148890059-05-Kopling-Tak-Tetap-Rem J PDF
148890059-05-Kopling-Tak-Tetap-Rem J PDF
Sebuah kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar.
Rem adalah alat untuk menghentikan putaran suatu poros dengan
perantaraan gesekan. Berbeda dengan kopling tak tetap yang membuat kedua
poros berputar dengan kecepatan sama, maka rem berfungsi untuk menghentikan
poros atau benda yang sedang berputar. Sering kali penghentian ini harus
dilakukan dalam waktu singkat hingga berhenti sama sekali, dengan cara yang
aman. Kadang-kadang rem juga dipergunakan untuk mengatur putaran suatu
poros dengan mengurangi atau membatasi putaran.
139
plat-plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering, dan disebut basah bila
terendam atau dilumasi dengan minyak.
(3) Kopling Kerucut
Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut.
(4) Kopling Friwil
Kopling ini hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran,
sehingga putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah atau tidak
diteruskan. Cara kerjanya dapat berdasarkan atas efek baji dari bola atau rol.
(5) Kopling Macam Lainnya
Termasuk dalam golongan ini adalah misalnya kopling fluida kering atau
kopling serbuk, yang meneruskan momen dengan perantaraan gaya sentrifugal
pada butiran-butiran baja di dalam suatu rumah, dan kopling fluida yang
bekerja atas dasar gaya sentrifugal pada minyak pengisinya. Karena kopling
tersebut tidak dapat dilepaskan hubungannya pada waktu berputar, maka dapat
digolongkan dalam kopling tetap.
140
Gambar 4-1 Dua macam kopling tak tetap
Diameter dalam D1 (mm), diameter luar D2 (mm), dan tinggi h (mm) dari
cakar untuk suatu diameter poros d1 (mm)dapat ditentukan secara empiris.
D1 = 1,2 d s + 10 (mm)⎫
⎪
D2 = 2 d s + 25 (mm) ⎬ (4-1)
h = 0,5 d s + 8 (mm) ⎪⎭
Jika luas akar adalah ½ dari (π/4)(D22 – D12), maka tegangan geser τ (kg/mm2)
yang timbul pada akar cakar adalah :
141
Momen lentur yang bekerja pada cakar adalah (Ft/n).h, jika Ft dikenakan pada
ujung cakar, dimana n adalah jumlah cakar.
Alas dari penampang cakar segi empat adalah (D2 –D1)/2, dan tingginya
adalah [(D1 - D2 ) / 4](π / n ) , sehingga momen tahanan lenturnya adalah :
1 (D - D1 ) ⎡ π (D1 + D2 ) ⎤
2
Z= × 2 ×⎢ ⎥ (4-6)
6 2 ⎣ 4n ⎦
Besarnya tegangan lentur σb (kg/mm2) adalah :
Ft h
σb = (4-7)
nZ
τ max = ⎛⎜ σ b 2 + 4τ 2 ⎞⎟ / 2 (4-8)
⎝ ⎠
Jika harga ini lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan, maka dapat
diterima. Tetapi jika lebih besar, maka D1, D2, h, dsb., harus disesuaikan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa menghubungkan dan melepaskan
kopling harus dilakukan dalam keadaan berhenti.
