SKRIPSI
AINUL ROCHMAN
0806455061
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
JUNI 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
AINUL ROCHMAN
0806455061
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK
JUNI 2012
Penulis
iv
Sistem distribusi AC telah lama dipilih sebagai sistem distribusi yang handal
karena mempunyai kelebihan dalam hal konversi tegangan. Namun demikian,
penerapan sistem AC ini menyebabkan perlunya penggunaan konverter AC-DC
pada setiap beban DC baik pada rumah tangga, fasilitas komersial, maupun
perkantoran. Penggunaan konverter AC-DC ini menimbulkan adanya rugi-rugi
konversi dimana rugi-rugi konversi ini dapat semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya penggunaan beban-beban DC. Skripsi ini membahas tentang
perbandingan jatuh tegangan dan rugi daya pada sistem AC dan DC serta
membahas tentang rugi-rugi konversi yang ada pada konverter AC-DC dari laptop
dan ponsel. Selain itu, juga dipaparkan beberapa topologi sistem DC pada rumah
tangga yang dapat menjadi alternatif untuk permasalahan rugi-rugi konversi yang
ada pada sistem AC. Dari hasil pengukuran, pada AC Adapter laptop yang diuji,
didapatkan bahwa konverter AC-DC ini memiliki rugi-rugi 1 W hingga 5 W
dengan efisiensi rata-rata 94 %. Sedangkan pada AC Adapter ponsel yang diuji,
rugi-rugi konversi rata-rata yang dihasilkan 0,6 W dengan efisiensi rata-rata 78 %.
Kata kunci:
sistem DC, sistem AC, jatuh tegangan, rugi-rugi daya, rugi-rugi konversi
vi
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
ABSTRACT
Keywords:
DC systems, AC systems, voltage drop, power losses, conversion losses
vii
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
viii
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 3 ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM AC DENGAN SISTEM DC
TEGANGAN RENDAH DAN ANALISIS RUGI-RUGI KONVERTER AC-
DC PADA ADAPTOR SWITCHING ...................................................................22
3.1 Umum .......................................................................................................... 22
3.2 Analisis Perbandingan Sistem AC dan DC ................................................... 22
3.2.1 Deskripsi Studi Kasus ....................................................................... 22
3.2.1.1 Konfigurasi Pengukuran ..................................................... 22
3.2.1.2 Spesifikasi Kabel dan Beban .............................................. 23
3.2.1.3 Spesifikasi Penyearah ......................................................... 24
3.2.1.4 Level Tegangan yang Diterapkan ....................................... 26
3.2.2 Analisis Perbandingan Sistem AC dengan DC pada Lampu Pijar ...... 26
3.2.2.1 Hasil Analisis ..................................................................... 27
3.2.3 Analisis Perbandingan Sistem AC dengan DC pada Lampu CFL ...... 31
3.3 Analisis Rugi-rugi Konversi pada Konverter AC-DC ...................................33
3.3.1 Deskripsi Studi Kasus ....................................................................... 33
3.3.2 Analisis Rugi-rugi Konversi pada AC Adapter Laptop ...................... 35
3.3.2.1 Konfigurasi Pengukuran ..................................................... 35
3.3.2.2 Hasil Pengukuran dan Analisis ........................................... 35
3.3.3 Analisis Rugi-rugi Konversi pada AC Adapter Ponsel ...................... 38
3.3.3.1 Konfigurasi Pengukuran ..................................................... 38
3.3.3.2 Hasil Pengukuran dan Analisis ........................................... 38
3.3.3.3 Analisis Total Rugi-rugi Konversi AC Adapter Ponsel
Berdasarkan Asumsi........................................................... 42
BAB 4 DESAIN TOPOLOGI SISTEM DC PADA RUMAH TANGGA ............ 44
4.1 Umum .......................................................................................................... 44
4.2 Topologi yang Diajukan ............................................................................... 45
4.2.1. Topologi A ....................................................................................... 46
4.2.2. Topologi B ....................................................................................... 49
4.2.3. Topologi C ....................................................................................... 52
BAB 5 KESIMPULAN .......................................................................................... 54
DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 55
LAMPIRAN ........................................................................................................... 59
ix
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
x
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Sistem AC dengan beban Lampu Pijar ................... 27
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Sistem DC dengan beban Lampu Pijar ................... 28
Tabel 3.3. Hasil Pengukuran Resistansi dan Induktansi Kabel ............................. 29
Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Sistem AC dan DC dengan Beban Lampu Pijar ..... 30
Tabel 3.5. Hasil Pengukuran Sistem AC dengan beban lampu CFL .................... 31
Tabel 3.6. Hasil Pengukuran Sistem DC dengan beban lampu CFL .................... 32
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan dan Rugi Daya Sistem AC dan
DC dengan Beban Lampu CFL ........................................................ 32
Tabel 3.8. Hasil Pengukuran AC Adapter original dengan Baterai Terpasang ..... 36
Tabel 3.9. Hasil Pengukuran AC Adapter original dengan tanpa Baterai ............. 36
Tabel 3.10. Hasil Pengukuran Replacement AC Adapter dengan baterai
terpasang ............................................................................................ 37
Tabel 3.11. Hasil Pengukuran Replacement dengan laptop tanpa baterai............... 38
Tabel 3.12. Hasil Pengukuran Rugi-rugi Konversi pada Charger Ponsel A ........... 39
Tabel 3.13. Hasil Pengukuran Jatuh Tegangan Charger Ponsel A ......................... 40
Tabel 3.14. Hasil Pengukuran Rugi-rugi Konversi pada Charger Esia .................. 41
Tabel 3.15. Total Rugi-rugi Energi Ponsel dengan Frekuensi Pengisian yang
Berbeda .............................................................................................. 43
xi
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari skripsi ini adalah:
1. Menganalisis dan membandingkan sistem AC dengan sistem DC pada
sistem tegangan rendah menggunakan beban linear dan beban non linear.
