Anda di halaman 1dari 7

KELAS X IIS 4 // BU ENDANG W., S.

Pd

 Mama Lime : Yessy Oktaviani K.


 Ustadz Lemon: Dyno Gilang P.
 Lemonia : Khusnul Qotimah
 Jeng Cipan : Twentylaela L.M.
 Bu Inem : Wahyu Puji L.
 Bu Minah : Armita A.S.
 Pak Udyn : Taufiq Tsany M.
 Tupiks : Taufiq Tsany M.
CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA

Alkisah, di sebuah desa yang bernama Desa Maju Mundur Cantik hiduplah seorang
keluarga Ustadz yang sakinah mawadah warohmah. Pak Ustadz atau yang lebih
akrab dipanggil Ustadz Lemon tersebut adalah seorang yang baik hati, ramah, tidak
sombong, berwibawa, suka menabung, dermawan, kaya, dan seorang alim ulama
yang berjiwa sosial tinggi, serta menyayangi keluarganya dengan segenap hati dan
perasaannya.

Sayangnya, Ustadz Lemon memiliki isteri yang berkebalikan sifat dengannya.


Isterinya, Hj. Joice Limenarty atau yang lebih akrab dipanggil Mama Lime adalah
wanita yang sombong, centil, kemayu, pesolek, angkuh, sok banget dan suka pamer
di kalangan ibu-ibu lainnya.

Ustadz Lemon dan isterinya¾Mama Lime, dikaruniai putri semata wayang yang
cantik jelata/? Eh maksudnya cantik jelita! Yang bernama Lemonia atau lebih sering
dipanggil money(read: moni) berwujud seperti seonggok remaja labil bin ababil yang
terkadang sifatnya mirip Ibunya dan terkadang mirip Bapaknya. Berhubung Ustadz
Lemon yang berprofesi sebagai pengusaha sukses ini merangkap tugas menjadi
Ketua RT, maka keluarga Lemon ini sangat di segani di kampungnya.
Pada suatu minggu pagi yang indah dan ceria, keluarga Ustadz Lemon berniat
berjalan-jalan menyusuri kampung mereka yang tercintah. Tak sengaja, mereka
bertemu dengan segerombol Ibu-Ibu yang sedang berbelanja sayur-mayur di
gerobak Pak Udyn. Sayup-sayup Mama Lime mendengar mereka sedang
menggosipkannya.

Bu Minah : “ Eh Bu, sekarang, Mama Lime makin songong aja tuh, mentang-
mentang dia orang kaya! Tingkahnya makin semena-mena!” (kata Bu Minah sambil
mengacung-acungkan seikat kangkung)
Jeng Cipan : “Bener tuh! Saya nggak nyangka ada orang yang ngeselinnya minta
ampun kayak begitu! Kenapahh ya, Ustadz Lemon dulu nikah sama Mama Lime?
Coba ketemu sama eike duluan, pasti Ustadz Lemon bakal milih eike. (gaya
mengibaskan rambut). Huhh..sayang, nasi sudah menjadi bubur dan bubur sudah
menjadi basi!” (tampang putus asa).
Bu Inem : “Lho, kok peribahasane sampeyan aneh to, Jeng? Maksude nasi
sudah menjadi bubur dan bubur sudah menjadi basi itu opo tho?” (wajah blo’on dan
bahasa superr medhok jawa kenthelll).
Jeng Cipan : “Aduhh.. susah ya, ngomong sama komputer pentium 1 !
Maksudnya tuh, nasi sudah menjadi bubur dan bubur menjadi basi itu, Ustadz
Lemon udah terlanjur nikah sama Mama Lime, udah punya anak lagi! itu si Moni,
cantik sih tapi ababil-nya kagak nguatin!” (mengibas-ibaskan tangan).
Bu Inem : “Ooohh..gitu tho, lha terus maksudnya ngomong sama komputer
pentiung(?) 1 itu apa meneh tho?” (tampang kepo).
Jeng Cipan : “Astaga naga! Mbok Neemmm..!! PENTIUM bukan
PENTIUNG!! (emosi tingkat dewa).
Bu Minah : “Huaahhh!! Cukup sudah, hentikan! Aku muak dengan semua ini!
Plis, stop mak, SETOOOPPP!!” (tampang histeris, melas greget).
Bu Inem : “Lho, kalian berdua ini kenapa tho? Bukane tadi baru ngomongin
Mama Lime yang lebay, songong, dan tukang pamer itu? Kok malah pada histeris
begitu..dasar aneh.” (suara keras, cuek dan geleng-geleng kepala).
Tak berapa lama kemudian…

