Anda di halaman 1dari 16

LATIHAN SOAL UTS

PEREKONOMIAN INDONESIA

Disusun Oleh:

0102161066 – PEDI KURNIA

0102161069 – RESTI SARAH GUSTIANI

0102161074 – TEVY GEOFANY

0102181030 – DHEA SEPTIANTI

0102181048 – WIDI WULANDARI G

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NASIONAL PASIM

BANDUNG

2019
1. Apa yang dimaksud sistem dan sistem perekonomian?
Secara etimologis, istilah “sistem” berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) yang sering dipakai untuk memudahkan dalam menggambarkan
interaksi di dalam suatu entitas.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan, baik obyek nyata atau abstrak yang terdiri dari
berbagai komponen atau unsur yang saling berkaitan, saling tergantung, saling
mendukung, dan secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien.
Pengertian Sistem Ekonomi adalah suatu sistem yang dipakai oleh sebuah negara, baik
itu pemerintah maupun swasta, untuk mengelola semua aktivitas perekonomian di
masyarakat.

2. Sebutkan elemen - elemen yang terdapat pada sistem ekonomi!


Elemen dari suatu Sistem Ekonomi mencangkup beberapa hal yaitu :
 Unit - unit ekonomi : rumah tangga, perusahaan, serikat buruh, instansi pemerintah
dan lembaga-lembaga lain yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.
 Pelaku - pelaku ekonomi : konsumen, produsen, buruh, invstor dan pejabat-pejabat
yang terkait.
 Lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) Dan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber
Daya Kapital (SDK), Sumber Daya Teknologi (SDT).

3. Sebutkan beberapa fungsi dan peran APBN! Jelaskan


 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan
 Fungsi pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian .
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan .

Peran APBN :
 Menciptakan kestabilan keuangan ataupun moneter negara,
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.
Dengan adanya APBN negara atau pemerintahan dapat mengetahui besarnya GNP dari
satu tahun ke tahun yang selanjutnya.
 Memperlancar distribusi pendapatan.
Lancarnya distribusi pendapatan berfungsi untuk mengetahui sumber dana penerimaan
dan penggunaan dana untuk belanja para pegawai pemerintah.
 Menciptakan investasi di masyarakat.
Masyarakat selanjutnya dapat mengembangkan bermacam-macam industri di dalam
negeri.
 Memperluas kesempatan kerja.
Seperti yang kita tahu bahwa terdapat banyak macam dan jenis pembangunan proyek-
proyek negara dan investasi negara. Proyek-proyek pembangunan yang bisa kita lihat saat
ini lebih mengikutkan masyarakat.

4. Sebutkan dan jelaskan faktor - faktor apa saja yang menyebabkan inflasi!
1. Meningkatnya Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis barang/
jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkata permintaan jenis barang/ jasa tersebut terjadi
secara agregat (agregat demand).
Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
 Meningkatnya belanja pemerintah
 Meningkatnya permintaan barang untuk diekspor
 Meningkatnya permintaan barang untuk swasta
2. Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan biaya
produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya:
 Harga bahan bakar naik
 Upah buruh naik
3. Tingginya Peredaran Uang
Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding
yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang beredar meningkat
dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%.

5. Gambar dan jelaskan mengenai siklus kegiatan ekonomi 2 sektor!

Perekonomian dua sektor disebut juga perekonomian sederhana, karena hanya


terdiri atas dua pelaku, yaitu rumah tangga konsumsi (masyarakat) dan rumah tangga
produksi (perusahaan). Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta
uang antara rumah tangga dengan perusahaan dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang antara rumah
tangga konsumsi dengan perusahaan.