2. Menganalisis rugi-rugi konverter AC-DC pada Adaptor berbasis switching
3. Mendesain topologi sistem DC sederhana untuk rumah tangga
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
3
switching. Bab 3 ini terdiri dari deskripsi studi kasus, analisis perbandingan sistem
AC dengan DC tegangan rendah dan analisis rugi-rugi konverter AC-DC pada
Adaptor berbasis switching. Selanjutnya bab 4 adalah desain topologi sistem DC
untuk rumah tangga yang terdiri dari beberapa topologi yang diajukan. Lalu
diakhiri dengan kesimpulan pada bab 5.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Sistem distribusi listrik merupakan penyaluran tenaga listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit listrik ke pelanggan. Dalam penyalurannya dapat
menggunakan tegangan arus searah atau tegangan arus bolak-balik.
4
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
5
Nilai faktor daya seperti yang digambarkan oleh segitiga daya pada
Gambar 2.1 adalah:
P
cos
S
Pada sistem DC, karena tidak ada daya reaktif (Q), sudut faktor dayanya
bernilai 0. Dengan demikian nilai faktor dayanya adalah:
P
cos 0o 1 atau 1 atau total daya yang dihasilkan (daya semu) menjadi
S
daya aktif. Sedangkan pada sistem AC, cos φ dapat bernilai kurang dari 1
diakibatkan terdapatnya daya reaktif (Q) yang salah satunya dapat
ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif (lagging). Misalnya sudut
faktor daya 37o, maka :
P
cos 37 o 0,8
S
P
Karena 1 , maka tidak seluruh daya yang dihasilkan (daya semu)
S
menjadi daya aktif. Terdapat daya reaktif yang dihasilkan yaitu sebesar:
Q S sin 37 0,6 S
4. tidak ada persoalan frekuensi pada penyaluran jarak jauh menggunakan
sistem DC [4]
5. penerapan sistem DC dapat mengurangi fluktuasi tegangan pada beban-
beban pelanggan sehingga tegangan yang disuplai ke beban pelanggan
hampir dapat dijaga konstan [5]
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
6
6. dengan rugi korona yang sama dan tingkat gangguan radio (radio
interference) tertentu, tegangan DC dapat dinaikkan lebih tinggi daripada
tegangan AC [4]
7. lebih rendah biaya saluran udara (overhead line) atau biaya saluran kabel
bawah tanah (underground) atau biaya kabel bawah laut (submarine) serta
tidak memerlukan kapasitor seri atau shunt [4]
Karena adanya keuntungan-keuntungan pada penyaluran dengan tegangan
DC, maka penggunaan sistem DC mulai diminati kembali pada tahun 1930-an [4].
Selain memiliki keuntungan, sistem distribusi DC juga memiliki
kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya:
1. konversi tegangan dari satu level DC ke level DC lain lebih sulit daripada
konversi AC-AC
2. untuk sistem DC tegangan sangat rendah, besar jatuh tegangan meningkat
sehingga memberikan peningkatan rugi daya [6]
3. lebih sulit memutuskan (interruption) arus DC disebabkan tidak adanya
pemotongan di titik nol (zero-crossing) pada gelombang DC [6]
4. karena tidak adanya tegangan induktansi diri, batasan arus hubung singkat
pada rangkaian DC lebih sulit ditentukan daripada rangkaian AC [6]
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
7
3. cocok dengan beban berupa motor arus bolak-balik (motor AC). Pada
motor AC, misalnya motor sinkron, bagian statornya membutuhkan suplai
tegangan tiga fasa untuk menghasilkan medan magnet putar stator yang
kemudian medan magnet putar stator ini untuk memutarkan rotor [7]
4. sistem proteksi pada sistem distribusi AC lebih berkembang dibandingkan
dengan sistem proteksi pada sistem distribusi DC [2]. Hal ini dapat
dimaklumi karena sistem distribusi AC telah lama diterapkan.
Permasalahan-permasalahan di bidang proteksi sejak dulu sampai saat ini
telah menghasilkan berbagai perkembangan di bidang proteksi pada sistem
distribusi AC.
Selain memiliki kelebihan, sistem distribusi arus bolak-balik juga
memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya:
1. karena adanya frekuensi, maka dapat terjadi ketidakstabilan frekuensi
akibat faktor tertentu, seperti adanya fluktuasi beban yang membuat nilai
frekuensi tidak konstan.
2. diperlukan adanya sinkronisasi generator untuk generator yang
diparalelkan sehingga terdapat syarat yang perlu dipenuhi seperti tegangan
sama, frekuensi kedua generator sama, urutan fasa sama dan sudut fasa
sama.