Mama Lime : “Heh! Kalian ngomongin saya ya? Hah? Beraninya gosipin orang
paling kaya di kampung ini! Kayak kalian udah bisa ngalahin saya aja!” (tampang
horror, pegang kipas, dandanan lebay).
Jeng Cipan : “Alah, kaya apanya, itu semua kan juga hartanya Ustadz Lemon
yang tamvan! Situ mah, gak punya apa-apa, juga Cuma numpang nama!” (nyeletuk,
cuek, tanpa melirik mama lime, sok sibuk dengan plastik sayurnya).
Mama Lime : “HAH?! APA LOE BILANG?!!!! Berani-beraninya ngomong begitu!

Pak Udyn : “Ehm, Ibu-Ibu yang baik hatinya, daripada sampeyan saling
mengejek, mbok ya lebih baik beli sayur saya dulu. Sayur saya itu masih seger-
seger kayak yang jualan. Coba nih, liat!” (pamerin sayur, sekalian motret-motret
sayur buat di aplud di sosmed).
Mama Lime : “Pak Dyn, diem dulu deh pak, saya lagi berkobar semangat-45 ini
pak. Bapak harusnya belain saya! Bapak nggak pernah pahamin saya sih pak, peka
dong! Bapak harus ngedukung saya! Bukan Ibu-ibu genit macam mereka ini” -
_- (pak dyn Cuma bengong dan meratapi nasibnya).
“Heh, kalian. kalian pikir kalian itu siapa? Emang bisa ngalahin ke-glamour-an saya!
Sanggup? Ngaca dong!! NGACA!! Saya ini Kolongmlarat! Eh salah, maksudnya
konglomerat! Lihat nih, perhiasan saya, emas murni dari kali Citarum! Baju saya, tas,
sepatu, semua barang barang saya itu bermerk semua! Paling kalian shoppingnya
ke Tanah Abang! Iyakan? Hah?” (meremehkan).
Jeng Cipan : “Kalo iya emang kenapa? MASALAH BUAT LOE?! Belagu amat jadi
orang, emang beli dimane tuh semua barang? Songong banget.”

Mama Lime : “Kalian belanja di Tanah Abang, please deh, itu gak level banget!
Saya belanjanya bukan di Tanah Abang, tapi Tanah Eneng! Tas saya hampir
semuanya impor, beli langsung dari Victoria Bekam!” (tampang songong).
Saat Jeng Cipan dan Ibu lainnya akan membalas celotehan Mama Lime, tiba-tiba
seseorang datang..

Ustadz Lemon : “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarahkatuh!!”

Semua mata tertuju pada Ustadz Lemon yang tampak begitu bersinar, semuanya
bungkam termasuk Mama Lime dan Pak Udyn yang sedari tadi sibuk mengurusi
sayur dan mengutak-atik smartphone-nya untuk mempromosikan sayurnya di BBM,
facebook, twitter, instagram, path, dan social media lainnya. Sedangkan Jeng Cipan
tak berkedip karena terlalu tersepona dengan ketampanan Ustadz Lemon yang tidak
woles.
Mama Lime : “Ayaahhh.. ini nih, mereka pada ngegosipin Bundaaa! Bunda kan jadi
sedih, mereka jahatt!” (mengadu dengan tampang acting)
Ustadz Lemon : “Astaghfirullahal’adzim! Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Al
Hujurat ayat 12 yang artinya, ehm nanti dibaca sendiri di buku!” (tampang sok
berwibawa dan sok alim)
Bu Cipan : “Ehm, Pak Ustadz yang ganteng, tadi itu kita enggak bermaksud
gosipin Mama Lime, habisnya dia itu sombong banget Pak Us..” (genit, kedap kedip
ke Pak Ustadz)
Ustadz Lemon : YA ALLAH Ya Rabb.. Bundaa.. harusnya Bunda itu jangan
sombong.. ya nggak Pak Dyn? Tolong bungkusin sayur mayur buat bikin sayur lodeh
ya Pak!”.

Pak udyn : “yoi pak bro,siap!”

