Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

KOPLING TAK TETAP

Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar.
Rem adalah alat untuk menghentikan putaran suatu poros dengan
perantaraan gesekan. Berbeda dengan kopling tak tetap yang membuat kedua
poros berputar dengan kecepatan sama, maka rem berfungsi untuk menghentikan
poros atau benda yang sedang berputar. Sering kali penghentian ini harus
dilakukan dalam waktu singkat hingga berhenti sama sekali, dengan cara yang
aman. Kadang-kadang rem juga dipergunakan untuk mengatur putaran suatu
poros dengan mengurangi atau membatasi putaran.

4.1 Macam-macam Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap mencakup macam-macam berikut ini :
(1) Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positip (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.
(2) Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan, dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi slip, maka
kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi atas kopling plat
tunggal, dan kopling plat banyak, dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi
atas cara manual, cara hidrolik, dan cara magnetik. Kopling disebut kering bila

139
plat-plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering, dan disebut basah bila
terendam atau dilumasi dengan minyak.
(3) Kopling Kerucut
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut.
(4) Kopling Friwil
Kopling ini hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran,
sehingga putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah atau tidak
diteruskan. Cara kerjanya dapat berdasarkan atas efek baji dari bola atau rol.
(5) Kopling Macam Lainnya
Termasuk dalam golongan ini adalah misalnya kopling fluida kering atau
kopling serbuk, yang meneruskan momen dengan perantaraan gaya sentrifugal
pada butiran-butiran baja di dalam suatu rumah, dan kopling fluida yang
bekerja atas dasar gaya sentrifugal pada minyak pengisinya. Karena kopling
tersebut tidak dapat dilepaskan hubungannya pada waktu berputar, maka dapat
digolongkan dalam kopling tetap.

4.2 Kopling Cakar


Konstruksi kopling ini adalah yang paling sederhanadari antara kopling
tak tetap yang lain (gambar 4-1). Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
Dengan demikian tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tak tetap
yang sebenarnya. Sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam
keadaan berputar, tetapi hanya baik untuk satu arah putaran tertentu saja. Namun
demikian, karena timbulnya tumbukanyang besar jika dihubungkan dalam
keadaan berputar, maka cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan
jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 (rpm).
Jika daya yang akan diteruskan adalah P (kW) dan putaran poros adalah n1
(rpm), serta faktor koreksi fc dan bahan poros dipilih, maka diameter poros dapat
dihitung. Sebuah alur pasak untuk menggeserkan cakar tentu saja harus
disediakan.

140
Gambar 4-1 Dua macam kopling tak tetap

Gambar 4-2 Lambang-lambang untuk kopling cakar

Diameter dalam D1 (mm), diameter luar D2 (mm), dan tinggi h (mm) dari
cakar untuk suatu diameter poros d1 (mm)dapat ditentukan secara empiris.
D1 = 1,2 d s + 10 (mm)⎫

D2 = 2 d s + 25 (mm) ⎬ (4-1)
h = 0,5 d s + 8 (mm) ⎪⎭

Momen puntir yang diteruskan adalah :


T = 9,74 x 105 x fcP/n1 (kg . mm) (4-2)
Dan jika gaya tangensial Ft (kg) bekerja pada jari-jari rata-rata rm (mm), maka
:
rm = (D1 + D2)/4 (4-3)
Ft = T/rm (4-4)

Jika luas akar adalah ½ dari (π/4)(D22 – D12), maka tegangan geser τ (kg/mm2)
yang timbul pada akar cakar adalah :

τ = (8/π)Ft/(D22 – D12) (4-5)

141
Momen lentur yang bekerja pada cakar adalah (Ft/n).h, jika Ft dikenakan pada
ujung cakar, dimana n adalah jumlah cakar.
Alas dari penampang cakar segi empat adalah (D2 –D1)/2, dan tingginya
adalah [(D1 - D2 ) / 4](π / n ) , sehingga momen tahanan lenturnya adalah :

1 (D - D1 ) ⎡ π (D1 + D2 ) ⎤
2

Z= × 2 ×⎢ ⎥ (4-6)
6 2 ⎣ 4n ⎦
Besarnya tegangan lentur σb (kg/mm2) adalah :
Ft h
σb = (4-7)
nZ

Tegangan geser maksimum τmax (kg/mm2) adalah :

τ max = ⎛⎜ σ b 2 + 4τ 2 ⎞⎟ / 2 (4-8)
⎝ ⎠

Jika harga ini lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka dapat
diterima. Tetapi jika lebih besar, maka D1, D2, h, dsb., harus disesuaikan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa menghubungkan dan melepaskan
kopling harus dilakukan dalam keadaan berhenti.