3. dalam sistem AC terdapat suatu kondisi voltage sag dan voltage swell
yang dapat mempengaruhi kualitas daya. Voltage sag merupakan kondisi
dimana tegangan turun di bawah 90% nilai tegangan nominal, sedangkan
voltage swell adalah kondisi dimana tegangan naik di atas 110% nilai
tegangan nominal. Voltage sag dapat disebabkan adanya pembangkit yang
lepas (trip) atau bisa juga adanya beban besar yang masuk ke dalam sistem
secara bersamaan, sedangkan voltage swell dapat disebabkan karena
adanya beban besar yang hilang secara bersamaan. Selain voltage sag dan
voltage swell, terdapat pula kondisi lain pada sistem AC yang dapat
mempengaruhi kualitas daya seperti interruption, noise, flicker seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
8
Gambar 2.2 [9]. Masalah kualitas daya yang biasa terjadi pada sistem AC
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
9
Pada suatu penghantar, nilai resistansi bergantung pada jenis, panjang, dan
luas penampang penghantar tersebut. Hal ini sesuai dengan persamaan (2.1).
R (2.1)
A
dimana:
R : resistansi penghantar (Ω)
: resistivitas penghantar (Ω m)
: panjang penghantar (m)
A : luas penampang penghantar (m2)
Selain itu, nilai resistansi penghantar juga dipengaruhi temperatur. Dengan
temperatur t1 dan t 2 dalam 0C, hubungan antara resistansi dengan temperatur
dapat direpresentasikan oleh persamaan (2.2) [8].
M t2
Rt 2 Rt1 (2.2)
M t1
dimana:
Rt 2 : resistansi pada temperatur t 2
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
10
bergantung pada frekuensi dan kapasitansi. Nilai reaktansi induktif dan reaktansi
kapasitif dapat diperoleh dari persamaan (2.4) dan (2.5).
X L 2fL (2.4)
X C 2fC (2.5)
dimana:
XL : reaktansi induktif (Ω)
Jatuh tegangan merupakan selisih tegangan antara titik satu dengan titik
lainnya pada suatu saluran.
dimana:
Vdrop : jatuh tegangan sepanjang saluran (V)
R : resistansi kawat penghantar (Ω)
X : reaktansi kawat penghantar (Ω)
I : magnitude arus penghatar (A)
: sudut faktor daya
Untuk sistem DC, perhitungan jatuh tegangan dapat diturunkan dari
persamaan (2.7). Karena tidak ada komponen reaktansi dalam sistem DC, maka
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
11
Untuk beban satu fasa dengan nilai konsumsi daya dan tegangan DC yang
diterapkan diketahui, maka jatuh tegangan dapat diperoleh menggunakan
persamaan (2.9) [10].
P
Vdrop 2 R (2.9)
Vdc
dimana :
P : konsumsi daya beban (W)
Vdc : tegangan DC yang diterapkan (V)
Adapun pada sistem AC, untuk beban satu fasa dimana diketahui
konsumsi daya beban, tegangan rms, dan sudut faktor daya, maka perhitungan
jatuh tegangan diturunkan dari persamaan (2.7) sehingga menghasilkan
persamaan (2.10) [10].
P P
Vdrop 2 R X tg (2.10)
E E
Sedangkan untuk beban tiga fasa, perhitungan jatuh tegangan dapat menggunakan
persamaan (2.11) [10].
1 P P
Vdrop R X tg (2.11)
3 E E
dimana:
X = reaktansi (Ω)
= sudut faktor daya
Selain resistansi dan/atau reaktansi yang terdapat pada kawat penghantar,
jenis beban juga berpengaruh terhadap besar jatuh tegangan [8].
Beban resistif
Pada faktor daya tinggi, jatuh tegangan sangat bergantung pada resistansi
konduktor. Misalnya pada faktor daya (cos φ ) 0,95, maka sin φ nya adalah 0,31.
Sehingga walaupun pada umumnya resistansi lebih kecil daripada reaktansi,
dalam hal ini resistansi berperan utama terhadap jatuh tegangan sesuai dengan
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
12
persamaan (2.10) dan (2.11) dimana tg sama dengan pembagian sin φ dengan
cos φ.
Beban reaktif
Pada faktor daya sedang sampai faktor daya rendah, jatuh tegangan sangat
bergantung pada reaktansi konduktor. Misalnya pada faktor daya 0,8, maka sin φ
nya adalah 0,6. Karena reaktansi biasanya lebih besar daripada resistansi, maka
dalam hal ini beban reaktif merupakan penyebab utama terhadap jatuh tegangan .
Hal ini juga sesuai dengan persamaan (2.10) dan (2.11)
Faktor daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besar jatuh
tegangan . Pengaruh faktor daya terhadap jatuh tegangan cukup signifikan
sehingga faktor daya yang buruk dapat meningkatkan jatuh tegangan secara
signifikan.
Jatuh tegangan dapat lebih tinggi jika menggunakan tegangan yang
semakin rendah pada sistem distribusi, faktor daya yang buruk, rangkaian satu
fasa, dan rangkaian yang tidak seimbang. Jatuh tegangan dapat dikurangi dengan
beberapa cara diantaranya:
1. Meningkatkan faktor daya, salah satunya dengan menambah kapasitor
2. Memperbesar ukuran konduktor
3. Menyeimbangkan rangkaian
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
13
Perhitungan rugi daya untuk beban yang disuplai sistem DC dapat menggunakan
persamaan 2.12 [10].
P2
Ploss 2 R (2.12)
Vdc2
dimana:
P : resistansi kawat penghantar (Ω)
R : reaktansi kawat penghantar (Ω)
Vdc : magnitude arus penghatar (A)
Pada sistem AC, adanya daya reaktif turut meningkatkan rugi daya dari
sistem tersebut. Hal ini disebabkan adanya induktansi pada saluran yang
mempengaruhi faktor daya. Induktansi yang semakin besar pada saluran dapat
membuat faktor daya semakin rendah. Faktor daya yang rendah ini menyebabkan
meningkatnya arus untuk memenuhi jumlah daya yang sama. Dengan
meningkatnya arus, maka semakin meningkat pula rugi daya pada saluran.
