KAJIAN PUSTAKA
Dalam Bab II ini berisikan tentang kajian pustaka mengenai Program Pelajar
Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tugas dan peran Pelajar
Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, peraturan lalu lintas,
pelanggaran peraturan lalu lintas dan sanksi atas pelanggaran peraturan lalu lintas
dan angkutan jalan, penelitian yang relevan, dan yang terakhir mengenai
kerangka berpikir.
publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak
bahwa kebijakan publik adalah suatu definisi yang menekankan tidak hanya
pada apa yang diusulkan pemerintah, tetapi juga mencakup pula arah tindakan
7
instruksi dari pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang
apa yang seharusnya dan apa yang menjadi harapannya, dalam hal ini menuju
masyarakat yang lebih baik. Kebijakan publik yang baik tentu harus
diimplementasikan agar dapat terwujud secara nyata untuk itu pada bagian
kebijakan publik.
8
membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa
mewujudkan suatu tujuan dari kebijakan publik yang telah dibuat. Salah satu
peran dari implementasi adalah untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari
9
dari suatu implementasi, oleh karena itu pada bagian selanjutnya akan dibahas
a. Komunikasi
dilakukan harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para
disampaikan dengan jelas dan konsisten. Dalam hal ini komunikasi yang
10
dilakukan adalah dengan antar organisasi yang terkait dan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan
Selain itu menurut Hood (1976) dalam Solichin Abdul Wahab (2015: 174-
bertujuan agar tercipta koordinasi yang baik dan dapat menjamin bahwa data,
b. Sumber-sumber
dalam Solichin Abdul Wahab (2015: 170) tanggung jawab utama untuk
bangunan dan para manajer program. Sebab merakalah yang pada umumnya
11
semisal network planning and control (perencanaan jaringan dan kontrol),
Dari pendapat yang dikemukakan pengertian sumber dalam hal ini adalah
kebijakan publik, apabila sumber daya yang ada tidak memenuhi kriteria yang
kecenderungan-kecenderungan.
c. Kecenderungan-kecenderungan
kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu
kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar
pembuat keputusan awal. Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku atau
maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. Para pejabat
12
penting dalam mengetahui pengaruh-pengaruh tertentu pada kecenderungan-
Winarno, 2012:197-198).
d. Struktur birokrasi
Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara
(SOP) dan Fragmentasi (Edwards dalam Budi Winarno, 2012: 206). Dari
berikut:
13
lama akan terjadi. Jadi SOP sangat mungkin menghalangi implementasi
tersebut. Hal itu akan membuat kebijakan yang dijalankan hanya sebatas
mereka.
memiliki tujuan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terjadi pada suatu
14
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, faktor-faktor yang telah disebutkan
Salah satu kebijakan publik yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia
adalah Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
lintas dan angkutan jalan. Salah satu program untuk mewujudkan tujuan
angkutan jalan yaitu program pelajar pelopor keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan. Untuk dapat mengetahui apakah salah satu kebijakan publik
yang telah dibuat ini dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai maka
perlunya melihat apakah implementasi kebijakan ini telah sesuai dengan apa
tersebut.
Angkutan Jalan
adalah proses penilaian atau seleksi terhadap para pelajar SMA dan /atau
15
pelajar yang akan ditetapkan sebagai Juara Pelajar Pelopor Keselamatan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko
Adapun tata cara pemilihan atau seleksi untuk dapat menjadi Pelajar
5. Tujuan
16
kalangan generasi muda melalui pelajar; 5) memberikan penghargaan
(reward) atas prestasi kepedulian dalam berlalu lintas yang tinggi untuk
6. Jadwal Pelaksanaan
a. Tingkat Kabupaten/Kota
pelopor keselamata lalu lintas dan angkutan jalan jadwal pemilihan pada
Kabupaten/Kota
b. Tingkat Provinsi
Pelopor Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan jadwal pemilihan pada
17
c. Tingkat Nasional
kepanitiaan.
tingkat nasional.