Mama Lime : “Astaga!! Ayaahh! Kok nggak belain Bunda?? Malah beli sayur, Ayah
jahaatt!” (pura pura nangis bombay)
Ustadz Lemon : “Maaf bunda aku tak bermaksud akan semua ini “

Jeng Cipan : “Kasian sekali kmu jeng. Wkwkwkwk”

Pak udyn : “haduh mengapa terjadi semua ini (pak udyn berbicara dengan
sendirinya)
Setelah berbagai konflik berbagai pertikaian yang sempat menyentuh menusuk
nusuk perasaan mama lime, semuanya bubaarr dan pulang ke habitat masing
masing .suatu ketika dirumah mama lime terjadi suatu kejadian yang kejadian
tersebut adalah suatu kejadian.

Lemonia : “Mama mama aku ingin sekali dibelikan sebuah benda yang benda
itu merupakan benda yang sangat aku inginkan.”

Mama Lime : “Apa sih nak, bahasamu sulit sekali dicerna.” (penasaran)
Lemonia : “Aku ingin membeli setangkai mawar merah, ma.”

Mama Lime : “Apasih, itu sangat tidak penting, nak.” (dengan wajah yang sangat
malas)
Lemonia : “Tapi mama ..” (tampang mewek)
Ustadz lemon : “Sudah lah Bun, turuti saja anak kita yang lucu ini. Karena anak itu
sebuah karunia Tuhan yang sangat berharga bagi nusa dan bangsa. Jadi lebih baik
kita turuti saja apa yang dia minta.” (tiba-tiba datang)
Mama Lime : “Ya sudah , nih mawar. Buat apa sih nak?”

Lemonia : “Loh, Mama dapat darimana? Kok mawarnya putih sih ma? Nggak
buat apa-apa sih ma, kan aku Cuma INGIN.” (tampang polos)
Mama Lime : “Adadeh, kan di skenario begitu nak, Yaudah kalo gitu ini aja. (cuek,
kasih tangkainya doang) kamu kok begitu sih nak, merepotkan.”
Lemonia : “Tapi mama, ini kan Cuma tangkainya.”

Mama Lime : “Yang penting kan tangkai mawar nak.”

Lemonia : “Tapi ini kan tangkai mawar putih ma.”


Mama Lime : “Plisdeh nak, jangan ganggu mama. Mama lagi sibuk BBM-an sama
temen-temen mama nih!” (sok sibuk dengan gadget-nya)
Lemonia : “Tapi mama, BBM kan sekarang naik jadi delapan ribu lima ratus
rupiah per liter.”

Mama Lime : “Astaga! AYAHHH!! Urus ini anak kesayanganmu! Mama udah
nggak kuat -_-

***

Suatu ketika mama lime jalan-jalan dengan Lemonia sang buah hatinya dan dengan
sangat kemayunya dia bertemu dengan warga yang bisa dibilang itu adalah
gerombolan musuh bebuyutannya.

Jeng Cipan : “Eh ada nona noni nich..”

Bu Inem : “nona noni? Emang orang Belanda kesini? Mana mana? (heboh
sendiri)
Bu Minah : “Ealah Inem inem susahe ngomong sama kamu.”

Bu Inem : “La pripun to bu?” (bingung dan cengoh)


Jeng Cipan : “Sudah sudah, malah ribut. Mau kemana Jeng? Dandanannya
cantik banget kayak panci wajan wuahahaha..”

Bu Inem dan Bu Minah pun tertawa terbahak-bahak.

Mama Lime : “Alah, asal ngomong aja , cantiknya kayak begini kok dibilang panci
wajan. Ngaca dong Jeng, NGACA! Gak punya kaca ya?!”

Jeng Cipan : “Ini udah ada kaca, saya cantik tuh. hahaha”

Mama Lime : “Plisdeh norak bingo -_-”

Lemonia : “Mama mama, kata Ayah kan gak boleh berantem, nanti dosa masuk
neraka gak dapet pahala”. (sambil nunjuk-nunjuk) “Kita kan orang kaya ma, jadi kita
kan sibuk, kok kita berhenti disini sih ma, mendingan kita capcuss ma.” (narik-narik
baju mama lime)
Mama Lime : “Benar juga nak. Ahsudahlah, mari kita pergi nak.” (melenggang
dengan sombong)
***

Kelakuan Mama Lime makin hari makin menjadi-jadi. Hingga pada suatu saat
Ustadz Lemon telah judeg kepada isterinya. Tak berapa lama ia pun jatuh sakit.
Mama Lime pun panik.