Pada beban yang disuplai dengan sistem AC, untuk beban satu fasa,
perhitungan rugi daya sebagai berikut [10]:
R P2
Ploss 2 (2.13)
cos 2 E 2
Sedangkan jika beban yang disuplai merupakan beban tiga fasa, perhitungan rugi
daya menggunakan persamaan 2.14 [10].
R P2
Ploss (2.14)
3 cos 2 E 2
dimana:
Ploss : rugi daya (Watt)
R : reaktansi kawat penghantar (Ω)
cos : faktor daya
P : konsumsi daya oleh beban (Watt)
E : tegangan rms (fasa ke ground)
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
14
Beban elektronika
Blok Baterai
DC Elektronika digital
DC DC
Mikro Turbin
M AC
Beban AC
AC
DC
Bus DC
2.8 Beban
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
15
1. Beban resistif yang meliputi lampu pijar, kompor listrik, oven listrik, dan
sebagainya. Beban-beban resistif ini merupakan beban yang dimodelkan
sebagai resistansi
2. Beban elektronika yang meliputi komputer, TV layar datar, battery
charger [12]. Beban ini secara internal menggunakan DC dimana terdapat
penyearah jembatan (bridge rectifier) yang mengkonversi dari AC
menjadi DC. Selain itu, saat ini terdapat lampu fluorescent atau compact
fluorescent lamp (CFL) yang dapat beroperasi dengan DC, yaitu yang
menggunakan ballast elektronika. Pada CFL sendiri terdapat dua teknik
umum agar lampu ini dapat menyala, yaitu [13]:
Ballast magnetik. Ballast magnetik merupakan teknik awal pada
sistem lampu fluorescent. Meskipun inti besi dari ballast sederhana,
tetapi ballast ini ukurannya besar dan mempunyai rugi-rugi yang
tinggi.
Ballast elektronika. Ballast elektronika merupakan teknologi terbaru
yang membawa kepada efisiensi yang lebih baik pada sistem lampu
fluorescent. Ballast elektronika memanfaatkan elektronika daya untuk
membangkitkan tegangan frekuensi tinggi pada lampu.
3. Beban berputar yang digerakkan dengan universal machine atau frequency
controlled machine. Beban seperti pengering rambut (hair dryers), vacuum
cleaner, pengaduk makanan (food mixers) biasanya menggunakan motor
universal. Motor universal ini sebagian besar merupakan motor DC yang
dapat beroperasi baik dengan tegangan AC maupun DC [14].
Selain itu, terdapat beban yang hanya dapat beroperasi dengan
menggunakan suplai AC yaitu beban yang mengandung bagian induktif. Hal ini
disebabkan suplai DC menghasilkan arus konstan yang melalui bagian induktif
dari beban tersebut. Beban dengan breaker mekanis yang didesain untuk tegangan
AC juga tidak bisa disuplai dengan DC [12].
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
16
UPS
DC AC Beban
AC DC Sensitif
(komputer)
Baterai
Beban AC lain
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
17
D1 D2
+
D4 D3
Vdc
-
Gambar 2.5. Penyearah Jembatan Gelombang Penuh
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
18
Vdc
dimana:
Vdc : tegangan DC rata-rata hasil keluaran penyearah (V)
Untuk penyearah yang menggunakan dioda tidak ideal, pada kondisi dimana
Vm 2VT , secara lebih akurat besar tegangan rata-rata DC keluaran penyearah
ini dapat diperoleh menggunakan persamaan (2.16).
Vdc 0,636 Vm 2VT (2.16)
dimana:
VT = tegangan threshold dioda (0.7 V untuk dioda silikon)
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
19
D1 D2
+
D4 D3
Vdc
-
Gambar 2.8. Penyearah Jembatan Gelombang Penuh dengan Kapasitor
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
20
Vr ( p p )
Vdc Vm (2.17)
2
Dengan menggunakan pendekatan bahwa tegangan ripple pada gelombang
keluaran berbentuk segitiga seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10, maka
tegangan ripple rms (Vr rms) dapat direpresentasikan oleh persamaan (2.18).
Vr ( p p )
Vr ( rms) (2.18)
2 3
atau
Vr ( p p )
Vr ( rms) 3 (2.19)
2
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
21
Vr ( p p ) I dc
2 4 fC
Dengan demikian, persamaan (2.17) dapat ditulis kembali menjadi:
I dc
Vdc Vm (2.21)
4 fC
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 3
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM AC DENGAN SISTEM DC
TEGANGAN RENDAH DAN ANALISIS RUGI-RUGI KONVERTER AC-
DC PADA ADAPTOR SWITCHING
3.1 Umum
22
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
23
0 – 240 V Penyearah
Suplai PLN
AC 10 m 15 m 20 m
5m
Voltage
Regulator
Pada Gambar 3.1 dan 3.2, suplai AC berasal dari PLN yang mempunyai
tegangan rms sekitar 220 V dan frekuensi 50 Hz. Untuk mengatur tegangan yang
disuplai ke beban menggunakan pengatur tegangan AC atau AC Voltage
Regulator. Tegangan keluaran dari AC Voltage Regulator ini berkisar antara 0 V
hingga 240 V.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
24
Keluaran
Kapasitor DC
680 μF dengan
Kapasitor
Keluaran
DC tanpa
Kapasitor
Dioda Bridge Masukan AC
KBPC1010W
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
25
D1 D2 Dioda
Bridge
+
D4 D3
Beban Vdc
D1 D2 Dioda
Bridge
+
D4 D3
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
26
A
AC
Suplai Voltage
V1 V2 L
PLN Regulator
Gambar 3.6. Susunan Sistem untuk Pengukuran Jatuh Tegangan dan Rugi-rugi
Daya Sistem AC
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
27
Full Wave
Bridge 5m, 10m, 15m, 20m
Rectifier
Suplai
A
PLN AC
Voltage
2
V1 V2 L
Regulator
Gambar 3.7. Susunan Sistem untuk Pengukuran Jatuh Tegangan dan Rugi-rugi
Daya Sistem DC
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
28
tegangan yang diberikan. Nilai ini masih di bawah nilai persentase jatuh tegangan
maksimum yang diberikan oleh NEC (National Electric Code), yaitu sebesar 5 %.