Contoh Soal 4-1


Sebuah kopling cakar untuk putaran dua arah akan dihubungkan
dengan sebuah poros baja liat untuk meneruskan daya sebesar 1,5 (kW)
pada 120 (rpm). Tentukan diameter luar, diameter dalam dan tinggi
cakar dengan mengambil jumlah cakar 3 buah.
[Penyelesaian]
1. P = 1,5 (kW), n1 = 120 (rpm)
2. Dengan menganggap kadar karbon poros baja liat sebesar
0,20 (%), σb = 40 (kg/mm2)
Ambil mis. Sf1 = 6 , Sf2 = 2,5 (dengan alur pasak)
τa = 40/(6 x 2,5) = 2,67 (kg/mm2)
3. fc = 1, Pd = P = 1,5 (kW)

142
T = 9,74 x 105 (1,5/120) = 12175 (kg . mm)
4. Kt = 2,5 , Cb = 1
d s = [(5,1/2,67) × 2,5 × 1 × 12175] = 38,7 → 40 (mm)
1/ 3

5. Dengan menganggap kadar karbon baja liat sebagai bahan cakar sebesar
0,25 (%),
σB = 45 (kg/mm2), Sf1 = 10 , 2 = 5 ,
τa = 45/(10 x 5) = 0,9 (kg/mm2)
6. D1 = 1,2 x 40 + 10 = 58 (mm)
D2 = 2 x 40 + 25 = 105 (mm)
h = 0,5 x 40 + 8 = 28 (mm)
7. rm = (58 + 105)/4 = 41 (mm)
8. Ft = 12175/41 = 297 (kg)

9. τ =
8
π
×
(
297
2
)
2
(
= 0,099 kg/mm 2 )
105 - 58

1 (105 - 58)2 ⎡ π (105 + 58) ⎤


2

10. Z = ×
6
×⎢
4×3 ⎥ = 7141 mm 3 ( )
⎣ ⎦
297 × 28
σb =
3 × 7141
(
= 0,388 kg/mm 2 )
11. τ max = 0,388 2 + 4 × 0,099 2 / 2 = 0,218 (kg/mm 2 )
12. 0,218 (kg/mm2) < 0,9 (kg/mm2) , baik
13. ds = 40 (mm), D1 = 58 (mm), D2 = 105 (mm), h = 28 (mm)
Bahan cakar : baja liat (C = 0,25 %)

4.3. Kopling Plat

Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau
lebih yang dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan

143
dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini sangat banyak
dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga dapat
dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar cara pelayanannya
(manual, hidrolik, pneumatik dan elektromagnetis). Macam mana yang akan
dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja, lingkungan, dan sebagainya.

Gambar 4-4 Bagan kopling plat

Gambar 4-5 Lambang-lambang untuk kopling plat (satu bidang gesek)

Bentuk kopling plat yang paling sederhana diperlihatkan dalam Gambar


4.4. Badan A dipasang tetap pada poros sebelah kiri, dan badan B dipasang
pada poros di sebelah kanan serta dapat bergeser secara aksial pada poros
tersebut sepanjang pasak luncur. Bidang gesek C pada badan B didorong ke
badan A hingga terjadi penerusan putaran dari poros penggerak di sebelah kiri
ke poros yang digerakkan di sebelah kanan. Pemutusan hubungan dapat
dilakukan dengan meniadakan gaya dorong hingga gesekan akan hilang.