Dari gambar 1, terlihat bahwa rumah tangga konsumen (RTK) adalah sebagai
pemilik faktor-faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan.
Penawaran faktor produksi oleh rumah tangga ini akan bertemu dengan permintaan faktor
produksi oleh perusahaan. Interaksi ini terjadi di pasar faktor produksi. Sedangkan di
pasar barang, terjadi interaksi antara perusahaan sebagai penghasil barang dan jasa
dengan konsumen sebagai pengguna barang dan jasa. Sehingga terjadi hubungan yang
saling menguntungkan satu sama lain. Dalam diagram juga terlihat arus aliran uang dari
dan ke masing-masing rumah tangga. RTK menerima upah, sewa, bunga, dan keuntungan
dari perusahaan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor produksi. Perusahaan
menerima uang pembayaran atas barang dan jasa yang dibeli.
Interaksi ekonomi dalam perekonomian dua sektor juga dapat digambarkan seperti di
bawah ini.

Gambar 2. Diagram aliran pendapatan dan pengeluaran dari RTK dan RTP.

Gambar 2. menunjukkan keadaan apabila seluruh pendapatan yang diterima RTK


digunakan seluruhnya untuk belanja barang dan jasa. Ini berarti bahwa pendapatan sama
dengan pengeluaran. Tidak ada bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dapat
dikatakan bahwa perekonomian mengalami keseimbangan.
6. Sebutkan dan jelaskan, gambaran umum masa perekonomian yang pernah berlaku
di Indonesia sampai dengan tahun 2008 ?