Selain itu, pengukuran juga menunjukkan bahwa pertambahan panjang kabel dari
5 m hingga 20 m secara umum terjadi kenaikan jatuh tegangan sehingga kenaikan
panjang kabel dengan nilai jatuh tegangan bisa dikatakan sebanding.
Sedangkan hasil pengukuran sistem DC dengan penyearah menggunakan
kapasitor menunjukkan bahwa pada panjang kabel 5 m hingga 20 m, persentase
jatuh tegangan dan rugi daya juga di bawah 1 % seperti ditunjukkan pada Tabel
3.2. Sistem DC dengan penyearah tanpa kapasitor juga menunjukkan hal yang
tidak jatuh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa untuk panjang kabel hingga 20
m, jatuh tegangan dan rugi daya tidak terlalu berpengaruh pada operasi beban baik
pada sistem AC maupun sistem DC.
Adapun secara perhitungan, jatuh tegangan dan rugi daya pada sistem AC
maupun DC di bawah 1 %. Perhitungan jatuh tegangan dan rugi daya ini
menggunakan persamaan 2.10 dan 2.13 untuk sistem AC, lalu menggunakan
persamaan 2.9 dan 2.12 untuk sistem DC dengan nilai resistansi dan induktansi
yang tertera pada Tabel 3.3.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
29
Sedangkan nilai tg lampu pijar dapat diperoleh dari nilai cos lampu
pijar dimana cos lampu pijar berdasarkan pengukuran yaitu 0,9984.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
30
V1 V 2
% Vdrop 100%
V1
1
100%
220
0,4 %
Sehingga, hasil perhitungan keseluruhan jatuh tegangan sistem AC maupun DC
dengan beban lampu pijar ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Sistem AC dan DC dengan Beban Lampu Pijar
Sistem AC Sistem DC
Panjang V V P
Kabel suplai Vdrop % P loss %P % %
drop loss
(m) (V) (V) Vdrop (W) loss Vdrop Ploss
(V) (W)
120 0,2 0,1 0,3 0,1 0,2 0,1 0,3 0,1
5 210 0,2 0,1 0,5 0,1 0,2 0,1 0,5 0,1
220 0,2 0,1 0,5 0,1 0,2 0,1 0,5 0,1
120 0,3 0,3 0,5 0,3 0,3 0,3 0,5 0,3
10 210 0,5 0,2 1 0,2 0,5 0,2 1 0,2
220 0,5 0,2 1 0,2 0,5 0,2 1 0,2
120 0,5 0,4 0,8 0,4 0,5 0,4 0,8 0,4
15 210 0,7 0.3 1,5 0,3 0,7 0,3 1,4 0,3
220 0,7 0,3 1,5 0,3 0,7 0,3 1,5 0,3
120 0,7 0,6 1 0,6 0,7 0,6 1 0,6
20 210 0,9 0,4 2 0,4 0,9 0,4 2 0,4
220 1 0,4 2 0,4 1 0,4 2 0,4
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
32
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan dan Rugi Daya Sistem AC dan DC
dengan Beban Lampu CFL
Panjang V suplai Sistem AC Sistem DC
Kabel (m) (V) V drop (V) P loss (W) V drop (V) P loss (W)
120 0,02 0,005 0,02 0,002
5 210 0,02 0,005 0,02 0,002
220 0,02 0,005 0,02 0,002
120 0,04 0,009 0,03 0,005
10 210 0,04 0,009 0,03 0,005
220 0,04 0,009 0,03 0,005
120 0,06 0,01 0,05 0,007
15 210 0,06 0,01 0,05 0,007
220 0,06 0,01 0,05 0,007
120 0,08 0,02 0,06 0,009
20 210 0,08 0,02 0,06 0,009
220 0,08 0,02 0,06 0,009
Hasil perhitungan menunjukkan jatuh tegangan dan rugi daya pada sistem
AC maupun DC mendekati nol sehingga nilai ini dianggap tidak berarti. Karena
nilainya yang sangat kecil, hasil ini menunjukkan tidak ada jatuh tegangan dan
rugi daya pada sistem AC maupun DC untuk panjang 5 m hingga 20 m khususnya
dengan beban 5 lampu CFL 20 W.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
35
Suplai
A1 A2
PLN AC AC
Voltage
2
V1 Adapter V2 Laptop
Regulator Laptop
a. AC Adapter original
Hasil pengukuran terhadap AC Adapter dengan baterai terpasang
ditunjukkan oleh Tabel 3.8.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
36
Input AC Output AC
Conv
Adapter Adapter CPU Pin Pout
η (%) Loss
V1 A1 V2 A2 Usage (W) (W)
(W)
(V) (A) (V) (A)
220 0,18 19,05 1,82 1% 39,4 34,7 88,1 4,7
220 0,17 19,07 1,82 1% 37,2 34,7 93,4 2,5
220 0,21 18,88 2,37 32% 45,9 44,7 97,4 1,2
220 0,21 18,88 2,39 32% 45,9 45 98,3 0,8
220 0,28 18,45 3,18 99% 61,2 58,7 95,8 2,6
220 0,29 18,48 3,17 99% 63,4 58,6 92,4 4,8
Tabel 3.9. Hasil Pengukuran Adapter original dengan Laptop tanpa Baterai
