KLARIFIKASI ISTILAH
Glasgow Coma Scale
Yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien(apa
pasien dalam kondisi koma/tidak)dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3
hal yaitu reaksi membuka mata, bicara, dan motorik. Hasil pemeriksaan
dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung
responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Pemeriksaan disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow
Coma Scale)
Eye Opening
Mata terbuka dengan spontan 4
Mata membuka setelah diperintah 3
Mata membuka setelang diberi rangsang 2
nyeri
Tidak membuka mata dengan rangsang 1
apapun
Best Motor Response
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir nyeri 5
Menghindari nyeri 4
Fleksi (decorticate) 3
Ekstensi (decerebrasi) 2
Tidak ada gerakan dengan rangsang 1
apapun
Best Verbal Response
Menjawab pertanyaan dengan benar 5
Salah menjawab pertanyaan 4
Mengeluarkan kata-kata yg tidak sesuai 3
Mengeluarkan suara yg tidak ada artinya 2
Tidak ada jawaban 1
Jumlah 15
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)
MIND MAP
Embriologi Otak
Embriologi Otak
Medula
Cerebrum Talamus Pons Cerebellum
Oblungata
Hipotalamus
Subtalamus
Epitalamus
Otak berukuran jauh lebih besar dibandingkan medulla spinalis. Otak hampir
memenuhi semua ruang yang tersedia di dalam cavum cranii sehingga struktur
permukaan tertentu membentuk crista. Otak berhubungan dengan medulla spinalis
melalui foramen magnum dan dibagi menjadi lima bagian utama yaitu secara
berurutan:
A. Batang otak, terdiri dari:
1. Medulla oblongata
2. Pons
3. Mesencephalon
B. Cerebellum
C. Cerebrum (hemispherium cerebri)
Tapi ada juga yang membagi otak menjadi tiga bagian yaitu:
A. Otak depan (prosensefalon), dibagi menjadi dua:
1. Telensefalon (ujung otak)
2. Diensefalon (jembatan otak)
B. Otak tengah (mesensefalon)
C. Otak belakang (rombensefalon), dibagi menjadi dua:
1. Metensefalon (after brain)
2. Mielensefalon (otak sumsum)
A. Batang Otak
1. Medula Oblongata
Merupakan lanjutan dari medulla spinalis dengan panjang kira-kira 1 inchi,
berbentuk konus, dan terletak pada dua per tiga canalis dimulai pada ketinggian
foramen magnum serta berakhir pada ujung bawah pons. Anterior berhubungan dengan
pars basilaris ossis occipitalis. Permukaan lateralnya mempunyai pembengkakan oval
(oliva) yang berhubungan dengan substantia grisea dari nukleus olivarius inferior. Di
depan oliva antara oliva dan fissura mediana anterior terdapat crista longitudinal
tempat lewatnya fibrae corticospinale yang disebut pyramis.
Nervus cranialis yang keluar dari permukaan medulla dalam hubungannya dengan
oliva yaitu:
- N. Hypoglosus (N. XII) keluar secara linier antara oliva dan pyramis
- N. Glossopharingeus (N. IX), N. Vagus (N. X), N. Accesorius (N. XI) keluar berurutan dari
atas ke bawah pada sulcus di belakang tonjolan oliva.
2. Pons
Pons terletak di antara medulla dan linea media di sebelah anterior cerebellum.
Beberapa serabutnya berjalan horizontal melintasi linea media, menghubungkan kedua
hemispherium cerebelli. Pada daerah dimana pons berhubungan dengan substantia
cerebellum disebut horizontal akan membentuk bundle yang berbatas jelas disebut
pedunculus cerebellaris medius, yang kelihatan pada penampang transversal sebagai tiga
lingkaran besar, berseberangan dengan nucleus nervi facialis, nucleus nervi cranialis
ketujuh dan nucleus salivatorius. Lingkaran yang kecil terletak pada sisi medial
pedunculus medius dan disebut pedunculus cerebellaris inferior dan superior yang juga
mengeluarkan serabut saraf yang menghubungkan batang otak.
Pons varoli dibagi menjadi bagian dorsal (tegmentum) dan bagian basal yang
dibentuk oleh nuclei dan serat-serat penghubung. Pada bagian dorsal terdiri atas nuclei
nn. Cranialis yang terdiri dari:
- Nuclei motoris n. trigemini, terletak di tengah-tengah pons varoli berkualitas
brachiomotorik yang memelihara otot-otot masticatorica dengan axon keluar dari
sebelah ventrolateral pons sebagai portio minor
- Nuclei abducen, terletak di bagian bawah pons yang berkualitas somatomotorik dan
memelihara salah satu otot ekstrinsik dengan axonnya keluar dari permukaan ventral
pons dekat garis mediana dan perbatasan antara pons dengan medulla oblongata
- Nuclei facialis, terletak kira-kira setinggi nuclei n. abducens tapi agak ke ventral.
Berkualitas brachiomotorik yang memelihara otot-otot mimik dan axonnya keluar dari
permukaan lateral setelah mengelilingi n. abducen sebagai genu internum n. facialis
- Nuclei salivatorius superior, terletak dalam formatio reticularis dorsolateral dari ujung
caudal nuclei n. facialis. Berkualitas viseromotorik umum yang memelihara glandula
lacrimalis, sublingualis, lingualis, labialis, dan buccales. Axonnya keluar dari permukaan
lateral pons dekat n. facialis yang mengikuti n. intermedius yang kemudian dalam
canalis n. facialis bergabung dengan n. facialis
- Nuclei sensoris n. trigeminus, merupakan nuclei principalis sebagai kelanjutan dari
begian caudal neclei mesencephalis dan berkualitas somatosensorik umum untuk
rangsangan epikritik dan bagian rostral nuclei tractus spinalis yang merupakan lanjutan
dari nuclei principitalis yang berkualitas somatosensorik umum untuk rangsangan
protopatik
- Nuclei vestibularis dan cochlearis, terletak pada perbatasan antara pons dan medulla
oblongata. Nuclei vestibularis berkualitas propioseptif khusus dan terletak di daerah
paling lateral. Sedangkan nuclei cochlearis berkualitas somatosensorik khusus dan
terletak bersama-sama nuclei vestibularis.
- Nuclei lainnya adalah nuclei olivaris superior yang merupakan modifikasi dari formatio
reticularis. Nuclei corporis trapezoidi yang juga merupakan modifikasi formatio
reticularis. Kedua nuclei ini terletak pada bagian caudal dan berhubungan dengan
fungsi pendengaran. Formatio reticularis tergabung sepanjang batak otak. Nuclei
lemnicus lateralis modifikasi dari formatio reticularis yang letaknya dekat lemnicus
lateralis.
Serat-serat penghubung dari dorsal ke ventral terdiri atas fasciculus lungitudinal
dorsalis, fasciculus longitudinal medialis, tractus rubrospinalis, tractus tectospinalis dan
tractus reticulospinalis.
Permukaan dorsalis terdiri dari pons bersama dengan permukaan dorsalis dari
medulla oblongata membentuk fossa rhomboidea yang merupakan dasar dari
ventriculus quartus. Bagian tengahnya terdapat sulcus mediana dorsalis yang sebelah
kanan kirinya terdapat penonjolan yang disebut eminentia mediana yang di caudalnya
terdapat colliculus facialis yang disebabkan adanya serat-serat dari nuclei facialis yang
mengelilingi n. abducen yang disebut genu internum. Bagian caudal ada penonjolan area
cochlearis dan vestibularis akibat adanya nuklei cochlearis dan vestibularis. Bagian
bawah terdapat stria medullaris yang disebabkan karena adanya serat-serat yang
berasal dari nuclei arcuatus menuju cerebellum ialah fibrae arcuatae externae dalam
medulla oblongata.
Bagian basal dari pons terdiri serat penghubung transversal dan longitudinal yang
diantaranya terdapat nuclei pontes. Serat transversal dari nuclei ini menuju cerebellum
dan disebut tractus pontocereballaris dan serat longitudinal disebut tractus
corticobulbaris dan corticospinalis.
3. Mesencephalon
Mesencephalon membentuk bagian atas batang otak, panjangnya sekitar 1 inchi dan
terperforasi oleh canalis centralis atau aquaductus. Di sebelah rostral berhubungan
dengan diencephalons dan di sebelah caudal berhubungan dengan pons varoli dan
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
o Tectum mesencephali
o Tegmen mesencephali
o Basis mesencephali (basis Pedunculi)
Beberapa nn. Cranialis yang keluar dari permuaan mesencephali adalah n.
trochearis atau nn. Cranialis keempat yang keluar dari aspek posterior mesencephalon
tepat di bawah corpora quadrigemina inferior. Satu-satunya nn. Cranialis ketiga yang
keluar dari mesencephalon pada fossa interpeduncularis tepat di atas pons. Nuclei
mesencephali adalah nuclei snsorik yang erat hubungannya dengan n. trigemini.
B. Cerebellum
Cerebellum adalah bagian otak yang mempunyai fungsi untuk:
1. Ikut dalam pengintegrasian fungsi motorik, terutama koordinasi gerakan-garakan dan
membentuk fungsi keseimbangan
2. Ikut dalam pengintegrasian sistem sensorik dan motorik dalam arti rangsangan dapat
diteruskan ke cerebellum yang kemudian diolah akhirnya keluar sebagai gerakan.
Cerebellum dapat dibagi menjadi:
- Bagian tengah (vermis)
- Bagian lateral (hemispheria cerebelli)
Permukaan keduanya menunjukkan adanya lipatan-lipatan kecil transversal yang
disebut folia. Seluruh lapisan bagian cerebellum mempunyai lapisan yang sama,
berbeda dengan hemispheria dari cerebri. Bagian luarnya dibentuk oleh substantia alba
(corpus medullare) yang di dalamnya terdapat kelompok nuclei dan mempunyai serat-
serat penghubungnya merupakan serat penghubung intrinsik yang terdiri dari serat-
serat assosiasi, komissura dan proyeksi. Untuk serat proyeksi afferens berasal dari sel-
sel purkinye cortex cerebelli menuju nuclei cerebelli. Serat komisurra menghubungkan
bagian yang identik kanan kiri dan serat assosiasi menghubungkan daerah yang
setingkat hemispheria yang sama atau vermis saja. Cortex cerebelli umumnya
mempunyai plica dan terdiri dari tiga lapisan yaitu:
- Stratum moleculare
- Lapisan sel-sel purkinya
- Lapisan sel-sel granular
Cerebellum dihubungkan dengan bagian otak lainnya melalui ketiga pedunculi
cerebelli yaitu:
- Pedenculus cerebelli inferior, menghubungkan dengan medulla spinalis dan medulla
oblongata
- Pedenculus cerebelli medius, menghubungkan dengan pons varoli
- Pedenculus cerebelli superior, menghubungkan dengan mesencephalon
Pada pedunculus cerebellaris terdapat nucleus dentatus yang juga berhubungan
dengan thalamus melalui fibrae dentate rubrales.