Gambaran umum perekonomian yang pernah berlaku di Indonesia sampai dengan


tahun 2008 :
a. Masa Pra Kerajaan
Awalnya terbentuk komunitas-komunitas kecil dari orang-orang, kemudian
diantara mereka berkumpul membentuk komunitas masyarakat yang lebih besar dari
sebelumnya. komunitas masyarakat terdiri atas dua golongan, yaitu masyara-kat desa
(paguyuban) dan masyarakat kota (patembahan).
b. Masa Kerajaan
Pada masa kerajaan ini perekonomian lebih maju dari sebelumnya. Dalam lingkup
regional, produk yang dihasilkan oleh masyarakat desa didistribusikan dan dijual ke
dalam kota raja, yaitu kota tempat berdirinya kerajaan. Dalam kegiatan transaksi ekonomi
masyarakat mulai mengenal sistem barter bahkan lebih maju lagi mereka telah memulai
pemakaian uang sebagai alat tukar.
c. Masa Penjajahan (1600 – 1945)
Perkembangan perdagangan pelayaran pada masa merkantilisme di area Eropa
dituukan untuk memperbesar ekspor negara-negara tersebut. Melalui perdagangan
mereka juga melakukan misi yang dikenal dengan gold, glory, gospel. Namun, lambat
laun justru berkembang imperialisme yang tujuannya adalah mencari sumber-sumber
ekonomi dari daerah jajahan. Melalui serikat dagang Hindia Belanda (VOC), penjajah
melakukan monopoli sehingga sangat tidak menguntungkan pihak pribumi (bumi putera).
d. Masa Kemerdekaan (1945-1949)
Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah pada
perubahan struktur ekonomi colonial menjadi ekonomi nasional yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada
akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap luar negeri. Kondisi
perekonomian setelah kemerdekaan bisa dibilang sangat tidak stabil. Pada masa awal
kemerdekaan perekonomian Indonesia amat terpuruk, saat itu Indonesia mengalami
stagflasi yang artinya stagnasi produksi atau kegiatan produksi terhenti pada tingkat
inflasi yang tinggi. Inflasi yang sangat tinggi pada masa itu disebabkan karena
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk
sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI,
yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata
uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI
(Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya
uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah
RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Semakin beragam dan banyaknya mata uang tersebut
menyebabkan inflasi yang sangat tinggi di Indonesia. Pada masa itu ditetapkan nilai mata
uang rupiah jepang Rp 100 adalah sama dengan Rp 1 mata uang ORI. Kemudian
keadaan diperparah dengan adanya blokade laut oleh Belanda sejak November 1946
sehingga kegiatan ekspor-impor Indonesia terhenti. Kemudian pada tahun 1947 dan 1948
belanda mengadakan Agresi Militer yang semakin menguras kas negara guna membiayai
persenjataan untuk melawan agresi militer tersebut. Ditengah kesulitan ekonomi tersebut
pemerintah RI melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya antara lain dengan cara
Program Pinjaman Nasional yang dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman
dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946, mengadakan upaya
menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan
ke Singapura dan Malaysia sehingga kegiatan ekspr-impor agak terbantu. Kemudian
diadakan Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status
dan administrasi perkebunan-perkebunan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi sosial
politik yang tidak stabil karena banyaknya pemberontakan di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Salah satu awal mula permasalahannya adalah kesepakatan Indonesia untuk
membiarkan komunis masuk dan hidup di NKRI sebagai imbas dari kesepakatan bantuan
yang diberikan Uni Soviet di masa-masa kemerdekaan.
e. Masa RIS (1950-1959)
Pada masa RIS terjadi perubahan dari UUD 1945 menjadi UUD Sementara
(UUDS). Pada masa ini juga disebut dengan masa periode demokrasi liberal, disebut
demikian karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip
liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.
- Kabinet Hatta, Desember 1949 – September 1950.
Kabinet Hatta merupakan satu-satunya kabinet dalam sejarah politik Indonesia
yang dipimpin oleh seorang pakar ekonomi profesional. Tindakan paling penting
yang dilakukan kabinet ini adalah reformasi moneter melalui devaluasi mata uang
secara serempak dan pemotongan uang yang beredar pada bulan Maret 1950 dan
pengurangan seluruh deposito bank yang bernilai di atas 400 gulden menjadi
separohnya.
- Kabinet Natsir, September 1950 – Maret 1951.
Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama dalam negara kesatuan Republik
Indonesia. Ia menunjuk Sjafruddin prawiranegara sebagai menteri keuangan serta
Sumitro Djojohadikusumo sebagai menteri perdagangan dan industri. Pada
kabinet Natsir inilah untuk pertama kalinya terumuskan suatu perencanaan
pembangunan, yang disubut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP). RUP itu
sendiri, yang diumumkan secara resmi beberapa minggu justru setelah jatuhnya
kebinet Natsir, menimbulkan pro dan kontra di dalam tubuh kabinet.
- Kabinet Sukiman, April 1951 – Februari 1952.
Masa pemerintahan Sukiman mencatat beberapa peristiwa penting dalam sejarah
perekonomian Indonesia. Di antaranya adalah nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi bank Indonesia (22 Mei 1951) dan memburuknya situasi fiskal. Ekspor