Hasil pengukuran ini tidak jauh berbeda dengan ketika baterai terpasang
pada laptop. Hanya saja konsumsi daya ketika laptop tanpa baterai lebih kecil
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
37
b. Replacement AC Adapter
Hasil pengukuran Replacement AC Adapter dengan baterai terpasang
ditunjukkan oleh Tabel 3.10. Hasil pengukuran pada Replacement AC Adapter
menunjukkan bahwa efisiensi dari AC Adapter ini berkisar antara 96,7 % hingga
97,9 % dengan efisiensi rata-rata keseluruhan pengukuran yaitu 97 %. Sedangkan
rugi-rugi konversi dari AC Adapter ini yaitu sebesar 1,4 W hingga 1,7 W. Rugi-
rugi ini salah satunya juga disebabkan oleh penyearah.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
38
CPU Conv
V1 (V) A1(A) V2 (V) A2 (A) Pin (W) Pout (W) η (%)
Usage loss (W)
220 0,08 19,97 0,76 1% 17,2 15,2 88,2 2
220 0,07 19,97 0,72 1% 15,06 14,4 95,5 0,7
220 0,1 19,94 1,01 27% 21,5 20 93,6 1,4
220 0,1 19,93 1,07 27% 21,5 21,3 99 0,2
220 0,18 19,86 1,88 99% 38,7 37,3 96,4 1,4
220 0,18 19,86 1,9 99% 38,7 37,7 97,5 0,98
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
40
Suplai A1 A2
PLN AC
Voltage
Charger 2 Ponsel
V1 Ponsel A V2 V3
Regulator A
Besar tegangan keluaran dari charger (V2) pada saat pengukuran rugi-rugi
konversi adalah sebesar 5,92 V dengan arus keluaran (A2) 0,16 A (Tabel 3.32).
Karena arus yang terukur sebesar 0,16 A, maka pengukuran jatuh tegangan ini
mengacu pada tegangan 5,92 V. Pada hasil pengukuran menunjukkan adanya
penurunan tegangan dari panjang kabel 5 m hingga 20 m dengan jatuh tegangan
yang meningkat dari 0,04 V hingga 0,09 V. Dengan kenaikan jatuh tegangan ini
maka persentase jatuh tegangan juga meningkat yaitu hingga 1,5 %. Hal ini
disebabkan dengan menerapkan tegangan yang sangat rendah, yaitu sekitar 5 V
untuk menyuplai beban, persentase jatuh tegangan menjadi lebih terlihat. Hal ini
sesuai dengan persamaan :
P
Vdrop 2 R
Vdc
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
43
Tabel 3.15. Total Rugi-rugi Energi Ponsel dengan Frekuensi Pengisian yang
Berbeda
Frekuensi Pengisian Wconv.loss/ponsel/tahun Wconv.loss semua ponsel/tahun
Ponsel
1 kali/3 hari 145,2 Wh 18.150 MWh
1 kali/2 hari 218,4 Wh 27.300 MWh
1 kali/1 hari 438 Wh 54.750 MWh
2 kali/1 hari 876 Wh 109.500 MWh
120000
2 kali/1 hari
100000
(MWh)
80000
60000
1 kali / 1 hari
40000
1 kali / 2 hari
20000
1 kali/ 3 hari
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Frekuensi Pengisian Ponsel
Gambar 3.10. Grafik Frekuensi Pengisian Ponsel terhadap Total Rugi-rugi Energi
Ponsel Per Tahun
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 4
DESAIN TOPOLOGI SISTEM DC PADA RUMAH TANGGA
4.1 Umum
Rumah tangga merupakan salah satu kategori pelanggan yang paling
banyak mengonsumsi energi listrik. Tercatat dari 147.297,47 GWh total energi
yang dikonsumsi pelanggan pada kalender 2010 PLN [19], pelanggan rumah
tangga mengonsumsi energi sebesar 59.824,94 GWh atau 41 % dari total yang
dikonsumsi dari seluruh pelanggan, diikuti oleh industri dengan konsumsi energi
sebesar 50.985,20 GWh (35%), komersial 27.157,22 GWh (18%), dan yang
lainnya (sosial, gedung perkantoran pemerintah, dan penerangan jalan umum)
sebesar 9.330,11 GWh (6%). Dengan konsumsi energi beban rumah tangga
sebesar itu, terdapat rugi-rugi energi yang diakibatkan konversi dari AC menjadi
DC pada beban-beban yang secara internal beroperasi dengan DC. Beban-beban
rumah tangga yang secara internal beroperasi dengan DC jumlahnya tidak sedikit,
setidaknya pada sebagian besar rumah tangga terdapat beban elektronika baik
berupa televisi, radio, ponsel, komputer atau bahkan laptop. Jika penggunaan
beban-beban seperti ini semakin meningkat, maka hal ini bisa menjadi salah satu
pemicu meningkatnya rugi-rugi pada sistem yang perlu diperhitungkan.