18
10) Pembuatan materi test tertulis.
Keselamatan LLAJ
19
darat, c) Para peserta dan tim pendamping kembali ke daerah
masing-masing
7. Kepanitiaan
berikut:
a. Kabupaten/Kota
Perhubungan.
b. Provinsi
20
2) Diketuai oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi
Perhubungan/LLAJ
c. Nasional
Menteri.
Jasa Raharja.
a. Kabupaten/Kota
sebagai berikut:
21
a) Berumur maksimal 19 tahun; b) diutamakan dapat berbahasa
tingkat Kabupaten/Kota.
teratas.
Provinsi.
b. Provinsi
22
2) Panitia pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan lalu lintas dan
Kabupaten/Kota.
c. Nasional
9. Penilaian
a. Kriteria Penilaian
23
1) Kepemimpinan/Leadership
a) Empati/kepedulian.
b) Inisiatif.
24
2. Kelengkapan tambahan / aksesoris yang sesuai dan
mendukung.
f) Pemanfaatan waktu
3) Norma/etika
25
a) Aplikasi peraturan/ norma/etika dalam presentasi
yang berlaku yang terkait dengan lalu lintas jalan, seperti tata
diterapkan
keseharian.
kaki
26
b. Berbagai upaya dalam meningkatkan keselamatan di jalan,
b) Kualitas isi.
d) Penyusunan kalimat yang baik dan tepat serta efektif dan efisien.
27
2) Kalimat yang dipergunakan mudah dan langsung dapat
yang lainnya
e) Bahan presentasi.
b. Metode Penilaian
sebagai berikut:
nilai akhir
terbesar.
2) Nilai akhir merupakan rata-rata dari nilai akhir para anggota tim
penilai.
28
5) Untuk penilaian Tingkat Nasional di samping penilaian terhadap karya
dengan tingkat pentingnya dan total nilai bobot adalah 100%, sebagai
berikut :
1 Leadership : 25 %
2 Public Speaking : 25 %
3 Norma/Etika : 20 %
4 Materi Karya : 28 %
____________________________ +
Total : 100 %
c. Pendidikan dan Pembekalan
sebagai berikut:
dan patokan tentang perilaku berlalu lintas di jalan yang tertib, teratur
29
dalam pelaksanaan tugas, tanggung jawab, hak/kewajiban, disiplin,
demonstrasi.
Angkutan Jalan
Adapun tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh Pelajar Pelopor
pelajar tingkat SMA. Selain itu kegiatan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ ini
bekerja sama dengan dinas dan lembaga pendidikan terkait untuk melakukan
mengenai lalu lintas, c) video tentang lalu lintas, d) kemudian memberikan modul
diatas, pelajar pelopor berperan sebagai Duta Keselamatan LLAJ yang diharapkan
mampu memberikan contoh dan teladan kepada para pelajar tingkat SMA. Selain
menjadi contoh tugas dan tanggung jawab yang diberikan tersebut diharapkan
30
makin mampu mewujudkan masyarakan yang tertib berlalu lintas dan mampu
mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat setiap tahun
1. Pengertian
menegakkan perilaku para pengguna jalan yang lebih aman. Peraturan lalu
lintas memberikan kerangka kerja bagi polisi lalu lintas dan badan-badan
Asas dan tujuan peraturan mengenai lalu lintas dan angkutan jalan
a) Asas
31
berkelanjutan; d) Asas partisipatif; e) Asas bermanfaat; f) Asas efisien
b) Tujuan
masyarakat.
Tata cara berlalu lintas diatur dalam uu no 22 tahun 2009 pada bagian
Pasal 105 mengatur mengenai setiap orang yang menggunakan jalan wajib:
dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat
32
a. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib
jalan; c) Alat pemberi isyarat lalu lintas; d) Gerakan lalu lintas; e) Berhenti
33
keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional
Indonesia.
nasional Indonesia.
Mengenai tata tertib penggunaan lampu utama diatur dalam pasal 107 pada
kendaraan bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada
kondisi tertentu.
dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang
hari.