mulai menurun akibat telah berlalunya “boom” Korea. Sistem kurs berganda
(multiple exchange rate system), yang telah menjebak sistem perekonomian sejak
tahun 1950.
- Kabinet Wilopo, April 1952 – Juni 1953.
Kabinet Wilopo memperkenalkan konsep anggaran berimbang (balanced budget)
dalam APBN. Impor bukan saja diperketat, tetapi juga diharuskan melakukan
pembayaran di muka. Pekerjaan ekonomi besar yang dilakukan semasa Wilopo
adalah “rasionalisasi” angkatan bersenjata melalui moderenisasi dan pengurangan
personil. Prestasi ekonomi lainnya yang pantas dicatat adalah keberhasilan kabinet
ini menekan pengeluaran pemerintah, lebih dari 25% pengeluaran total pada tahun
sebelumnya.
- Kabinet Ali I, Agustus 1953 – Juli 1955.
Masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamodjojo ini diwarnai oleh defisit baik
dalam anggaran belanja maupun dalam neraca pembayaran. Ditinjau dari segi
fiskal, masa sembilan bulan pertama kabinet ini bhkan dapat dikatakan bersifat
katastropik. Kegagalan fiskal ini bahkan mengundang kecaman keras, sehingga
memaksa Ali mengganti beberapa anggota utama kabinetnya, termasuk
penggantian Iskaq Tjokroadisurjo dan Rooseno Surjohadikusumo pada bulan
November 1954. Menyusul kegonjangan kabinet tadi, tindakan restabilisasi
diarahkan pada pembatasan impor.
- Kabinet Burhanuddin, Agustus 1955 – Maret 1956.
Kabinet ini dikenal dengan sebutan Kabinet Interim, yang mengendalikan
pemerintahan sampai pemilihan umum yang dijadwalkan pada bulan September
1955, dan sampai terbentuknya parlemen baru hasil pemilihan umum tersebut.
Tindakan ekonomi penting yang dilakukan kabinet Burhanuddin diantaranya
adalah liberalisasi impor (politik rasialisme terhadap importer dihapuskan). Pada
saat yang sama, kebijakan pembayaran dimuka atas impor ditingkatkan. Laju uang
beredar berhasil ditekan, berkurang sekitar 5% (senilai 500 juta ketika itu).
Pembangunan ekonomi relatif berhasil berkat perluasan pembentukan modal
melalui penyempurnaan program Benteng, yakni dengan membentuk suatu
Dewan Alat-alat Pembayaran Luar Negeri.
- Kabinet Ali II, April 1956 – Maret 1957.
Ali Sastroamidjojo kembali naik panggung pemerintahan, merupakan kabinet
pertama hasil pemilihan umum. Kabinet ini nyaris tak sempat berbuat apa-apa
dalam bidang perekonomian. Pemerintah saat itu sibuk menghadapi letupan-
letupan rasa tidak puas yang bermunculan dari luar jawa. Penyelundupan
merajalela sehingga memerosotkan cadangan devisa. Divisit besar dalam
anggaran negara terjadi lagi. Sertifikat pendorong ekspor, yang sebelumnya
sempat dibekukan, dicairkan kembali.
- Kabinet Djuanda, Maret 1957 – Agustus 1959.
Kabinetnya disebut Kabinet Karya, karna dibentuk bukan berdasarkan
pertimbangan politis kepartaian. Kabinet ini juga disebut Kabinet Kerja Darurat
Ekstra Parlementer. Istilah “darurat” dilekatkan mengingat kabinet ini dibentuk
oleh presiden Soekarno berlandaskan pemberlakuan “keadaan perang dn darurat
perang” (SOB) pada waktu itu.semasa pemerintahan Djuanda dengan
perekonomian yang bersifat terpimpin ini, instrumen ekspor berupa sertifikat
pendorong ekspor (SPE) diganti/disederhanakan menjadi bukti ekspor (BE).
Dalam bulan Desember 1957, dilakukan pengambilalihan (nasionalisasi)
perusahaan-perusahaan Belanda.
Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia
yang baru merdeka. Pada masa ini perekonomian masih belum stabil disebabkan
karena silih bergantinya kabinet yang rata-rata hanya berumur dua tahun karena
pergolakan politik dalam negeri. Sehingga pemerintah yang berkuasa tidak bisa
focus memikirkan masalah-masalah social dan ekonomi yang terjadi pada saat
itu. Pada masa ini juga terjadi beberapa penyimpangan undang-undang Seringnya
pergantian kabinet di tengah jabatan juga menjadi salah satu penambah carut
marutnya perekonomian. Karena seringkali banyak kebijakan yang tidak sesuai
dan tidak berkesinambungan. Tingkat produksi yang terus merosot dan inflasi
yang mencapai 50% menyebabkan APBN defisit. Hal ini disikapi dengan
membuat kebijakan Gunting Syarifudin yaitu memotong nilai uang/sanering untuk
mengurangi jumlah mata uang beredar sehingga tingkat inflasi turun. Upaya
lainnya yang ditempuh yaitu menasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai
bank sentral dan bank sirkulasi. Mencanangkan Sistem ekonomi Ali-Baba
(kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu
penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi.
Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha
pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi
kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Dan upaya pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha
Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi
belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.
f. Masa Orde Lama (1959-1965)
Masa perkembangan perekonomian Indonesia adalah pada masa Demokrasi
Terpimpin atau yang sering disebut Masa Orde Lama. Masa perkembangan
perekonomian Indonesia adalah masa Demokrasi Terpimpin, sesuai namanya pada
masa ini system ekonomi cenderung bersifat terpusat/komando yang dikendalikan
penuh oleh negara, dengan system ekonomi ini diharapkan akan membawa pada
kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi (Mazhab
Sosialisme). Masa ini ditandai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 1 Juli 1959,