Salah satu alternatif untuk menanggulangi permasalahan rugi-rugi
konversi pada sistem AC adalah dengan menerapkan sistem DC. Di samping
dapat mengurangi rugi-rugi konversi, sistem DC juga dapat memanfaatkan
sumber-sumber energi terbarukan secara lebih optimum dan efektif. Hal ini
disebabkan sumber-sumber energi terbarukan seperti photovoltaic cell dan fuel
cell menghasilkan keluaran DC. Bukan hanya itu, turbin angin dan mikrohidro
juga dapat menghasilkan keluaran DC sehingga semakin banyak sumber energi
terbarukan yang dapat dimanfaatkan secara lebih efektif pada sistem DC. Selain
itu, adanya perkembangan terbaru pada elektronika daya yang meliputi konverter
DC-DC memiliki dampak yang besar pada penerapan sistem DC. Konverter DC-
DC berperan penting pada penerapan sistem DC. Efisiensi dari sistem DC
bergantung pada efisiensi dari konverter DC-DC yang digunakan. Konverter DC-
DC biasanya memiliki efisiensi 77% hingga 95 % bergantung pada pabrikan [24].
44
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
46
Bus AC
Beban elektronika
DC DC Elektronika digital
AC DC
UPS
DC AC Beban sensitif
Fuel Cell AC (komputer)
DC AC DC
Baterai
AC
PV
DC
Beban lain
Beban AC
DC AC
Mikro Turbin lain
AC DC
4.2.1 Topologi A
Skema topologi A yang diajukan ditunjukkan oleh Gambar 4.2. Topologi
ini menggunakan tegangan DC 254 V sebagai tegangan bus utama dimana setiap
beban terhubung.
Berdasarkan penelitian [20], peralatan-peralatan listrik rumah tangga yang
mempunyai tegangan kerja 100 V – 240 V dapat beroperasi pada tegangan DC
254 V. Hal ini disebabkan dengan tegangan kerja 100 V - 240 V, maka tegangan
DC yang dapat diterapkan yaitu 113 V hingga 405,6 V sehingga tegangan DC 254
V masih dalam kisarannya. Salah satu peralatan yang dapat beroperasi pada
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
49
4.2.2 Topologi B
Pada topologi ini, beban-beban DC rumah tangga yang ada
diklasifikasikan berdasarkan pada level tegangan masukannya. Hal ini bertujuan
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
51
Beban resistif
Sumber Energi
Terbarukan
. Beban 48 V
PV
.
.
.
. Beban 24 V
.
.
.
.
Beban 12 V
.
. Baterai
.
.
. Beban 5 V
.
.
Baterai
.
.
.
. Gambar 4.3. Skema Topologi B
.
.
.
Keterangan:
.
.
: Bus utama 254 V
.
: Bus 48. V
.
: Bus 24 V
: Bus 12 V
: Bus 5 V
Pada topologi ini, juga terdapat baterai pada tegangan bus 12 V sebagai
sumber energi cadangan ketika terjadi gangguan atau suplai sedang mengalami
kekurangan. Hal ini dapat meningkatkan kehandalan dari topologi ini.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
52
4.2.3 Topologi C
Skema dari topologi ini ditunjukkan pada Gambar 4.4. Topologi ini
merupakan modifikasi dari topologi B dimana setiap bus yang menyuplai beban,
yaitu bus 12 V, 24 V, 48 V dan 5 V terhubung langsung dengan bus 254 V
masing-masing melalui sebuah konverter buck. Konverter buck ini mengubah
tegangan 254 V ke masing-masing tegangan bus yang digunakan.
Dengan menerapkan topologi C, maka beban-beban DC juga dapat
disuplai secara efektif tanpa perlu menggunakan konverter pada setiap beban.
Topologi C lebih efisien dibandingkan dengan topologi A karena konverter pada
sebagian besar beban DC rumah tangga dapat dihilangkan. Pada topologi C, hanya
dibutuhkan satu konverter buck untuk menyuplai beban-beban DC dengan
tegangan masukan yang sama. Akan tetapi, untuk menerapkan topologi ini,
dibutuhkan suatu konverter yang dapat mengubah tegangan 254 V ke 5 V dan ke
level tegangan bus lainnya. Bila dibandingkan dengan topologi B, topologi C
lebih efisien karena untuk menyuplai beban 24 V, 12 V dan 5 V hanya
memerlukan satu proses konversi dari tegangan bus 254 V ke tegangan-tegangan
bus tersebut. Sedangkan pada topologi B, dibutuhkan lebih dari satu proses
konversi dari tegangan bus 254 V untuk menyuplai beban 24 V, 12 V maupun 5
V.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
53
Sumber Energi
Terbarukan Beban resistif
PV
.
Beban 48 V
.
.
.
.
.
Beban 24 V
.
.
.
. Baterai
.
.
.
. Beban 12 V
.
Baterai.
.
. Beban 5 V
.
.
.
. Gambar 4.4. Skema Topologi C
.
Keterangan:
.
.
: Bus utama 254 V.
.
: Bus 48 V .