142
T = 9,74 x 105 (1,5/120) = 12175 (kg . mm)
4. Kt = 2,5 , Cb = 1
d s = [(5,1/2,67) × 2,5 × 1 × 12175] = 38,7 → 40 (mm)
1/ 3
5. Dengan menganggap kadar karbon baja liat sebagai bahan cakar sebesar
0,25 (%),
σB = 45 (kg/mm2), Sf1 = 10 , 2 = 5 ,
τa = 45/(10 x 5) = 0,9 (kg/mm2)
6. D1 = 1,2 x 40 + 10 = 58 (mm)
D2 = 2 x 40 + 25 = 105 (mm)
h = 0,5 x 40 + 8 = 28 (mm)
7. rm = (58 + 105)/4 = 41 (mm)
8. Ft = 12175/41 = 297 (kg)
9. τ =
8
π
×
(
297
2
)
2
(
= 0,099 kg/mm 2 )
105 - 58
10. Z = ×
6
×⎢
4×3 ⎥ = 7141 mm 3 ( )
⎣ ⎦
297 × 28
σb =
3 × 7141
(
= 0,388 kg/mm 2 )
11. τ max = 0,388 2 + 4 × 0,099 2 / 2 = 0,218 (kg/mm 2 )
12. 0,218 (kg/mm2) < 0,9 (kg/mm2) , baik
13. ds = 40 (mm), D1 = 58 (mm), D2 = 105 (mm), h = 28 (mm)
Bahan cakar : baja liat (C = 0,25 %)
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau
lebih yang dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan
143
dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini sangat banyak
dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga dapat
dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar cara pelayanannya
(manual, hidrolik, pneumatik dan elektromagnetis). Macam mana yang akan
dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja, lingkungan, dan sebagainya.
144
D1 adalah diameter dalam, dan D2 adalah diameter luar bidang gesek.
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya
mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan D1/D2 jarang lebih rendah dari 0,5.
Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata
pada seluruh permukaan tersebut; makin jauh dari sumbu poros, tekanannya
semakin kecil. Jika dalam Gambar 4.4 besarnya tekanan rata-rata pada bidang
gesek adalah p (kg/mm2), maka besarnya gaya yang menimbulkan tekanan ini
adalah :
F=
π
4
(D 2
2 2
- D1 p ) (4-9)
Jika koefisien gesek adalah μ, dan seluruh gaya gesekan dianggap bekerja
pada keliling rata-rata bidang gesek, maka momen gesekan adalah :
D1 + D2
T = μF . (4-10)
4
Harga μ dan harga tekanan yang diizinkan pa (kg/mm2) diberikan dalam Tabel
4.1. Harga-harga koefisien gesek dalam tabel tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun
gesekannya karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga
tekanan yang diizinkan yang dianggap baik.
Selanjutnya harus diperhatikan pula GD2 dari poros yang digerakkan yang
harus dipercepat pada waktu kopling dihubungkan. Faktor keamanan kopling
harus dihitung dengan memperhatikan macam penggerak mula yang dipakai,
variasi beban, besarnya GD2, dan ada tidaknya tumbukan.
145
Tabel 4.1 Harga μ dan pa
Bahan permukaan μ
pa (kg/mm2)
kontak Kering Dilumasi
Besi cor dan besi cor
0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu
0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes
0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
(ditenun)
0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi cor dan serat
- 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
Besi cor dan kayu
146
8. 73050 = 508,5 x 10-6D23
9. D2 = 530 (mm)
D1 = 0,8 x 530 = 424 (mm)
147
Gambar 4-5 Penggolongan kopling menurut cara kerjanya
148
Rumus-rumus tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima : 1. Momen
puntir, 2. Kerja penghubungan, 3. Jangka waktu kerja, 4. Perhitungan panas,
dan 5. Umur plat gesek.
Jika P adalah daya nominal motor, fc = 1 dapat dipandang cukup karena sudah
mencakup beberapa tambahan.
ii) Momen yang dihitung dari beban. Jika gaya yang ditimbulkan oleh
beban adalah F (kg), kecepatan beban adalah V (m/min), putaran poros
kopling adalah n1 (rpm), dan efisiensi mekanis adalah η, maka momen beban
Tl (kg.m) dapat dinyatakan oleh :
FV
Tl = 974 (4-12)
6120 × n1 × η
149
Momen maksimum pada kecepatan penuh kemudian dapat dianggap Tl2
(kg.m).
Jika efek total roda gaya terhadap poros kopling adalah GD2 (kg.m2),
kecepatan relatif adalah nr = n1 – n2 (rpm), dimana beban berputar dengan n2
(rpm), dan jangka waktu penghubungan (dari saat kopling dihubungkan
hingga kedua poros mencapai putaran yang sama) adalah ta (s), mak
persamaan gerak dari seluruh benda yang berputar adalah :
⎛ GD 2 ⎞ ω f - ω 0
T = Jω = ⎜⎜ ⎟⎟ (4-14)
⎝ 4g ⎠ t a
GD 2 ⎛ 2π n1 2π n2 ⎞ 1 GD 2 (n1 - n2 )
Ta - Tl1 = ⎜ - ⎟ = (4-15)
4 × 9,8 ⎝ 60 60 ⎠ t e 375t e
GD 2 . nr
Ta = + Tl1 (4-16)
375t e
Bila GD2 dan momen beban adalah kecil pada penghubungan, dan
momen beban berat dikenakan setelah terjadi hubungan, serta jika momen
beban maksimum adalah Tl2, dimana :
GD 2 . n1 1
Ta = + Tl1 < Tl 2 (4-17)
375t e 2
150
Maka kopling tersebut dapat dianggap bekerja dengan momen gesekan statis.
Dalam keadaan demikian, pilihlah kopling dengan Ts0 sebagai kapasitas
momen gesekan statis dalam daerah berikut :
GD 2 . n1 1
Ta = + Tl1 < Tl 2 (4-19)
375t e 2
dan, bila momen berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling
dengan Td0 sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut :
151
n1 (rpm) dalam arah yang sama. Kerja untuk satu kali hubungan dapat
dinyatakan dengan satuan (kg.m/hb).
GD 2 . nr
Karena Ta dalam persamaan Ta = + Tl1 menjadi Td0, maka :
375t e
GD 2 π GD 2 . nr
t ae = × (n1 - n2 ) = (4-22)
Td 0 − Tl1 19,6 × 60 375(Td 0 - Tl1 )
Dari kedua persamaan di atas :
Td 0 . nr GD 2 . nr
E= × (4-23)
19,1 375(Td 0 - Tl1 )
152
Gambar 4-7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis terhadap putaran relatif
dari kopling elektromagnet dengan plat tunggal kering(gambar 4-6)
153
GD 2 . n Td 0
∴ E= × (kg.m/hb) (4-23)
7160 Td 0 - Tl1
GD 2 (0 - ω 2 )
− (Td 0 + Tl1 ) = × (4-24)
4g t1
(Td 0 + Tl1 ) = GD
2
×
(ω1 - 0) (4-25)
4g t2
maka,
GD 2 . n2 GD 2 . n1
t1 = ; t2 = (4-26)
375(Td 0 + Tl1 ) 375(Td 0 - Tl1 )
⎛ω ω ⎞ T (2n + n2 )n2
2
Td 0 n1
E = Td 0 ⎜ 2 t1 + ω1t1 + 1 t 2 ⎟ = d 0 1 +
⎝ 2 2 ⎠ 7160(Td 0 + Tl1 ) 7160(Td 0 - Tl1 )
Td 0 ⎡ (2n1 + n 2 )n 2 n1 ⎤
2
∴E = ⎢ + ⎥ (4-27)
7160 ⎣ Td 0 + Tl1 Td 0 - Tl1 ⎦
154
E ≤ Ea (4-28)
GD 2 . nr
t ae = (4-29)
375(Td 0 - Tl1 )
ii) Bila sisi beban berputar berlawanan dengan arah putaran poros penggerak
GD 2 ⎛ n2 n1 ⎞
t ae = ⎜⎜ + ⎟⎟ (4-30)
375 T - T
⎝ d 0 l1 Td0 - Tl1 ⎠
155
perbedaan di antara operator dalam hal kopling manual. Besarnya waktu
tersebut adalah penting, meskipun harganya tidak tetap.