yaitu mengembalikan kepada UUD 1945. Namun, kehidupan politik yang tidak
kondusif masih saja terjadi dengan adanya pemberontakan hingga menimbulkan 30
September. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Kebijakan-kebijakan
tersebut di antaranya dengan menurunkan nilai uang/devaluasi pada 25 agustus 1959
dari Rp500 menjadi Rp50, Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan bank
yang melebihi 25000 dibekukan. Kemudian dibentuk pula Deklarasi Ekonomi
(Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan keadaan yang buruk bagi
perekonomian Indonesia bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik
400%. Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai merambah ke proyek-proyek
besar. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar
dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini
mencakup sector-sektor penting dan menggunakan perhitungan yang modern.
Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan
atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa
untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga yang ahli. Perekonomian Indonesia
pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk. Terjadinya pengeluaran yang
besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembanguanan dan pertumbuhan ekonomi
melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, impor
beras, proyek mercusuar dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-
teeman dekat dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga diperparah pada
penetapan pemerintah untuk devaluasi kembali pada tanggal 13 Desember 1965,
akan tetapi hal itu justru malah meningkatkan inflasi karena tidak berjalan
semestinya di masyarakat. Pada masa terjadi hyper inflation hingga berkisar 650%
karena jumlah uang yang beredar terlalu banyak, akibat dari kebijakan pencetakan
uang yang terlalu berlebihan. Selain itu, Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan
internasional dan mulai dekat dengan negara komunis.
g. Masa Transisi (1966-1968)
Bekas-bekas kondisi ekonomi yang terpuruk masih sangat mencolok pada masa
ini, seperti tumpukan utang luar negeri yang mencapai lebih dari US$ 2 milyar,
neraca perdagangan pasif, neraca pembayaran dengan luar negeri mengalami defisit
yang besar, APBN yang tidak terkendali, tingginya laju inflasi, hingga nilai tukar
rupiah yang tidak stabil. Pada masa terjadi pergantian presiden, Soekarno digantikan
oleh Soeharto pada tahun 1968. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk
merehabilitasi keadaan ekonomi Indonesia.
h. Masa Orde Baru (1969-1996)
Awal masa Orde Baru menerima beban berat dari buruknya perekonomian Orde
Lama. Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan
menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI.
Perekonomian berangsur-angsur mulai membaik. Pemerintah menjalankan program
pembangunan jangka panjang tahun I (PJPT I). Maka sejak tahun 1969, Indonesia
dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembanguanan Lima Tahun (REPELITA). Melalui program REPELITA, pemerintah
mulai merencanakan pembangunan dengan lebih terarah.
- REPELITA I (1967-1974)
mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup
pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian.
Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
- REPELITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya
adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku.
- REPELITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector
pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi.
- REPELITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih
adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan
usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah
mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti
pertumbuhan industri bertahap.
Kebijakan-kebijakan yang dianut pada masa ini condong kepada teori Keynesian
tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam
kondisi-kondisi dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan
sendiri. Misalnya dalam penentuan UMR dan perluasan kesempatan kerja. Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan yaitu kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian
pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi
muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan
pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik
lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun). Hasilnya, pada tahun
1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan
indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan
angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga
berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB
dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah. Namun dampak negatifnya
adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam,
perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok
dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri.
Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat
korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil. Sehingga
meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan
imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-
harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan
menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