: Bus 24 V
: Bus 12 V
: Bus 5 V
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN
54
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
DAFTAR ACUAN
[1] Amin, M., Arafat, Y., Lundberg, S. (2011, November 7). Low voltage DC
distribution system compared with 230 V AC. Paper presented at IEEE
Electrical Power and Energy Conference, 2011. EPEC 2011, Winnipeg, 7
(11), 340-345. July 4, 2012.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=6070222&co
ntentType=Conference+Publications&searchField%3DSearch_All%26query
Text%3DLow+voltage+DC+distribution+system+compared+with+230+V+A
C
[2] Hammerstrom, Donald J. (2007, July 2003). AC Versus DC Distribution
Systems—Did We Get it Right?. Paper presented at Power Engineering
Society General Meeting, 2007. Tampa, 23 (7). 1-5. July 4, 2012.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=4275896&co
ntentType=Conference+Publications&searchField%3DSearch_All%26query
Text%3DAC+Versus+DC+Distribution+Systems%E2%80%94Did+We+Get
+it+Right
[3] Sulzberger, Carl L. (2003, December 19). triumph of ac From Pearl Street to
Niagara. Paper presented at IEEE Power & Energy Magazine. 64-67. July 4,
2012.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=1197918&co
ntentType=Journals+%26+Magazines&searchField%3DSearch_All%26quer
yText%3Dtriumph+of+ac+From+Pearl+Street+to+Niagara
[4] Arismunandar, A. (1968). Teknik Tegangan Tinggi. Pradnya Paramita:
Jakarta
[5] Gecan, C.O., Bindiu, R. (2009). Power Capability in Low Voltage DC
Distribution Systems. Scientific Bulletin of the Petru Maior University of
Tirgu Mures, vol. 6 (XXIII). 109-114.. July 4, 2012.
http://scientificbulletin.upm.ro/en/content_09.php
[6] Pellis, J. (1997). The DC Low-Voltage House. September 1997. The
Eindhoven University of Technology.
55
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
57
[16] Arafat, Yasir., Amin, Mohammad. (2011). Feasibility study of low voltage
DC house and compatible home appliance design. Chalmers University of
Technology Göteborg, Sweden, pp.25,
[17] Rodríguez-Otero, Miguel A., O’Neill-Carrillo, Efraín. (2009, 10 February).
Efficient Home Appliances for a Future DC Residence. Paper presented at
IEEE Energy 2030 Conference, 2008. ENERGY 2008, Atlanta, 10 (02). 1-6.
July 4, 2012.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=4781006&co
ntentType=Conference+Publications&searchField%3DSearch_All%26query
Text%3DEfficient+Home+Appliances+for+a+Future+DC+Residence
[18] Yahya, M. Dzulfahmi. (2012, February 21). Jumlah Ponsel Lampaui
Penduduk. June 12, 2012.
http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2012/02/21/jumlah-ponsel-lampaui-
penduduk
[19] PLN (2011, June). PLN Statistics 2010. June 5, 2012.
http://www.pln.co.id/?p=4828
[20] Budiyanto., Setiabudy, Rudy., & Setiawan, Eko Adhi., Pengembangan
Invertor sebagai Konvertor Penaik Tegangan dalam Jaringan Listrik Mikro
Arus Searah (DC Microgrid)
[21] Budiyanto., Setiabudy, Rudy., Setiawan, Eko Adhi., Sudibyo, Uno Bintang.
(June 2011). Development of Direct Current Microgrid Control For Ensuring
Power Supply From Renewable Energy Resources. International Journal of
Technology (2011) 3: 199-206
[22] Segura, F., Andújar, J. M., Durán, E., (2009, October 06). AC and DC Output
Fuel Cell Hybrid System: Design, Building and Testing. Paper presented at
13th European Conference on Power Electronics and Applications, 2009.
EPE 2009, Barcelona, 06 (10). 1-10. July 4, 2012.
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=5278745&co
ntentType=Conference+Publications&searchField%3DSearch_All%26query
Text%3DAC+and+DC+Output+Fuel+Cell+Hybrid+System%3A+Design%2
C+Building+and+Testing
[23] Chest Style. (n.d). July 4, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
58
http://sundanzer.com/solar-power-refrigerators/chest-style/
[24] Chaidez, Jesica E. (2011). DC House Modeling and System Design.
California Polytechnic State University San Luis Obispo.
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
LAMPIRAN
59
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
60
Hasil Pengukuran Faktor Daya 5 Buah Lampu Pijar 100 W dengan Hioki 3169-20
Power Factor
Date Time Intantaneous
Value
Average Value -0,9984
Maximum Value -0,9984
Time of Maximum 6/6/2012
Value -0,9984
Minimum Value -0,9984
Time of Minimum Value 6/6/2012
0,9984
6/6/2012 18:41:19 -0,9984
18:42:19 -0,9984
18:43:19 -0,9984
18:44:19 -0,9984
18:45:19 -0,9984
Hasil Pengukuran Faktor Daya 5 Buah Lampu CFL 20 W dengan Hioki 3169-20
Power Factor
Date Time Intantaneus
Value
Average Value -0,8422
Maximum Value -0,8392
Time of Maximum 6/6/2012
Value 18:23:28
Minimum Value -0,8456
Time of Minimum 6/6/2012
Value 18:27:28
6/6/2012 18:23:28 -0,8392
18:24:28 -0,8409
18:25:28 -0,8413
18:26:28 -0,8416
18:27:28 -0,8456
18:28:28 -0.8448
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Analisis perbandingan..., Ainul Rochman, FT UI, 2012