144
D1 adalah diameter dalam, dan D2 adalah diameter luar bidang gesek.
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya
mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan D1/D2 jarang lebih rendah dari 0,5.
Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata
pada seluruh permukaan tersebut; makin jauh dari sumbu poros, tekanannya
semakin kecil. Jika dalam Gambar 4.4 besarnya tekanan rata-rata pada bidang
gesek adalah p (kg/mm2), maka besarnya gaya yang menimbulkan tekanan ini
adalah :

F=
π
4
(D 2
2 2
- D1 p ) (4-9)

Jika koefisien gesek adalah μ, dan seluruh gaya gesekan dianggap bekerja
pada keliling rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah :

D1 + D2
T = μF . (4-10)
4

Harga μ dan harga tekanan yang diizinkan pa (kg/mm2) diberikan dalam Tabel
4.1. Harga-harga koefisien gesek dalam tabel tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun
gesekannya karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga
tekanan yang diizinkan yang dianggap baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula GD2 dari poros yang digerakkan yang
harus dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling
harus dihitung dengan memperhatikan macam penggerak mula yang dipakai,
variasi beban, besarnya GD2, dan ada tidaknya tumbukan.

145
Tabel 4.1 Harga μ dan pa
Bahan permukaan μ
pa (kg/mm2)
kontak Kering Dilumasi
Besi cor dan besi cor
0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu
0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes
0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
(ditenun)
0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan serat
- 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Besi cor dan kayu

Kerja penghubungan yang diizinkan dibatasi menurut banyaknya


penghubungan dalam suatu jangka waktu tertentu. Kenaikan temperatur juga
dibatasi. Umur plat gesek juga harus dihitung.
Sekalipun untuk plat yang sederhana, sebanyak mungkin segi yang penting
harus diperhatikan, agar kopling dapat bekerja dengan halus dan aman, karena
kopling adalah suatu bagian yang penting. Suatu contoh perhitungan
sederhana akan diberikan di bawah ini.

Contoh Soal 4-2


Rencanakan sebuah kopling plat tunggal untuk meneruskan daya sebesar
7,5 (kW) pada 100 (rpm). Anggaplah besarnya perbandingan diameter
D1/D2 = 0,8 , koefisien gesekan μ = 0,2 , dan tekanan permukaan yang
diizinkan pada bidang gesek pa = 0,02 (kg/mm2).
[Penyelesaian]
1. P = 7,5 (kW), n1 = 100 (rpm)
2. Dengan menganggap daya nominal motor sebesar 7,5 (kW), fc = 1,0
3. Pd = 1 x 7,5 = 7,5 (kW)
4. T = 9,74 x 105 x 7,5/100 = 73050 (kg . mm)
5. F = (π/4)(D22 – D12)pa = (π/4)(1 – 0,82)D22 x 0,02 = 0,00565D22
6. rm = (D1 + D2)/4 = (0,8 + 1)D2/4 = 0,45D2
7.
T = μF.rm = 0,2 x 0,00565D22 x 0,45D2 = 0,0005085D23 = 508,5 x 10-6D23

146
8. 73050 = 508,5 x 10-6D23
9. D2 = 530 (mm)
D1 = 0,8 x 530 = 424 (mm)

Dalam contoh ini, ukuran kopling hanya ditentukan dari perhitungan


momen saja. Tetapi dalam praktek karena percepatan dll., turut menentukan ,
maka perhitungan seperti di atas tidak cukup. Di bawah ini akan diberikan
cara yang lebih lengkap.
1) Mula-mula ditentukan cara pelayanan pada mesin yang akan dipakai
seperti : manual atau otomatik, langsung atau jarak jauh, serta macam
pelayanan seperti : manual, hidrolik, pneumatik, atau magnetik
[Gambar 4.5 (a), (b), (c)].
2) Tentukan macam kopling menurut besarnya momen yang akan
diteruskan, plat tunggal atau plat banyak.
3) Pertimbangkan macam dan karakteristik momen dari penggerak mula.
Jika variasi momennya besar, suatu kopling kering dapat dipakai
dengan plat luar macam roda gigi, atau kopling tanpa bentuk plat luar
yang demikian. Jika kopling akan dikenai beban tumbukan berat, ada
baiknya dipakai kopling pneumatik.
4) Untuk jangka waktu penghubungan sebesar 0,2 sampai 1 detik (s),
kopling macam apa saja dapat dipakai. Namun untuk 0,2 (s) atau
kurang, kopling basah hanya dapat dipakai untuk kapasitas kecil.
Terutama kopling dengan pelayanan hidrolik harus dihindari karena
kerjanya lebih lambatdari pada yang lain.
5) Untuk jumlah penghubungan kurang dari 20 kali/menit, semua macam
dapat dipakai, tetapi untuk lebih dari 20 kali/menit, kopling basah tidak
cocok.
6) Jika lingkungan kerja tidak baik, pakailah kopling basah, dan jika
pemakaian koling kering tak dapat dihindari, pasanglah kopling
tersebut di dalam kotak yang rapat dan kedap.

147
Gambar 4-5 Penggolongan kopling menurut cara kerjanya

7) Untuk penempatan yang menyulitkanpemeriksaan dan pemeliharaan,


lebih cocok jika dipakai cara pelayanan hidrolik, pneumatik, atau
elektro magnetik.
8) Jika diinginkan umur yang yang panjang, pemakaian kopling basah
sangat sesuai.

148
Rumus-rumus tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima : 1. Momen
puntir, 2. Kerja penghubungan, 3. Jangka waktu kerja, 4. Perhitungan panas,
dan 5. Umur plat gesek.

(1) Momen Puntir


i) Momen yang dihitung dari daya penggerak mula. Jika daya penggerak
mula adalah P (kW), faktor koreksi fc, dan putaran poros kopling n1 (rpm),
maka momen puntir T (kg.mm) pada poros kopling adalah :
fc P
T = 974 (4-11)
n1

Jika P adalah daya nominal motor, fc = 1 dapat dipandang cukup karena sudah
mencakup beberapa tambahan.
ii) Momen yang dihitung dari beban. Jika gaya yang ditimbulkan oleh
beban adalah F (kg), kecepatan beban adalah V (m/min), putaran poros
kopling adalah n1 (rpm), dan efisiensi mekanis adalah η, maka momen beban
Tl (kg.m) dapat dinyatakan oleh :
FV
Tl = 974 (4-12)
6120 × n1 × η

Momen ini mencakup dua macam beban : pertama, beban berat


sejaksejak dari permulaan seperti pada konveyor, dan kedua, beban ringan
pada permulaan seperti pada pemutaran cekam mesin bubut bersama benda
kerjanya dan kemudian beban penuh setelah pemotongan oleh pahat bubut
dimulai.
Jika beban berat sudah bekerja sejak permulaan dan harganya tidak
diketahui, maka momen T (kg.m) yang dihitung dari daya motor nominal
dapat dipakai secara efektif. Jika momen start adalah Tl1 (kg.m), maka :
Tl1 ≈ T (4-13)

149
Momen maksimum pada kecepatan penuh kemudian dapat dianggap Tl2
(kg.m).
Jika efek total roda gaya terhadap poros kopling adalah GD2 (kg.m2),
kecepatan relatif adalah nr = n1 – n2 (rpm), dimana beban berputar dengan n2
(rpm), dan jangka waktu penghubungan (dari saat kopling dihubungkan
hingga kedua poros mencapai putaran yang sama) adalah ta (s), mak
persamaan gerak dari seluruh benda yang berputar adalah :

⎛ GD 2 ⎞ ω f - ω 0
T = Jω = ⎜⎜ ⎟⎟ (4-14)
⎝ 4g ⎠ t a

di mana T = momen dari luar (kg.m), J = momen inersia (kg.m.s2), g = 9,8


(m/s2), ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s), ω1 = kecepatan sudut akhir (rad/s).
Jika momen percepatan yang diperlukan untuk mencapai jangka waktu
penghubungan yang direncanakan te (s) adalah Ta (kg.m), maka karena momen
luar T = Ta – Tl1,

GD 2 ⎛ 2π n1 2π n2 ⎞ 1 GD 2 (n1 - n2 )
Ta - Tl1 = ⎜ - ⎟ = (4-15)
4 × 9,8 ⎝ 60 60 ⎠ t e 375t e

GD 2 . nr
Ta = + Tl1 (4-16)
375t e

Bila GD2 dan momen beban adalah kecil pada penghubungan, dan
momen beban berat dikenakan setelah terjadi hubungan, serta jika momen
beban maksimum adalah Tl2, dimana :

GD 2 . n1 1
Ta = + Tl1 < Tl 2 (4-17)
375t e 2

150
Maka kopling tersebut dapat dianggap bekerja dengan momen gesekan statis.
Dalam keadaan demikian, pilihlah kopling dengan Ts0 sebagai kapasitas
momen gesekan statis dalam daerah berikut :

Ts0 > Tl2 . f (4-18)

Sebaliknya, meskipun beban berat dikenakakan kemudian, jika :

GD 2 . n1 1
Ta = + Tl1 < Tl 2 (4-19)
375t e 2
dan, bila momen berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling
dengan Td0 sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut :

Td0 > Ta . f (4-20)

Untuk kopling elektromagnet plat tunggal kering (Gambar 4.6) momen


gesekan statisnya diberikan dalam Tabel dan momen gesekan dinamisnya
dalam Gambar 4.7. Faktor keamanan f diberikan dalam Tabel.

(2) Kerja Penghubungan

Setelah pemilihan kapasitas momen, perlu dibahas panas gesekan atau


kerja penghubungan oleh slip pada waktu berlangsung proses penghubungan.
Untuk kopling dengan kapasitas momen yang dipilih, kerja penghubungan
yang diizinkan diberikan menurut jumlah penghubungan dalam jangka waktu
tertentu. Jika kerja untuk sekali penghubungan lebih kecil dari pada kerja
penghubungan yang diizinkan, maka dapat diterima.
i) Pada waktu percepatan. Sekarang akan dicari kerja yang dilakukan
bila beban yang telah berputar dengan putaran n2 (rpm) dipercepat menjadi n1
(rpm) setelah dihubungkan dengan poros penggerak yang mempunyai putaran

151
n1 (rpm) dalam arah yang sama. Kerja untuk satu kali hubungan dapat
dinyatakan dengan satuan (kg.m/hb).

Gambar 4-6 Kopling elektromagnet dengan plat tunggal kering

Kerja yang dilakukan dalam jangka waktu penghubungan yang sesungguhnya


tae (s) dari kecepatan sudut ω2 (rad/s) menjadi ω1 (rad/s) dengan kapasitas
momen Td0 (kg.m) adalah perkalian antara sudut yang ditempuh oleh putaran
poros dalam jangka waktu tae, sebesar (ω1 - ω2)/2 kali tae, dengan Td0. Jadi :
ω1 - ω 2 ⎛ 2π n1 2π n2 ⎞ t ae Td 0 . nr
E = Td 0 t ae = t d 0 ⎜ - ⎟ = t ae (4-21)
2 ⎝ 60 60 ⎠ 2 19,1

GD 2 . nr
Karena Ta dalam persamaan Ta = + Tl1 menjadi Td0, maka :
375t e

GD 2 π GD 2 . nr
t ae = × (n1 - n2 ) = (4-22)
Td 0 − Tl1 19,6 × 60 375(Td 0 - Tl1 )
Dari kedua persamaan di atas :

Td 0 . nr GD 2 . nr
E= × (4-23)
19,1 375(Td 0 - Tl1 )

152
Gambar 4-7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis terhadap putaran relatif
dari kopling elektromagnet dengan plat tunggal kering(gambar 4-6)

Gambar 4-8 Kerja penghubung yang diperbolehkan untuk kopling


elektromagnet dengan plat tunggal kering(gambar 4-6)

153
GD 2 . n Td 0
∴ E= × (kg.m/hb) (4-23)
7160 Td 0 - Tl1

Bila beban dalam keadaan diam, maka nr = n1.


ii) Jika sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros
penggerak. Jika waktu yang diperlukan untuk perlambatan dari n2 (rpm)
menjadi nol adalah t1 (s), dan jangka waktu untuk percepatan dari nol menjadi
n1 (rpm) adalah t2 (s), maka persamaan gerak dari benda yang berputar adalah
:

GD 2 (0 - ω 2 )
− (Td 0 + Tl1 ) = × (4-24)
4g t1

(Td 0 + Tl1 ) = GD
2
×
(ω1 - 0) (4-25)
4g t2

maka,

GD 2 . n2 GD 2 . n1
t1 = ; t2 = (4-26)
375(Td 0 + Tl1 ) 375(Td 0 - Tl1 )

Besarnya sudut yang ditempuh adalah ((ω2/2) t1 + ω1 t1 + (ω1/2) t2), sehingga :

⎛ω ω ⎞ T (2n + n2 )n2
2
Td 0 n1
E = Td 0 ⎜ 2 t1 + ω1t1 + 1 t 2 ⎟ = d 0 1 +
⎝ 2 2 ⎠ 7160(Td 0 + Tl1 ) 7160(Td 0 - Tl1 )

Td 0 ⎡ (2n1 + n 2 )n 2 n1 ⎤
2

∴E = ⎢ + ⎥ (4-27)
7160 ⎣ Td 0 + Tl1 Td 0 - Tl1 ⎦

Jika kerja penghubungan yang diizinkan adalah Ea (kg.m/hb), maka haruslah :

154
E ≤ Ea (4-28)

Jumlah penghubungan terhadap kerja yang diizinkan untuk kopling


elektromagnit plat tunggal kering diperlihatkan dalam Gambar 4.8.

(3) Waktu Pelayanan Dan Penghubungan (Waktu Kerja)

Pada permulaan perhitungan, momen percepatan yang diperlukan untuk


memenuhi waktu penghubungan te yang direncanakan dicari lebih dahulu, dan
momen puntir serta nomor kopling ditentukan. Kemudian momen percepatan
oleh oleh kopling dan waktu penghubungan yang sesungguhnya tae dapat
dihitung. Karena Td0 menjadi lebih besar maka tae menjadi lebih kecil dari
pada te. Meskipun demikian perlu diperikasa untuk meyakinkannya.
Rumus yang diperoleh dapat disusun sebagai berikut :
i) Pada percepatan :

GD 2 . nr
t ae = (4-29)
375(Td 0 - Tl1 )

ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak

GD 2 ⎛ n2 n1 ⎞
t ae = ⎜⎜ + ⎟⎟ (4-30)
375 T - T
⎝ d 0 l1 Td0 - Tl1 ⎠

Waktu yang diambil sejak dari permulaan pelayanan hingga tercapai


hubungan adalah waktu penghubungan yang sesungguhnya tae seperti tersebut
di atas ditambah waktu t0 yang diambil sejak operator memulai pelayanan
sampai saat gaya mulai bekerja pada badan kopling. Waktu t0 mencakup
semua waktu di dalam pelayanan yang tergantung pada macam kopling, dan

155
perbedaan di antara operator dalam hal kopling manual. Besarnya waktu
tersebut adalah penting, meskipun harganya tidak tetap.

(4) Perhitungan Panas


Kerja penghubungan pada kopling akan menimbulakan panas karena
gesekan hingga temperatur kopling akan naik. Temperatur permukaan plat
gesek biasanya naik sampai 200(0C) dalam sesaat. Tetapi untuk seluruh
kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak lebih tinggi dari pada 80(0C).
Jika kerja penghubungan untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih
kecil dari pada kerja penghubungan yang diizinkan, pada dasarnya
pemeriksaan temperatur tidak diperlukan lagi.

(5) Umur Plat Gesek


Umur plat gesek kopling kering adalah lebih rendah dari pada kurang
lebih sepersepuluh umur kopling basah. Karena laju keausan plat gesek sangat
tergantung pada macam bahan geseknya, tekanan kontak, kecepatan keliling,
temperatur, dll., maka agak sulit untuk menentukan umur secara teliti.
Sekalipun demikian, taksiran kasar dapat diperoleh dari rumus berikut ini :
L3
N mL = (4-31)
E.w
di mana E = kerja penghubungan untuk satu kali hubungan (kg.m/hb), w = laju
keausan permukaan bidang gesek (cm2/(kg.m)) (Tabel 4-2), dan L3 = volume
keausan yang diizinkan dari plat gesek (cm3) (Tabel 4-3).

