Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TETAPAN LAJU REAKSI

Abstrak
Ki n et i k a ki m i a m e r up ak an s al a h sa t u c ab an g i l m u ki m i a f i si k a ya n g
mempelajari laju reaksi. Penentukan tetapan laju reaksi dan energi aktivasi antara larutan
KI dan K2S208, dimana larutan Na2S2O3 digunakan untuk mengikat ion berlebih dari KI maka
akan ditentukan konstanta reaksi dan energi aktivasi berdasarkan konsentrasi terhadap satuan
waktu. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu berjalannya reaksi pada suhu 24°C =
450 s, dengan v KI = 5 ml, v K2S2O8 = 1 ml, v Na2S2O3 = 2,5 ml, dan 6 tetes akuades. Pada v
KI = 5 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v Na2S2O3 = 2,5 ml, dan 6 tetes akuades pada suhu 24°C = 300 s.
Suhu 24°C = 114 s, dengan v K2S2O8 = 5 ml dan volume lainnya tetap atau sama. Suhu 30°C
dengan v K2S2O8 = 1 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v K2S2O8 = 5 ml diperoleh t = 506 s, 85 s, dan 122
s. Pada suhu 35°C dengan v K2S2O8 = 1 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v K2S2O8 = 5 ml diperoleh t =
194 s, 98 s, dan 87 s.
Kata kunci: KI, K2S2O8 dan Na2S2O3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ki n et i k a ki m i a m e r up ak an s al a h sa t u c ab an g i l m u ki m i a f i si k a ya n g
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambat reaksi berlangsung. Merubah konsentrasi dari suatu zat di dalam suatu
reaksi biasanya merubah juga laju reaksi. Persamaan laju menggambarkan
perubahaan ini secara matematis. Orde reaksi adalah bagian dari persamaan laju. S e b a gai
co nt o h s eb e r ap a c e pat r e ak si p e m us na ha n oz o n d i at m o s f e r b um i , seberapa
cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Laju reaksi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis.
R e aks i - r e ak si ki m i a b e rl an gsu n g de n ga n l aj u ya n g b e rb ed a -b ed a . A da
reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti reaksi penetralan antara larutan asam klorida
dan larutan natrium hidroksida, ada pula yang berlangsung sangat lambat seperti pelapukan
kimia yang dialami batu karang. S u at u r e ak si k i m i a da p at di p e rc e pa t at au
di p e rl am b at . D al a m i nd ust ri , r e ak si ki m i a p e r l u di l a n gs un gk an pa d a
kon di s i t e rt ent u a ga r produknya dapat diperoleh dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Reaksi dapat dikendalikan dengan mengetahui faktor -faktor yang
mempengaruhinya. Berdasarkan teori tersebut maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Tujuan Percobaan


Menentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S208.

1.3 Prinsip Percobaan


Menentukan tetapan laju reaksi dan energi aktivasi antara larutan KI dan K2S208,
dimana larutan Na2S2O3 digunakan untuk mengikat ion berlebih dari KI maka akan
ditentukan konstanta reaksi dan energi aktivasi berdasarkan konsentrasi terhadap satuan
waktu dengan menggunakan variasi volume dan suhu serta penambahan indikator yaitu
akuades yang akan melarutkan ion-ion berlebih pada I2, dengan perubahan warna larutan
bening menjadi kuning. Reaksi yang terjadi:

S2O82- + 2I-  2SO42- + I2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Laju Reaksi
Laju reaksi adalah laju perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan
waktu. Konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter, namun untuk reaksi fase gas satuannya
adalah atmosfer, mmHg, atau Pascal (Atkins, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (Sukardjo, 1990):
a. Konsentrasi pereaksi, konsentrasi menyatakan jumlah mol zat dalam satu satuan volume,
makin besar konsentrasi maka makin banyak partikel dalam satu satuan volume dan makin
kecil jarak antar partikel.
b. Suhu, semua reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.