Ustadz Lemon : “Ahh..aduh, sakit sekali, kenapa ini. Tolongggg!!!” (jatuh di lantai,
memegang dada)
Lemonia : “Ayah, Ayah kenapa?! Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan
ayah? Aku takut sekali. Ayah kenapa?!” (/.\)

Ustadz Lemon : “Ahh..ayah t-tidak tau nak. Dada ayah sakit sekali. Astaghfirullah
halladzim, Astaghfirullah!!”.
Lemonia : (panik) “Mama mama!! Mama!!”
Mama Lime : “Ada apa sih nak, ribut-ribut!! Astaga! Ayah, kenapa itu nak? Ayah
kenapa?? Jelaskan pada mama nak., Ayah kenapah?!”

Ustadz Lemon : “Ayah sudah tidak kuat lagi ma, Dada Ayah sesak s-sekalihh.”

Mama Lime : “Moni, cepat telfon dokter!!”

Lemonia : “Mama mama, kata dokter, nomor yang anda hubungi sedang tidak
aktif, ma. Terus gimana?”

Mama Lime : “Aduh nak, kamu jangan kumat disaat seperti ini!! Kita bawa ayah ke
rumah sakit saja! Mama cari bantuan dulu buat bantuin Ayah!”

Mama Lime sangat panik, dan bertemu dengan Ibu-ibu musuhnya.

Mama Lime : “Bu! Tolongin saya, saya butuh bantuan!!”

Jeng Cipan : “kita? Mau nolongin kamu? Nggak salah nih?”

Bu Inem&Bu Minah : GAK LEVEL lah yauu!!

Mereka pun pergi dan meninggalkan Mama Lime yang tersakiti. Akhirnya Ustadz
Lemon tidak jadi dibawa ke rumah sakit.

Ustadz Lemon : “Bunda, sepertinya Ayah sudah tidak kuat lagi. Bagaimana ini..
Akhhh!! (memegangi dadanya)
Lemonia : “Ayah gaboleh gitu, ayah pasti kuat. Ayah pasti sehat. Ayah kan
hebat. Kita semua sayang Ayah^^.”

Ustadz Lemon : (tersenyum) “Bunda, istriku yang tercintah, moni anakku yang
tersayang. Ayah mungkin sudah tidak bisa menemani kalian lagi. Ayah Cuma
berpesan, agar kalian tidak berkelakuan buruk lagi. janganlah menjadi orang yang
sombong, karena itu berdosa. Ingat pesan Ayah ya, Ayah sayang
kalian.” (meneteskan air mata)
Mama Lime dan Moni sangat amat tersentuh mendengar kata-kata Ustadz Lemon.
Mama Lime terharu dan menangis hingga tersedu-sedu.

Mama Lime : “Ayah, maafin Bunda kalo Bunda banyak salah. Maafin Moni juga
yah, Ayah harus bertahan, Ayah harus kuat :’) J Harta Ayah nanti bakal jadi punya
Bunda kan? Yakan?” (tampang optimis)
Lemonia : “Ih, mama gabole gitu, Ayahh lagi sakil lo ini. SAKIT ma, SAKITT!!”

Tak berapa lama , dokter Tupiks pun datang. Beliau adalah dokter pribadi keluarga
Ustadz Lemon.

dr. Tupiks : “Assalamu’alaikum bapak dan ibu sekalian, maaf saya datang terlambat.
Maklum, tadi iPhone 69 saya sedang lowbatt dan tewas tanpa daya.”

Mama Lime : “Hah? (cengoh) duh, akhirnya dokter datang juga! Dok, bagaimana
ini suami saya kesakitan, dadanya sesak. Mungkin dadanya terlalu besar(?) dok.
Bagaimana ini??”
dr. Tupiks : “Baiklah, coba saya periksa dulu.” (dengan stethoscope). “Astaghfirullah
halladzim, penyakit jantung Bapak kambuh, Bu.”
Mama Lime : “APAHHHH??! Penyakit jantung? Lalu kami harus bagaimana dok?
Kami musti gimana??

Tiba-tiba tubuh Ustadz Lemon melemah dan beliau pun kejang-kejang. Jeng Cipan,
Bu Inem, dan Bu Minah tiba-tiba datang ke rumah Ustadz Lemon karena penasaran
melihat ada Lamborghini berwarna kuning kehijau-hijauan(?) terparkir sembarangan
di depan rumah pak ustadz, dan ada suara ribut-ribut di dalam rumah.

Jeng Cipan : “Astaga, Pak Ustadz kesayanganku kenapah ini??!!”

Bu Inem : “Astopirulloh, Pak Ustadz kok bisa kejang-kejang begitu?!”

Bu Minah : “Kenapa tidak ada yang menjawab? Ada apa dengan semua
ini??” (panik)
Mama Lime : “dok, bagaimana ini?!!”

dr. Tupiks : “ kondisinya semakin melemah Bu, Bapak harus dibawa kerumah sakit
sekarang. Sebelum kejangnya makin parah.”

Ustadz Lemon : “sudahlah, tidak usah ke rumah sakit. Ayah hanya ingin mendengar
Bunda dan moni bertaubat. Ayah hanya ingin itu. (pandangan haru)
Mama Lime : “Iya yah, Bunda nggak akan sombong lagi, nggak akan begini lagi,
asalkan ayah sehat, Bunda rela lakuin apa aja. Bunda dan moni nggak akan
sombong lagi. hiks..hiks (menangis sesenggukan)
Lemonia : “iya yah, moni janji kok” (bersungguh-sungguh, menggemaskan)
Semua yang mendengar penuturan tulus keluarga itupun terharu. Dan, suatu hal
yang tak di nyana-nyana pun terjadi. Tiba-tiba rasa sakit yang diderita Ustadz Lemon
tidak terasa lagi, beliau merasa kembali sehat, bugar dan setrong kembali. Beliau
sangat bersyukur kepada Allah SWT yang memberikannya kesempatan lagi untuk
dapat berkumpul dengan keluarganya yang sakinah mawadah warohmah.

Jeng Cipan : “Bu, Maafin kami tadi ya, kami tidak bermaksud seperti itu, kami
khilaf. Pak Ustadz, kami minta maaf.” (menyesal)
Bu Inem&Bu Minah : “iya pak, bu. Kami minta maaf.”

Mama Lime : “Iya bu, tidak apa-apa. Saya juga minta maaf atas segala kesalahan
saya selama ini. Atas segala kesombongan saya..hiks..hiks”.

3 Ibu-Ibu : “Iya Bu, kami juga.” (berpelukan).


Lemonia : “Tante-tante, Moni juga mau minta maaf, kalo kadang moni suka
ngeselin bicaranya. Mama mama, moni juga minta maaf suka bikin mama repot dan
bikin mama kesel.” (narik-narik baju ibu-ibu dan mama lime)
Semua Ibu : “Iya nak, mama juga minta maaf” (pelukan lagi)
Akhirnya, setelah saling bermaaf-maafan, para ibu-ibu yang dulunya menjadi musuh
mama Lime kini mereka telah berdamai dan kini Mama Lime menjadi sosok yang
sangat alim bahkan sekarang Mama Lime bersama para Ibu telah mendirikan
Majelis Taklim Pengajian Al-lakadarnya.

Setelah segala prahara dan cobaan yang menerpa keluarga kecil Ustadz Lemon
usai, kini Ustadz Lemon bisa kembali membina rumah tangganya dengan segenap
hati dan perasaanya tanpa ada rasa susah dan sedih karena semua telah bertaubat
dan insyaf, dan kembali ke jalan yang lurus.

Demikianlah secuil cerita tentang keluarga Ustadz Lemon yang memiliki lika-liku
kehidupan selayaknya kisah nyata. Akan tetapi sesuai dengan judul yang tertera
pada naskah ini, cerita ini memang hanyalah fiktif belaka. Yang memiliki banyak
pesan moral serta agama. Sebagai manusia yang budiman, kita harus menjauhi sifat
sombong dan angkuh, kita juga harus senantiasa sabar dalam menghadapi segala
masalah dan badai yang menghadang J

Kami mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan di hati para permirsah
yang menyaksikan pertunjukkan kami ini. Semua yang kami lakukan hanyalah
akting, dan cerita ini HANYALAH FIKTIF BELAKA J

Sekian dan terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr.Wb. ^^

Anda mungkin juga menyukai