Tabel 4.2 Laju keausan permukaan pelat gesek


Bahan permukaan W [cm3/(kg.m)]

Paduan tembaga sinter (3 – 6) x 10-7


Paduan sinter besi (4 – 8) x 10-7
Setengah logam (5 – 10) x 10-7
Damar cetak (6 – 12) x 10-7

156
Tabel 4.3 Batas keausan rem dan kopling elektromagnit pelat tunggal
kering
Nomor kopling/rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
keausan (cm3)

Contoh Soal 4-3


Sebuah mesin yang memberikan beban penuh sejak dari awal,
digerakkan oleh sebuah motor dengan daya nominal sebesar P = 1 (PS)
dengan putaran poros motor n1 = 1450 (rpm) dan putaran poros kopling
sebesar 600 (rpm). Dimisalkan efek roda gaya terhadap poros kopling
GD2 = 3,0 (kg.m2), dan frekwensi penghubungan N = 6 (hb/min). Pilihlah
sebuah kopling plat tunggal kering yang cocok untuk poros ini. Taksirlah
juga umur plat geseknya, jika kopling dianggap bekerja 6 jam sehari.
[Penyelesaian]
1. P = 1,0 (PS) = 0,735 (kW) ; nM = 1450 (rpm), n1 = 600 (rpm)
2. fc = 1
3. Pd = 1 x 0,735 = 0,735 (kW)
4. T1 = 974 x 0,735/1450 = 0,494 (kg.m)
T2 = 974 x 0,735/600 = 1,19 (kg.m)
5. Tl1 = T2 = 1,19 (kg.m) = Tl2
6. GD2 = 3 (kg.m2), nr = 600 – 0 = 600 (rpm)
7. te = 0,3 (s), f = 1,7
3 × 600
8. Ta = + 1,19 = 17,9 (kg.m )
375 × 0,3
Ta.f = 17,19 x 1,7 = 29,2 (kg.m)
9. Kopling plat tunggal kering dengan pelayanan elektromagnetik (untuk
pengendalian otomatik)
#40, Td0 = 32 (kg.m) > 29,2 (kg.m)

157
10. #40, 6 (hb/min) = 360 (hb/h) Ea = 200 (kg.m)
3 × 600 2 32
11. E = × = 156,7 (kg.m )
7160 32 - 1,19
12. E/Ea = 156,7/200 = 0,784 < 1, baik
3 × 600
13. t ae = = 0,156 (s )
375(32 - 1,19)
14. 0,156 (s) < 0,3 (s), baik
15. L3 = 91 (cm3)
Jika damar cetak dipilih sebagai bahan gesek, w = 8 x 10-7(cm3/kg.m)
91
16. N mL = = 7,26 × 10 5 = 726000(hb )
156,7 × 8 × 10 -7
17. 6 x 60 x 6 = 2160 (hb/hari)
Dengan 300 hari tiap tahun, 2160 x 300 = 648000 (hb)
NmD = 726000/648000 = 1,12 (tahun) → kurang lebih setahun
18. Kopling plat tunggal kering elektromagnit, No. 40. Plat gesek harus
diganti tiap tahun.

(Catatan) : Dalam hal rem cakera yang mirip dengan kopling plat,
dipergunakan konsep yang sama seperti pada penurunan persamaan
GD 2 (0 - ω 2 )
− (Td 0 + Tl1 ) = ×
4g t1
, di mana Tl1 ditambahkan pada Td0. Rumus-rumus momen, kerja
penghubungan, dan waktu penghubungan dan pelayanan, yang diperlukan
untuk penurunan, adalah rumus-rumus kopling dengan tanda Tl1 yang
dibalik.