C. Cerebrum
Adalah bagian anterior atau cephalic dari sistem nervosum centrale membentuk
lebih dari tiga per empat bagian otak dan terbagi menjadi dua hemispheria cerebri yang
besarnya setara. Bagian otak depan ini terbagi menjadi telencephalon dan
diencephalon.
o Telencephalon
Merupakan bagian yang paling rostral dan menempati sebagian besar cavum cranii
kecuali fossa cranii posterior. Telencephalon seluruhnya terletak di atas tentorium
cerebelli dan terbagi menjadi 2 belahan yang masing-masing disebut sebagai
hemispherium cerebri kiri dan kanan yang dipisahkan oleh fissura cerebri
sagitalis/longitudinalis satu terhadap yang lainnya. Tiap hemispherium cerebri terdiri
atas cortex cerebri (pallium), corpus medullare dan basal ganglia. Bagian yang dibentuk
oleh kortex cerebri dan corpus medullare dapat dibagi menjadi:
a. Lobus frontalis, terletak di depan sulcus centralis dan di atas sulcus lateralis
b. Lobus parietalis, terletak di belakang sulcus centralis dan di atas sulcus lateralis
c. Lobus occipitalis, terletak di belakang sulcus parietoocccipitalis
d. Lobus temporalis, terletak di depan incisura preoccipitalis dan di bawah sulcus lateralis
Cortex cerebri pada telencephalon mempunyai lapisan berwarna keabu-abuan dan
disebut sebagai substantia grisea (gray mater) yang terdiri dari sel-sel saraf dan sedikit
serat-serat penghubung. Disini terletak pusat-pusat tertinggi fungsi-fungsi dalam tubuh.
Permukaan cortex berlekuk-lekuk dan permukaan dalam lekukan jauh lebih luas dari
yang luar. Lekukan tersebut ada yang dangkal (sulcus) dan ada pula yang dalam
(fissura). Tebal rata-rata cortex cerebri rataa-rata 2,5 mm dan pada umumnya yang ada
dipermukaan lebih tebal. Luas permukaan cortex cerebri antara 200.000-250.000 cm2
dan pembagiannya adalah
- 41% lobus frontalis
- 21% lobus parietalis
- 17% lobus occipitalis
- 21% lobus temporalis
Sulci dan fissura dari telencephalon antara lain:
- Sulcus longitudinal cerebri
- Sulcus lateral cerebri (sylvius)
- Sulcus calcarinus
- Sulcus perietooccipitalis
- Sulcus hippocampi
Sulcus-sulcus lain yang memiliki arti fungsional dan topografik yang penting antara lain:
- Sulcus centralis (Rolandi)
- Sulcus precentralis
- Sulcus postcentralis
- Sulcus frontalis superior dan inferior
- Sulcus intra parietalis
- Sulcus temporalis inferior, medius, dan superior
- Sulcus lunatus
- Sulcus cinguli
- Sulcus collateralis
Berdasarkan pertumbuhan fungsi secara filogenik dan ontogenetic dapat dibedakan
beberapa macam cortex cerebri yaitu:
- Archiocortex/archipallium
- Paleocortex/palleopallium
- Mesocortex/mesopallium
- Neocortex/neopallium
Secara struktural keempat macam cortex tersebut juga berbeda yaitu mengenai
susunan sel-selnya. Neocortex terdiri atas 6 lapisan yang berturut-turut dari luar ke
dalam diberi nama menurut brodman:
- Lamina molecullaris, yang terdiri dari sel cagal dan sel golgi type II
- Lamina granularis enterna, banyak mengandung sel pyramida kecil dan sel granular
- Lamina pyramidalis, lebih banyak mengandung sel pyramida daripada sel granular dan
terdapat pula sel stelatta
- Lamina granularis interna, sebagian besar terdiri dari sel granular sedikit sel pyramida,
stellata, dan sel martinotti
- Lamina ganglionare (pyramidalis internus), terutama mengandung sel pyramida besar
(giant cell of betz) dan sedikit sel stellata, dan sel martinotti
- Lamina multiforme, terdiri atas sel multiforme atau polymorf dan mengandung sedikit
sel stellata dan sel martinotti
Serat-serat eferens yang keluar dari cortex cerebri sebagian besar dibentuk oleh axon-
axon sel-sel pyramida yang sebagian besar berupa serat-serat proyeksi menuju ke
pusat-pusat subcortical dan hanya sebagian kecil yang berupa serat-serat assosiasi atau
serat commisura menuju cortex lainnya. Selain itu dibentuk pula oleh axon-axon sel-sel
spindle/polymorf yang berupa serat-serat asosiasi atau serat-serat commisura.
Sedangkan serat aferens yang masuk ke dalam cortex cerebri berupa serat-serat
proyeksi spesifik yang berasal dari bagian thalamus yang spesifik dan berakhir pada
lapisan granularis interna dan bercabang-cabang pada bagian ini. Serta proyeksi yang
tidak spesifik yang berasal dari bagian thalamus yang tidak spesifik dan formatio
reticularis bercabang-cabang di berbagai lapisan sampai pada lamina molecularis.
Daerah-daerah fungsional cortex cerebri terdiri dari:
Lobus frontalis
a. Area motoris primaries atau area 4 Brodmann, terletak di belakang lobus frontalis
b. Area premotorius, terletak di depan area 4 dan area 6 Brodmann, bagian belakang
merupakan gerakan halus dan terlatih, berlainan dengan bagian depan yang merupakan
pusat gerakan kasar
c. Area 8 Brodmann atau daerah optokinetik frontal (frontal eye field), terletak di sebelah
frontalis cortex area premotoris dan bersangkutan dengan gerakan bulbus oculi di
bawah pengendalian kemauan (pergerakan konjugasi atau asosiasi) dan pusat gerakan
otot kasar.
d. Pusat bicara motorik broca
Meliputi area 44 dan 45 yang meliputi bagian pars opercularis dan pars triangularis
gyrus frontalis inferior pada hemispherium cerebri yang dominan oleh karena pada
manusia sebagian besar juga terletak di sebelah kiri. Daerah ini merupakan pusat bicara
motorik.
e. Cortex prefrontalis
Area ini meliputi area 9, 10, 11, dan 12 merupakan cortex asosiasi yang terletak di
depan area 4, 6, dan 8 yang bersifat motorik, pusat asosiasi tertinggi untuk fungsi
intelektual dan fungsi kejiwaan yang membentuk kepribadian (personality)
Lobus parietalis
Korteks parietalis mempunyai peran utama pada kegiatan memproses dan
mengintegrasi informasi sensorik yg lebih tinggi tingkatnya. Area somestetik primer
(area 1-3)terletak pada gyrus postcentralis, paralel korteks motorik dan posterior
sulkus centralis. Bagian ini tersusun somatotopik dg menyirip, tapi tidak identik dg
korteks motorik primer. Sensasi semua bagian tubuh diterima korteks sensorik primer
dan disinilah menggapai kesadaran. Sensasi ini mencakup nyeri, suhu, raba, tekan,
proprioseptik. Lesi bagian ini menyebabkan ggn sensorik kontralateral.
Area asosiasi somestetik (area 5 &7) menduduki lobus parietalis superior meluas
sampai permukaan medial hemisfer. Mempunyai banyak hub dg area lain korteks
sensorik. Korteks asosiasi sensorik menerima dan mengintegrasi modalitas sensorik.
Kualitas, bentuk, tekstur, berat, dan suhu berkaitan dg pengalaman sensorik masa lalu,
shg informasi dpt ditanggapi dandiinteprestasikan. Kesadaran akan bentuk tubuh, letak
anggota tubuh, sikap tubuh, bahasa. Lesi girus angularis (area 39) hemisfer dominant
mengakibatkan aleksia (ketdkmampuan memahami bhsa tulisan) dan agrafia (tdk
mampu menulis) meski dapat bicara normal. Lesi gyrus supramarginalis (area 40)
korteks parietalis mengakibatkan astereognosis (ketdkmampuan mengenal benda
lewat sentuhan) selain memungkinkan stroke dan ggn kesadaran tbuh terhadap sisi
kontralateral lesi
Lobus temporalis
Adalah area sensorik reseptif unt impuls pendengaran. Korteks pendengaran primer
(area 41&42) sebagai penerima suara, sedang korteks asosiasi pendengaran (area 22/
area Wernick)sbg proses pemahaman. Selain memiliki peranan unt ingatn tertentu.
Korteks area Werniks penting untuk mengerti bhsa ucap, lesi mengakibatkan sulit unt
mengerti bahasa ucap(afacia sensorik/afacia Wernics), atau mungkin ucapan penderita
scr fonetik dan tata bhs benar tapi kata-kata yg dipilih tdk sesuai dan terdiri atas kata yg
tak bermakna.
Lobus occipitalis
Korteks penglihatan primer (area 17) menerima informasi penglihatan dan sensasi
warna, dikelilingi korteks asosiasi visual (area 18&19) yg berperan dlm refleks gerak
mata bila sedang memandang atau mengikuti objek. Lesi sisi dominan mengakibatkan
kehilangan kemampuan mengenali benda dan kegunaannya, tp masih tetap mampu
mengenali wajah, lesi sisi tak dominan tjd kegagalan mengenali wajah. Korteks asosiasi
visual disebelah area 39 lobus temporalis berfungsi unt memahami simbol-simbol
bahasa, jk rusak mengakibatkan aleksia sensorik/ hilangnyakemampuan memahami
apa yg dibaca
Susunan Substansia Alba Hemispherium Cerebralis
Mengisi daerah antara corteks cerebri dan subcorticales dan derat antara
berbagai nuklei subcorticales. Serat yg membentuk substansia alba hemispherium
cerebri berselubung myelin dibagi3 : serat proyeksi , serat asosiasi, serat cimmisura.
