Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
IAD pada dasarnya mempelajari tentang ilmu alamiah yang termasuk
komponen Mata Kuliah Umum. Materi yang dikaji meliputi konsep-konsep
alamiah dasar yng tidak lain adalah pemikiran manusia itu sendiri. Dalam
perkembangannya terdapat adanya pembagian dalam pembelajaran IAD
khususnya jika dihubungkan dengan hal agama. ISD adalah ilmu yang membahas
tentang Sosial, tentang interaksi antar manusia. Maka sesungguhnya didalam ISD
tersebut banyak di bicarakan tentang keadaan manusia terhadap manusia yang lain,
tentang keakraban satu sama lain. Disini khususnya terlihat adanya perbedaan
keadaan manusia yang menimbulkan pelapisan social yang terjadi karena
perbedaan tersebut. Maka didalam masyarakat dikenal adanya kelompok sosial,
apalagi yang ada hubungannya dengan agama akan menciptakan adanya kelompok-
kelompok agama. IBD adalah ilmu yang membahas tentang unsur budaya yang
berlaku dalam masyarakat. Masyarakat dalam perkembangannya menciptakan
berbgaai macam budaya, namun semua budaya itu tidaklah sama antara derah satu
dengan daerah yang lain. Dengan perbedaan itu terjadi percampuran atau
pergeseran budaya oleh budaya yang lebih menarik. Pergeseran itu terjadi karena
masyarakat yang tidak dapat menjaga konsistensi budayanya sehingga akan lebih
condong kepada budaya masyarakat yang lain.
Masyarakat saat ini menilai bahwa agama memiliki andil dalam membentuk
sikap manusia. IAD, ISD, IBD dipelajari menjadi dasar dari ilmu pengetahuan, jika
dilihat dalam keberagamaan sangat selaras dengan agama itu sendiri. Pelapisan
dalam IAD ISD IBD sangat dipengaruhi oleh corak agama didalamnya. Didalam
makalah ini akan dibahas sampai mana pelapisan-pelapisan masyarakat yang dilihat
dari segi keberagamaan.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
dibawah ini:
1. Apa pengertian dari keagamaan ?
2. Apa pengertian dari pelapisan sosial dalam keberagamaan ?
3. Apa pengertian dari pelapisan alam dalam keberagamaan ?
4. Apa pengertian dari pelapisan budaya dalam keberagamaan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari keagamaa.
2. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan sosial dalam keagamaan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan alam dalam keagamaan.
4. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan budaya dalam keagamaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keagamaan
Agama dilihat dari segi etimologi, ada yang mengatakan bahwa kata
“agama“ berasal dari bahasa “sansekerta” yang bermakna “haluan, peraturan, jalan
atau kebaktian, kepada tuhan”. Pendapat lain mengatakan bahwa kata “agama” itu
tersususn dari dua kata,”A” yang berarti “tidak” dan “GAMA” yang berarti “pergi,
kacau”. Jadi Agama berarti “tidak pergi, tidak kacau”. Dalam bahasa arab dikenal
dengan “din” ( Ad-diin). Diin ( Ad-diin) bisa berarti : adat kebiasaan atau tingkah
laku, balasan, patuh dan tunduk kepada Tuhan, hukum-hukum atau peraturan-
peraturan .Keberagamaan adalah segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan
kehidupan seseorang. Keberagamaan berasal dari kata agama yang memiliki arti
seluruh kepercayaan kepada tuhan. Sedangkan keberagamaan adalah kesadaran diri
sendiri dalam menjalankan suatu ajaran dari agama yang dianut oleh individu itu
sendiri. Keberagamaan dapat dilihat dari taat atau tidaknya individu terhadap agama
dan perilaku yang baik dalam kehidupan pribadi ataupun sosial.1

B. Pelapisan Sosial Dalam Keagamaan


1. Pengertian Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial disebut juga dengan strafikasi sosial. Strafikasi sosial (
social strafication ) berasal dari bahasa latin “ stratum “ ( tunggal ) atau “ strata
“yang berarti berlapis-lapis. Aristoteles menyatakan bahwa didalam setiap
nnegara selalu terdapat tiga unsur, yaitu orang kaya, orang-orang melarat, dan
orang-orang yang berada ditengah-tengah. Beberapa definisi stratifikasi sosial
adalah sebagai berikut :
a. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat ( hiearki ).