4.4. Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengankonstruksi sederhana


dan mempunyai keuntungan di mana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar (Gambar 4.9). Kopling macam ini dahulu

158
Gambar 4-9 Kopling kerucut

banyak dipakai; tetapi sekarang tidak lagi, karena daya yang diteruskan tidak
seragam. Meskipun demikian, dalam keadaan di mana bentuk plat tidak
dikehendaki, dan ada kemungkinan terkena minyak, kopling kerucut sering
lebih menguntungkan.
Jika daya yang diteruskan dan putaran poros kopling diberikan, maka daya
rencana dan momen rencana dihitung dengan menggunakan faktor koreksi.
Misalkan momen dikenakan pada diameter rata-rata Dm (mm) dari
permukaan kopling. Sudut kerucut θ tidak boleh lebih kecil dari 8 derajat
dan lebih besar dari 15 derajat.
Jika gaya tekan normal pada permukaan kontak adalah Q (kg), maka :

T = μQ x (Dm/2) (4-32)

Sehingga

Q = 2T/(μDm) (4-33)

Jika tekanan kontak yang diizinkan adalah pa (kg/mm2) (Tabel 4.1),


maka permukaan kontak yang diperlukan A (mm2) adalah :

A = Q/pa (4-34)

Lebar yang diperlukan b (mm) adalah :

159
b = A/(πDm) (4-35)

Gaya dorong aksial F (kg) adalah sama dengan jumlah dari komponen
horizontal dari gaya tekan normal Q (kg)., dan komponen horizontal tahanan
gesek yang ditimbulkan oleh gaya Q seperti diperlihatkan dalam Gambar
4.10.

Gambar 4-10 Hubungan antara gaya-gaya dalam kopling kerucut

Contoh soal 4-4


Rencanakan sebuah kopling kerucut untuk meneruskan daya sebesar
37 (kW) pada 1400 (rpm) dengan gaya dorong kurang dari 350 (kg)
serta diameter luar tidak lebih dari 250 (mm).
Jika permukaan gesek terdiri atas baja dan besi cor, sudut kerucut
antara 10 dan 15 derajat, koefisien gesek adalah 0,3 , dan tekanan
kontak yang diizinkan adalah 0,03 (kg/mm2), berapakah besarnya jari-
jari kerucut, sudut kerucut, lebar kerucut, dan gaya dorong?
[Penyelesaian]
1. P = 37 (kW), n1 = 1440 (rpm), F0 = 350 (kg)
2. fc = 1,0 (untuk daya nominal motor)
3. Pd = 1 x 37 = 37 (kW)
4. T = 9,74 x 105 x 37/1440 = 25000 (kg.mm)
5. Dm = 240 (mm)
θ = 150 , μ = 0,3 , pa = 0,03 (kg.mm2)

160
6. Q = 2 x 25000/(0,3 x 240) = 695 (kg)
7. A = 695/0,025 = 27800 (mm2)
b = 27800/(π x 240) = 37 (mm) → 40 (mm)
8. F = 695 (sin 150 + 0,3 cos 150) = 695 (0,259 + 0,3 x 0,966) = 375 (kg)
9. 375 > 350, tidak baik.
5’. θ = 120
8’. F = 695 (sin 120 + 0,3 cos 120) = 695 (0,208 + 0,3 x 0,978) = 348 (kg)
9’. 348 < 350, baik
10. θ = 120
Permukaan gesek : baja dan besi cor
Diameter rata-rata 240 (mm) x lebar kontak 40 (mm).

4.5. Kopling Friwil


Dalam permesinan sering kali diperlukan kopling yang dapat lepas
dengan sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau
dalam arah berlawanan dari poros yang digerakk n. Kopling friwil adalah
kopling yang dikembangkan untuk maksud tersebut.
Seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.11 (a), bola-bola atau rol-rol
dipasang dalam ruangan yang betuknya sedemikian rupa hingga jika poros
penggerak (bagian dalam) berputar searah jarum jam, maka gesekan yang
timbul akan menyebabkan rol atau bola terjepit di antara poros penggerak
dan cincin luar, sehingga cincin luar bersama poros yang digerakkan akan
berputar meneruskan daya.
Jika poros penggerak berputar berlawanan arah jarum jam , atau jika
poros yang digerakkan berputar lebih cepat dari pada poros penggerak, maka
bola atau rol akan lepas dari jepitan hingga tidak terjadi penerusan momen
lagi. Kopling ini sangat banyak gunanya dalam otomatisasi mekanis.

161
Gambar 4-11 Kopling Friwil

Suatu bentuk lain dari kopling semacam ini, menggunakan bentuk km (nok)
sebagai pengganti bola atau rol dan disebut kopling kam (Gambar 4.11(b)).

162

Anda mungkin juga menyukai