I. serat-serat proyeksi, merupakan gab:
corona radiata
capsula interna
a. crus anterior
b. genu
c. crus posterior
Capsula eksterna
II. serat-serat commisura
terutama menghub pusat/daerah yg sama pd kedua hemisfer:
a. corpus callosum
b. commisura anterior
c. commisura hipocampi
III. serat-serat asosiasi
menghub daerah korteks yg berbeda satu dg lainnya pd hemisfer yg sama, beberapa
berkas asosiasi:
a. cingulum yg membentuk sebagian substansia alba gyrus cinguli
b. fasciculus uncinatus
c. fasciculus fronto-occipitalis superior dan inferior
Basal ganglia
Sekelompok substansia grisea yg terletak basal dari corpus medullare yg
sebagian bsrdibentuk sel-sel sarafdan serat penghubung. Terdiri atas 3
bagian:
1. corpus striatum
2. claustrum
3. nukleus amydaloid
secara phylogenetika ganglia basalis tdd:
a. neostriatum meliputi nucleus caudatus dan putamen
b. paleostriatum yg meliputiglobus pallidus
c. archistriatum yg meliputi amygdala
bekerja untuk integrasi dan ekspresi emosi, perasaan, hasrat.
Rhinencephalon
Meliputi struktur susunan saraf pusat yg menerima serat-serat dari
bulbus olfactorius
- Diencephalon
Adalah struktur disekitar ventrikel ke-3 dan membentuk inti bag dlm
cerebrum. Memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau
memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang tersebut. Dibagi jd 4
wilayah:
a. Talamus
terdiri atas 2 struktur ovoid yg besar , masing-masing mempunyai
kompleks nukleus yg slg berhub dg korteks ipsilateral , serebelum & dg
berbagai kompleks nuklear subkortikal. Merupakan stasiun relai yg penting
dlm otak & merupakan pengintegrasi subkortikal yg penting semua jaras
sensorik kec sist olfactorius membentuk sinaps dg nukleus talamus dalam
perjalanan menuju korteks cerebri. Berfungsi sbg pusat sensorik primitif
(individu dpt merasakan samar-samar nyeri, tekan, raba, getar, suhu
ekstrim) dan integrasi ekspresi motorik oleh karena hub fungsinya
terhadap pusat motorik utama dalam korteks serebri, serebelum, ganglia
basalis.
b. Hipotalamus
di bawah talamus, berkaitan dg pengaturan rangsang dr SS otonom
perifer yg menyertai ekspresi tingkahlaku dan emosi. Hipotalamus juga
berfungsi dlm pengaturan hormon-hormon, pengaturan cairan tubuh, suhu
tubuh, lapar, haus.
c. Subtalamus
merupakan nukleus ekstrapiramidal diencephalon yg penting,
mempunyai hub dg nuklus ruber, substansia nigra, globus palidus dari
ganglia basalis. Jika lesi menyebabkan diskineksia dramatis
(hemibasalismus) ditandai dg gerakan kaki/tangan yg terhempas kuat pd
satu sisi tubuh
d. Epitalamus
berupa pita sempit yg membentuk atap diensephalon, berhub dg sist
limbik, berperan pd dorongan emosi dasar dan integrasi informasi
olfactorius, mensekresi melatonin dan membantu irama sirkardian tubuh
dan menghambat hormon gonadotropin.
D. Meningen
Terdiri atas 3 lapisan:
1. Piamater
Terletak erat dg permukaan otak & medspin. Mempunyai perluasan ke
lateral antara radix dorsal dan ventral saraf spinal (lig dentikulata/dentate).
Menyertai pembuluh darah pada permukaan otak dan medspin (piamater
spinalis vaskularisasinya lebih sedikit dari cerebralis)
2. Arakhnoid
Llapisan seperti film, transparan, sepertt jala dan dihubungkan ke piamater
oleh trabekulasi seperti lilin. Mempunyai spatium (subarakhnoid) yg
merupakan interval antara arakhnoid dg piamater & diisi CSF, terdapat
granulasiones arakhnoid yg merupakan kumpulan seperti bulu dg sangat
mendekap arakhnoid yg berproyeksi ke duramater
3. Duramater
Lapisan luar meningen yg keras dan fibrosa. Terdapat spatium epidural
mengandung pleksus venosus vertebralis dan a meningea media pada
cavitas cranialis. Mempunyai 2 lapisan stratum periostealis dan stratum
meningealis. Membentuk sinus-sinus venosus duralis antara 2 stratum atau
antara duplikasi strtum meningeal
E. CSF dan ventrikulus otak
Terletak dlam spatium subarakhnoid, dibentuk pleksus koroid dalam
ventrikel otak. Sirkulasinya melalui ventrikel memasuki spatium
subarakhnoid dan akhirnya disaring ke sistem venosa. Tekanan CSF
biasanya 100 dan 200 mmH2O, diukur melalui punksi lumbal, diambil untuk
pemeriksaan kandungan kimia dan selnya.
Ventrikulus otak adalah kavitas dalam jaringan otak yg merupakan
pembesaran canalis centralis tubulus neuralis embryonicus. Cavitas ini
adalah ventriculus lateralis, tertius, quartus.
Ventriculus lateralis terletak di dalam subtantia hemisfer cerebri dan
terdiri dari pars centralis dan 3 buah cornu anterior, posteior, inferius.
Ventrikulus lateralis berhubungan dg ventrikulus tertius melelui foramen
interventrikularis dari mUNRO yg terletak pd bagian anterior dinding lateral
ventrikulus tertius di bawah ujung anterior fornix.
Ventrikulus quartus adalah cavitas seperti tenda dengan dasar seperti
intan. Beberapa nn cranialess terletak pd regio ini. Ventrikulus berhubungan
dg ruang sub arakhnoid pd meningen melalui apertura mediana ventriculi
quarti dan 2 apertura lateralis ventriculi quarti (foramina luschka). Apertura
mediana (foramen magendi) membuka ke cavum subarakhnoid yg
membesar disebut cisterna magna (antara cerebellum dan medula)
F. Vaskularisasi
Oleh a. carotis interna dan a. vertebralis cabang cerebral sedang meninges
divaskularisasi a. maxillaris cabang meningea media. Medspin dan akarnya
divaskularisasi cabang-cabang kecil sepanjang saraf tsb.
Carotis interna bercabang menjadi :
A. Opthalmica
A. Cerebri Anterior
A. Cerebri Media
A. Communicans Posterior
basilaris
Berjalan pada sulcus basilaris pontis
cabangnya
A. Cerebelli Inferior Anterior et posterior
A. Labyrinthin
Rr. Pontine
A. Cerebelli Superior
A. Cerebri Posterior
c. Medulla spinalis
Merupakan kelanjutan dari otak dimulai setinggi foramen occipitalis
magnum melanjutkan ke bawah di dalam canalis spinalis dan beakhir pada conus
medullaris setinggi V.Lumbalis I, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus
terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah cornu terminalis, serabut-
serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Medulla spinalis ini mempunyai bentuk seperti tabung silindris dan didalamnya
terdapat lubang atau canalis centralis. Bagian tepi atau cortex mengandung serat-
serat saraf (white matter) dan bagian tengahnya berwarna gelap (grey matter)
yang mengandung sel-sel body dan bentuknya seperti kupu-kupu. Dari medulla
spinalis ini keluar masuk serabut saraf sebanyak 31 pasang yang melalui foramen
intervertebralis. Sebagaimana otak medulla spinalis juga dilapisi oleh selaput
meningen dan mengandung cairan otak.
Selaput Meningen Spinal
Meningen Spinal terdiri atas tiga lapis yaitu: Duramater, arachnoid dan piamater.
Duramater yang merupakan lapisan yang kuat, membran fibrosa, bersatu dengan filum
terminale. Piamater berupa lapisan tipis, kaya pembuluh darah, nyambung dengan
medula spinalis. Rongga antara periosteum dengan duramater disebut dengan epidural
yang merupakan area yang mengandung banyak pembuluh darah dan lemak. Rongga
antara duramater dengan arachnoid disebut dengan subdural. Subdural tidak
mengandung CSF. Rongga antara Arachnoid dan Piamater disebut dengan
Subarachnoid. Pada rongga ini terdapat Cerebro Spinal Fluid, Pembuluh Darah dan
akar-akar syaraf.
1.1.3 Tepi
c. 12 pasang saraf kranial
2. Histologi
2.1 Sistem Saraf Pusat
2.1.1 Cerebrum
Otak besar tersusun atas dua belahan (cerebral hemisphere) kiri dan kanan. Di
bagian tepi luar (korteks) terdapat substansia grisea, lalu semakin ke dalam dibatasi
dengan substansia alba, dan di bagian paling dalam terdapat nukelus yang merupakan
substansia grisea. Lapisan yang menyusun otak besar berlekuk-lekuk, membentuk
struktur sulkus dan girus. Lapisan ini jika ditinjau secara mikroskopik akan terlihat
bahwa tersusun atas enam lapisan, yakni:
Lapisan molekular, merupakan lapisan terluar dan terletak tepat di bawah
lapisan pia. Terdapat sel horizontal (cajal) yang pipih dengan denrit dan akson
yang berkontak dengan sel-sel di lapisan bawahnya (sel piramid, sel stelatte).
Lapisan granular luar, sebagian besar terdiri atas sel saraf kecil segitiga(piramid)
yang dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan aksonnya ke lapisan di
bawahnya; sel granula (stelatte) dan sel-sel neuroglia.
Lapisan piramid luar, terdapat sel piramid yang berukuran besar (semakin besar
dari luar ke dalam). Dendrit mengarah ke lapisan molekular; akson mengarah ke
substansia alba.
Lapisan granular dalam, merupakan lapisan tipis yang banyak mengandung sel-
sel granul (stellate), piramidal, dan neuroglia. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling padat.
Lapisan piramidal dalam, suatu lapisan yang paling jarang, banyak mengandung
sel-sel piramid besar dan sedang, selain sel stelatte dan Martinotti. Sel Martinotti
adalah sel saraf multipolar yang kecil, dendritnya mengarah ke lapisan atas dan
aksonnya ke lateral.
Lapisan sel multiform, adalah lapis terdalam dan berbatasan dengan substansia
alba, dengan varian sel yang banyak (termasuk terdapat sel Martinotti) dan sel
fusiform.
Otak besar merupakan pusat belajar, ingatan, analissi informasi, inisiasi gerakan
motorik, dan merupakan pusat integrasi informasi yang diterima. Di substansia
alba cerebrum terdapat banyak serat-serat yang menghubungkan berbagai
daerah korteks dalam hemisfer yang sama (asosiasi); menghubungkan
antarhemisfer (komisura);dan menghubungkan ke nukleus di bawahnya
(proyeksi).