2.1.2 Reaksi Orde Pertama


Reaksi orde pertama merupakan laju reaksi yang bergantung pada konsentrasi
reaktannya yang dipangkatkan 1. Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai
(Petrucci, 1992):
Pada reaksi orde satu, persamaan laju reaksi adalah bentuk persamaan linier, sehingga setiap
perubahan konsentrasi satu kali, laju reaksi naik sebesar satu kali dan setiap perubahan
konsentrasi dua kali, laju reaksi juga naik dua kali.
Persamaan laju reaksi : v = k [A]1 = k [A]

Gambar 2.1.2.1 Grafik orde pertama

Secara umum, konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi. Pengaruh


konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi. Pada reaksi orde nol
perubahan konsentrasi pereaksi tidak berpengaruh terhadap laju reaksi. Reaksi orde 1 setiap
kenaikan konsentrasi dua kali akan mempercepat laju reaksi menjadi dua kali lipat lebih
cepat, sedangkan untuk reaksi orde 2 bila konsentrasi dinaikkan menjadi dua kali laju reaksi
menjadi empat kali lebih cepat. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai V = K[A]m[B]n, dengan
pangkat m dan n adalah pangkat bulat kecil dan tidak berhubungan dengan koefisien a dan b
(Petrucci, 1992).

2.1.3 Energi Aktivasi


Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar
dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki notasi simbol Ea dengan E menotasikan energi
dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi (Vogel, 1994).
Energi aktivasi menyatakan jumlah energi yang harus diterima oleh molekul-molekul
yang bereaksi untuk dapat bereaksi. Makin tinggi panas aktivasi, makin besar ketergantungan
stabilitas sediaan terhadap suhu (Minarsih, 2011).
Untuk memprediksi difusivitas atom pada suhu terbatas karena salah satu kebutuhan
untuk menghitung energi bebas aktivasi cukup baik daripada energi aktivasi pada suhu
terbatas. Energi aktivasi didefinisikan sebagai perbedaan internal energi dalam keadaan 0 K
(Sato, dkk,2010).

2.2 Analisis Bahan


2.2.1 Akuades (H2O)
Air yang diperoleh pada pengembunan uap air melalui proses penguapan atau
pendidihan air, tidak berwarna, tidak berasa, titik leleh 00C, titik didih 1000C, bersifat polar
pelarut organik yang baik, konstanta dielektrik paling tinggi, tidak berbau dan komposisi
kalor tinggi (Kusuma, 1983).

2.2.2 Kalium Iodida (KI)


Kalium iodida adalah padatan kristal putih KI dengan rasa yang sangat pahit dan larut
didalam air, etanol dan aseton. Dalam larutan, senyawa ini dapat melarutkan iodine menjadi
I3- yang berwarna cokelat (Daintith, 1994).
Perbedaan KI dengan KIO3 yaitu kedua senyawa ditandai dengan sifat kimia yang
berbeda dan beberapa perbedaan dalam potensi keselamatan. Iodat lebih stabil, karena iodida
mudah teroksidasi menjadi yodium dan hilang oleh penguapan. KI ditemukan jauh lebih
efektif daripada KIO3 (Milczaret, dkk,2013).

2.2.3 Kalium Peroksodisulfat (K2S2O8)


Senyawa ini berupa kristal putih tak berwarna dan tak berbau. Pada suhu tinggi
mengurai lebih cepat. Senyawa ini larut dalam air, namun tidak larut dalam alcohol. Selain
itu, senyawa ini juga merupakan pengoksida yang sangat kuat (Basri, 2003).

2.2.4 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)


Senyawa ini merupakan endapan atau padatan yang larut dalam air namun tidak larut
dalam etanol. Lazim dijumpai sebagai pentahidrat serta kehilangan air pada suhu 100 oC
(Daintith, 1994).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas beaker, termometer, stopwatch,
pipet tetes, pipet volume, labu ukur, bulb, batang pengaduk, spatula, cawan petri, dan
penangas air. Bahan yang digunakan adalah akuades, larutan KI, larutan K2S2O8 , dan larutan
Na2S2O3.

3.2 Prosedur Kerja


Pertama-tama, pembuatan larutan KI, K2S2O8, dan Na2S2O3,. Ditepatkan larutan dengan
akuades sampai tanda batas (250 ml) labu ukur. Setelah larutan telah tersedia, disediakan dua
gelas yang telah diberi label, gelas beaker yang pertama berisi KI saja, gelas beaker kedua
berisi K2S2O8, Na2S2O3 dan akuades.
Gelas beaker pertama diisi KI sebanyak 5 ml, kemudian diukur suhunya hingga 24oC.
Gelas beaker kedua diisi K2S2O8 1ml dan Na2S2O3 2,5ml, dan ditambahkan 6 tetes akuades.
Kemudian diukur suhunya hingga 24oC. Jika suhunya kurang dari 24oC maka larutan
dipanaskan hingga mencapai 24oC. Sedangkan jika suhunya lebih dari 24oC maka larutan
didinginkan dengan air es.
Setelah suhu kedua larutan sama, maka kedua laruatan dicampurkan, saat itu lah
menghidupkan stopwatch, untuk mengukur laju reaksi larutan tersebut, sambil menghitung
waktu perubahan yang terjadi, larutan terus diaduk tanpa henti sampai terjadi perubahan
warna menjadi kuning yang menunjukkan bahwa proses boleh dihentikan, demikian juga
dengan stopwatchnya. Dicatat waktu saat proses tersebut. Setelah itu dilakukan perlakuan
yang sama untuk volume K2S2O8 3ml dan 5ml dengan perlakuan yang sama pada suhu 30 oC
dan 35 oC.

3.3 Rangkaian Alat

Gambar 3.3.1 Pemanasan larutan

Gambar 3.3.2 Larutan Hasil


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

No Volume T (0C) Waktu Warna


(mL) (s)
KI Na2S2O3 K2S2O8 Akuades
1. 5 mL 2,5 mL 1 mL 6 Tetes 24 0C 450 Kuning
2. 5 mL 2,5 mL 3 mL 6 Tetes 24 0C 300 Kuning
3. 5 mL 2,5 mL 5 mL 6 Tetes 24 0C 114 Kuning
4. 5 mL 2,5 mL 1 mL 6 Tetes 30 0C 506 Kuning
5. 5 mL 2,5 mL 3 mL 6 Tetes 30 0C 85 Kuning
6. 5 mL 2,5 mL 5 mL 6 Tetes 30 0C 122 Kuning
7. 5 mL 2,5 mL 1 mL 6 Tetes 35 0C 194 Kuning
8. 5 mL 2,5 mL 3 mL 6 Tetes 35 0C 98 Kuning

9. 5 mL 2,5 mL 5 mL 6 Tetes 35 0C 87 Kuning

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Prosedur

Laju reaksi tak lepas dari kinetika kimia, dimana kinetika kimia menjelaskan mengenai
bagaimana laju bergantung pada konsentrasi dan reaksi serta mekanisme reaksinya
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari percobaan. Laju reaksi adalah waktu perubahan
konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan waktu. Dapat pula dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi di suatu produk. Laju
reaksi berhubungan pula dengan tumbukan-tumbukan antar molekul akibat adanya
penambahan zat tertentu, pengaruh suhu, luas permukaan maupun konsentrasi suatu zat,
sehingga ini erat kaitannya dengan energi aktivasi yang merupakan energi minimum yang
dimiliki oleh suatu molekul untuk bertumbukan.

Pada percobaan ini, mula-mula dilakukan pembuatan 4 larutan yaitu: larutan kalium
iodida 0,4 M, natrium tiosulfat 0,01 M, kalium peroksodisulfat 0,02 M, dan akuades. Larutan
kalium iodida dibuat lebih pekat karena terkait dengan kuantitas iod-iodnya yang diikat
natrium tiosulfat harus lebih banyak dari pada kandungan ion-ion yang lain. Hal ini bertujuan
agar warna kuning yang dihasilkan dapat tampak jelas. Larutan kalium iodida ini berfungsi
sebagai reaktan. Larutan akuades berfungsi sebagai indikator yang akan berwarna kuning jika
larutan kalium iodide sudah habis bereaksi. Larutan ini mengandung 2 polimer yaitu amilosa
dan amilopektian. Dalam percobaan ini, larutan kalium persulfat berfungsi sebagai oksidator,
yaitu mengubah I- menjadi I2. I- kemudian bereaksi dengan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai
reduktor, I2 berubah kembali menjadi I-. Sedangkan natrium tiosulfat berfungsi sebagai
penangkap iod-iod berlebih dari I2, lalu bereaksi positif indikator akuades. Fungsi akuades
yaitu untuk melarutkan ion-ion berlebih pada I2. Warna kuning yang terbentuk ketika dua
campuran dicampurkan berasal dari I2 yang bereaksi dengan Na2S2O3 membentuk I2
kompleks. I2 kompleks akan bereaksi dengan akuades setelah Na2S2O3 pada campuran habis
bereaksi dan hal tersebut dijadikan sebagai waktu akhir reaksi, waktu dimana muncul warna
kuning pertama kali.

Ketika larutan memiliki suhu yang sama, maka keduanya dicampur dengan segera. Hal
ini bertujuan agar suhu kedua larutan yang sama, tidak berubah jauh sehingga dapat
menghindari galat. Variasi suhu bertujuan untuk melihat dan membandingkan pengaruh
tingkat tingginya suhu pada laju reaksi yang terjadi. Pengadukan berfungsi untuk
mempercepat reaksi, karena dengan pengadukan maka akan banyak molekul-molekul yang
saling bertumbukan. Sehingga meningkatkan energi kinetik dan reaksi pun berjalan lebih
cepat.

Pengaruh volume dan suhu terhadap laju reaksi adalah keduanya saling berbanding
lurus karena volume memiliki molekul-molekul yang diperlukan oleh suhu untuk dipanaskan
agar laju reaksi dapat berlangsung. Semakin besar volume maka tarik-menarik antar molekul
semakin kuat dan jika suhu diperbesar maka akan membantu proses tarik-menarik molekul
semakin cepat dan terjadinya tumbukan yang banyak pada molekul akan mempercepat laju
reaksi dan energi minimum yang diperlukan menjadi sedikit.

Tujuan menggunakan variasi volume pada yaitu selain untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh volume terhadap laju reaksi tetapi praktikan dapat melihat perbandingan
antara penggunaan volume 1 ml, 3ml dan 5ml. Semakin besar volume maka semakin banyak
molekul-molekul yang akan bertumbukan dan mempercepat laju reaksi berlangsung.
Sedangkan variasi suhu bertujuan untuk melihat dan membandingkan pengaruh tingkat
tingginya suhu pada laju reaksi yang terjadi.
Konstanta laju reaksi terhadap suhu berkaitan dengan persamaan Arrhenius. Arrhenius
mengatakan bahwa variasi tetapan kecepatan reaksi terhadap temperatur dinyatakan dengan
persamaan k = AC-Ea/RT . Konstanta laju reaksi akan terus meningkat dengan kenaikan
temperatur.

4.2.2 Analisis Hasil

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu berjalannya reaksi pada suhu 24°C =
450 s, dengan v KI = 5 ml, v K2S2O8 = 1 ml, v Na2S2O3 = 2,5 ml, dan 6 tetes akuades. Pada v
KI = 5 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v Na2S2O3 = 2,5 ml, dan 6 tetes akuades pada suhu 24°C = 300 s.
Suhu 24°C = 114 s, dengan v K2S2O8 = 5 ml dan volume lainnya tetap atau sama. Pada suhu
30°C dengan v K2S2O8 = 1 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v K2S2O8 = 5 ml diperoleh t = 506 s, 85 s,
dan 122 s. Pada suhu 35°C dengan v K2S2O8 = 1 ml, v K2S2O8 = 3 ml, v K2S2O8 = 5 ml
diperoleh t = 194 s, 98 s, dan 87 s. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin suhunya
naik maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi adalah semakin sedikit atau suhu
berbanding terbalik dengan waktu. Perubahan suhu umumnya mempengaruhi harga tetapan
laju k. Jika suhu dinaikan maka harga k akan meningkat dan sebaliknya. Dari harga k tersebut
maka akan dapat dihitung energi aktivasi.

Diperoleh hasil perhitungan dari penentuan nilai k dengan mol KI = 2x10-3.


mol sisa masing-masing yaitu 1,96x10-3 m, 1,88x10-3 m, 1,8x10-3 m. Didapat [R] yaitu 0,326
m, 0,235 m, 0,18 m. Ln [R] juga diperoleh -1,1208 pada suhu 24oC, ln [R] pada suhu 30oC
yaitu -1,4481. Ln [R] pada suhu 35oC yaitu -1,7147. Dapat nilai k dari grafik yaitu sebesar
0,001 pada suhu 297 K. Nilai k pada suhu 303 K yaitu 0,001 dan nilai k pada suhu 308 K
yaitu 0,004. Dapat disimpulkan semakin besar suhu maka semakin besar nilai k yang terjadi
pada percobaan yang dilihat dari grafik. Hasil penentuan energi aktivasi diperoleh sebesar
947, 26 Joule.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dapat disimpulkan pada percobaan kali ini yaitu untuk tetapan laju reaksi dan energi
aktivasi dapat dilakukan dengan cara mereaksikan larutan KI dan larutan K2S2O8 dengan
bantuan Na2S2O3 serta indikator akuades. Didapat pengaruh yang mempercepat laju reaksi,
yaitu konsentrasi pereaksi dan temperatur. Semakin besar konsentrasi maka makin banyak
partikel dalam satu satuan volume dan makin kecil jarak antar partikel serta semua reaksi
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
Dapat disimpulkan semakin besar suhu maka semakin besar nilai k yang terjadi pada
percobaan dan nilai energi aktivasi yang tinggi.

5.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan pada pengadukan campuran larutan dilakukan


dengan kekuatan yang tidak jauh berbeda. Hal ini bertujuan agar hasil konstanta dapat
dibandingkan secara akurat berdasarkan perbedaan volume dan suhu.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W, 1994. Kimia Fisika. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa : Irma dan Kartahadiprodjo. Erlangga.
Jakarta

Basri, 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta

Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta

Kusuma, S, 1983. Bahan-Bahan Kimia. Edisi 7. Erlangga. Jakarta

Milczaret, M, Jan.S. Andrzej.L. Malgorzata K.L, 2013. Potassium iodide, but not pottasium
iodate, as a potential protective agent against oxidative damage to membrane lipids in porcine
thyroid. Department of Oncological Endocrinology. Medical University of Lodz. Poland

Minarsih, T, 2011. Penentuan Energi Aktivasi Amlodipin Besilat Pada PH 1,6 dan 10 dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Vol.6. Akademi Analisis Kesehatan Pekalongan.

Petrucci, R.H, 1992. Kimia Dasar. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa : Suminar. Erlangga. Jakarta
Sato, K, S.Takizawa, and T.Mohri, 2010. Theoretical Calculation of Activation Free Energy for Self-
Diffusion in Prototype Crystal. Vol.51. The Japan Institute of Metals. Japan

Sukardjo, 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Jakarta

Vogel, 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Perhitungan
1. Penentuan nilai k
Dik : mol KI = mol×v = 0,4 M×5 ml = 2 mmol
= 2×10-3 mol
 VK2S2O8 = 1 ml
n K2S2O8 = mol×v = 0,02 M×1 ml = 0,02 mmol
= 0,02×10-3 mol
 VK2S2O8 = 3 ml
n K2S2O8 = mol×v = 0,02 M×3 ml = 0,06 mmol
= 0,06×10-3 mol
 VK2S2O8 = 5 ml
n K2S2O8 = mol×v = 0,02 M×5 ml = 0,1 mmol
= 0,1×10-3 mol

 Rx = S2O82- + 2I- → 2SO42- + I2

M 0,02×10-3 2×10-3
R 0,02×10-3
0,04×10-3
S 1,96×10-3

 Rx = S2O82- + 2I- → 2SO42- + I2


M 0,06×10-3 2×10-3
R 0,06×10-3
0,12×10-3
S 1,88×10-3

 Rx = S2O82- + 2I- → 2SO42- + I2

M 0,1×10-3 2×10-3
R 0,1×10-3
0,2×10-3
S 1,8×10-3

[R] = =

 [R] = = 0,006 m = ln [R] = -5,1159

 [R] = = 0,015 m = ln [R] = -4,1997

 [R] = = 0,02 m = ln [R] = -3,9120

T(OC) V K2S2O8 [R] ln [R] t (x)


24 1ml 0,006 -5,1159 450
24 3ml 0,015 -4,1997 300
24 5ml 0,02 -3,9120 114
T(OC) V K2S2O8 [R] ln [R] t (x)
30 1ml 0,006 -5,1159 506
30 3ml 0,015 -4,1997 85
30 5ml 0,02 -3,9120 122

T(OC) V K2S2O8 [R] ln [R] t (x)


35 1ml 0,006 -5,1159 194
35 3ml 0,015 -4,1997 98
35 5ml 0,02 -3,9120 87
2. Penentuan energi aktivasi
T(K) k ln k 1/T
297 0,003 -5,8091 0,00336
303 0,002 -6,2146 0,00330
308 0,010 -4,6051 0,00324

ln K = -

-Ea = m×R
Ea = -m. R = -.(-10033) × 8,316
= 83434,428 Joule.

Anda mungkin juga menyukai