Kemudian pada pasal 108 sampai dengan pasal 111 mengatur mengenai
penggunaan jalur atau lajur lalu lintas adapun isi dari pasal tersebut sebagai
berikut:
Pasal 108
sebelah kiri.
34
b. Diperintahkan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
mobil barang, dan Kendaraan Tidak Bermotor berada pada lajur kiri
Jalan.
Pasal 109
Pasal 110
pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara jelas wajib
35
2. Pengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 jika terhalang oleh
Pasal 111
mendaki.
Pasal 112 sampai dengan pasal 114 mengatur mengenai bagaimana tata tertib
ditentukan lain oleh rambu lalu lintas atau alat pemberi isyarat lalu lintas.
Pasal 113
36
1. Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan alat
kepada:
a. Kendaraan yang datang dari arah depan dan/atau dari arah cabang
persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu lalu
kiri jika cabang persimpangan 4 (empat) atau lebih dan sama besar;
Pasal 114
Pada perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan Jalan, pengemudi
kendaraan wajib:
a. Berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai
37
b. Mendahulukan kereta api; dan
rel.
pada pasal 115 sampai dengan pasal 117 yaitu sebagai berikut:
Pasal 115
Pasal 116
lalu lintas.
38
e. Mendekati persimpangan atau perlintasan sebidang kereta api;
dan/atau
Pasal 117
Kemudian pada pasal 120 sampai dengan 121 mengatur mengenai ketentuan
Pasal 120
Pasal 121
Pelanggaran peraturan dalam berlalu lintas yang dimaksud dalam pasal 316
Ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 274, Pasal 275 ayat (1),
Pasal 276, Pasal 278, Pasal 279, Pasal 280, Pasal 281, Pasal 282, Pasal
39
283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 288, Pasal 289,
Pasal 290, Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295, Pasal
296, Pasal 297, Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal 302,
Pasal 303, Pasal 304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308, Pasal
dan Angkutan Jalan, pengaturan dan penerapan sanksi pidana diatur lebih tegas.
Bagi pelanggaran yang sifatnya ringan, dikenakan sanksi pidana kurungan atau
denda yang relatif lebih ringan. Namun, terhadap pelanggaran berat dan terdapat
unsur kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang jauh lebih berat. Hal ini
dimaksudkan agar dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran dengan
ini juga diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan bagi perusahaan
Undang-Undang No. 22 tahun 2009 sesuai dengan pasal 316 ayat 1, adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Daftar Sanksi atas Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
No Pasal Maksimum
Jenis Pelanggaran Pasal
. Dilanggar Denda (Rp) Kurungan
40
A. Penyelenggara Jalan
Pemerintah membiarkan jalan
rusak, sehingga terjadi kecelakaan 273
1. 24 (1) 12.000.000 6 bulan
yang menimbulkan luka ringan (1)
atau kerusakan kendaraan.
Pemerintah membiarkan jalan
273
2. rusak, sehingga terjadi kecelakaan 24 (1) 24.000.000 1 tahun
(2)
yang menimbulkan luka berat.
Pemerintah membiarkan jalan
rusak, sehingga terjadi kecelakaan 273
3. 24 (1) 120.000.000 5 tahun
yang menimbulkan orang (3)
meninggal dunia.
Pemerintah tidak memberi rambu
273
4. pada jalan rusak atau belum 24 (2) 1.500.000 6 bulan
(3)
diperbaiki.
B. Kendaraan Bermotor
Merusak dan mengganggu fungsi 274
1. 28 (1) 24.000.000 1 tahun
jalan. (1)
Mengganggu fungsi rambu lalu
lintas, marka jalan, alat pemberi
275
2. isyarat lalu lintas, fasilitas pejalan 28 (2) 2.500.000 1 bulan
(1)
kaki, dan alat pengaman pengguna
jalan.
Merusak fungsi rambu lalu lintas,
marka jalan, alat pemberi isyarat 275
3. 28 (2) 50.000.000 2 tahun
lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, (2)
dan alat pengaman pengguna jalan.