2.1.2 Cerebellum
Korteks serebeli memperlihatkan banyak lipatan berkelok yang dalam yaitu folia
serebeli yang dipisahkan oleh sulcus. Folia serebeli dilapisi oleh jaringan ikat tipis
(piamater) yang mengikuti permukaan setiap folium ke dalam sulcus. Serebelum terdiri
atas korteks serebeli atau substansia grisea di bagian luar dan substansia alba di bagian
dalam. Korteks serebeli dapat dikenali tiga lapisan secara jelas, stratum moleculare di
sebelah luar, berisi badan sel saraf yanag relatif lebih sedikit dan kecil serta banyak
serat yang berjalan sejajar dengan panjang folium; stratum Purkinje di tengah atau
sentral, terdiri atas sel-sel Purkinje yang memiliki bentuk piriform dengan dendrit
bercabang-cabang yang masuk ke dalam stratum moleculare; dan stratum granulosum
di sebelah dalam dengan banyak neuron kecil yang menunjukkan nukleus yang
terwarnai secara kuat. Substansia alba membentuk bagian tengah dari setiap folium dan
terdiri dari akson atau serat saraf bermielin. Akson adalah serat aferen dan eferen
korteks serebeli.
2.1.3 Medulla spinalis
JENIS-JENIS SARAF
1. Neuron unipolar: 1 akson (neuron embryonal).
2. Neuron pseudo-unipolar:1 akson bercabang 2 seperti huruf T (sel
ganglion spinalis).
3. Neuron bipolar: 1 akson 1 dendrit (sel pembau, retina).
4. Neuron multipolar: 1 akson & beberapa dendrit (sel piramid, sel
tanduk depan, sel ganglion otonom).
Sistem saraf tepi terdiri atas ganglion, dan berbagai akhiran saraf, pada
saraf tepi tampak kumpulan-kumpulan saraf yang dibungkus jaringan ikat
yaitu:
Inti di tengah
Ciri histologis
Tipe neuron : Pseudounipolar
Besarsel : Besar dan kecil
Inti sel : Open faced type danberada di tengah
Sel satelit : Banyak
Akson : Bermyelin dan tidak
a. Ingatan Eksplisit
Ingatan merupakan retensi dan penyimpanan dari informasi.
Ingatan dibagi atas ingatan eksplisit dan ingatan implisit. Ingatan
eksplisit merupakan ingatan yang bersifat deklaratif atau pengenalan
dengan berkaitan dengan kesadaran. Ingatan tersebut tergantung dari
reseistensi bagian hipokampus dan lobus temporalis. Ingatan eksplisit
dibagi atas ingatan episodik dan semantik. Ingatan episodik merupakan
ingatan yang berupa kejadian sedangakan ingatan semantik merupakan
ingatan yang berupa kata-kata dan hukum. Ingatan eksplisit dibagi atas
ingatan jangka pendek dan jangka panjang. Ingatan jangka pendek
merupakan ingatan yang berlangsung selama beberapa detik atau jam
sedangkan ingatan jangka panjang merupakan ingatan yang berlangsung
selama bertahun-tahun sampai bertahun-tahun.
b. Ingatan Implisit
Ingatan implisit merupakan ingatan yang tidak melibatkan
kesadaran dan juga disebut sebagai non deklaratif atau reflektif.
Retensinya tidak tergantung dari hipokampus tapi tergantung
keterampilan, kebiasaan dan refleks-refleks terkondisi. Ingatan implisit
dibagi atas pembelajaran asosiatif dan non asosiatif. Pembelajaran non
asosiatif terdiri habituasi dan sensitisasi. Sedangkan asosiatif berupa
pengkondisian klasik dan operant conditioning. Ingatan implisit yang
berlanjut akan menimbulkan suatu keterampilan dan kebiasaan.
Habitusi merupakan pembelajaran dengan stimulus yang terus-
menerus. Stimulus tersebut pada awalnya akan memberikan suatu reaksi,
namun karena semakin sering maka otak akan mengabaikannya.
Sensitisasi merupakan kebalikan dari habituasi, sensitisisasi rangsangan
yang terus menerus akan menimbulkan reaksi yang kuat.
c. Cara Pembuatan Ingatan
Ingatan dibentuk kekuatan dari kontak sinaps tertentu. Perubahan
ini biasanya diikuti dengan sintesis protein dan aktivasi gen tertentu.
Setelah kontak sinaps-sinaps tersebut, kemudian terjadi penurunan
kandungan ion Ca ekstra seluler dan peningakatan ion Ca intra seluler.
Peningkatan ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan pelepasan
neurotransmitter dari satu sinaps ke sinaps lain.
d. Cara kerja pembentukan ingatan eksplisit
Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek dibentuk oleh kerja di bagian lobus
frontalis dan hipokampus. Ingatan jangka pendek berbentuk ingatan kerja
yaitu merupakan proses menahan informasi sehingga bisa dipakai
sebagai salah satu bentuk pengambilan keputusan yang akan dlakukakan.
Contoh ingatan kerja adalah misal pada saat kita mengingat suatu nomor
telepon lalu menggunkan informasi tersebut untuk menelepon. Pada
contoh tersebut yang disebut ingatan kerja adalah ingatan kita pada
nomor telepon tersebut. Pemakaian ingatan ini didukung oleh disimpan
dalam suatu “central executive” yang didukung oleh sistem pengulangan
yang dibantu oleh sistem verbal dan sistem visuospasial yang terletak di
korteks prafrontalis.
Traktus Pyramidalis
1. Serabut kortikospinalis
korona radiata → posterior kapsula interna → cerebral peduncles
crus cerebri → pons → medula oblongata → LOWER MEDULA →
SPINAL CORD
2. Serabut kortikobulbaris
Korona radiata → posterior kapsula interna → cerebral peduncles crus cerebri →
PONS → medulla
Serabut berjalan bersama serabut kortikospinal
Sebagian serabut kortikobulbar meninggalkan pyramidal di atas
nukleus yang dituju & berjalan di area Lemniskus Medeialis
Sebaian lainnya berakhir di Retikular Formation
2. Sistem Ekstrapyramidal
Merupakan kumpulan-kumpulan traktus, inti-inti & sirkuit
feedbacknya.
Susunan ekstrapyramidal ini secara fungsional berhubungan
dengan traktus pyramidal.
Susunan ekstrapiramidal ini dimulai dari serebral korteks,
basal ganglia, subkortikal nukleus secara tidak langsung ke
spinal cord: melalui multisynap conection.
Inti-inti yang menyusun ekstrapyramidal:
1. Korteks motorik tambahan (area 4s, 6, 8).
2. Ganglia basalis (nucleus kaudatus, putamen, globus
pallidus, substansia nigra),
Korpus subtalamikum (Luysii),
Nucleus ventrolateralis Talami.
3. Nucleus ruber & substansia retikularis batang otak.
4. Cerebellum.
3.8 Sinaps
Proses penghantaran impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf
dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
a. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui
serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif
terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf.
Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi)
terjadi berurutan sepanjang serabut saraf.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui
oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial
istirahat). Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh
mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di
atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat
dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu
daripada impuls yang lemah.
b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis.
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan
sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron,
maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula
akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam
misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem
saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin
kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat
pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan
impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka
akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-
sinapsis.
Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan
membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang
mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya
4. Patologi
1.2 . Penurunan Kesadaran
1.2.1 Ensefalopati
1. Definisi
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi
otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati
adalah disfungsi kortikal umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga
sub akut (jam hingga beberapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat
kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat
aktifitas psikomotor (secara umum meingkat, akan tetapi dapat menurun).
Penggunaan istilah ensefalopati menggambarkan perubahan umum pada fungsi otak,
yang bermanifestasi pada gangguan atensi baik berupa agitasi hiperalert hingga
koma.
2. Etiologi
Secara klinis, diagnosis ensefalopati digunakan untuk menggambarkan
disfungsi otak difuse yang disebabkan oleh gangguan faktor sistemik, metabolik, atau
toksik. Etiologi ensefalopati pada anak meliputi penyebab infeksi, toksis (misalnya
karbon monoksida, obat, timah hitam), metabolik dan iskemik.
a. Ensefalopati akibat infeksi
Definisi.
- Infeksi sistem saraf pusat termasuk didalamnya meningitis, meningoensefalitis,
ensefalitis, empiema subdural atau epidural dan abses otak.
- Ensefalitis dan ensefalopati harus dapat dibedakan, dimana pada ensefalopati
terjadi kerusakan fungsi otak tanpa adanya proses inflamasi langsung di dalam
parenkim otak.
- Ensefalopati yang disebabkan oleh infeksi sistemik adalah keadaan yang paling
sulit dibedakan dengan ensefalitis. Perbedaan yang dapat diidentifikasi antara
ensefalopati dan ensefalitis pada umumnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel1. Perbedaan antara ensefalopati dan ensefalitis
Ensefalopati Ensefalitis
Manifestasi klinis
Temuan Laboratoris
Patogenesis
Patogenesis ensefalopati sepsis masih belum jelas. Beberapa kemungkinan
diajukan sebagai penyebab adanya kerusakan otak selama sepsis berat yaitu efek
endotoksin dan mediator inflamasi, disfungsi sawar darah otak dan kerusakan
cairan serebro spinal, perubahan asam amino dan neurotransmiter, apoptosis, stres
oksidatif dan eksitotoksisitas, akan tetapi hipotesis yang paling dipercaya adalah
moltifaktorial.(13)
Gejala Klinis
Ensefalopati sepsis pada umumnya terjadi awal sepsis berat dan menyebabkan
gagal multiorgan. Keadaan klinis yang paling sering ditimbulkan adalah penurunan
tingkat kesadaran dari mulai penurunan kewaspadaan ringan hingga tak berespon
dan koma. Status konfusional fluktuatif, inatensi dan kebiasaan yang tidak sesuai
juga terkadang timbul pada pasien ensefalopati ringan. Pada kasus yang lebih berat
dapat menimbulkan delirium, agitasi dan deteriorasi kesadaran dan koma.
Diagnosis
- EEG merupakan merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang sensitif dan
dapat menunjukkan abnormalitas walaupun pemeriksaan neurologis normal.
- CT Scan kepala tidak ditemukan kelainan, akan tetapi dilakukan pemeriksaan
untuk menyingkirkan adanya kerusakan otak yang disebabkan oleh
hipoksik/iskemik.
Penatalaksanaan.
- Pengobatan ensefalopati septik secara khusus masih belum ada, penanganannya
dilakukan dengan penanganan sepsis pada umumnya.
-
Dibutuhkan terapi suportif seperti menjaga suhu lingkungan yang hangat,
memberi pengobatan simptomatik seperti muntah, anemia dan demam.
Kemudian dilakukan pemberian antibiotik untuk penanganan definitif selama
kurang lebih 14 hari.
b. Ensefalopati akibat iskemik
Definisi
Ensefalopati hipoksik iskemik merupakan penyebab cedera permanen yang
penting pada sel sistem saraf pusat yang mengakibatkan kematian neonatus atau
nantinya, jejas dapat bermanifestasi sebagai palsi serebral atau defisiensi mental
Etiologi.
Penyebab saat di dalam kandungan terdiri dari
1) Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung sianosis, gagal pernapasan, atau keracunan karbon monoksida
2) Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi yang dapat merupakan
komplikasi anestesi spinal atau akibat kompresi vena kaca dan aorta pada uterus
gravid
3) Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya
tetani uterus yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebihan
4) Pemisahan plasenta premature
5) Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau
pembentukan simpul pada tali pusat
6) vasokonstriksi pembuluh darah uterus oleh kokain
7) insufisiensi plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca
maturitas.
Hipoksia yang tejadi sesudah lahir, dapat merupakan akibat dari :
1) Anemia cukup berat, yang sampai menurunkan kandungan oksigen darah ke
tingkat kritis, akibat perdarahan berat atau penyakit hemolitik
2) Syok cukup berat, yang sampai mengganggu pengangkutan oksigen ke sel sel
vital, akibat perdarahan adrenal, perdarahan intraventrikular, infeksi yang
berlebihan atau kehilangan darah yang masif.
3) Kurangnya saturasi oksigen arteria disebabkan gagal terjadinya pernapasan
yang adekuat pada pasca lahir, akibat cacat, nekrosis atau jejas pada otak
4) Kegagalan oksigenasi sejumlah darah yang adekuat akibat adanya bentuk
penyakit jantung kongenital sianosis atau defisiensi fungsi paru yang berat.
Gejala Klinis
Secara khas, ensefalopati hipoksia iskemik pada neonatus memiliki
karakteristik edema serebral, nekrosis kortikal, dan keterlibatan ganglia basalis,
sedangkan pada neonatus preterm, memiliki karakteristik periventrikular
leukomalasia. Kedua lesi dapat menyebabkan atropi kortikal, retardasi mental dan
kuadriplegi atau diplegi
Tabel 4. Gejala klinis ensefalopati hipoksik iskemik pada neonatus(20)
Tanda Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3
Tingkat Hiperalert Letargik Stupor
kesadaran
Tonus otot Normal Hipotonus Flaksid
Refleks Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada
tendon/
klonus
Reflek moro Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Anisokor,
reflek cahaya
minimal
Kejang Tidak ada Ada Desereberasi
EEG Normal Perubahan Banyak supresi
voltase rendah hingga
hingga aktifitas isoelektrik
kejang
Durasi <24jam jika ada 24jam -14 hari Hari-minggu
kemajuan lain
mungkin tetap
normal
Penatalaksanaan
Pencegahan dan pengobatan nantinya diarahkan pada keadaan dasar yang
menyebabkannya, kematian dan ketidakmampuan kadang kadang dapat dicegah
melalui pengobatan terhadap gejala yang timbul dengan memberikan oksigen atau
pernafasan buatan dan koreksi disfungsi multiorgan terkait.
1.2.2 Koma
Definisi
Koma ialah keadaan pada mana kesadaran menurun pada derajat yang terendah.
Koma akan menjadi kenyataan jika korteks serebri kedua sisi tidak lagi menerima
impuls aferen aspesifik yang disampaikan melalui lintasan aspesifik difus substansia
retikularis. Koma juga dapat dibangkitkan jika lapisan substansia grisea kedua
hemisferium dibuang (dekortikasi) atau jika inti intralaminar talamik semuanya dirusak
atau jika substansia grisea di sekitar akuaduktus Sylvii dihancurkan. Akibatnya
menimbulkan keadaan dimana penyaluran impuls asendens aspesifik tersumbat pada
nuclei intralaminar atau di substansia grisea di sekitar akuaduktus Sylvii.Koma dapat
dibagi dalam:
a) Koma supratentorial diensefalik
b) Koma infratentorial diensefalik
c) Koma bihemisferik difus
Koma infratentorial diensefalik adalah koma dengan kausa yang timbul dari
ruang infra tentorium.Adapun dua macam proses patologik di dalam ruang
infratentorial yang dapat menimbulkan koma, ialah
1. Proses patologik di dalam batang otak yang merusak substansia retikularis
(destruktif)
2. Proses di luar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia
retikularis (kompresif)
Lesi vaskular yang merusak substansia retikularis mesensefali terjadi akibat
penyumbatan arteria serebeli superior. Yang mengakibatkan lesi vaskular di pons ialah
penyumbatan arteri-arteri perforantes yang berinduk pada arteria basilaris. Di samping
lesi vaskular, perdarahan karena trauma kapitis dapat merusak tegmentum batang otak
berikut substansia retikularis. Neoplasma, granuloma, abses dan perdarahan di dalam
serebelum mendesak batang otak dari luar.
Kompresi karena proses desak ruang di fosa kranii posterior (infratentorial) dapat
menimbulkan koma dengan cara berikut
1. Penekanan langsung terhadap tegmentum, biasanya tegmentum pontis.
2. Herniasi serebelum ke rostral dan dengan demikian menimbulkan jiratan
transversal terhadap mesensefalon.
3. Herniasi tonsil serebelum di foramen magnum dan dengan demikian menimbulkan
jiratan terhadap medula oblongata.
Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon
mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi lagi. Hal ini timbul akibat
perdarahan. Frekuensi perdarahan di batang otak, lebih sering merusak tegmentum
pontis daripada mesensefalon. Karena masifnya perdarahan tersebut, maka koma akan
timbul serentak dengan terjadinya perdarahan. Lagi pula perdarahan yang masif itu
seringkali merupakan infark hemoragik sepanjang tegmentum mesensefalon dan pons.
Gejala-gejala gangguan pupil, pernafasan, okular dan tekanan darah berikut nadi yang
menandakan terlibatnya tegmentum mesensefalon, pons dan medula oblongata akan
dijumpai juga pada pemburukan koma subtentorial
a. Koma SupratentorialL Diensefalik
Semua proses supratentorial yang dapat mengakibatkan destruksi dan kompresi
pada substansia retikularis diensefalon (nuclei intralaminar) akan menimbulkan koma.
Destruksi dalam arti destruksi morfologi, dapat terjadi akibat perdarahan atau infiltrasi
dan metastasis tumor ganas. Destruksi dalam arti destruksi biokomia, dijumpai pada
meningitis.
Kompresi dapat disebabkan oleh proses desak ruang, baik yang berupa
hematoma atau neoplasma. Proses desak ruang mendesak secara radial kemudian akan
mendesak ke bawah secara progresif, mengingat adanya foramen magnum sebagai
satu-satunya pintu dari suatu ruang yang tertutup. Akibat kompresi rostro-kaudal itu,
secara berturut-turut mesensefalon, pons atau medulla oblongata akan mengalami
desakan. Sehingga sindrom lesi transversal setinggi mesensefalon, pons dan medulla
oblongata akan timbul secara bergiliran.
Proses desak ruang supratentorial yang bisa menimbulkan koma supratentorial dapat
dibagi dalam 3 golongan:
1) proses desak ruang yang meninggikan tekanan di dalam ruang intracranial
supretentorial secara akut
2) lesi yang menimbulkan sindrom unkus
3) lesi supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostro-kaudal terhadap
batang otak
Tekanan intrakranial supratentorial yang mendadak menjadi tinggi
Keadaan di atas dapat dijumpai jika terdapat hemoragia serebri yang masif atau
perdarahan epdural. Kompresi supratentorial yang tiba-tiba itu, langsung mendesak
bangunan yang terletak infratentorial. Oleh karena itu secara tiba-tiba tekanan darah
melonjak, nadi menjadi lambat dan kesadaran menurun secara progresif. Trias ini
dikenal sebagai sindrom Kocher-Cushing. Pada umumnya trias tersebut merupakan ciri-
ciri koma akibat proses infratentorial.
Sindrom Unkus
Sindrom unkus dikenal juga sebagai sindrom kompresi diensefalon ke lateral.
Proses desak ruang di bagian lateral dari fosa cranii media biasanya mendesak tepi
medial unkus dan girus hipokampalis dan kolong tepi bebas daun tentorium. Karena
desakan itu, bukannya diensefalon yang pertama-tama mengalami gangguan, melainkan
bagian ventral nervus occulomotorius. Maka dari itu gejala yang pertama akan dijumpai
bukannya gangguan kesadaran akan tetapi dilatasi pupil kontralateral. Pupil yang
melebar itu mecerminkan penekanan terhadap nervus occulomotorius dari bawah oleh
arteria serebeli. Tahap yang segera menyusul ialah tahap kelumpuhan nervus
occulomotorius totalis. Progresi bisa cepat sekali, dan juga pedunkulus serebri
kontralateral mengalami iskemia pada tahap ini. Sehingga hemiparesis timbula pada sisi
proses desak ruang supratentorial yang bersangkutan. Pada tahap perkembangan ini
juga diikuti progresifitas penurunan kesadaran.
Sindrom kompresi rostrkaudal terhadap batang otak.
Proses desak ruang supratentorial secara berangsur-angsur dapat menimbulkan
kompresi terhadap bagian rostral batang otak. Prose tersebut meliputi:
a. herniasi girus singuli di kolong falks serebri
b. herniasi lobus temporalis di kolong tentorium
c. penjiratan diensefalon dan bagian rostral mesensefalon oleh tepi bebas daun
tentorium secara bilateral
Pemeriksaan Klinis
a. Koma atau tidak ada respon
Dengan pemeriksaan respon nyeri daerah kuku, supraorbita, temporomandibular,
penderita tidak ada reaksi.
b. Tidak ditemukan refleks-refleks batang otak
Refleks pupil tidak ada respon cahaya, dilatasi maksimal.
Pergerakan bola mata
Tidak ada refleks muntah dan batuk
Tidak ada respon terhadap rangsangan
c. Apnea komplit yang dikonfirmasi dengan tes apnea.