156
Tabel 4.3 Batas keausan rem dan kopling elektromagnit pelat tunggal
kering
Nomor kopling/rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
keausan (cm3)
157
10. #40, 6 (hb/min) = 360 (hb/h) Ea = 200 (kg.m)
3 × 600 2 32
11. E = × = 156,7 (kg.m )
7160 32 - 1,19
12. E/Ea = 156,7/200 = 0,784 < 1, baik
3 × 600
13. t ae = = 0,156 (s )
375(32 - 1,19)
14. 0,156 (s) < 0,3 (s), baik
15. L3 = 91 (cm3)
Jika damar cetak dipilih sebagai bahan gesek, w = 8 x 10-7(cm3/kg.m)
91
16. N mL = = 7,26 × 10 5 = 726000(hb )
156,7 × 8 × 10 -7
17. 6 x 60 x 6 = 2160 (hb/hari)
Dengan 300 hari tiap tahun, 2160 x 300 = 648000 (hb)
NmD = 726000/648000 = 1,12 (tahun) → kurang lebih setahun
18. Kopling plat tunggal kering elektromagnit, No. 40. Plat gesek harus
diganti tiap tahun.
(Catatan) : Dalam hal rem cakera yang mirip dengan kopling plat,
dipergunakan konsep yang sama seperti pada penurunan persamaan
GD 2 (0 - ω 2 )
− (Td 0 + Tl1 ) = ×
4g t1
, di mana Tl1 ditambahkan pada Td0. Rumus-rumus momen, kerja
penghubungan, dan waktu penghubungan dan pelayanan, yang diperlukan
untuk penurunan, adalah rumus-rumus kopling dengan tanda Tl1 yang
dibalik.
158
Gambar 4-9 Kopling kerucut
banyak dipakai; tetapi sekarang tidak lagi, karena daya yang diteruskan tidak
seragam. Meskipun demikian, dalam keadaan di mana bentuk plat tidak
dikehendaki, dan ada kemungkinan terkena minyak, kopling kerucut sering
lebih menguntungkan.
Jika daya yang diteruskan dan putaran poros kopling diberikan, maka daya
rencana dan momen rencana dihitung dengan menggunakan faktor koreksi.
Misalkan momen dikenakan pada diameter rata-rata Dm (mm) dari
permukaan kopling. Sudut kerucut θ tidak boleh lebih kecil dari 8 derajat
dan lebih besar dari 15 derajat.
Jika gaya tekan normal pada permukaan kontak adalah Q (kg), maka :
T = μQ x (Dm/2) (4-32)
Sehingga
Q = 2T/(μDm) (4-33)
A = Q/pa (4-34)
159
b = A/(πDm) (4-35)
Gaya dorong aksial F (kg) adalah sama dengan jumlah dari komponen
horizontal dari gaya tekan normal Q (kg)., dan komponen horizontal tahanan
gesek yang ditimbulkan oleh gaya Q seperti diperlihatkan dalam Gambar
4.10.
160
6. Q = 2 x 25000/(0,3 x 240) = 695 (kg)
7. A = 695/0,025 = 27800 (mm2)
b = 27800/(π x 240) = 37 (mm) → 40 (mm)
8. F = 695 (sin 150 + 0,3 cos 150) = 695 (0,259 + 0,3 x 0,966) = 375 (kg)
9. 375 > 350, tidak baik.
5’. θ = 120
8’. F = 695 (sin 120 + 0,3 cos 120) = 695 (0,208 + 0,3 x 0,978) = 348 (kg)
9’. 348 < 350, baik
10. θ = 120
Permukaan gesek : baja dan besi cor
Diameter rata-rata 240 (mm) x lebar kontak 40 (mm).
161
Gambar 4-11 Kopling Friwil
Suatu bentuk lain dari kopling semacam ini, menggunakan bentuk km (nok)
sebagai pengganti bola atau rol dan disebut kopling kam (Gambar 4.11(b)).
162