Memasang perlengkapan yang
4. membahayakan keselamatan lalu 279 58 500.000 2 tahun
lintas.
Tidak memasang tanda nomor
5. 280 68 (1) 500.000 2 bulan
kendaraan bermotor.
6. Tidak memiliki SIM. 281 77 (1) 1.000.000 4 bulan
Tidak mematuhi perintah petugas
7. 282 104 (3) 250.000 1 bulan
di jalan.
Mengemudi tidak konsentrasi
8. 283 106 (1) 750.000 3 bulan
(sambil menggunakan HP)
Tidak mengutamakan pejalan kaki
9. 284 106 (2) 500.000 2 bulan
atau pesepeda.
Tidak memenuhi kelengkapan
285 106 (3)
10. teknis (spion, lampu utama, 250.000 1 bulan
(2) 48 (2,3)
klakson, lampu rem, dll)
Tidak memenuhi kelengkapan
285 106 (3)
11. teknis (spion, lampu utama, 500.000 2 bulan
(2) 48 (2)
klakson, lampu rem, dll)
Melanggar rambu dan marka. 287
12. 106 (4) 500.000 2 bulan
(1)
Melanggar APPIL (lampu lalu 287
13. 106 (4) 500.000 2 bulan
lintas) (2)
Melanggaran aturan gerakan lalu 287
14. 106 (4) 250.000 1 bulan
lintas. (3)
Menghalangi ambulans. 287
15. 106 (4) 250.000 1 bulan
(4)
16. Melanggar kecepatan maksimum 287 106 (4) 500.000 2 bulan
41
atau kecepatan minimum. (5)
Melanggar aturan penggandengan 287
17. 106 (4) 250.000 1 bulan
atau penempelan (6)
Tidak dapat menunjukkan STNK. 288
18. 106 (5) 500.000 2 bulan
(1)
Tidak dapat menunjukkan SIM. 288
19. 106 (5) 250.000 1 bulan
(2)
Tidak member isyarat lampu
20. 294 1 12 (1) 250.000 1 bulan
seinsaat belok atau putar arah.
Tidak member isyarat lampu sein
21. 295 1 12 (2) 250.000 1 bulan
saat berpindah jalur.
Tidak memperhatikan sinyal
22. 296 1 14 750.000 3 bulan
perlintasan kereta api.
23. Balap-balapan di jalan. 297 1 15 3.000.000 1 tahun
Parkir darurat tanpa memasang
24. 298 121 (1) 500.000 2 bulan
peralatan isyarat.
Tidak menggunakan lajur yang 280
25. 124 (1) 250.000 1 bulan
telah ditentukan. (a)
Tidak menggunakan kelas
26. 281 125 250.000 1 bulan
jalansesuai dengan ketentuan.
Kendaraan yang mengangkut
barang tertentu yang tidak
27. 285 162 (1) 500.000 2 bulan
memenuhi syarat
keselamatan.
Kecelakaan menyebabkan 310
28. 229 (2) 1.000.000 6 bulan
kerusakan kendaraan atau barang. (1)
Kecelakaan menyebabkan korban 310
29. 229 (3) 2.000.000 1 tahun
luka ringan. (2)
Kecelakaan menyebabkan korban 310
28. 229 (4) 10.000.000 5 tahun
luka berat. (3)
Kecelakaan menyebabkan korban 310
31. 229 (4) 10.000.000 6 tahun
meninggal dunia. (4)
Mengemudikan kendaraan ugal-
31 1
32. ugalan yang membahayakan 229 3.000.000 1 tahun
(1)
nyawa atau barang.
Mengemudikan kendaraan ugal-
ugalan mengakibatkan kecelakaan 21 1
33. 229 (2) 4.000.000 2 tahun
dan menyebabkan kerusakan (2)
kendaraan.
Mengemudikan kendaraan ugal-
ugalan mengakibatkan kecelakaan 21 1
34. 229 (3) 8.000.000 4 tahun
dan menyebabkan kerusakan (3)
kendaraan dan luka ringan.