DEFINISI
Keadaan nyeri pada percabangan nervus Trigeminus
KLASIFIKASI
1. Idiopatik Trigeminal Neuralgia
Tidak diketahui penyebabnya
2. Simtomatik Trigeminal Neuralgia
Bisa disebabkan karena Multiple Skelerosis, tumor sekitar ganglion
Trigeminus, Tumor Fossa Posterior, pasca Herpes Zoster
ETIOLOGI
1. Degenerasi ganglion Trigeminal Gasseri
2. Penekanan akar saraf Trigeminus
3. Angulasi berlebihan pada akar saraf Trigeminus
4. Demielinisasi proksimal akar saraf Trigeminus atau traktus spinalis
5. Cetusan paroksismal
MANIFESTASI KLINIS
1. Biasanya timbul pada umur >40 tahun
2. Serangan nyeri mendadak yang tajam dan hebat
3. Nyeri berlangsung 20-30 detik, hilang, lalu timbul lagi
4. Cabang 2 dan 3 nervus Trigeminus adalah yang paling sering terkena
5. Dapat disertai spasme wajah sesisi
6. Dipicu saat sikat gigi, meraba wajah, mengunyah, mencuci muka,
mengigit, mencukur, menelan, atau kena angin dingin
PEMERIKSAAN
- Cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap
- Jika diduga disebabkan oleh Multiple Skelerosis lakukan
pemeriksaan likuor dan evoked petensial
- Jika diduga disebabkan oleh Tumor Fossa Posterior lakukan skull
foto, CT-Scan, atau MRI
DIAGNOSA BANDING
1. Glossopharyngeal Neuralgia
2. Migraine dan Cluster Headache
3. Nyeri wajah atipikal
4. Nyeri pada Sinusitis
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Carbamazepin (golongan Oksazolidindion – obat antikonvulsi)
200-1200 mg/hari
b. Baclofen (golongan agonis GABAB – obat pelemas otot) 60-80
mg/hari
2. Pembedahan
1.3.5 Cluster headache
Definisi :
Nyeri kepala yang hebat, nyeri selalu unilateral di orbita, supraorbita,
temporal atau kombinasi, berlangsung 15 – 180 menit dan terjadi dengan
frekwensi dari sekali tiap dua hari sampai 8 kali sehari.Cluster headache
merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang sering mengganggu
kehidupan seseorang dan pasien terbangun karena nyeri kepala. Sering
menyebabkan perubahan emosional seseorang
Prevalensi
Nyeri kepala ini lebih jarang dibandingkan dengan migren.
Frekwensi nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1%
dari populasi wanita.
Nyeri kepala cluster lebih banyak ditemukan pada pria. Mulai pada
decade ke dua – ketiga.
Gambaran klinis
Khas ditandai dengan nyeri yang sangat berat yang berlangsung 15 –
180 menit
Periode serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 – 3
serangan perhari, sering berakhir antara 3 – 16 minggu. Dengan
interval antara 6 bulan dan 5 tahun.
Patofisiologi
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus
perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus
trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan ganglia
sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan
sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan
rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi.
Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron dalam
kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus
salivatorius superior (parasimpatetik). Serat-serat preganglioner dari
nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls untuk merangsang SCG
(simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan
pada SPG (parasimpatetik) untuk sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung
(rinorrhea).
1.4 Trauma Kepala
1.4.1 Hematom epidural
Definisi : Perdarahan yang terjadi ekstradural yang disebabkan karena pecahnya
arteri meningea media. Pecahnya arteri meningea media biasanya disebabkan karena
fraktur linier os temporal. Hematom epidural ini biasanya memburuk dengan cepat.
Gejala :
adanya fase interval yaitu waktu bebas gejala. Saat pertama terjadi trauma akan
terjadi penurunan kesadaran, namun akan kembali normal. Akan tetapi, 6-24
jam kemudian kesadaran akan menurun dan koma
Gangguan nervus III karena herniasi tentorii berupa, ptosis, pupil midriasis dan
anisokor
Hemiparesis
gangguan pernafasan karena ada penekanan pada batang otak
Definisi :
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan
arakhnoid. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks
serebral dan sinus draining. Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi
permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain
itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih
berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural.
Klasifikasi :
a. Perdarahan akut
Gejala timbul segera kurang dari 72 jam setelah trauma. Terjadi pada
cedera kepala cukup berat. Biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda
vitalnya. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.
Gambaran Ct-scan, didapatkan lesi hiperdens.
b. Perdarahan sub akut
Berkembang dalam beberapa hari sekitar 4-21 hari sesudah trauma.
Pasien mengalami periode tidak sadar lalu mengalami perbaikan status
neurologi yang bertahap kemudian penderita memperlihatkan tanda-tanda
status neurologis yang memburuk. Pasien menjadi sulit dibangunkan dan tidak
berespon terhadap rangsang nyeri atau verbalmeningkatnya tekanan
intrakrania. Dapat terjadi sindrom herniasi dan menekan batang otak. Pada
gambaran skening tomografi didapatkan lesi isodens atau hipodens. Lesi isodens
didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari
hemoglobin.
c. Perdarahan kronik
Terjadi setelah 21 hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Gejalanya bisa
muncul dalam waktu berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang
ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa
mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan
vaskular atau gangguan pembekuan darah. Hematoma lama kelamaan bisa
menjadi membesar secara perlahan- lahan sehingga mengakibatkan penekanan
dan herniasi.
Didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi hematoma, pada
yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah permukaan
arachnoidea. Kapsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada selaput
otak ini. Kapsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya
terutama pada sisi duramater. Karena dinding yang tipis ini protein dari plasma
darah dapat menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma.
Pembuluh darah ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru
yang menyebabkan menggembungnya hematoma. Darah di dalam kapsula akan
membentuk cairan kental yang dapat menghisap cairan dari ruangan
subaraknoidea. Hematoma akan membesar dan menimbulkan gejala seprti pada
tumor serebri. Sebagaian besar hematoma subdural kronik dijumpai pada pasien
yang berusia di atas 50 tahun. Gambaran skening tomografinya didapatkan lesi
hipodens.
Etiologi :
a. Trauma
Trauma kapitis
Trauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau
putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk
Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih mudah terjadi
bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak, misalnya pada orangtua dan
juga pada anak anak.
b. Non trauma
Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam ruangan
subdural
Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan perdarahan
subdural yang spontan, dan keganasan ataupun perdarahan dari tumor
intracranial
Patofisiologi :
Subdural hematoma dapat disebabkan oleh suatu mekanisme cedera akselerasi-
deselerasi (akselerasi: kepala pada bidang sagital dari posterior ke anterior dan
deselerasi: kepala dari anterior ke posterior) akibat adanya perbedaan relative arah
gerakan antara otak terhadap fenomena yang didasari oleh keadaan otak
dapatbergerak bebas dalam batas-batas tertentu di dalam rongga tengkorak dan
pada saat mulai gerakan (sesaat mulai akselerasi) otak tertinggal di belakang
gerakan tengkorak untuk beberapa waktu yang singkat. Akibatnya otak akan relative
bergeser terhadap tulang tengkorak dan duramater, kemudian terjadi cedera pada
permukaannya terutama pada vena-vena penggantung (bridging veins).
Adanya suatu massa yang berkembang membesar (hematom, abses, atau
pembengkakan otak) di semua lokasi kavitas intracranial menyebabkan pergeseran
dan distorsi otak, yang bersamaan dengan peningkatan TIK dan mengarah pada
herniasi otak, keluar dari kompartemen intracranial dimana massa tersebut berada.
Makin lebar atau deviasi pergeseran otak akan menimbulkan peningkatan TIK yang
relative lebih tinggi terhadap distorsi otak yang ditimbulkannya.
Manifestasi Klinis :
Gambaran klinis ditentukan oleh dua faktor: beratnya cedera otak yang terjadi pada
saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume SDH. Gejalanya cenderung
berubah-ubah, diantaranya:
Cedera dini (trauma pada kepala)
Kehilangan kesadaran pasca cedera kepala (bisa sadar kembali atau tidak untuk
suatu periode, penurunan ketajaman perrhatian setelah kesadaran awal)
Mengantuk
Sakit kepala (menetap, temporer / berubah-ubah)
Penurunan / gangguan penglihatan (buta, bisa mata kiri / kanan)
Penurunan sensasi (wajah, ekstremitas, dan deficit neurologis)
Kurangnya perhatian terhadap lingkungan
Paralisis
Delirium
Penurunan memori
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer (primary survey) yang
mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau nadi
(circulation) yang dilanjutkan dengan resusitasi. Periksa nadi dan tekanan memantau
apakah terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika
terjadi hipotensi atau syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
ditandai dengan refleks Cushing yaitu peningkatan tekanan darah, bradikardia dan
bradipnea.
Infark Cerebral merupakan mayoritas etiologi yang dapat membawa pasien atau
penderita jatuh ke dalam kondisi stroke (stroke iskemik).
Stroke WHO : Gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik hilangnya fungsi fokal atau global SSP yang berkembang cepat
dan berlangsung lebih dari 24 jam yang dapat berujung kematian serta bukan karena
trauma.
Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan menjadi factor risiko non-modifikasi yaitu usia, jenis kelamin,
ras, factor genetic dan factor risiko modifikasi meliputi hipertensi, DM, Dislipidemia dan
kelainan jantung.
Etiologi
Penyebab infark cerebral yang mengarah ke stroke iskemik adalam adanya thrombus
maupun emboli yang nantinya akan mengganggu jalannya aliran darah (CBF).
Sumbatan paling sering terjadi di arteri karotis interna atau di bifukartio.
- Aterosklerosis, abnormalitas darah, infeksi
- Katup jantung, fibrilasi atrium, infark miokad
- Vasospasme akibat respon vascular reaktif terhadap perdarahan subaraknoid
Patofisiologi
• Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah central akan mengalami
iskemia berat sampai infark dan di daerah marginal (dgn adanya sirkulasi
kolateral) maka selnya belum mati dan disebut sbg : Penumbra Iskemik, yang
akan membaik dalam beberapa jam baik secara spontan maupun dengan
terapeutik.
• Apabila stroke ditangani dengan baik maka daerah penumbra dapat
diselamatkan shg infark tidak bertambah luas.
• ATEROSKLEROSIS mengakibatkan perubahan tunika intima pembuluh darah
sehingga dapat terjadi penyumbatan (Trombosis)
Gambaran Patologi pada Infark Otak
Pusat Iskhemik (Ischemic core) necrosis infark tidak bisa diselamatkan !!!
Daerah perbatasan (Ischemic Penumbra) daerah pucat, sel-sel tidak mati tetapi
fungsi sel lumpuh masih dapat diselamatkan !!!