Kelebihan Pada Masa Orde Baru:


4. perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan
pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
5. sukses transmigrasi.
6. sukses KB.
7. sukses memerangi buta huruf.
8. sukses swasembada pangan.
9. pengangguran minimum.
10. sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
11. sukses Gerakan Wajib Belajar.
12. sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.
13. sukses keamanan dalam negeri.
14. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia.
15. sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

Kekurangan Orde Baru:


 semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme.
 pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat.
 munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua.
 kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya.
 bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi
si kaya dan si miskin).
 kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.
 kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibreidel.
 penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius" (petrus).
 tidak ada rencana suksesi.
i. Masa Reformasi (1997 – 2008)
Pada tahun 1997 hingga 1998 terjadi krisis ekonomi. Dampak krisis ini sangat
dirasakan oleh BUMS dan BUMN. Setelah terjadi krisis multidimensi pada 1998,
berakhir sudah masa orde baru yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dan
selanjutnya dimulai babak baru yang disebut era reformasi hingga
sekarang. Seharusnya pada tahun1992 Indonesia ditargetkan akan melalui tahap
tinggal landas. Namun hingga pengunduran diri Soeharto di tahun 1998, masa tinggal
landas yang dicita-citakan hanya tinggal masa lalu, semua tidak terlaksana. Guna
memperbaiki situasi krisis saat itu, maka dikucurkan dana Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI), yang menjadi kasus tersendiri karena terjadi penyalah gunaan.
Hingga saat ini, kasus ini belum juga tuntas. Pada masa Reformasi, perkembangan
perekonomian mulai mengalami perbaikan semenjak krisis ekonomi 1998, hal ini
ditandai dengan lunasnya hutang kepada IMF dan menguatnya nilai tukar rupiah.
Dalam periode reformasi terdapat pula kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi
adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi
perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban
negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN
yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.Di masa ini juga direalisasikan
berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Selain itu, pada masa
kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang populer yaitu dengan mengurangi
subsidi BBM yang diakibatkan oleh naiknya harga minyak dunia sehingga membuat
harga BBM di masyarkat naik. Subsidi BBM ini dialihkan ke sektor lain yaitu sektor
pendidikan dan sektor lain yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hingga
tahun 2008, pemerintah cukup mampu mengurangi inflasi hingga bertahan 4-5% per
tahun, selain itu pemerintah juga mampu mengatasi terjangan krisis global yang
melanda dunia pada tahun 2008.

7. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional ? Sebutkan dan jelaskan
tentang Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional ?

Yang dimaksud dengan pendapatan nasional yaitu, Istilah “Pendapatan Nasional”


dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, “Pendapatan Nasional” adalah
terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas “pendapatan
nasional” dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product
(GDP),atau merujuk ke Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product
(GNP), Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP),; atau merujuk ke
Pendapatan nasional (PN) alias National Income (NI).
Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima
oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun. Pendapatan nasional merupakan
salah satu variabel penting untuk menghitung prestasi ekonomi suatu negara karena kita
dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dari tahun ke
tahun. Penghitungan pendapatan nasional indonesia dimulai dengan Produk Domestik
Bruto. PDB dapat dihitung atau diukur dengan 3 macam pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

a. Menurut pendekatan produksi


Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output
masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada
kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari
output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi.
Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double
counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung
beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka
dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah
(value added) masing-masing sektor.
Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n
Ket:
Y = Pendapatan Nasional
P = harga
Q = kuantitas

b. Menurut pendekatan pendapatan,


PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
Balas jasa produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.
Oleh sebab itu PDB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai
tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha.Metode pendapatan memandang nilai
output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi. Kemampuan entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian
mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji.
Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah
pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas
seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional.
Y=R+W+I+P
Ket :
Y = pendapatan nasional
R = rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba

c. Menurut pendekatan pengeluaran


Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total dalam
perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis agregat
dalam suatu perekonomian:
- Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa
yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat
dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
- Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran
pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government
expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial
tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
- Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor
dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang
jadi maupun barang setengah jadi.
- Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor.
Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor. Ekspor
netto adalah nilai barang dan jasa dalam negeri yang dijual ke luar negeri dikurangi nilai
barang dan jasa asing yang dijual di dalam negeri. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila
perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
Y = C + I + G + (X - M)
Ket :
Y = Pendapatan Nasional
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor

8. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan Pertumbuhan Ekonomi dalam suatu Negara?
Jelaskan, bagaimana cara perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Negara

Pertumbuhan Ekonomi sering digunakan untuk menyatakan perkembangan


ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan fundamental
ekonomi jangka panjang suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi
pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Definisi pertumbuhan
ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila terjadi kenaikan
output perkapita. Untuk mencapai kenaikan output per kapita tidaklah mudah terutama
bagi negara yang jumlah penduduknya tinggi seperti Indonesia. Kenaikan jumlah
penduduk tiap tahun menyebabkan naiknya kebutuhan konsumsi sehari-hari, untuk itu
kenaikan jumlah pendapatan mutlak diperlukan, sehingga harus diiringi dengan
bertambahnya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah. Untuk dapat
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, diperlukan pemahaman tentang Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). PDB atau GDP adalah total
produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah pada periode tertentu,
misalnya satu tahun. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan
Ekonomi yaitu:
1. Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
2. Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)

Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih sering dipakai adalah
PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang
bersangkutan.
Sementara itu untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
digunakan rumus :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi dimana g seperti pembagian tenaga kerja (semacam
spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi
masyarakat.
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin

9. Jelaskan, kenapa Pendapatan Per kapita Indonesia lebih rendah bila dibandingkan
dengan negara negara tetangga sesama anggota ASEAN?

Pendapatan perkapita didapatkan dari jumlah pendapatan nasional suatu negara


dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara. Pendapatan perkapita Indonesia lebih
rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga sesama anggota ASEAN, disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a. Tingkat Korupsi
Berdasar riset Transparency International (TI), Indeks Persepsi Korupsi di
Indonesia yaitu 3.0 (dari skala 1-10). Hal itu sangat berbeda jauh dengan negara2 sekitar.
b. Jumlah pengusaha
Dibanding negara-negara tetangga, jumlah pengusaha di Indonesia sangat kurang.
c. Pendapatan perkapita
Didapatkan dari jumlah pendapatan nasional suatu negara dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara. Yang menjadi penyebab mengapa pendapatan perkapita
Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga sesama anggota
ASEAN adalah karena laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan tidak diimbangi
dengan meningkatnya jumlah pendapatan nasional di Negara Indonesia. Apabila
dianalisis lebih jauh, maka jumlah penduduk yang banyak inilah yang menyebabkan
pendapatan perkapita Indonesia menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena perhitungan
pendapatan perkapita harus membagi antara jumlah pendapatan nasional dengan jumlah
penduduk yang ada di Indonesia. Sedangkan pertambahan jumlah penduduk yang ada di
Indonesia tidak terlalu memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap penambahan
jumlah pendapatan nasional yang ada sekarang. Jadi jumlah pendapatan nasional yang
meningkat tidak terlalu tinggi harus dibagi dengan jumlah penduduk yang meningkat
secara drastis dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena SDM yang dimiliki Indonesia
masih belum bisa bersaing dengan SDM yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN
lainnya. Sehinga produktifitas penduduk Indonesia masih sangat rendah dibandingkan
Negara ASEAN lainnya. Itulah yang menyebabkan pendapatan nasional Indonesia lebih
rendah dibanding negara-negara di ASEAN.

10. Dengan terbitnya UU no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, jelaskan kenapa
semakin banyak terjadi/munculnya pengangguran?