1
Jirhanuddin, Perbandingan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, hlm 1.

3
b. Max webber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-
orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-
lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, dan prestise.
c. Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang
ditempatkan diatas kategori dari hak-hak yang berbeda.
Pelapisan sosial ( strafikasi sosial ) adalah lapisan masyarakat yang
menggambarkan bahwa dalam tiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan
seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai berkedudukan yang rendah,
seolah-olah merupakan lapisan yang bershap-shap dari atas kebawah. Pelapisan
sosial dapat juga didasarkan atas hubungan kekerabatan.2
2. Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Status Sosial
Status , yaitu posisi seseorang didalam masyarakat didasarkan pada hak-
hak dan kewajiban tertentu. Status sosial merupakan unsur yang membentuk
terciptanya stratifikasi sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah pelapisan
sosial yang disusun dari status-status sosial.
3. Sebab- sebab timbulnya Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan sosial biasa terjadi dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat , tetapi bisa juga dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Alas an terbentuknya lapisan masyarakat yang
terjadi dengan ssendirinya adalah kepandaian, tingkat umur ( yang senior) sifat
ke anggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga dalam
batas- batas tertentu. Alasan- alasan yang dipakai pun berlainan bagi tiap- tiap
masyarakat.3

4. Proses terjadinya Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
a. Terjadinya secara otomatis karena factor yang dibawa individu sejak lahir.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama.

2
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2007, hlm. 184.
3
Ibid., hlm. 185

4
c. System lapisan berpangkal pada pertentangan yang terjadi dalam
masyarakat.
5. Sifat Stratifikasi Sosial
a. Stratifikasi sosial tertutup
Stratifikasai ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas vertical.
b. Stratifikasi sosisal terbuka
Startifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitas nya sangat besar. Setiap
anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun
horizontal.
6. Fungsi Stratifikasi Sosial
Fungsi stratifikasi sosial diantaranya adalah :
a. Distribusi hak- hak istimiewa yang objektif.
b. System pertentanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyrakat
yang menyangkut prestise dan penghargaan.
c. Kriteria sistem pertentangan.
d. Penentu lambang- lambang ( simbol status) atau kedudukan.
e. Tingkat mudah tidak nya bertukar kedudukan.
f. Alat solidaritas di antara individu- individu antar kelompok yang
menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.4
7. Hubungan Pelapisan Sosial dengan Keberagamaan
Pelapisan sosial berarti mengelompokkan seseorang kedalam suatu
kelas. Tetapi, didalam agama dalam membeda-bedakan status seseorang itu
tidak diperbolehkan karena pada intinya manusia itu sama derajatnya dii mata
Allah SWT.
Seperti yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ( ayat 11 ) , yang Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan

4
Ibid., hlm. 186

5
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim.
Didalam agama hindu terdapat stratifikasi-stratifikasi Menurut beberapa
pemikir yang berpendapat bahwa kasta-kasta ini dijadikan oleh tuhan
sedemikian rupa maka jadilah pembagian ini kekal abadi dikarenakan ini semua
merupakan perbuatan tuhan dan tidak ada jalan untuk menghapuskannya.
Dengan latar belakang ini seseorang tidak boleh naik dari suatu kasta ke kasta
lain yang lebih tinggi. Dan berikut penjelasan dari golongan kasta-kasta
tersebut,
a. Golongan Brahmana
Golongan ini berkewajiban mempelajari kitab-kitab weda dan
mengajarkannya pada kaumnya, juga memberkati pemberian-pemberian
korban yang hanya diterima melalui mereka dan wajiblah seorang brahmana
memelihara undang-undang umum dan agama. Apabila seorang brahmana
lahir dia diletakkan dibarisan yang pertama sekali dalam barisan-barisan
keduniaan, seorang brahmana menerima penghormatan dari semua tuhan
adalah karena keturunannya. Hokum-hukumnya menjadi landasan hokum
di alam ini dan kitab suci itulah yang memberinya keistimewaan ini, semua
yang ada di alam ini adalah milik brahmana, karena seorang brahmana
berhak atas segala apa yang terwujud. Seorang brahmana apabila
berkehendak, dia berhak memiliki harta benda sudra yang menjadi hamba
kepadanya dengan tidak dihukum oleh raja karena perbuatannya itu, hamba
dan segala miliknya adalah kepunyaan tuannya. Seorang brahmana tidak
dikotori oleh dosa sekalipun dia membunuh tiga golongan itu, raja tidak
boleh mengenakan pajak atas seorang brahmana yang sedang mempelajari
kitab suci, raja janganlah membunuh seorang brahmana sekaipun dia
melakukan berbagai kesalahan besar dia hanya boleh diusir dari kerajannya.

6
b. Golongan Ksatria
Orang-orang yang telah memperkaya akal pikirannya dengan kitab-
kitab Weda dan sebagainya, mereka dari golongan inilah yang layak
menjadi pemimpin-pemimpin tentara, atau raja-raja atau hakim-hakim bagi
sekalian manusia. Raja diangkat dari golongan ksatria, Raja janganlah
direndahkan sekalipun dia masih kecil, seorang ksatria tidak boleh terlepas
dari tugas ketentaraan. Seorang ksatria hidup sebagai seorang prajurit
meskipun dimasa damai, raja harus selau menyediakan perlengkapan
perang mereka, dan mereka harus selalu siap berperng bilsa sewaktu-waktu
dipanggil raja
c. Golongan waisya
Seorang waisya haruslah kawin dengan perempuan dari
golongannya juga, haruslah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap pekerjaannya, dan senantiasa memelihara binatang ternak, seorang
waisya hendaklah mengetahui betul-betul metode dalam pertanian, dari
penanaman sampai penjualannya.
d. Golongan Sudra
Seorang Sudra sedapat-dapatnya haruslah mematuhi perintah
golongan Brahmana yang menjadi pemuka yang arif akan kitab-kitab suci
dan terkenal dengan sifat-sifat yang mulia. Dengan kepatuhan ini
diharapkan ia diberi kebahagiaan sesudah matinya dengan suatu
penghidupan baru yang lebih tinggi lagi. Tidak patut seorang sudra
mengumpulkan harta yang berlebihan sekalipun mereka mampu melakukan
hal demikian, seorang sudra seandainya mengumpulkan harta maka ia telah
menyakiti golongan brahmana karena tindakannya itu kotor, anak golongan
rendah yang berniat untuk menyamakan diri dengan golongan yang lebih
tinggi dari golongannya haruslah ditolak dan diberi tanda di bawah pangkal
pahanya, tangannya hendaklah dipotong sekiranya dia mengangkat tangan
atau tongkatnya ke atas orang yang lebih tinggi dari padanya, dan dipotong
kakinya sekiranya dia menendang dengan kakinya itu, seandainya dia
memanggil dengan menggunakan nama atau nama golongannya dengan

7
tidak memperlihatkan rasa hormat maka dimasukkan kedalam mulutnya
sebilah pisau panas bermata tiga yang panjangnya sepuluh inci, dan raja
juga memerintahkan supaya dituangkan minyak panas kedalam mulut dan
telinganya apabila menurut pendapat golongan brahmana dia tidak lagi
melaksanakan pekerjaan untuk mereka dengan baik.

C. Pelapisan Alam Dalam Keberagamaan


1. Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu alamiah dasar adalah ilmu teoritis yang didasarkan pada
pengamatan dan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Ilmu
alamiah dasar bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas
manusia. Manusia mempunyai rasa inginn tahu tentang benda-benda
disekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang yang dipandangnya, bahkan ingin
tahu tentang dirinya sendiri.5
Rasa ingin tahu pada manusia, adalah merupakan karunia Allah kepada
manusia, sebagaimana firman Allah SWT kepada malaikat, bahwa Allah akan
menciptakan seseorang khalifah ( Adam AS ) dimuka bumi. Kemudian Allah
mengajarkan Adam As nama seluruh ciptaan-Nya. Firman Allah SWT dalam
Q.S Al-Baqarah : 31,32,33 yang artinya, 31. dan Dia mengajarkan kepada
Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka
menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana." 33. Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui

5
Nadhirin, IAD IBD dan ISD, Kudus, STAIN Kudus, 2009, hlm 9-10.

8
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan?"
Rasa ingin tahu yang terus menerus berkembangan dan seolah-olah
tanpa batas itu menimbulkan pembendaharaan pengetahuan pada manusi aitu
sendiri. Pengetahuan manusia berkembang sampai menyangkut keindahan dan
teknologi.6
2. Hubungan Pelapisan Alam dengan Keberagamaan
Pelapisan alamiah dasar memiliki banyak sekali ilmu yang berhungan
dengan teori alam semesta, tentang alam sekitar, bahkan teori tentang manusia
pun terdapat didalam ilmu alamiah dasar. Seperti halnya dengan ilmu alamiah
dasar yang membahas tentang lapisan-lapisan bumi dan langit. Teori
terbentuknya lapisan-lapisan bumi dan langit tentunya tidak lepas dari
pandangan ilmiah dan agama.
Pembentukam bumi juga dijelaskan oleh hadist rasullah SAW dengan
hadist yang diriwayatkan dari Rasullah SAW bahwasanya beliau bersabda:
Dahulu ka’bah adalah bukit kecil diatas air kemudian dibentangkan lah bumi
dari (bawah nya). (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadist wa Al-Atsar, Jus 11. Hadist
yang dianggap gharib (aneh) oleh ulama-ulama dahulu maupun modern
mengandung fakta ilmiah yang belum ditemukan manusia kecuali pada
pertengahan decade 60-an abad ke-20. Setelah usaha keras yang melibatkan
ribuan pakar dan waktu yang panjang dibuktikan lah pada umat manusia bahwa
bumi kita pada awal penciptaan nya penuh dengan air sampai tidak ada kawasan
kering.
Allah menghendaki untuk memuntahkan dasar samudra luas dengan
letusan gunung berapi hebat yang terus menerus memuntahkan lava hingga
menggumpal dan membentuk rentetan pegunungan ditengan samudra belantara.
Hingga meninggi dan membentuk kepulauan vulkanik seperti kepulauan
jepang, Indonesia, Filipina dan hawai. Kepulauan vulkanik pertama ini semakin
berkembang, karena pergolakan gunung berapi yang berkelanjutan sehingga

Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al qur’an dan Hadist, Jakarta,
6

PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2000, hlm 9-10.

9
membentuk benua induk yang dikenal dengan nama benua pengaca. Allah
kemudian berkehendak membelah benua induk ini menjadi tujuh benua akibat
adanya penyekungan dan retakan- retakan bumi sinyaleman Rasullah SAW
1400 tahun yang lalu. Sebagai fenomena awal ilmiah yang menjadi bukti bahwa
beliau menerima wahyu- wahyu dari allah. Karena tidak satupun mahluk pada
zaman nabi juga beberapa setelahnya mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru
pada decade 60-an abad ke 20-an. Hadist ini menambah 1 fakta ilmiah lainnya,
bahwa daratan dibawah ka’bah merupakan daratan yang paling tua (pertama)
dibumi. Oleh karena itu, kaum muslimin mulai meneliti masalah ini untuk
menentukan usia bebatuan dibawah ka’bah melalui unsur- unsur radioaktif. Jika
memang dapat dibuktikan, maka ini akan menjadi prasasti yang tidak
terbantahkan di era sains dan teknologi sekarang ini.7

D. Pelapisan Budaya dalam Keberagamaan


1. Pengertian Pelapisan Budaya
Ilmu budaya dasar identik dengan basic humanities yang berasal dari
kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus (refined).
Ilmu budaya dasar mencakup keahlian filsafat, agama, seni dan sejarah. Tetapi
ilmu budaya dasar bukanlah ilmu tentang berbagai budaya, melainkan
mengandung pengertian umumnya tetang konsep- konsep dan teori- terori
budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah- masalah kebudayaan.8
Kebudayaan berasal dari kata “sansekerta buddhayah” yang merupakan
bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti “budi akal”. Dan ada kata kultur
yang berasal dari bahasa inggris “culture”. Culture berasal dari kata “colere”
yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
merubah alam. E.B Taylor memberikan definisi kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, ilmu

7
Ibid, hlm 152.
8
Ibid., hlm 13-14

10
sosial, hokum adat istiadat dalam kemampuan- kemampuan lain serta kebiasaan
yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.9
Budaya dapat dipelajari melalui enkulturasi yang merupakan proses
seorang individu memehami persyaratan studi budaya masyarakat sekitar nya.
Studi budaya dikategorikan menjadi dua bagian :
a. Budaya Implisit, merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok
individu yang mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan
budaya kelompoknya
b. Budaya Eksplisit, adalah kebalikan dari budaya implisit sekelompok
individu mengadopsi budaya satu dari satu kelompok individu dengan yang
berbeda10
2. Hubungan Pelapisan Budaya dengan Keberagamaan
Kebudayaan merupakan hasil daya cipta manusia yang menggunakan
dan mengarahkan segenap potensi yang dimilikinya, yang selanjutnya
digunakan sebagai kerangka acuan seseorang untuk dalam menjawab masalah
yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai pranata yang
terus menerus dipelihara para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang
diwarisi kebudayaan tersebut. Selanjutnya pendekatan kebudayaan digunakan
untuk memahami agama. Ketika kita melihat dan memperlakukan agam sebagai
kebudayaan, yang kita lihat adalah agama sebagai keyakinan yang hidup dalam
masyarakat. Dengan demikian, agama menjadi corak local yang sesuai dengan
kebudayaan dari masyarkat tersebut.11
Manfaat pendekatan kebudayaan dengan keagamaan :
a. Alat untuk memahaami corak keagamaan yang dimiliki sebuah masyarakat
b. Mengarah dan menambahkan keyakinan agama yang dimiliki oleh para
warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut agama
tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan.

9
Hartomo dan Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta, Bumi Aksara, 1993, hlm 38
10
Koko Abdul Kodir, Metodelogi Studi Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2014, hlm 91.
11
Ibid., hlm 93

11
Pengalaman agama yang terdapat dalam suatu masyarakat, di proses
oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran
contohnya, teks Al-Qur’ an dan hadist melibatkan unsur penalaran dan
kemampuan manusia. Dengan demikian, islam menjadi membudaya
(membumi) ditengah- tengah masyarakat. Memlalui pemahaman terhadap
kebudayaan tersebut, seseorang dapat mengamalkan ajaran agama.
Islam sering disebut produk budaya, khususnya budaya arab. Hal
tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya fenomena budayaarab yang
kemudian dijadikan rujukan keagamaan, mislanya skralisasi bulan ramadhan,
mengagungkan bulan-bulan haram (muharram, rajab,dzulqa’adah, dan
dzulhijjah).12

12
Ibid., hlm 92

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pelapisan Ilmu Sosial Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan sosial berarti mengelompokkan seseorang kedalam suatu
kelas. Tetapi, didalam agama dalam membeda-bedakan status seseorang itu
tidak diperbolehkan karena pada intinya manusia itu sama derajatnya dii mata
Allah SWT. Yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ayat 11 .
2. Pelapisan Ilmu Alamiah Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan alamiah dasar memiliki banyak sekali ilmu yang
berhubungan dengan teori alam semesta, tentang alam sekitar, bahkan teori
tentang manusia pun terdapat didalam ilmu alamiah dasar. Menurut pandangan
ilmiah teori terbentuknya alam semesta yang paling terkenal adalah teori Bing
Bang dan menurut agama yang terdapat pada Al Qur’an Fussilat ayat 11.
3. Pelapisan Ilmu Budaya Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan kebudayaan digunakan untuk memahami agama. Ketika kita
melihat dan memperlakukan agama sebagai kebudayaan, yang kita lihat adalah
agama sebagai keyakinan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian,
agama menjadi corak local yang sesuai dengan kebudayaan dari masyarkat
tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

An-Najjar, Zahglul, 2006.Pembuktian Sains Dalam Sunnah, Jakarta, Sinar Grafika


Offset.
Aziz, Arnicun dan Hartomo, 1993, ilmu sosial dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
Jirhanuddin, 2010. Perbandingan agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Kodir, Koko Abdul. 2014, metodelogi studi islam, bandung, Pustaka Setia.
Nadhirin, 2009.IAD IBD dan ISD, Kudus, STAIN Kudus.
Notowidagdo, Rohiman, 2000.ilmu budaya dasar berdasarkan al qur’an dan hadist,
Jakarta, PT . RAJAGRAFINDO PERSADA.
Wahyu, Ramdani, 2007.ILMU SOSIAL DASAR, Bandung, CV PUSTAKA
SETIA.

14

Anda mungkin juga menyukai