Sekitar Penumbra daerah kemerahan dan edematoes pada vasodilatasi
maksimal (Luxury Perfussion)
Subtipe Stroke ISkemik
a. Stroke lakunar
Diakibatkan penyakit pembuluh daarah halus hipertensif. Infark yang terjadi
setelah oklusi atertrombotik atau hialinlipid di salah satu cabang penetrans
sirkulus Willis, a.cerebri media, dan a.vertebra basilaris.
b. Stroke trombotik pembuluh darah besar
Ditandai dengan awitan yang bertahap “stroke in evolution”, gejala hilang
timbul yang disertai Crescendo TIA atau TIA yang semakin meningkat jumlah
dan frekuensinya, timbul saat bangun tidur. Perlu hati-hati pada penderita
hipertensi non-simptomatik karena penurunan tiba-tiba tekanan darah akan
memicu terjadi stroke.
c. Stroke embolik
Paling sering karena kardioembolik dengan etiologi infark miokard, fibrilasi
atrium dan kardiomiopati. Ditandai dengan deficit neurologis yang mendadak
dengan efek maksimum sejak awitan pertama, timbul saat aktivitas, dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan karena struktur dinding arteri sebelah
distal dari oklusi embolus melemah atau rapuh akibat kekurangan perfusi.
d. Stroke kriptogenik
Penyebabnya masih belum diketahui.
Jenjang iskemik dan cedera sekunder
1. Sel saraf yang mengalami iskemi yaitu Ischemic core hanya mendapat aliran
darah 10 cc/100 gram jaringan otak/menit yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan ireversibel. Sedangkan area Penumbra masih dialiri 10-25
cc/100gram jaringan otak/menit, area ini dalam keadaan bahaya namun
reversible ditandai dengan hilangnya autoregulasi dan responsiivitas terhadap
karbondioksida.
2. Menurunnya aliran darah otak atau CBF mengakibatkan sel otak kehilangan
kemampuan untuk menghasilkan ATP sehingga pompa Na-K berhenti.
Konsekuensinya neuron membengkak. Otak merespon dengan meningkatkan
konsentrasi kalsium sel. Selain itu terjadi proses eksitotoksisitas dimana sel otak
melepas neurotransmitter eksitatorik glutamate berlebih yang merangsang
aktivitas kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan cara melekat [ada NMDA.
Perlekatan ini akan mengaktivasi enzim NOS sehinga terbentuk NO yang
belerbih yang justru memicu kerusakan dan kematian neuron. Kekurangan ATP
mengakibatkan perlemahan DNA sehingga mengaktivasi PARP yang menjadi
penyebab dan mempercepat eksitotoksisitas setelah iskemia sehingga terjadi
deplesi sel yang berujung pada apoptosis. Peningkatan konsentrasi kalsium sel
akan memicu protease, lipase dan radikal bebas sehingga mempercepat
kematian sel otak. Akhirnya jaringan otak yang infark akan mengalami edema
sehingga terjadi tekanan dan distorsi di otak,
3. Konsekuensi infark:
a. Rusaknya sawar darah otak akibat zak toksik
b. Edema intertitium otak akibat peningkatan permeabilitas vascular
c. Zona luxurious perfusi menjadi rusak
d. Hilangnya autoregulasi terhadap CBF sehingga terjadi peningkatan TIK,
edema otak dan kerusakan semakin luas.
Gejala dan Tanda
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior; unilateral)
Lokasi sering : bifurkatio arteri karotis komunis
Cabang arteri karotis interna : a. oftalmika, a. komunikans posterior, a.
koroidalis ant, a.serebri ant, a. serebri media.
a. Amaurosis fugaks : kebutaan satu mata, episodic di sisi arteri
yang terkena akibat insufisiensi a.retinalis.
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral akibat insufisiensi a.
serebri media.
c. Lesi di a.serebri ant-media / media. Mula-mula timbul di ekstremitas atas
(tangan lemah, baal) mungkin kena wajah (kelumpuhan supranukleus). Lesi
di hemisfer dominan = kiri depan sehingga terjadi afasia broca ekspresif,
tidak dapat bertutur kata.
2. Arteri serebri media
a. Hemiparesis/monoparesis kontralateral (lengan)
b. Hemianopsia (buta) kontralateral
c. Afasia global
d. Disfasia
3. Arteri serebri anterior (kebingungan)
a. Kelumpuhan kontralateral tungkai, lengan proksimal, gerakan volunteer
tungkai terganggu
b. Deficit sensori kontralateral
c. Demensia, reflek patologis
4. System vertebrobasilaris
a. Kelumpuhan
b. Reflek tendon >>
c. Ataksia
d. Babinski bilateral
e. Tremor, vertigo
f. Disfagia
g. Disatria
h. Sinkop
i. Gangguan penglihatan
j. Tinnitus
k. Baal wajah mulut lidah
5. Arteri serebri posterior
a. Koma
b. Hemiparesis kontra
c. Afasia visual
d. Kelumpuhan saraf cranial
Diagnosa
1. Serangan Defisit Neurologi Fokal (Hemiparese/ parestesia, afasia/disartria,
Hemianopia homonym, vertigo dll)
2. Timbul Akut, berlangsung cepat dan mencapai puncaknya dalam beberapa menit
/ jam
3. Perjalanan penyakit dapat :
a. Sembuh sempurna (TIA, RIND) Peringatan stroke
b. Sembuh dengan gejala sisa ringan s/d berat dalam beberapa bulan
c. Meninggal dalam beberapa hari/minggu
4. Biasanya disertai faktor resiko stroke (Hipertensi, DM, Hiperlipid, penyakit
jantung dll)
Terapi
1. Pengobatan Umum
2. Pengobatan Spesifik
3. Physioterapi
Ad. 1 Pengobatan umum, Ingat Pedoman 5B (Breathing, Blood, Brain,
Bowel, Bladder)
Ad. 2 Pengobatan Spesifik
rt-PA
Nimodipine
Pentoxifiline per infus
Citicholine
Pirecetam
Ad. 3 Physioterapi
Dikerjakan secepatnya & sedini mungkin
Prinsip terapi Stroke Iskemia
1. Anti Trombus
1.1 Trombolitik : rt PA reperfusi
fase akut < 3 jam
resiko perdarahan otak
1.2 Antikoagulan Cardio emboli
Heparin : resiko perdarahan otak
LMWH : Fraxiparin, 1-2 x 0,4/sc 7-10 hari
Warfarin : 10 mg/hari 2-4 bulan
1.3 Anti platelet
Aspirin : 160 - 325 gr/hari
Ticlodipin (Ticlid) 250 /tablet
Clopidogrel (plavix) 75 gr
Depyridamol (Persantin) 50 gr/tablet
Cilostazol (Pletaal) 50 gr/tablet
2 terakhir hanya post fase akut
2. Sistem Kolateral
Memperbaiki Hemoreologi manfaat ?
– Pentoksifilin (Trental)
3. Neuro Protective
Citocoline (Nicholine) 2-3 x 250mg /hr
Piracetam (Nootropil) 12 gr /iv/20 mnt 4x3 gr/iv/hr
Nimodipine (Nimotop) 30 mg / tablet 3-4 x 1 tablet / hr
4. Faktor Sistemik
Hindari Hipoksemia (Pneumonia-aspirasi) Tensi diatur > tinggi CBF
ditingkatkan, Kecuali TDS > 220 - TDD > 120
Jangan > 20 % TDAR
Tekanan Darah Arteri Rata-rata (TDAR)
Tensi dikontrol sesudah hari 7-10 dari target TDS 160-190 atau TDD 90-
100
Kadar gula darah diatur kira2 100 - 200 gr% dengan optimal 150 gr%
Kontrol Hiperlipidemia
Hiponatremia dan panas (infeksi nosokomial)
1.6.3 Hematom intracerebral
Definisi
Perdarahan dalam jaringan otak karena pecahnya arteri di dalam jaringan otak.
Klasfikasi menurut letak
1. Hematom supra tentoral
2. Hematom serbeller
3. Hematom pons-batang otak
Etiologi
- Trauma kepala
- Hipertensi
- Malformasi arteriovenosa
- Aneurisme
- Terapi antikoagulan, antiplatelet, trombolitik
- Diskrasia darah
- Alkohol berlebih
Patogenesis
Pecahnya arteri akan menyebabkan darah menyebar ke jaringan sekitar dan akan
menyebabkan tekanan sehingga banyak saraf / pembuluh darah lain yang terhimpit
akan mengalami gangguan / tidak dapat mengalirkan suplai darah.
Daerah yang tidak mendapat suplai darah akan mengalami iskemik dan berlanjut ke
infark yang menyebabkan kematian sell otak sehingga terjadi defisit neurologis dan
gangguan kerja tubuh.
Gejala
> Pusing – Nyeri kepala
> Mual – Muntah
> Penurunan kesadaran
> Peningkatan tekanan darah
> Ataksia
Tata laksana
Konservatif jika jumlah pendarahan kurang dari 30ml dan tidak menyebar.
Tata cara : Observasi keadaan umum pasien (terutama tekanan darah dan kebutuhan
nutrisi)
Terapi farmakologis dapat diberikan manitol dan diuresis untuk
mengurangi tingginya tekanan intra kranial.
Pemberian antikonvulsan diberikan apabila diagnosis perdarah
supratentorial sudah ditegakkan.
Operatif
Syarat : 1. Masa hematom >30ml
2. Masa dengan pergeseran garis tengah lebih dari 5mm
3. Kontusio serebri diameter 2cm.
1.6.4 Perdarahan subaracnoid
Diagnosis :
A. Gambaran Klinis
Gejala prodromal
Kesadaran sering terganggu
Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk
Fundus okuli : edema papil beberapa jam setelah pendarahan.
Gejala-gejala neurologik fokal : bergantung pada lokasi lesi.
Gangguan fungsi saraf otonom : demam setelah 24 jam, Begitu pun
muntah, berkeringat, menggigil, dan takikardi, adanya hubungan dengan
hipotalamus.
B. Gambaran Radiologi
1. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial.
Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi)
dalam Ventrikel atau dalam ruang subarachnoid.
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
Penatalaksanaan:
Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktivitas berat
Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat
Dipasang selang drainase didalam otak untuk mengurangi tekanan
Definisi
Ensefalopati hipertensi adalah sindrom klinik akut reversibel yang dicetuskan oleh
kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga melampaui batas autoregulasi otak.
HE dapat terjadi pada normotensi yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi
160/100 mmHg. Sebaliknya mungkin belum terjadi pada penderita hipertensi kronik
meskipun tekanan arteri rata-rata mencapai 200 atau 225 mmHg 4.
Etiologi
Ensefalopati hipertensi dapat merupakan komplikasi dari berbagai penyakit antara lain
penyakit ginjal kronis, stenosis arteri renalis, glomerulonefritis akut, toxemiaakut,
pheokromositoma, sindrom cushing, serta penggunaan obat seperti aminophyline,
phenylephrine. Ensefalopati hipertensi lebih sering ditemukan pada orang dengan
riwayat hipertensi esensial lama 4,5.