Apabila dilihat dalam UU NO. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam


Pasal 156 tentang pemutusan hubungan kerja yang mengatur tentang pesangon menjadi
keberatan para pengusaha karena dalam pasal tersebut pengusaha merasa sangat
diberatkan bahkan “nyaris diperas oleh Pekerja” sehingga membuat pengusaha berusaha
keras untuk mendorong di revisinya Undang-undang ini. Di sisi lain para pekerja
keberatan dengan revisi yang dicetuskan oleh Pemerintah dan mendapat sokongan dari
pengusaha tersebut. Analisis ekonomi pastilah mengatakan bahwa UU NO. 13 Tahun
2003 tersebut memang menimbulkan distorsi ekonomi. Intervensi pemerintah dengan
membuat regulasi pengaturan ketenagakerjaan mengganggu ekonomi pasar yang didasari
oleh supply dan demand, dalam situasi ekonomi serba sulit seperti saat ini dengan
komposisi supply tenaga kerja sangat besar sedang demand terhadap tenaga kerja sangat
kecil menyebabkan tingkat pengangguran sangat tinggi sehingga berimplikasi terhadap
tingkat kemiskinan yang makin menggelembung. Kontradiktif dengan tujuan
pembangunan nasional. Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 itu,
kontrak kerja melalui mekanisme perjanjian kerja maksimal bisa diperpanjang sampai 3
tahunendiri dibuat menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 13/2003, ada empat
kategori. Pertama, perjanjian kerja magang (pasal 22), kedua, perjanjian kerja waktu
tertentu (pasal 56-60) ketiga, perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (pasal 60) dan
keempat, perjanjian kerja bersama yang melibatkan serikat pekerja dan pihak manajemen
perusahaan (pasal 116). Perusahaan nakal biasanya cenderung mengikat buruhnya
bekerja melalui mekanisme perjanjian kerja magang dan perjanjian kerja waktu tertentu.
Adapun penggunaan perjanjian kerja waktu tertentu sesuai ketentuan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 sebagai berikut: Pasal 58 (1), perjanjian waktu tertentu dibuat
tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. (2) Bila ada syarat masa
percobaan kerja maka perjanjian waktu tertentu batal demi hukum. Pasal 59 (1) ,
perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu dan akan
selesai dalam waktu tertentu atau sementara sifatnya. Pasal 59 (2), perjanjian kerja untuk
waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Pasal 59 (4),
perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh
diperpanjang sekali dalam waktu satu tahun. Pasal 59 (7), perjanjian kerja waktu tertentu
yang tidak memenuhi di antaranya ayat 1 , 2 dan 4 maka demi hukum menjadi perjanjian
kerja waktu tidak tertentu. Adapun ketentuan perjanjian kerja waktu tidak tertentu di
antaranya se sebagai berikut:
· Pasal 60 (1), perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa
percobaan kerja paling lama 3 bulan. Selama masa percobaan, pengusaha dilarang
membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.
· Pasal 63 (1), dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan,
maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan.

Dengan terbitnya UU no.13 tahun 2003 semakin banyak angkatan kerja yang
menganggur. Hal ini disebabkan banyak perusahaan nakal yang lebih memilih merekrut
pekerja dengan perjanjian kerja magang atau perjanjian kerja waktu tertentu. Jika banyak
perusahaan menggunakan cara tersebut untuk merekrut pekerja, maka secara otomatis
kerugian banyak diterima oleh si pekerja. Apabila perusahaan menggunakan perjanjian-
perjanjian tersebut berarti perusahaan hanya perlu menanggung gaji atau upah pekerja.
Sedangkan fasilitas pekerja seperti kesehatan, pesangon, dan lain-lain tidak bias di
dapatkan oleh pekerja karena mereka masih berstatus buruh kontrak. Terlebih lagi
perusahaan bias mem-PHK pekerja tersebut sewaktu-waktu. Hal tersebut yang
menyebabkan angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Dengan tidak adanya
system perekrutan pekerja yang bersifat tetap dalam kurun waktu yang tak bisa
ditentukan, semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, ditambah lagi
jumlah penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya, membuat angkatan kerja
kesulitan untuk mencari pekerjaan yang tetap. Sehingga, pengangguran masih tetap akan
muncul meskipun UU no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan sudah diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai