405274291
405274291
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan pada praktikum Kinetika Kimia ini yaitu:
1. ,Menentukan persamaan laju reaksi S2O82- dan I- berdasarkan pengaruh konsentrasi
I- serta S2O82- pada laju reaksi dan pengaruh penambahan Cu(NO3)2 pada laju
reaksi.
2. Menentukan energi pengaktifan reaksi redoks Fe3+ dengan S2O32- .
3. Menentukan mekanisme reaksi kompleks melalui reaksi Brigss-Rauscher.
4. Menentukan pengaruh katalis pada reaksi kimia.
1
Hukum laju reaksi hanya dapat ditentukan dengan eksperimen dan tidak dapat disimpulkan
hanya dari persamaan reaksi. Orde reaksi terhadap suatu perekasi sama dengan eksponen
pada hukum laju reaksi.
Misalnya untuk reaksi A + 2B → 3C + D, hukum laju reaksinya yaitu
𝑑[𝐴] 1 𝑑[𝐵] 1 𝑑[𝐶] 𝑑[𝐵]
− = − = + = + = 𝑘[𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dengan k adalah tetapan laju reaksi, m dan n sebagai orde reaksi, dan tanda minus (-) berarti
laju berkurangnya konsentrasi pereaksi dan tanda plus (+) berarti laju bertambahnya
konsentrasi hasil reaksi.
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila orientasi antar pereaksinya tepat satu
sama lain dan tercapainya energi pengaktifan reaksi. Energi pengaktifan adalah energi yang
dibutuhkan untuk mengatasi efek sterik dan untuk memulai pemutusan ikatan lama pada
pereaksi. Energi pengaktifan ini diperlukan untuk mengubah substrat pereaksi menjadi
spesi kompleks teraktifkan (keadaan transisi). Energi pengaktifan dihubungkan dengan
tetapan laju reaksi, k, dan temperatur oleh persamaan Arrhenius sebagai berikut:
k = Ae –Ea/RT
atau ungkapan logaritmanya yaitu :
−𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = ( ) ( ) + ln 𝐴
𝑅 𝑇
Dengan R adalah tetapan gas ideal (8,314 Jmol–1K–1 ) dan T adalah temperatur dalam K.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi antara S2O82- dan I- menghasilkan ion
sulfat dan ion iodide.
S2O82-(aq) + I-(aq) → 2 SO42- (aq) + I3-(aq)
Iod yang dihasilkan berbentuk ion triiodida direaksikan dengan ion tiosulfat yang
diketahui jumlahnya.
2
pipet seukuran. Campuran tersebut diaduk. Lalu 25 mL (NH4)2S2O8 0,2 M (yang diukur
menggunakan pipet ukur) dimasukkan ke dalam gelas kimia 150 mL yang kering.
Temperatur kedua larutan tersebut disamakan dan dicampurkan segera larutan (NH4)2S2O8
ke dalam campuran KI - Na2S2O3 - kanji dan dengan perlahan campuran tersebut diaduk
dengan batang pengaduk. Selang waktu saat pencampurkan kedua larutan hingga
campuran berubah warna menjadi biru dicatat dan dicatat juga temperatur campuran
tersebut. Percobaan diulangi namun dengan konsentrasi KI 0,2 M, 0,1 M, 0,05 M.
3
(NH4)2S2O8 disamakan temperaturnya. Selanjutnya larutan (NH4)2S2O8 0,4 M dicampurkan
ke dalam larutan KI - Na2S2O3 – kanji - Cu(NO3)2 dan dengan perlahan campuran tersebut
diaduk dengan batang pengaduk. Selang waktu saat pencampurkan kedua larutan hingga
campuran berubah warna menjadi biru dicatat dan dicatat juga temperatur campuran
tersebut. Percobaan diulangi namun dengan konsentrasi (NH4)2S2O8 0,2 M, 0,1 M, 0,05 M.
4
diteteskan zat pewarna makanan kemudian ditambahkan larutan KI jenuh ke dalam gelas
ukur tersebut.
5
BAGIAN 1.4: Pengaruh Penambahan Cu(NO3)2 pada Laju Reaksi 2
V. PERHITUNGAN
5.1 Penentuan Persamaan Laju Reaksi
2 . n I3- = n S2O32-
2 S2O82- = n S2O32-
6
2 S2O82- = 0,01 L x 0,01 M
n S2O82- = 5 x 10-5 mol
5 x 10−5 mol
[S2O82-] = = 7,69 x 10-4 M
0,065 𝐿
[KI]1 .V1 = [KI]2 . V2 [KI]1 .V1 = [KI]2 . V2 [KI]1 .V1 = [KI]2 . V2 [KI]1 .V1 = [KI]2 . V2
0,4 . 25 = [KI]2 . 65 0,2 . 25 = [KI]2 . 65 0,1 . 25 = [KI]2 . 65 0,05 . 25 = [KI]2 . 65
[KI]2 = 0,154 M [KI]2 = 0,077 M [KI]2 = 0,038 M [KI]2 = 0,01925 M
1. 2. 3. 4.
0,077 𝑀 0,077 𝑀 0,077 𝑀 0,077 𝑀
30 𝑠 65 𝑠 145 𝑠 224 𝑠
7
[KI]1 . V1 = [KI]2 . V2
0,2 x 25 = [KI]2 . 65
[KI]2 = 0,077 M
5.1.5 Menghitung Konsentrasi (NH4)2S2O8 Setelah Pencampuran Bagian 1.2
M1 = 0,4 M M1 = 0,2 M M1 = 0,1 M M1 = 0,05 M
V1 = 25 mL V1 = 25 mL V1 = 25 mL V1 = 25 mL
V2 = 65 mL V2 = 65 mL V2 = 65 mL V2 = 65 mL
1. 2. 3. 4.
0,154 𝑀 0,077 𝑀 0,038 𝑀 0,01925 𝑀
23 𝑠 63 𝑠 152 𝑠 264 𝑠
r = k [KI]m [(NH4)2S2O8]n
𝑟1 𝑘[𝐾𝐼]1𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]1 𝑛
=
𝑟2 𝑘[𝐾𝐼]2𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]2 𝑛
2,17 = 2m
m12 = 1,12
𝑟2 𝑘[𝐾𝐼]2𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]2 𝑛
=
𝑟3 𝑘[𝐾𝐼]3𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]3 𝑛
8
1,18 𝑥 10−3 (0,077)𝑚 (0,077)𝑛
=
5,31 𝑥 10−4 (0,038)𝑚 (0,077)𝑛
2,2 = 2m
m23 = 1,14
𝑟3 𝑘[𝐾𝐼]3𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]3 𝑛
=
𝑟4 𝑘[𝐾𝐼]4𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]4 𝑛
1,54 = 2m
m23 = 0,63
𝑚12+𝑚23+𝑚34
Maka orde reaksi terhadap KI , 𝑚 = = 𝟎, 𝟗𝟔
3
r = k [KI]m [(NH4)2S2O8]n
𝑟1 𝑘[𝐾𝐼]1𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]1 𝑛
=
𝑟2 𝑘[𝐾𝐼]2𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]2 𝑛
5,575 = 2n
n12 = 2,48
𝑟2 𝑘[𝐾𝐼]2𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]2 𝑛
=
𝑟3 𝑘[𝐾𝐼]3𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]3 𝑛
4,8 = 2n
n23 = 2,27
9
𝑟3 𝑘[𝐾𝐼]3𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]3 𝑛
=
𝑟4 𝑘[𝐾𝐼]4𝑚 [(𝑁𝐻4 )2 𝑆2 𝑂8 ]4 𝑛
3,43 = 2n
n34 = 1,78
m12+m23+m34
Maka orde reaksi terhadap (NH4)2S2O8 , m = = 2,17
3
5.1.9 Menghitung k (tetapan laju reaksi) Percobaan dari Data Bagian 1.1 dan 1.2
𝐫
𝐤=
[𝐊𝐈]𝟎,𝟗𝟔 [(𝐍𝐇𝟒 )𝟐 𝐒𝟐 𝐎𝟖 ]𝟐,𝟏𝟕
Bagian 1.1 Bagian 1.2
10
Tabel Perhitungan Bagian 1.2
Percobaan Konsentrasi Campuran (M) Waktu (s) Laju Reaksi k Percobaan
KI (NH4)2S2O8 (M / s)
1 0,154 23 6,69 x 10-3 4,544
2 0,077 63 1,2 x 10-3 3,668
3 0,077 0,038 152 2,5 x 10-4 3,538
4 0,01925 264 7,29 x 10-5 4,513
11
5.2 Penentuan Energi Pengaktifan
Larutan A = Fe3+
Larutan B = S2O32-
5.2.1 Menghitung Konsentrasi Awal Fe3+ dan S2O32-
2 mL x 0,05 M 2mL x 0,1 M
[Fe3+]awal = [S2O32-]awal =
4 mL 4 mL
A0 = 0,025 M B0 = 0,05 M
Untuk T = 25C
𝟏, 𝟎𝟎𝟗𝟏𝟏𝟒𝟏𝟑𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟖
𝒌= = 𝟑, 𝟒𝟒𝟎𝟑𝟒𝟖𝟏𝟔𝟕 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟎
𝟑𝟐
Untuk T = 56C
𝟏, 𝟎𝟎𝟗𝟏𝟏𝟒𝟏𝟑𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟖
𝒌= = 𝟏, 𝟎𝟎𝟗𝟏𝟏𝟒𝟏𝟑𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟗
𝟏𝟎
Untuk T = 66C
𝟏, 𝟎𝟎𝟗𝟏𝟏𝟒𝟏𝟑𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟖
𝒌= = 𝟏, 𝟓𝟕𝟐𝟕𝟑𝟎𝟓𝟗 𝒙 𝟏𝟎−𝟗
𝟕
𝟏 𝟏 𝟏
= 𝟑, 𝟑𝟓𝟓𝟕𝟎𝒙𝟏𝟎−𝟑 = 𝟑, 𝟎𝟑𝟗𝟓𝟏𝟑𝟔𝟕𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟑 = 𝟐, 𝟗𝟒𝟗𝟖𝟓𝟐𝟓𝟎𝟕𝒙𝟏𝟎−𝟑
𝑻𝟏 𝑻𝟐 𝑻𝟑
12
5.2.4 Membuat kurva 1/T terhadap ln k
k = Ae-Ea/RT
−Ea 1
ln k = + ln A , dengan ln k = sumbu y, -Ea/R = b, 1/T = sumbu x, dan ln A = a
R T
-21.50000
-21.79027
-22.00000
Series 1
VI. PEMBAHASAN
Peda percobaan bagian 1.1 dan 1.2 bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi I- dan S2O82- yang dapat diketahui pengaruhnya dalam bentuk orde reaksi.
Semakin besar orde reaksi suatu zat, semakin mempercepat laju reaksi, sesuai dengan
persamaan V = K [I-]x [S2O82-]y, dimana x adalah orde [I-] dan y adalah orde [S2O82-].
Percobaan 1.1 dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi [I-] pada suatu reaksi. Reaksi
kimia tersebut memakai larutan kanji, larutan KI, larutan (NH4)2S2O8. Pada percobaan 1.2
juga menggunakan campuran yang sama namun variasi terjadi pada konsentrasi S2O82-.
Kanji dalam campuran tersebut digunakan untuk indicator reaksi yang mana akan berikatan
13
dengan I3- membentuk kompleks yang berwarna biru sebagai penanda adanya I3- berlebih
dan pereaksi pembatas S2O82- telah habis bereaksi. Sebelum campuran Na2S2O3, kanji, dan
KI dicampurkan dengan larutan (NH4)2S2O8 suhu keduanya harus disamakan terlebih
dahulu karena suhu akan mempengaruhi laju reaksi, dan saat mencampurkannya campuran
harus diaduk agar reaksi kimia berjalan dengan baik dimana agar antar partikel dapat
bertumbukan secara cepat dan berulang. Pengukuran selang waktu dimulai saat reaksi
dicampurkan hingga campuran berubah warna menjadi biru tua.
Pada hasil percobaan 1.1 didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi [I-] akan
membuat reaksi semakin cepat berlangsung. Begitu pula pada percobaan 1.2, reaksi akan
semakin cepat jika konsentrasi [S2O82-] bertambah banyak. Dari data percobaan 1.1 dan 1.2
dapat dihitung laju reaksi masing-masing dengan cara membagi konsentrasi S2O82- dengan
waktu bereaksinya. Sebelumnya masing-masing konsetrasi KI dan (NH4)2S2O8 dihitung
pada percobaan 1.1 dan 1.2. Lalu dapat diketahui orde reaksi untuk KI dan (NH4)2S2O8
yaitu 0,96 untuk KI dan 2,17 untuk (NH4)2S2O8. Orde reaksi tersebut tidak tepat 1 dan tidak
tepat 2 karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya ketidaktepatan volume larutan
yang dicampurkan sehinggan ketelitian dan akurasi data semakin berkurang. Selanjutnya
untuk tetapan laju reaksi dapat diketahui dengan data perhitungan 1.1 dan 1.2, didapat nilai
tetapan laju reaksi yaitu sebesar 3,8675.
Pada percobaan 1.3 dan 1.4 sebenarnya hampir sama dengan percobaan 1.1 dan 1.2,
hanya saja untuk percobaan 1.3 dan 1.4 ini masing-masing campuran ditambahkan 1 tetes
Cu(NO3)2 0,1 M yang mana sebagai katalis. Dalam percobaan didapatkan data bahwa
waktu reaksi untuk bagian 1.3 sangat cepat sekali, bahkan hamper tidak mencapai 1 detik
untuk bereaksi, namun untuk bagian1.4 waktu reaksi tidak secepat pada bagian 1.3. Hal itu
dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya kurangnya presisi dalam pengukuran volume larutan
yang dicampurkan, dan dapat juga dipengaruhi oleh kesalahan dalam meneteskan katalis,
sehingga pada bagian 1.3 waktu reaksi dapat berjalan sangat cepat. Dari data yang didapat
pada bagian 1.3 dan 1.4, didapat orde reaksi untuk KI yaitu sebesar 1,11 dan orde reaksi
untuk (NH4)2S2O8 yaitu 2,14. Kemudian untuk tetapan laju reaksi didapat dari percobaan
bagian 1.3 dan 1.4, tetapan laju reaksi tersebut sebesar 601,507. Tetapan laju tersebut juga
sangat besar karena dipengaruhi oleh waktu reaksi yang sangat cepat pada percobaan
bagian 1.3.
Percobaan 2 dilakukan dengan mencampurkan Fe3+ dan S2O32- yang divariasikan
suhunya. Sebelum dicampurkan, larutan disamakan suhunya dan diaduk setelah
dicampurkan. Waktu reaksi diukur saat larutan dicampurkan hingga warna yang barubah
dari biru tua menjadi bening kembali. Didapatkan bahwa semakin tinggi suhu, reaksi
berjalan semakin cepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi laju
reaksi.
14
Percobaan 3 dilakukan untuk mengetahui reaksi Briggs-Rauscher. Reaksi tersebut
yaitu:
VII. KESIMPULAN
7.4 Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan mencari jalur dengan energi aktivasi
yang lebih rendah
15
VIII. DAFTAR PUSTAKA
8.1 Brady, James E. 2011. Chemistry International Student Version. New York : John
Wiley and Sons. Hlm 636-680
8.2 Boreskov, G.K. 1960. Kinetics and Catalysis Journal. Russia : Pleades Publishing.
Hlm 760-820
8.3 Changi, Raymond. 2005. KIMIA DASAR : Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga. Hlm 420-490
16
(1) IO3-(aq) + H2O2 (aq) → HIO2 (aq)
(2) HIO2 (aq) + IO3-(aq) → HOI(aq) (menghasilkan warna kuning)
(3) HOI(aq) + H2O2 (aq) → I-(aq) (menghasilkan warna bening)
(4) HOI(aq) + I-(aq) → I2 (aq)
(5) I2 (aq) + kanji (warna biru)
(6) I2 (aq) + asam malonat (aq) → I-(aq) (bening)
17