Patofisiologi
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi mikrosirkulasi
di otak (respon vasokontriksi terhadap distensi dinding endotel). Aliran darah otak tetap
konstan selama perfusi aliran darah otak berkisar 60 – 120 mmHg. Ketika tekanan
darah meningkat secara tiba-tiba, maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi dari
arteriol otak yang mengakibatkan kerusakan endotel, ekstravasasi protein plasma,
edema serebral. Jika peningkatan tekanan darah terjadi secara persisten sampai ke
hipertensi maligna maka dapat menyebabkan nekrosis fibrinoid pada arteriol dan
gangguan pada sirkulasi eritrosit dalam pembuluh darah yang mengakibatkan deposit
fibrin dalam pembuluh darah (anemia hemolitik mikroangiopati) 1.
Manifestasi klinis
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu sindrom hipertensi berat yang dikaitkan
dengan ditemukannya nyeri kepala hebat, mual, muntah, gangguan penglihatan,
confusion, pingsan sampai koma. Onset gejala biasanya berlangsung perlahan, dengan
progresi sekitar 24-48 jam. Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat berupa defisit
neurologis fokal, tanda-tanda lateralisasi yang bersifat reversibel maupun irreversibel
yang mengarah ke perdarahan cerebri atau stroke. Microinfark dan peteki pada salah
satu bagian otak jarang dapat menyebabkan hemiparesis ringan, afasia atau gangguan
penglihatan. Manifestasi neurologis berat muncul jika telah terjadi hipertensi maligna
atau tekanan diastolik >125mmHg disertai perdarahan retina, eksudat, papiledema,
gangguan pada jantung dan ginjal 7.
Penegakkan Diagnosis
- Dalam menegakkan diagnosis ensefalopati hipertensi, maka pada pasien dengan
peningkatan tekanan darah perlu diidentifikasi jenis hipertensinya, apakah
hipertensi urgensi atau hipertensi emergensi. Hal ini dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda dan gejala kerusakan
target organ terutama di otak seperti adanya nyeri kepala hebat, mual, muntah,
penglihatan kabur, penurunan kesadaran, kejang, riwayat hipertensi sebelumnya,
penyakit ginjal, penggunaan obat-obatan, dan sebagainya.
- Selain itu dapat dilakukan funduskopi untuk melihat ada tidaknya perdarahan retina
dan papil edema sebagai tanda peningkatan tekanan intra kranial. Penilaian
kardiovaskular juga perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya distensi vena
jugular atau crackles pada paru. Urinalisis dan pemeriksaan darah untuk mengetahui
kerusakan fungsi ginjal (peningkatan BUN dan kreatinin) 5.
- Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala dapat menunjukkan adanya edema pada
bagian otak dan ada tidaknya perdarahan. Edema otak biasanya terdapat pada
bagian posterior otak namun dapat juga pada batang otak 7.
Sumber: Adam and Victor’s Principle of Neurology 8th Edition, halaman 730
Gambar 2.1 Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala pada wanita 55 tahun
dengan Ensefalopati Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya lesi white matter
yang terkonsentrasi pada bagian posterior otak
Terapi
- Penurunan tekanan darah arterial, sesuai dengan tingkatan tekanan darah pasien
terutama yang berhubungan dengan kejadian neurologis, harus dilakukan dengan
monitoring secara tetap dan titrasi obat, tekanan darah arterial diukur dengan
kateterisasi jika memungkinkan. Terapi ini bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah arterial sebesar 25% selama 1-2 jam dan tekanan darah diastolic ke 100-110
mmHg. Jika dengan penurunan tekanan darah arterial memperburuk keadaan
neurologis, maka harus dipertimbangkan kembali rencana pengobatannya. Untuk
obat anti hipertensi intravena yang bekerja cepat hanya labetalol, sodium
nitroprusside dan phenoldopam (pada gagal ginjal) sudah terbukti efektif pada HE.
- Labetalol adalah suatu beta adrenergic blockers, kelihatannya paling adekuat tidak
menurunkan aliran darah otak dan bekerja selama 5 menit untuk administrasi. Dosis
inisial alah 20 mg dosis bolus, kemudian 20-80 mg dosis intravena setiap 10 menit
sampai tekanan darah yang diinginkan atau total dosis sebesar 300 mg tercapai.
- Sodium nitroprusside, sebuah vasodilator, memiliki onset yang cepat (hitungan
detik) dan durasi yang singkat dalam bekerja (1-2 menit). Bagaimanapun, ini dapat
mempengaruhi suatu venodilatasi cerebral yang penting dengan kemungkinan
menghasilkan peningkatan aliran darah otak dan hipertensi intracranial. Suatu
tindakan cytotoxic, dengan melepaskan radikal bebas NO dan produk metaboliknya,
sianida dapat menyebabkan kematian mendadak, atau koma. Dosis inisial 0,3-0,5
mcg/kg/min IV, sesuaikan dengan kecepatan tetesan infus sampai target efek yang
diharapkan tercapi dengan dosis rata-rata 1-6 mcg/kg/min.
- Fenildopam (Corlopam), sebuah short acting dopamine agonis (DA1) pada level
perifer, dengan durasi pendek dalam bekerja. Ini meningkatkan aliran darah ginjal
dan ekskresi sodium dan dapat digunakan pada pasien dengan gejala gagal ginjal.
Dosis inisial 0,003 mcg/kg/min IV secara progresif ditingkatkan sampai maksimal
1,6 mcg/kg/min.
- Nicardipine dalam dosis bolus 5-15 mg/h IV dan dosis maintenance 3-5 mg/h dapat
juga digunakan.
- Nifedipine sublingual, clonidine, diazoxide, atau hydralazine intravena tidak
direkomendasikan karena dapat mempengaruhi penurunan yang tidak terkontrol
dari tekanan darah arterial yang mengakibatkan iskemi cerebral dan renal.
Definisi : Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di
kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan
secara bergantian.
Diagnosis :
1. Anamnesis
bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu
dan sebagainya.
timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
waktu: akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif
atau membaik.
Definisi
Cerebral palsy adalah suatu kerusakaan yang permanent, tetapi bukan berarti tidak
mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang terjadi karena kerusakan
otak non progresif (tidak berkelanjutan), disebabkan oleh faktor bawaan, masalah
selama kandungan, proses kelahiran, dan masa bayi atau sekitar dua tahun pertama
kehidupan anak (Badali, 2010).
Secara definisi dapat diartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy
adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap
pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi
sistem dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang
buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter
tersebut. Kelaian yang muncul tergantung luasnya kerusakan otak yang dialami anak,
letak kerusakan di otak dan seberapa cepat penanganannya yang diberikan, kerusakan
yang dialami biasanya tidak akan bertambah parah, namun dengan bertambahnya usia
maka kemampuan anak yang dimilki dapat terlihat semakin tertinggal (Brunner and
Suddarth, 2002).
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh
karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat
yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Cerebaral palsy merupakan
gangguan pada otak yang bersifat non progresif.gangguan ini dapat disebabkan oleh
adanya lesi atau gangguan perkembangan pada otak Cerebaral palsy adalah akibat dari
lesi atau gangguan perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi akibat bayi
lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari
postur dan gerakan (Abduerrachman, dkk, 2002).
Etiologi
Penyebab CP secara umum dapat terjadi pada tahap prenatal, perinataldan postnatal.
a. Prenatal
Potensi yang mungkin terjadi pada tahap prenatal adalah infeksi pada masa kehamilan.
Infeksi merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya infeksi oleh lues, toksoplasma, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik. Selain
infeksi, anoksia dalam kandungan (anemia, kerusakan pada plasenta), radiasi sinar-X
dan keracunan pada masa kehamilan juga berpotensi menimbulkan CP.
b. Perinatal
Pada masa bayi dilahirkan ada beberapa resiko yang dapat menimbulkan CP, antara
lain:
1). Brain injury
Brain injury atau cidera pada kepala bayi dapat mengakibatkan:
a). Anoksia/hipoksia
Anoksia merupakan keadaan saat bayi tidak mendapatkan oksigen, yang dapat terjadi
pada saat kelahiran bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, plasenta
previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir
dengan bedah caesar.
b). Perdarahan otak
Perdarahan dapat terjadi karena trauma pada saat kelahiran misalnya pada proses
kelahiran dengan mengunakan bantuan instrumen tertentu. Perdarahan dapat terjadi di
ruang sub arachnoid. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri
sehingga timbul kelumpuhan spastik.
2). Ikterus
Ikterus pada masa neonatal dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basalis, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
3). Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya
akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.
4). Prematuritas
Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran.
c. Post natal
Misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis dan luka parut pada otak pasca
bedah dan bayi dengan berat badan lahir rendah (Abduerrachman, dkk, 2002)
Manifestasi Klinik
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat, bisa
muncul pada saat anak berumur 3 bulan. Gejalanya bervariasi, mulai dari kejanggalan
yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang berat, yang menyebabkan perubahan
bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi roda.
Cerebral palsy dibagi menjadi 4 kelompok:
a. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP), otot-otot menjadi kaku dan lemah.
Kekakuan yang terjadi bisa berupa:
1) Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai)
2) Diplegia (kedua tungkai)
3) Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh)
b. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP), otot lengan, tungkai dan
badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali; tetapi bisa juga
timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan
semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur
c. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP), terdiri dari tremor, langkah yang goyah
dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi dan gerakan abnormal.
d. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP), merupakan gabungan dari 2 jenis diatas,
yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.
Gejala lain yang juga bisa ditemukan pada CP:
1. Kecerdasan di bawah normal
2. Keterbelakangan mental
3. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik)
4. Gangguan menghisap atau makan
5. Pernafasan yang tidak teratur
6. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai sesuatu,
duduk, berguling, merangkak, berjalan)
7. Gangguan berbicara (disartria)
8. Gangguan penglihatan
9. Gangguan pendengaran
10. Kontraktur persendian
11. Gerakan menjadi terbatas
Terapi
Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung
seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri
mungkin. Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa
berupa:
1. terapi fisik
2. braces (penyangga)
3. kaca mata
4. alat bantu dengar
5. pendidikan dan sekolah khusus
6. obat anti-kejang
7. obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan)
8. terapi okupasional
9. bedah ortopedik
10. terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi
masalah makan
11. perawatan (untuk kasus yang berat)
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan
cerebral palsy yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak lainnya
memerlukan terapi fisik yang luas, pendidikan khusus dan selalu memerlukan bantuan
dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan
kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu
dilakukan pembedahan. Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang
makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal (Abduerrachman, dkk,
2002).