Mengemudikan kendaraan ugal-
21 1
35. ugalan mengakibatkan kecelakaan 229 (4) 20.000.000 10 tahun
(4)
dan menyebabkan luka berat.
Mengemudikan kendaraan ugal-
21 1
36. ugalan mengakibatkan kecelakaan 229 (4) 24.000.000 12 tahun
(4)
dan menyebabkan meninggal dunia
37. Tabrak lari. 312 229 (4) 75.000.000 3 tahun
Tidak mengasuransikan awak
38. 313 1.500.000 6 bulan
kendaraan dan penumpang.
39. Pencabutan surat izin mengemudi. 314 250.000 1 bulan
C. Kendaraan Roda Dua
42
Tidak memakai helm standar . 291
1. 106 (8) 250.000 1 bulan
(1)
Membiarkan penumpang tidak 291
2. 106 (8) 250.000 1 bulan
menggunakan helm SNI. (2)
Mengangkut penumpang lebih dari
3. 292 106 (9) 250.000 1 bulan
satu orang tanpa kereta samping.
Tidak menyalakan lampu utama 293
4. 107 (1) 250.000 1 bulan
pada malam hari. (1)
Tidak menyalakan lampu utama 293
5. 107 (2) 100.000 15 hari
pada siang hari. (2)
D. Kendaraan Roda Empat
Tidak membawa peralatan
berupaban cadangansegitiga
1. pengaman, dongkrak, pembuka 278 57 (3) 250.000 1 bulan
roda, dan peralatan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
Tidak menggunakan sabuk
2. 289 106 (6) 250.000 1 bulan
keselamatan.
Tidak memberhentikan kendaraan
280
3. ketika menaikan atau menurunkan 124 (1) 250.000 1 bulan
(b)
penumpang.
Tidak menutup pintu kendaraan 280 1
4. 124(1) 250.000
sebagaimana mestinya. (c) bulan
Hasil penelitian yang relevan yang relevan tentang program Pelajar Pelopor
Keselamatan LLAJ dilakukan oleh Afila Nuri Wardani pada tahun 2014 di Kota
yang meliputi sosialisasi etika dan disiplin berlalu lintas oleh Satlantas
43
Polresta Surakarta dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
dan juga berhasil menurunkan Angka Kecelakaan Lalu Lintas Usia Pelajar
(16-30 tahun). Namun pelajar dari sekolah pelopor keselamatan lalu lintas
karena takut dihukum oleh Sat Lantas Polresta Surakarta yaitu adanya proses
penilangan.
Kompetensi Dasar 4.3 Menyajikan hasil telaah tentang aturan hukum yang
Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam
44
Tsanawiyah. Kata Kunci: Pendidikan Lalu Lintas, Penguatan Civic
dilakukan di Kota Surakarta dengan penelitian di Kota Salatiga. Di sisi lai terdapat
sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini ada pada tingkat Kota yang
memiliki ruang yang lebih besar akan tetapi hanya terbatas pada beberapa sekolah
tingkat menengah atas yaitu SMA/SMK di Kota Salatiga. Adapun perbedaan yang
paling mendasar dari dua penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah pada pokok pembahasan utama yaitu dalam hal ini yang akan
diteliti adalah mengenai dampak sebuah program, dalam hal ini adalah program
lintas
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
pidana yang tergoloh tidak seberat kejahatan. Salah satu contoh pelanggaran yang
sering terjadi adalah pelanggaran dalam berlalu lintas. Dewasa ini kasus
angka kecelakaan lalu lintas yang salah satunya diakibatkan oleh pelanggaran lalu
lintas.
tersebut merupakan sebuah program yang diadakan secara rutin setiap tahun.
Dalam hal ini program tersebut memiliki tujuan agar seluruh lapisan masyarakat
khususnya pelajar dapat menjadi pelopor keselamatan yaitu sadar akan hak dan
dari itu disadari pentingnya program tersebut guna menumbuhkan sikap patuh
46