Anda di halaman 1dari 26

Kerangka Tiga Pilar

Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM


Iman Prihandono, Ph.D
Ketua Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum, Universitas Airlangga
email: iprihandono@fh.unair.ac.id
Bagaimanakah bisnis mempengaruhi HAM?
Human rights is not my business!
UN Norms 2003
• The Norms on the Responsibilities of
Transnational Corporations and Other Business
Enterprises with Regard to Human Rights;

• Ditolak tahun 2005;


John Ruggie SRSG – 2006
• Kerangka Tiga Pilar – 2008.
• Guiding Principles – 2011.
• The UN Working Group on Business and
Human Rights.
• Pilar 1: Kewajiban negara untuk Melindungi Hak
Asasi Manusia.

• Pilar 2: Tanggung Jawab Perusahaan untuk


Menghormati Hak Asasi Manusia.

• Pilar 3: Akses yang lebih luas untuk pemulihan


korban yang terkait dengan kegiatan usaha
perusahaan.
Tanggungjawab HAM perusahaan

• Menghindari melanggar hak asasi orang lain;


dan
• Menangani dampak hak asasi manusia yang
merugikan.
HAM yang mana?
• Hak asasi manusia yang diakui secara
internasional:
• International Bill of Human Rights; dan
• ILO Declaration on Fundamental Principles
and Rights at Work.
Bagaimana Perusahaan “menghormati”
Komitmen
• Disetujui pada tingkat yang paling senior di
perusahaan;
• Dikonfirmasi oleh tenaga ahli internal dan/atau
eksternal yang relevan;
• Mencakup harapan perusahaan terhadap
penghormatan hak asasi manusia;
• Tersedia untuk umum dan dikomunikasikan
secara internal dan eksternal; dan
• Tercermin dalam kebijakan dan diintegrasikan
ke seluruh organ perusahaan.
Uji Tuntas HAM
• mengidentifikasi, mencegah, mengurangi
dampak hak asasi manusia.

• Proses ini mencakup penilaian dampak HAM


yang ada saat ini dan berpotensi untuk timbul;
mengintegrasikan dan mengambil tindakan
terhadap temuan; pelacakan umpan balik, dan
mengkomunikasikan bagaimana dampak negatif
telah diatasi.
1. Identifikasi

• Memperhatikan pendapat ahli HAM internal


dan/atau eksternal independen.

• Melakukan konsultasi dengan kelompok-


kelompok yang berpotensi terdampak.
Matriks skala prioritas
2. Mengintegrasikan temuan
• Tanggung jawab untuk mengatasi dampak
tersebut ditugaskan pada tingkat dan fungsi
yang tepat di dalam perusahaan;

• Adanya mekanisme pembuatan keputusan


internal, alokasi anggaran dan proses
pengawasan memungkinkan tindakan
penanganan yang efektif terhadap dampak yang
terjadi.
3. Mengambil tindakan yg sesuai
• Apakah perusahaan menyebabkan atau
berkontribusi terhadap dampak yang
merugikan, atau apakah perusahaan terlibat
semata-mata karena dampaknya secara
langsung terkait dengan operasi, produk atau
jasa dalam hubungan bisnisnya;

• Tingkat leverage (pengaruh) perusahaan dalam


mengatasi dampak negatif.
4. Melacak efektivitas dari respon

• Didasarkan atas indikator kualitatif dan


kuantitatif yang tepat.

• Menggunakan umpan balik dari sumber internal


dan eksternal, termasuk stakeholder yang
terkena dampak.
5. Komunikasi

• Dalam bentuk dan frekuensi yang menunjukkan


dampak hak asasi manusia suatu perusahaan
dan dapat diakses oleh publik;

• Memberikan informasi yang cukup untuk


menilai kecukupan respon perusahaan terhadap
dampak hak asasi manusia;

• Tidak menimbulkan risiko bagi stakeholder,


personil atau persyaratan kerahasiaan
komersial.
Pilar ke-3: Penanganan dini
• Agar keluhan memungkinkan untuk ditangani
secara dini dan direhabilitasi secara langsung,
perusahaan harus menetapkan atau
berpartisipasi dalam mekanisme pengaduan
pada level-operasional yang efektif bagi individu
dan masyarakat terdampak.
Mekanisme pemulihan yang efektif
• Diterima/Legitimate: mendapatkan pengakuan
dan dipercaya oleh kelompok pemangku
kepentingan untuk digunakan sebagai mekanisme
pemulihan, dan akuntabel bagi proses pemulihan;

• Dapat diakses: diketahui oleh semua kelompok


pemangku kepentingan untuk digunakan sebagai
mekanisme pemulihan, dan memiliki mekanisme
dalam memberikan bantuan teknis yang memadai
bagi mereka yang mungkin menghadapi hambatan
tertentu untuk mengaksesnya;
• Dapat diprediksi: memiliki prosedur yang
jelas dan diketahui, serta memiliki batasan
waktu untuk setiap tahapnya, dan kejelasan
pada bentuk prosesnya dan keputusan yang
dihasilkan dan monitoring pelaksanaan
putusannya;

• Seimbang: memastikan bahwa pihak yang


dirugikan memiliki akses yang memadai ke
sumber informasi, saran dan keahlian yang
diperlukan untuk terlibat dalam proses
pemulihan secara adil, terinformasi dan
terhormat;
• Transparan: memastikan pihak dalam
mekanisme pemulihan mendapatkan informasi
tentang kemajuan proses ini, dan memberikan
informasi yang cukup mengenai kinerja
mekanisme pemulihan ini untuk membangun
kepercayaan publik;

• Diakuinya hak-hak: memastikan bahwa hasil


dari mekanisme pemulihan ini selaras dengan
ketentuan hak asasi manusia yang diakui secara
internasional;
• Mekanisme pembelajaran yang
berkelanjutan: merujuk pada langkah-
langkah yang telah diambil untuk dipakai sebagi
pelajaran bagi perbaikan mekanisme pemulihan,
dan mencegah dampak kerugian yang sama
muncul kembali.

• Bertumpu pada partisipasi dan dialog:


Berkonsultasi dengan stakeholder pengguna
mekanisme pemulihan berkaitan dengan desain
dan kinerja mekanisme pemulihan ini, serta
melakukan dialog sebagai cara untuk
menyelesaikan pengaduan pelanggaran.
Nilai positif UNGP:

1. UNGP memberikan klarifikasi mengenai


kewajiban negara dan tanggungjawab
korporasi terhadap HAM.
2. UNGP menyediakan alat bagi manajemen
resiko dan sistem peringatan dini bagi kegiatan
usaha korporasi.
3. UNGP membuka kesempatan bagi terjadinya
kerjasama antara NGOs, korporasi dan
masyarakat korban dalam membentuk
mekanisme pemulihan yang efektif.
Perubahan setelah UNGP:
• OECD Guidelines for Multinational Enterprises
direvisi 2011.
• IFC Sustainability Principles and Performance
Standards.
• ISA mengeluarkan ISO26000, yang berisi
bagian tentang HAM.
• RSPO pada tahun 2013 mengeluarkan dokumen
mengenai petunjuk penyampaian komplain oleh
CSOs

Anda mungkin juga menyukai