zarqâny, Op.Cit, h. 167
2. Dengan ilmu ini seseorang akan mengetahui sejarah pensyari’atan hukum (tarîkh
tasyrî’) dan proses terbentuknya sebuah hukum secara bertahap-tahap ( at tadarruj fil
hukmi)28
3. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan
keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai dengan hal-hal yang sedetail-detailnya,
sehingga mengetahui ayat-ayat mana yang turun sebelum hijrah dan sesudahnya, ayat-
ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya, dan ayat
yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan, ayat-ayat yang
turun pada malam hari dan siang hari, dan ayat-ayat yang turun pada musim panas
dan musim dingin dan sebagainya29
4. Dengan mengetahui ilmu ini mendorong kita untuk meresapi gaya bahasa al-Qur’an
dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap
situasi mempunyai bahasa tersendiri, memperhatikan apa yang dikehendaki oleh
situasi, merupakan sebuah pengetahuan yang sangat berguna sekali dalam ilmu
retorika khususnya. Karakteristik gaya bahasa Makkiyah dan Madaniyah didalam al-
Qur’an memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam
penyampain dakwah sesuai dengan kejiwaan lawan bicara, menguasai pikiran dan
perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam diri mereka dengan bijaksana30
5. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat al-Qur’an, sebab turunnya wahyu
kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik
pada periode Mekkah maupun pada periode Madinah31
DAFTAR PUSTAKA
28
Muhammad ‘Abd al ‘Azhîm az Zarqâny, Op.Cit, h. 167
29
ibid
30
Mannâ Khalîl al Qattân, Op.Cit, h. 59-60
31
Ibid, h. 60
Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad. Al Madkhal Lidirâasah al-Qur’an al Karîm.
Beirut: Dar al Jîl. 1992
Al ‘Asqalâny, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar. Fath al Bâry bi Syarh Shahîh al Bukhâry. Kairo:
Dar al Hadis. 2004
Fadlol, Ahmad. Dkk., Studi A\-Qur'an : Teori Don Metodologi. Yogyakana Ldea Pres,
2011.
As Suyûty, Jalal ad Dîn ‘Abd ar Rahmân bin Abi Bakr. Al Itqân fî ‘Ulum al Qur’an.
Kairo: Maktabah as Shafâ. 2006
Az Zarqâny, Muhammad Abd al ‘Ashîm. Manâhil al ‘Irfân fî ‘Ulum al Qur’an. Kairo: Dar
al Hadis. 2001
Ibnu Katsîr, Abu al Fidâ’ ‘Imâd ad Dîn. Tafsîr al-Qur’an al ‘Azhîm.Kairo: Maktabah al-
Qur tubah. 2000