Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE STUDI KASUSUS

A. Jenis rancangan studi kasus

Studi kasus adalah metode yang di terapkan untuk memahami individu lebih

mendalam dengan dipraktekkan secara integrative dan komprahensif, hal ini

dilakukan supaya peneliti bisa mengumpulkan dan mendapatkan pemahaman

yang mendalam mengenai individu yang diteliti, berikut masalah yang

dihadapi supaya dapat terselesaikan dan membuat diri individu tersebut

berkembang lebih baik. (Rahardjo dan Gudnanto, 2011).

Sedangkan menurut Walgito (2010) studi kasus adalah metode yang

bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena

mengenai individu, dibutuhkan banyak informasi dan integrasi data yang

diperoleh dari metode lain guna mendapatkan informasi mandalam pada

metode studi kasus yang dilakukan.

Jenis studi kasus yang akan di susun penulis merupakan studi kasus

deskriptif tentang gambaran pelaksanaan memukul bantal pada pasien perilaku

kekerasan di rumah sakit.


B. Subyek studi kasus

Subyek studi kasus adalah masalah yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

atau subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penulisan. (Arikunto,

2012). Subyek dalam studi kasus ini akan di lakukan pada 2 orang responden

adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari penelitian ini yaitu:

1. Kriteri inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang diinginkan oleh peneliti untuk dapat

di jadikan sebagai sampel dalam melaksanakan penelitian dimana masing-

masing populasi memiliki ciri-ciri yang harus dipenuhi (Notoatmojo, 2010).

Adapun kriteria inklusi dalam studi kasus ini yaitu :

a.Pasien didiagnosa Perilaku kekerasan

b.Pasien dapat diajak berkomunikasi

c.Pasien berusia 20-30 tahun

d.Pasien atau keluarga pasien bersedia untuk dijadikan responden

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria atau ciri- ciri yang terdapat pada responden

yang tidak dinginkan oleh peneliti dalam kata lain populasi yang tidak dapat

dijadikan sebagai sampel penelitian. (Notoatmojo, 2010). Adapun kriteria

ekslusi pada studi kasus ini yaitu :


a. Pasien sudah terkena Perilaku kekerasan lebih dari 3 bulan

b. Pasien tidak dapat diajak berkomunikasi

c. Pasien memiliki diagnosa penyakit lain selain perilaku kekerasan

d. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya.

C. Fokus studi kasus

Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Fokus studi yang akan

dibahas adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan terapi memukul bantal

pada pasien perilaku kekerasan, sebelum dan sesudah dilakukan terapi memukul

bantal.

D. Definisi oprasional fokus studi

Definisi oprasional merupakan suatu penjelasan semua variable dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Judul dalam studi kasus yang akan di susun oleh penulis adalah “gambaran

penerapan terapi fisik memukul bantal pada pasien perilaku kekerasan studi kasus

ini adalah :
Table 3.1 Definisi oprasional

Variabel Definisi Oprasional Parameter Alat ukur

Terapi Terapi memukul bantal kedua klien dapat Bantal


memukul
adalah sesuatu olahraga mengontrol marah
bantal
tubuh yang dilakukan dengan ditunjukkan
secara otomatis, dapat adanya penurunan
meningkatkan kadar tanda gejala
serotonin dalam tubuh. perilaku kekerasan.
bukti nyata bukan
hanya
menggunakan
terapi farmakologi
saja, tetapi dengan
teknik memukul
bantal juga dapat
menurunkan emosi
marah pasien resiko
perilaku kekerasan
Perilaku Perilaku kekerasan adalah Mata merah, wajah Lembar observasi
kekerasan suatu keadaan dimana
agak merah., Nada , Timer
seseorang melakukan
suara tinggi dan
tindakan yang dapat
membahayakan secara keras, bicara
fisik baik kepada diri
menguasai.
sendiri maupun orang
lain.
E. Instrument studi kasus

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmojo, 2010). Dalam studi kasus ini instrumen yang digunakan antara lain:

1. Lembar observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh

mana pasien memahami tentang apa yang penulis sampaikan kepada responden.

2. Timer (alat ukur waktu)

Arloji atau alat ukur waktu dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

frekwensi nafas responden dalam satu menit normal atau tidak dan untuk

menentukan durasi waktu dalam tiap sesi memukul bantal.

F. Metode pengumpulan data

Dalam penyusunan studi kasus ini metode pengumpulan data yang akan digunakan

untuk analisa data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data di mana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap – cakap berhadapakan

muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmojo, 2005).


Wawancara dalam penelitian ini adalah melakukan pengkajian kepada

pasien, keluarga dan dibantu informasi dari perawat apabila data belum lengkap.

Wawancara tersebut meliputi tentang mengapa pasien bisa dirawat dan mengapa

pasien bisa mengalami emosi berlebihan, serta hal apa saja yang sudah dilakukan

pasien untuk mengatasi masalahnya:

2. Observasi

Observasi selalu diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,

mecatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek

fenomena tersebut. Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati subjek, sikap

subjek saat wawancara, kontak mata, ekspresi wajah, cara berbicara, gesture tubuh

subjek kepada peneliti saat peneliti mengajukan pertanyaan kepada subjek. Chek

list lembar obsevasi adalah suatu daftar untuk meng “chek” yang berisi nama subjek

dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan (Notoatmojo,

2010).

Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi sebelum dan sesudah

dilakukan tindakan meditasi yaitu observasi keadaan umum pasien dan keadaan

setelah dilakukan terapi memukul bantal, apakah pasien lebih tenang dan mampu

mengendalikan pikirannya. Selanjutnya penulis mengobservasi raut wajah pasien

apakah pasien menunjukan raut wajah senang, murung, atau sedih. Peneliti

menggunakan lembar chek list untuk mengetahui keadaan yang dialami sebelum

dan sesudah dilakukan meditasi.


3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam studi kasus ini adalah berupa dokumen – dokumen yang dapat

diakses oleh peneliti dari subjek yang dapat menambah informasi data bagi peneliti.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Meoleng,

2009). Dokumentasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Surat kontrol pasien yang menderita perilaku kekerasan

b. Rekam medis pasien yang menderita perilaku kekerasan

c. Informent content

G. Lokasi dan waktu studi kasus

Lokasi penelitian studi kasus akan dilaksanakan:

Tempat : PPSLU Matani Cilacap

Waktu : Bulan Januari 2020

H. Penyajian dan analisa data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.(moleong,

2009). Sedangkan menurut Notoatmojo (2010) Analisa data dan penyajian data

yaitu:
1. Analisa data

Analisa data diperoleh dari data yang terkumpul dari hasil WOD

(wawancara, observasi, dokumentasi), hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang dilakukan kepada responden. Pada metode wwancara akan

disediakan beberapa pertanyaan, sedangkan pada metode observasi akan disediakan

lenbar observasi. Setelah data pasien terkumpul kemudian disalin dalam bentuk

transkrip.

2. Penyajian data

Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk tekstural yaitu penyajian

data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data data disertai

cuplikan ungkapan verbal dari subjek penelitian yang merupakan data

pendukung. Penyajian secara tekstural biasanya digunakan untuk penelitian atau

data kualitatif, penyajian tabel digunakan untuk data yang sudah

dikualifikasikan.

G. Etika studi kasus

Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antar pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut

(Notoatmojo, 2010:202). Penulis menekankan masalah etika dalam studi kasus

ini yang meliputi:


1. Lembar persetujuan (Indormed consent)

Tujuan dari informed consent agar responden mengetahui maksud dari

peneliti yaitu tentang gambaran pelaksanaan terapi aktivitas menyapu pada pasien

harga diri rendah. Pada penelitian ini responden berhak berpartisipasi dan menolak.

Apabila responden bersedia untuk terlibat dalam penelitian, responden akan

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia terlibat dalam

penelitian, peneliti akan menghormati keputusan responden dan akan mencari

responden lain.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan oleh responden. Peneliti

tidak mencantumkan nama secara lengkap dari responden yang mengikuti

pelaksanaan terpi meditasi pada pasien depresi.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti akan menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan

dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai