Anda di halaman 1dari 12

KELAS XII IPA 1

Mama Lime : Yessy Oktaviani K.

Ustadz Lemon: Dyno Gilang P.

Lemonia : Khusnul Qotimah

Jeng Cipan : Twentylaela L.M.

Bu Inem : Wahyu Puji L.

Bu Minah : Armita A.S.

Pak Udyn : Taufiq Tsany M.

Tupiks : Taufiq Tsany M.

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA

Alkisah, di sebuah desa yang bernama Desa Maju Mundur Cantik hiduplah seorang keluarga Ustadz yang
sakinah mawadah warohmah. Pak Ustadz atau yang lebih akrab dipanggil Ustadz Lemon tersebut adalah
seorang yang baik hati, ramah, tidak sombong, berwibawa, suka menabung, dermawan, kaya, dan
seorang alim ulama yang berjiwa sosial tinggi, serta menyayangi keluarganya dengan segenap hati dan
perasaannya.

Sayangnya, Ustadz Lemon memiliki isteri yang berkebalikan sifat dengannya. Isterinya, Hj. Joice
Limenarty atau yang lebih akrab dipanggil Mama Lime adalah wanita yang sombong, centil, kemayu,
pesolek, angkuh, sok banget dan suka pamer di kalangan ibu-ibu lainnya.

Ustadz Lemon dan isterinya¾Mama Lime, dikaruniai putri semata wayang yang cantik jelata/? Eh
maksudnya cantik jelita! Yang bernama Lemonia atau lebih sering dipanggil money(read: moni) berwujud
seperti seonggok remaja labil bin ababil yang terkadang sifatnya mirip Ibunya dan terkadang mirip
Bapaknya. Berhubung Ustadz Lemon yang berprofesi sebagai pengusaha sukses ini merangkap tugas
menjadi Ketua RT, maka keluarga Lemon ini sangat di segani di kampungnya.

Pada suatu minggu pagi yang indah dan ceria, keluarga Ustadz Lemon berniat berjalan-jalan menyusuri
kampung mereka yang tercintah. Tak sengaja, mereka bertemu dengan segerombol Ibu-Ibu yang sedang
berbelanja sayur-mayur di gerobak Pak Udyn. Sayup-sayup Mama Lime mendengar mereka sedang
menggosipkannya.

Bu Minah : “ Eh Bu, sekarang, Mama Lime makin songong aja tuh, mentang-mentang dia orang kaya!
Tingkahnya makin semena-mena!” (kata Bu Minah sambil mengacung-acungkan seikat kangkung)

Jeng Cipan : “Bener tuh! Saya nggak nyangka ada orang yang ngeselinnya minta ampun kayak begitu!
Kenapahh ya, Ustadz Lemon dulu nikah sama Mama Lime? Coba ketemu sama eike duluan, pasti Ustadz
Lemon bakal milih eike. (gaya mengibaskan rambut). Huhh..sayang, nasi sudah menjadi bubur dan bubur
sudah menjadi basi!” (tampang putus asa).

Bu Inem : “Lho, kok peribahasane sampeyan aneh to, Jeng? Maksude nasi sudah menjadi bubur dan
bubur sudah menjadi basi itu opo tho?” (wajah blo’on dan bahasa superr medhok jawa kenthelll).

Jeng Cipan : “Aduhh.. susah ya, ngomong sama komputer pentium 1 ! Maksudnya tuh, nasi sudah
menjadi bubur dan bubur menjadi basi itu, Ustadz Lemon udah terlanjur nikah sama Mama Lime, udah
punya anak lagi! itu si Moni, cantik sih tapi ababil-nya kagak nguatin!” (mengibas-ibaskan tangan).

Bu Inem : “Ooohh..gitu tho, lha terus maksudnya ngomong sama komputer pentiung(?) 1 itu apa
meneh tho?” (tampang kepo).

Jeng Cipan : “Astaga naga! Mbok Neemmm..!! PENTIUM bukan PENTIUNG!! (emosi tingkat dewa).

Bu Minah : “Huaahhh!! Cukup sudah, hentikan! Aku muak dengan semua ini! Plis, stop mak,
SETOOOPPP!!” (tampang histeris, melas greget).

Bu Inem : “Lho, kalian berdua ini kenapa tho? Bukane tadi baru ngomongin Mama Lime yang lebay,
songong, dan tukang pamer itu? Kok malah pada histeris begitu..dasar aneh.” (suara keras, cuek dan
geleng-geleng kepala).
Tak berapa lama kemudian…

Mama Lime : “Heh! Kalian ngomongin saya ya? Hah? Beraninya gosipin orang paling kaya di kampung
ini! Kayak kalian udah bisa ngalahin saya aja!” (tampang horror, pegang kipas, dandanan lebay).

Jeng Cipan : “Alah, kaya apanya, itu semua kan juga hartanya Ustadz Lemon yang tamvan! Situ mah,
gak punya apa-apa, juga Cuma numpang nama!” (nyeletuk, cuek, tanpa melirik mama lime, sok sibuk
dengan plastik sayurnya).

Mama Lime : “HAH?! APA LOE BILANG?!!!! Berani-beraninya ngomong begitu!

Pak Udyn : “Ehm, Ibu-Ibu yang baik hatinya, daripada sampeyan saling mengejek, mbok ya lebih baik
beli sayur saya dulu. Sayur saya itu masih seger-seger kayak yang jualan. Coba nih, liat!” (pamerin sayur,
sekalian motret-motret sayur buat di aplud di sosmed).

Mama Lime : “Pak Dyn, diem dulu deh pak, saya lagi berkobar semangat-45 ini pak. Bapak harusnya
belain saya! Bapak nggak pernah pahamin saya sih pak, peka dong! Bapak harus ngedukung saya! Bukan
Ibu-ibu genit macam mereka ini” -_- (pak dyn Cuma bengong dan meratapi nasibnya).

“Heh, kalian. kalian pikir kalian itu siapa? Emang bisa ngalahin ke-glamour-an saya! Sanggup? Ngaca
dong!! NGACA!! Saya ini Kolongmlarat! Eh salah, maksudnya konglomerat! Lihat nih, perhiasan saya,
emas murni dari kali Citarum! Baju saya, tas, sepatu, semua barang barang saya itu bermerk semua!
Paling kalian shoppingnya ke Tanah Abang! Iyakan? Hah?” (meremehkan).

Jeng Cipan : “Kalo iya emang kenapa? MASALAH BUAT LOE?! Belagu amat jadi orang, emang beli
dimane tuh semua barang? Songong banget.”

Mama Lime : “Kalian belanja di Tanah Abang, please deh, itu gak level banget! Saya belanjanya bukan
di Tanah Abang, tapi Tanah Eneng! Tas saya hampir semuanya impor, beli langsung dari Victoria Bekam!”
(tampang songong).
Saat Jeng Cipan dan Ibu lainnya akan membalas celotehan Mama Lime, tiba-tiba seseorang datang..

Ustadz Lemon : “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarahkatuh!!”

Semua mata tertuju pada Ustadz Lemon yang tampak begitu bersinar, semuanya bungkam termasuk
Mama Lime dan Pak Udyn yang sedari tadi sibuk mengurusi sayur dan mengutak-atik smartphone-nya
untuk mempromosikan sayurnya di BBM, facebook, twitter, instagram, path, dan social media lainnya.
Sedangkan Jeng Cipan tak berkedip karena terlalu tersepona dengan ketampanan Ustadz Lemon yang
tidak woles.

Mama Lime : “Ayaahhh.. ini nih, mereka pada ngegosipin Bundaaa! Bunda kan jadi sedih, mereka
jahatt!” (mengadu dengan tampang acting)

Ustadz Lemon : “Astaghfirullahal’adzim! Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Al Hujurat ayat 12 yang
artinya, ehm nanti dibaca sendiri di buku!” (tampang sok berwibawa dan sok alim)

Bu Cipan : “Ehm, Pak Ustadz yang ganteng, tadi itu kita enggak bermaksud gosipin Mama Lime,
habisnya dia itu sombong banget Pak Us..” (genit, kedap kedip ke Pak Ustadz)

Ustadz Lemon : YA ALLAH Ya Rabb.. Bundaa.. harusnya Bunda itu jangan sombong.. ya nggak Pak Dyn?
Tolong bungkusin sayur mayur buat bikin sayur lodeh ya Pak!”.

Pak udyn : “yoi pak bro,siap!”

Mama Lime : “Astaga!! Ayaahh! Kok nggak belain Bunda?? Malah beli sayur, Ayah jahaatt!” (pura pura
nangis bombay)

Ustadz Lemon : “Maaf bunda aku tak bermaksud akan semua ini “
Jeng Cipan : “Kasian sekali kmu jeng. Wkwkwkwk”

Pak udyn : “haduh mengapa terjadi semua ini (pak udyn berbicara dengan sendirinya)

Setelah berbagai konflik berbagai pertikaian yang sempat menyentuh menusuk nusuk perasaan mama
lime, semuanya bubaarr dan pulang ke habitat masing masing .suatu ketika dirumah mama lime terjadi
suatu kejadian yang kejadian tersebut adalah suatu kejadian.

Lemonia : “Mama mama aku ingin sekali dibelikan sebuah benda yang benda itu merupakan benda
yang sangat aku inginkan.”

Mama Lime : “Apa sih nak, bahasamu sulit sekali dicerna.” (penasaran)

Lemonia : “Aku ingin membeli setangkai mawar merah, ma.”

Mama Lime : “Apasih, itu sangat tidak penting, nak.” (dengan wajah yang sangat malas)

Lemonia : “Tapi mama ..” (tampang mewek)

Ustadz lemon : “Sudah lah Bun, turuti saja anak kita yang lucu ini. Karena anak itu sebuah karunia Tuhan
yang sangat berharga bagi nusa dan bangsa. Jadi lebih baik kita turuti saja apa yang dia minta.” (tiba-tiba
datang)

Mama Lime : “Ya sudah , nih mawar. Buat apa sih nak?”

Lemonia : “Loh, Mama dapat darimana? Kok mawarnya putih sih ma? Nggak buat apa-apa sih ma,
kan aku Cuma INGIN.” (tampang polos)
Mama Lime : “Adadeh, kan di skenario begitu nak, Yaudah kalo gitu ini aja. (cuek, kasih tangkainya
doang) kamu kok begitu sih nak, merepotkan.”

Lemonia : “Tapi mama, ini kan Cuma tangkainya.”

Mama Lime : “Yang penting kan tangkai mawar nak.”

Lemonia : “Tapi ini kan tangkai mawar putih ma.”

Mama Lime : “Plisdeh nak, jangan ganggu mama. Mama lagi sibuk BBM-an sama temen-temen mama
nih!” (sok sibuk dengan gadget-nya)

Lemonia : “Tapi mama, BBM kan sekarang naik jadi delapan ribu lima ratus rupiah per liter.”

Mama Lime : “Astaga! AYAHHH!! Urus ini anak kesayanganmu! Mama udah nggak kuat -_-

***

Suatu ketika mama lime jalan-jalan dengan Lemonia sang buah hatinya dan dengan sangat kemayunya
dia bertemu dengan warga yang bisa dibilang itu adalah gerombolan musuh bebuyutannya.

Jeng Cipan : “Eh ada nona noni nich..”

Bu Inem : “nona noni? Emang orang Belanda kesini? Mana mana? (heboh sendiri)

Bu Minah : “Ealah Inem inem susahe ngomong sama kamu.”


Bu Inem : “La pripun to bu?” (bingung dan cengoh)

Jeng Cipan : “Sudah sudah, malah ribut. Mau kemana Jeng? Dandanannya cantik banget kayak panci
wajan wuahahaha..”

Bu Inem dan Bu Minah pun tertawa terbahak-bahak.

Mama Lime : “Alah, asal ngomong aja , cantiknya kayak begini kok dibilang panci wajan. Ngaca dong
Jeng, NGACA! Gak punya kaca ya?!”

Jeng Cipan : “Ini udah ada kaca, saya cantik tuh. hahaha”

Mama Lime : “Plisdeh norak bingo -_-”

Lemonia : “Mama mama, kata Ayah kan gak boleh berantem, nanti dosa masuk neraka gak dapet
pahala”. (sambil nunjuk-nunjuk) “Kita kan orang kaya ma, jadi kita kan sibuk, kok kita berhenti disini sih
ma, mendingan kita capcuss ma.” (narik-narik baju mama lime)

Mama Lime : “Benar juga nak. Ahsudahlah, mari kita pergi nak.” (melenggang dengan sombong)

***

Kelakuan Mama Lime makin hari makin menjadi-jadi. Hingga pada suatu saat Ustadz Lemon telah judeg
kepada isterinya. Tak berapa lama ia pun jatuh sakit. Mama Lime pun panik.

Ustadz Lemon : “Ahh..aduh, sakit sekali, kenapa ini. Tolongggg!!!” (jatuh di lantai, memegang dada)
Lemonia : “Ayah, Ayah kenapa?! Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan ayah? Aku takut sekali.
Ayah kenapa?!” (/.\)

Ustadz Lemon : “Ahh..ayah t-tidak tau nak. Dada ayah sakit sekali. Astaghfirullah halladzim,
Astaghfirullah!!”.

Lemonia : (panik) “Mama mama!! Mama!!”

Mama Lime : “Ada apa sih nak, ribut-ribut!! Astaga! Ayah, kenapa itu nak? Ayah kenapa?? Jelaskan
pada mama nak., Ayah kenapah?!”

Ustadz Lemon : “Ayah sudah tidak kuat lagi ma, Dada Ayah sesak s-sekalihh.”

Mama Lime : “Moni, cepat telfon dokter!!”

Lemonia : “Mama mama, kata dokter, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, ma. Terus
gimana?”

Mama Lime : “Aduh nak, kamu jangan kumat disaat seperti ini!! Kita bawa ayah ke rumah sakit saja!
Mama cari bantuan dulu buat bantuin Ayah!”

Mama Lime sangat panik, dan bertemu dengan Ibu-ibu musuhnya.

Mama Lime : “Bu! Tolongin saya, saya butuh bantuan!!”

Jeng Cipan : “kita? Mau nolongin kamu? Nggak salah nih?”


Bu Inem&Bu Minah : GAK LEVEL lah yauu!!

Mereka pun pergi dan meninggalkan Mama Lime yang tersakiti. Akhirnya Ustadz Lemon tidak jadi
dibawa ke rumah sakit.

Ustadz Lemon : “Bunda, sepertinya Ayah sudah tidak kuat lagi. Bagaimana ini.. Akhhh!! (memegangi
dadanya)

Lemonia : “Ayah gaboleh gitu, ayah pasti kuat. Ayah pasti sehat. Ayah kan hebat. Kita semua sayang
Ayah^^.”

Ustadz Lemon : (tersenyum) “Bunda, istriku yang tercintah, moni anakku yang tersayang. Ayah mungkin
sudah tidak bisa menemani kalian lagi. Ayah Cuma berpesan, agar kalian tidak berkelakuan buruk lagi.
janganlah menjadi orang yang sombong, karena itu berdosa. Ingat pesan Ayah ya, Ayah sayang kalian.”
(meneteskan air mata)

Mama Lime dan Moni sangat amat tersentuh mendengar kata-kata Ustadz Lemon. Mama Lime terharu
dan menangis hingga tersedu-sedu.

Mama Lime : “Ayah, maafin Bunda kalo Bunda banyak salah. Maafin Moni juga yah, Ayah harus
bertahan, Ayah harus kuat :’) J Harta Ayah nanti bakal jadi punya Bunda kan? Yakan?” (tampang optimis)

Lemonia : “Ih, mama gabole gitu, Ayahh lagi sakil lo ini. SAKIT ma, SAKITT!!”

Tak berapa lama , dokter Tupiks pun datang. Beliau adalah dokter pribadi keluarga Ustadz Lemon.

dr. Tupiks : “Assalamu’alaikum bapak dan ibu sekalian, maaf saya datang terlambat. Maklum, tadi iPhone
69 saya sedang lowbatt dan tewas tanpa daya.”
Mama Lime : “Hah? (cengoh) duh, akhirnya dokter datang juga! Dok, bagaimana ini suami saya
kesakitan, dadanya sesak. Mungkin dadanya terlalu besar(?) dok. Bagaimana ini??”

dr. Tupiks : “Baiklah, coba saya periksa dulu.” (dengan stethoscope). “Astaghfirullah halladzim, penyakit
jantung Bapak kambuh, Bu.”

Mama Lime : “APAHHHH??! Penyakit jantung? Lalu kami harus bagaimana dok? Kami musti gimana??

Tiba-tiba tubuh Ustadz Lemon melemah dan beliau pun kejang-kejang. Jeng Cipan, Bu Inem, dan Bu
Minah tiba-tiba datang ke rumah Ustadz Lemon karena penasaran melihat ada Lamborghini berwarna
kuning kehijau-hijauan(?) terparkir sembarangan di depan rumah pak ustadz, dan ada suara ribut-ribut di
dalam rumah.

Jeng Cipan : “Astaga, Pak Ustadz kesayanganku kenapah ini??!!”

Bu Inem : “Astopirulloh, Pak Ustadz kok bisa kejang-kejang begitu?!”

Bu Minah : “Kenapa tidak ada yang menjawab? Ada apa dengan semua ini??” (panik)

Mama Lime : “dok, bagaimana ini?!!”

dr. Tupiks : “ kondisinya semakin melemah Bu, Bapak harus dibawa kerumah sakit sekarang. Sebelum
kejangnya makin parah.”

Ustadz Lemon : “sudahlah, tidak usah ke rumah sakit. Ayah hanya ingin mendengar Bunda dan moni
bertaubat. Ayah hanya ingin itu. (pandangan haru)

Mama Lime : “Iya yah, Bunda nggak akan sombong lagi, nggak akan begini lagi, asalkan ayah sehat,
Bunda rela lakuin apa aja. Bunda dan moni nggak akan sombong lagi. hiks..hiks (menangis sesenggukan)
Lemonia : “iya yah, moni janji kok” (bersungguh-sungguh, menggemaskan)

Semua yang mendengar penuturan tulus keluarga itupun terharu. Dan, suatu hal yang tak di nyana-
nyana pun terjadi. Tiba-tiba rasa sakit yang diderita Ustadz Lemon tidak terasa lagi, beliau merasa
kembali sehat, bugar dan setrong kembali. Beliau sangat bersyukur kepada Allah SWT yang
memberikannya kesempatan lagi untuk dapat berkumpul dengan keluarganya yang sakinah mawadah
warohmah.

Jeng Cipan : “Bu, Maafin kami tadi ya, kami tidak bermaksud seperti itu, kami khilaf. Pak Ustadz, kami
minta maaf.” (menyesal)

Bu Inem&Bu Minah : “iya pak, bu. Kami minta maaf.”

Mama Lime : “Iya bu, tidak apa-apa. Saya juga minta maaf atas segala kesalahan saya selama ini. Atas
segala kesombongan saya..hiks..hiks”.

3 Ibu-Ibu : “Iya Bu, kami juga.” (berpelukan).

Lemonia : “Tante-tante, Moni juga mau minta maaf, kalo kadang moni suka ngeselin bicaranya.
Mama mama, moni juga minta maaf suka bikin mama repot dan bikin mama kesel.” (narik-narik baju ibu-
ibu dan mama lime)

Semua Ibu : “Iya nak, mama juga minta maaf” (pelukan lagi)

Akhirnya, setelah saling bermaaf-maafan, para ibu-ibu yang dulunya menjadi musuh mama Lime kini
mereka telah berdamai dan kini Mama Lime menjadi sosok yang sangat alim bahkan sekarang Mama
Lime bersama para Ibu telah mendirikan Majelis Taklim Pengajian Al-lakadarnya.
Setelah segala prahara dan cobaan yang menerpa keluarga kecil Ustadz Lemon usai, kini Ustadz Lemon
bisa kembali membina rumah tangganya dengan segenap hati dan perasaanya tanpa ada rasa susah dan
sedih karena semua telah bertaubat dan insyaf, dan kembali ke jalan yang lurus.

Demikianlah secuil cerita tentang keluarga Ustadz Lemon yang memiliki lika-liku kehidupan selayaknya
kisah nyata. Akan tetapi sesuai dengan judul yang tertera pada naskah ini, cerita ini memang hanyalah
fiktif belaka. Yang memiliki banyak pesan moral serta agama. Sebagai manusia yang budiman, kita harus
menjauhi sifat sombong dan angkuh, kita juga harus senantiasa sabar dalam menghadapi segala masalah
dan badai yang menghadang J

Kami mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan di hati para permirsah yang menyaksikan
pertunjukkan kami ini. Semua yang kami lakukan hanyalah akting, dan cerita ini HANYALAH FIKTIF
BELAKA J

Sekian dan terimakasih, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai