Anda di halaman 1dari 17

BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI

ALTERNATIF HERBAL PROFILAKSIS


PREEKLAMPSIA
Lomba Esai Ilmiah MEDSCO 2019

Iqbal Muhammad 22010117120015


Diondra Eka Rizkiawan 22010117120014

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI ALTERNATIF HERBAL
PROFILAKSIS PREEKLAMPSIA

A. PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di dunia yang masih tergolong tinggi hingga saat
ini menjadi masalah kesehatan ibu yang perlu mendapat perhatian serius. Lebih dari
setengah juta perempuan per tahun meninggal dunia akibat mengalami komplikasi
kehamilan, dimana 99% nya terjadi di negara berkembang. Indonesia, sebagai salah
satu negara berkembang, juga termasuk dalam jajaran negara di Asia Tenggara
yang masih memiliki AKI tertinggi (World Health Organization, 2007).
Salah satu bentuk komplikasi kehamilan dan persalinan yang saat ini
menjadi sorotan adalah preeklampsia. Preeklampsia didefinisikan sebagai suatu
keadaan hipertensi yang baru terjadi saat kehamilan (tekanan sistolik >140 mmHg
dan tekanan diastolik >90 mmHg) disertai dengan beberapa gejala lainnya seperti
proteinuria, disfungsi organ (seperti hepar, ginjal, dan sistem saraf), atau
keterlibatan hematologi, dan/atau disfungsi uteroplasenta (Burton et al., 2019).
Preeklampsia dapat menjadi eklampsia pada kondisi berat dengan penambahan
gejala kejang-kejang atau konvulsi (Cipolla dan Kraig, 2015). Preeklampsia
menjadi penyebab kedua terbanyak kematian ibu setelah perdarahan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). WHO memperkirakan kasus preeklampsia
yang terjadi di negara berkembang tujuh kali lebih tinggi daripada di negara maju.
Prevalensi preeklampsia di negara berkembang adalah 1,8% - 18%, sedangkan di
negara maju adalah 1,3% - 6% (Osungbade dan Ige, 2011). Di Indonesia sendiri,
insidensi preeklampsia mencapai 128.273/tahun atau sekitar 5,3% (Pratiwi, 2013).
Preeklampsia termasuk dalam masalah kedokteran yang serius dan
kompleks bukan hanya karena berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan saja,
namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di
berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya
(Dharma, Wibowo dan P. T. Raranta, 2005). Apabila seseorang telah terdiagnosis
preeklampsia, maka terapi yang disarankan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas maternal adalah dengan terminasi kehamilan (Haddad et al., 2002).
Pengobatan preeklampsia yang dapat memberikan efek samping buruk pada janin

1
juga perlu menjadi perhatian lebih dalam penatalaksanaan preeklamsia. Diketahui
dari penelitian, penggunaan aspirin sebagai terapi preeklampsia pada masa
kehamilan memiliki potensi peningkatan letalitas bayi. Selain itu, beberapa obat
anti-hipertensi yang diberikan saat kehamilan diketahui dapat memberikan efek
berbahaya, sehingga pemilihan obat yang tepat benar-benar perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya efek samping pada janin (Demers, Roberge dan, Bujold,
2013),(Corby, 1978). Oleh karenanya, penting untuk menerapkan pendekatan yang
sehat, aman, murah, dan mudah dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya
sindrom tersebut.
Salah satu alternatif profilaksis yang dapat digunakan adalah dengan terapi
herbal yang kaya akan zat anti-oksidan. Anti-oksidan dianggap efektif dalam upaya
pencegahan preeklampsia dan komplikasinya dengan meningkatkan kadar nitrit
oksida (Matsubara et al., 2015). Nitrit oksida berperan dalam vasodilatasi
pembuluh darah yang pada akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Tanaman herbal yang diketahui memiliki sifat anti-oksidan kuat adalah bawang
putih (Ried et al., 2008). Selain sifat anti-oksidannya, beberapa kandungan dalam
bawang putih diketahui memiliki efek anti-hipertensif dan aktivitas imunomodulasi
yang dapat berperan dalam mekanisme pencegahan preeklampsia (Gomaa,
Abdelhafez dan Aamer, 2018). Selain itu, bawang putih merupakan tanaman yang
sudah banyak digunakan sebagai bumbu dasar makanan di Indonesia sehingga
mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Keunggulan lainnya adalah
harganya yang relatif murah dan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibanding obat-obatan. Adanya permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas
menjadikan penulis melakukan analisis mengenai bawang putih sebagai salah satu
alternatif herbal profilaksis preeklampsia.

B. BAWANG PUTIH SEBAGAI PROFILAKSIS PREEKLAMPSIA


Preeklampsia menurut International Society for the Study of Hypertension
in Pregnancy (ISSHP) didefinisikan sebagai suatu keadaan hipertensi yang baru
terjadi saat kehamilan (tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90
mmHg) disertai dengan beberapa gejala lainnya seperti proteinuria, disfungsi organ
(seperti hepar, ginjal, dan sistem saraf), atau keterlibatan hematologi, dan/atau

2
disfungsi uteroplasenta (Burton et al., 2019). Karakteristik utama dari preeklampsia
adalah adanya hipertensi yang terjadi baru pada saat kehamilan dan proteinuria >0.3
g per 24 jam (Gathiram dan Moodley, 2016). Patogenesis serta patofisiologi kasus
preeklampsia sangat dipengaruhi oleh proses perkembangan plasenta.
Proses perkembangan plasenta pada jaringan maternal melibatkan dua
proses. Proses pertama adalah proses vaskularisasi awal untuk membentuk jaringan
vaskular fetoplasenta, dilanjutkan dengan proses invasi arteri spiral maternal oleh
sitotropoblas (Gathiram dan Moodley, 2016). Pada proses kedua, tropoblas dari
plasenta melakukan invasi terhadap arteri spiral maternal, memodifikasi lapisan
endotel dan lapisan otot polos dari pembuluh darah maternal. Hasil akhir dari proses
ini menghasilkan segmen arteri spiral maternal yang terinvasi memiliki
kemampuan untuk berdistensi maksimal, memiliki resistensi yang rendah, serta
memiliki kapasitansi dan mampu menahan aliran yang tinggi (Khalil dan Hameed,
2017).
Pada plasenta yang berpotensi mengakibatkan preeklampsia, sitotropoblas
gagal untuk berubah dari subtipe epitel proliferatif pada proses pertama menjadi
subtipe endotel invasif pada proses kedua yang mengakibatkan tidak sempurnanya
proses remodelling arteri spiral maternal (Rana et al., 2019). Proses remodelling
arteri spiral maternal yang tidak sempurna mengakibatkan penyempitan pembuluh
darah maternal, sehingga mengakibatkan terjadinya iskemia plasenta, yang pada
proses selanjutnya akan mengakibatkan sekresi faktor inflamasi ke sirkulasi
maternal yang pada akhirnya menimbulkan gejala klinis khas pada preeklampsia
(Hladunewich, Karumanchi dan Lafayette, 2007).
Untuk mencapai proses remodelling arteri spiralis yang normal, diperlukan
banyak molekul serta substansi. Beberapa diantara molekul tersebut yang memiliki
peran krusial adalah substansi vasoaktif, growth factors, molekul adhesi, dan
protease yang di sekresikan baik oleh plasenta maupun struktur pembuluh darah
maternal (Pijnenborg, Vercruysse dan Hanssens, 2006),(Lyall, 2005). Selain itu,
proses remodelling arteri spiral maternal juga dipengaruhi oleh sel imun maternal,
terutama sel natural killer dan ligan human leukocyte antigen-C (HLA-C), yang
juga mempengaruhi pelepasan protease (Moffett et al., 2015).

3
Seperti telah disebutkan sebelumnya, insufisiensi remodelling arteri spiral
maternal merupakan dasar patogenesis terjadinya preeklampsia. Gangguan proses
remodelling menyebabkan terjadinya kondisi iskemi plasenta dan pelepasan stress
oksidatif yang pada akhirnya menstimulasi pelepasan faktor inflamasi dan faktor
pro-hipertensi (Cindrova-davies et al., 2011). Hal ini mengakibatkan salah satu
gejala utama pada preeklampsia yaitu kondisi vasokonstriksi pembuluh darah
maternal sistemik. Faktor lain yang mengakibatkan kondisi vasokontriksi sistemik
pada kasus preeklampsia adalah adanya defisiensi endothelial nitric oxide synthase
(e-NOS) pada penderita preeklampsia (Heijden et al., 2005). Fungsi e-NOS adalah
menginduksi sintesis nitrit oksida (NO) yang berkontribusi dalam vasodilatasi
pembuluh darah sitemik maternal dan menunjang perfusi maksimal dari
vaskularisasi uterus (Boeldt, Yi dan Bird, 2009),(Magness dan Conrad, 2018).
Salah satu studi cross-sectional yang membandingkan kadar nitrit oksida pada
wanita hamil normal dengan wanita hamil yang mengalami preeklampsia
menemukan bahwa kadar nitrit oksida pada kelompok wanita hamil dengan
preeklampsia lebih rendah (Hodžić et al., 2017).
Kondisi iskemia plasenta juga berhubungan dengan penurunan ekspresi
anti-oksidan heme oxygenase-2 (HO-2) (A. C et al., 2003),(George dan Granger,
2013). Penelitian membuktikan bahwa pada pasien preeklampsia ditemukan
penurunan signifikan ekspresi HO-2 tropoblas (Dangol, 2004). Salah satu studi
mengenai fungsi HO-2 pada kehamilan adalah studi ex-vivo terhadap preparat
pembuluh darah miometrium manusia, dimana terbukti bahwa HO-2 mampu
menurunkan kontraktilitas spontan pembuluh darah uterus. Hal ini
mengindikasikan HO-2 berperan dalam pengaturan ketersediaan suplai darah dan
mencegah iskemia plasenta (George dan Granger, 2013). Di sisi lain,
ketidakseimbangan antara oksidan dan anti-oksidan juga dapat mengakibatkan
peningkatan kadar stres oksidatif maternal. Peningkatan kadar stres oksidatif
maternal menyebabkan pelepasan faktor sitotoksik ke sirkulasi maternal, stimulasi
respon inflamasi, dan aktivasi sel endotel maternal (Burton, Jauniaux dan Medicine,
2011).
Gabungan reaksi antara meningkatnya kadar stres oksidatif dan stimulasi
respon inflamasi menyebabkan terbentuknya reactive oxygen species (ROS) dan

4
reactive nitrogen spesies (RNS). Baik ROS maupun RNS dapat berinteraksi dengan
nitrit oksida, yang berefek pada penurunan kadar nitrit oksida yang sudah
disebutkan sebelumnya memiliki peranan penting dalam pengaturan fungsi endotel.
Peningkatan stres oksidatif juga termasuk di dalamnya adalah peningkatan kadar
peroksinitrit, senyawa yang memiliki efek destruktif terhadap endotel (Hodžić et
al., 2017). Gangguan terhadap homeostasis endotel akibat adanya peningkatan
stress oksidatif menyebabkan disfungsi endotel, suatu kondisi yang ditandai dengan
vasokontriksi sistemik, peningkatan kadar pro-inflamasi dan pro-trombosis
maternal, yang pada akhirnya menginduksi dan memperparah kondisi preeklampsia
(Wu, Tian dan Lin, 2015).
Preeklampsia juga berhubungan dengan adanya ekspresi berlebih dari TLR-
4 plasenta dan ginjal yang mengakibatkan peningkatan sitokin inflamasi dan
disfungsi plasenta (Kulikova et al., 2016). Peran penting lain dari TLR-4 pada
patofisiologi preeklampsia adalah TLR-4 dapat menghambat kapasitas migrasi dari
tropoblas. Terhambatnya kapasitas migrasi dari tropoblas mengakibatkan
terganggunya proses invasi ateri spiral maternal, yang pada akhirnya
mengakibatkan tidak sempurnanya proses remodelling arteri spiral maternal (Bouc
et al., 2017).
Selain itu, kondisi vasokontriksi pada preeklampsia berhubungan dengan
adanya peningkatan sensitivitas pembuluh darah maternal terhadap angiostensin II
dan pelepasan endothelin-1 yang merupakan vasokontriktor kuat (Stanhewicz et al.,
2017),(George dan Granger, 2011). Peran endothelin-1 dalam patofisiologi
preeklampsia adalah meningkatkan kontraktilitas arteri pada uterus, meningkatkan
kadar stress oksidatif, dan menghambat proses invasi arteri spiral maternal.
Endothelin-1 mampu menghambat proses invasi arteri spiral maternal dikarenakan
adanya endothelin-1 mengakibatkan penurunan proliferasi sel JEG-3 yang
merupakan salah satu jenis sel tropoblas yang penting dalam proses invasi (George
dan Granger, 2011).
Bawang putih (Allium sativum) termasuk dalam golongan herbal semusim
berumpun, memiliki batang semu berwarna hijau, dengan bagian bawah yang
bersiung-siung. Di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Tengah banyak digunakan
sebagai bumbu dasar makanan. Tanaman ini berasal dari genus Allium dan dikenal

5
dengan banyak sekali manfaat gizi maupun medis, termasuk diantaranya bersifat
kardioprotektif, anti-aterosklerotik, anti-hipertensif, dan memiliki aktivitas
imunomodulasi (Gomaa, Abdelhafez dan Aamer, 2018). Salah satu dasar
mekanisme penggunaan profilaksis preeklampsia adalah adanya efek anti-
hipertensif pada bawang putih. Salah satu studi randomized controlled trials yang
membandingkan efek penggunaan preparat bawang putih dan plasebo
membuktikan bahwa bawang putih mampu menurunkan tekanan darah pada
individu dengan hipertensi (Ried et al., 2008).
Bawang putih mengandung berbagai macam senyawa sulfur, seperti γ-
glutamilsistein dan sistein sulfoksida (aliin), yang apabila teraktivasi oleh aliinase
akan diubah menjadi berbagai macam thiosulfinat, seperti allicin dan ajoene.
Kandungan allicin dan metabolitnya inilah yang berperan dalam efek
menguntungkan dari bawang putih (Mardomi, 2017). Allicin dan senyawa
polisulfida lain dalam bawang putih menunjukkan efek menguntungkan terhadap
pencegahan kasus preeklampsia melalui pengaruhnya terhadap e-NOS (Morihara
et al., 2002). Dilaporkan bahwa pemberian bawang putih mampu meningkatkan
kadar e-NOS, yang pada akhirnya meningkatkan produksi nitrit oksida (Das, Khan
dan Sooranna, 1995). Studi lainnya juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
bawang putih mampu meningkatkan kadar nitrit oksida plasma secara signifikan
(Orihara et al., 2006). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peningkatan nitrit
oksida akan meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah sitemik maternal dan
menunjang perfusi maksimal dari vaskularisasi uterus sehingga mencegah iskemia
plasenta.
Alasan lain dari penggunaan bawang putih adalah efeknya sebagai anti-
oksidan, yang kadarnya menurun pada kasus preeklampsia. Komponen bawang
putih yang memiliki efek sebagai anti-oksidan pada bawang putih adalah allicin,
senyawa larut air pada bawang putih seperti S-alilsistein (SAC) dan S-
alilmercaptosistein (SAMC), dan senyawa larut lemak seperti dialil sulfida (DAS),
dialil trialil sulfida (DATS), dan dialil polisulfida (DADS) (Borek, 2018).
Senyawa-senyawa anti-oksidan tersebut telah terbukti mampu menurunkan kadar
ROS dan menghambat pembentukkan peroksida lipid, yang ditemukan meningkat
pada kasus preeklampsia (Borek, 2018). Studi juga telah membuktikan bawang

6
putih mampu menurunkan produksi ROS dan menghambat pelepasan ROS-
dependent extracelular signal regulated (ERK) 1/2 (Arreola et al., 2015).
Allicin, DAS, SAMC juga mampu mengaktivasi jalur nuclear factor
erythroid-2 (Nrf-2). Nrf-2 merupakan jalur yang penting sebagai sistem pertahanan
seluler dan teraktivasi pada keadaan peningkatan stres oksidatif tubuh, seperti pada
kasus preeklampsia. Fungsi utama Nrf-2 adalah sebagai regulator utama dari
banyak gen yang berfungsi untuk menghasilkan anti-oksidan (Kumar dan Surh,
2008). Apabila jalur Nrf-2 teraktivasi, akan didapatkan peningkatan kadar berbagai
anti-oksidan dan protein sitoprotektif seperti heme oxygenase-1 (HO-1), superoxide
dismutase, glutation S-transferase, glutation peroksidase, dan katalase (Hiramatsu
et al., 2016). Selain itu, bawang putih juga mampu meningkatkan kadar HO-2, anti-
oksidan yang kadarnya menurun pada kasus preeklampsia dan berperan penting
dalam mencegah iskemia plasenta (Chmelíková et al., 2018).
Seperti telah disebutkan sebelumnya, kondisi preeklampsia juga dikaitkan
dengan kondisi peningkatan ekspresi TLR-4 dan peningkatan faktor pro-inflamasi.
Keunggulan lain dari penggunaan bawang putih sebagai profilaksis preeklampsia
adalah adanya efek anti-inflamasi bawang putih. Efek anti-inflamasi bawang putih
ini diperoleh dengan beberapa mekanisme, seperti modulasi sitokin dan modulasi
produksi imunoglobulin (Arreola et al., 2015). Senyawa SAC, DATS, dan DAS
yang terdapat dalam bawang putih mampu menghambat faktor transkripsi NF-kB,
sehingga menghambat transkripsi sitokin yang diperlukan dalam respon inflamasi
seperti TNF-α, interleukin-1beta (IL-1β̞), IL-6, MCP-1, dan IL-12 (Arreola et al.,
2015),(You et al., 2013). Efek lain anti-inflamasi bawang putih adalah aliin mampu
menghambat peningkatan ekpresi gen dan faktor pro-inflamasi melalui
penghambatan aktivasi TLR-4 (Moutia, Habti dan Badou, 2018). Senyawa etil
asetat yang terdapat pada bawang putih juga telah terbukti menghambat aktivasi
TLR-4, sehingga mengakibatkan terhambatnya aktivasi NF-kB dan penurunan
ekspresi cyclooxigenase-2 (COX-2) (Oun et al., 2008). COX-2 merupakan enzim
yang berfungsi untuk mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin yang
berperan penting dalam inflamasi sehingga penurunan COX-2 turut memperkuat
efek anti-inflamasi bawang putih.(Zarghi dan Arfaei, 2011)

7
Kemampuan penghambatan bawang putih terhadap TLR-4 didasarkan pada
fakta bahwa TLR-4 memiliki beberapa residu sistein baik pada sitoplasma maupun
domain ekstraseluler TLR-4 yang dapat membentuk ikatan disulfida agar dapat
teraktivasi. Senyawa sulfur pada bawang putih mampu berinteraksi dengan residu
sistein pada TLR-4 sehingga mencegah dimerisasi dan menghambat aktivasi dari
TLR-4 (Moutia, Habti dan Badou, 2018),(Oun et al., 2008). Senyawa polifenol
yang terdapat pada bawang putih selain dapat berperan sebagai anti-oksidan juga
terbukti mampu menghambat dimerisasi dan aktivasi TLR-4 (Otunola dan
Afolayan, 2013),(Oun et al., 2008).
Efek menguntungkan lain dari bawang putih adalah kemampuannya untuk
melakukan penghambatan terhadap produksi angiostensin II, yang seperti telah
disebutkan sebelumnya pada kondisi preeklampsia terdapat peningkatan
sensitivitas pembuluh darah maternal terhadap angiostensin II. Allicin mampu
menghambat enzim angiotensin-converting (ACE), sehingga didapatkan
penurunan kadar angiotensin II (Press, 2014). Penelitian lain juga menunjukkan
selain menurunkan produksi angiotensin II, allicin juga mampu menurunkan
sensitivitas pembuluh darah terhadap angiotensin II, yaitu dengan cara menurunkan
jumlah reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) (García-trejo et al., 2016). Selain itu,
bawang putih juga mampu menurunkan kadar vasokonstriktor kuat lain yaitu
endothelin-1 yang meningkat kadarnya pada kasus preeklampsia (Banerjee dan
Maulik, 2002).
Mekanisme lain penggunaan bawang putih sebagai pencegahan
preeklampsia adalah fakta bahwa bawang putih mampu meningkatkan kadar H2S
serum, senyawa yang mampu menurunkan tekanan darah dan secara endogen
berperan sebagai vasorelaksan dalam tubuh (Benavides et al., 2007),(Zhao et al.,
2001). Efek H2S juga dikatakan serupa dengan nitrit oksida, yaitu sebagai
vasodilator (Wang, 2002). Proses produksi H2S dilakukan oleh sel darah merah
apabila tersedia sulfur elemental (S8) atau polisulfida inorganik (S32- dan S52-).
Polisulfida organik yang terdapat dalam bawang putih mampu berinteraksi dengan
sel darah merah dan mengakibatkan sel darah merah dapat memproduksi H2S
(Benavides et al., 2007).

8
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu karakteristik utama
yang juga terjadi pada preeklampsia adalah ditemukannya proteinuria, yang
mengindikasikan adanya kerusakan pada dinding kapiler glomerulus pada kondisi
preeklampsia, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler
terhadap protein-protein plasma. Kerusakan ini disebabkan oleh karena
vasokontriksi sistemik pembuluh darah maternal. Peningkatan permeabilitas yang
terjadi akibat perubahan struktur dan fisikokimia membran basal glomerulus
memungkinkan protein keluar dari plasma ke filtrat glomerulus sehingga terjadi
proteinuria (Kumar, Abbas dan Aster, 2015). Penelitian menunjukkan bahwa
bawang putih unggul dalam menurunkan kerusakan ginjal dengan mengatur
aktivitas glomerulus dan tubulus ginjal (Imafidon et al., 2019).
Penelitian lain menunjukkan bahwa allicin dalam bawang putih mampu
menurunkan ekspresi nephrin. Nephrin merupakan senyawa yang disekresikan oleh
podosit sebagai kompensasi adanya kerusakan dinding kapiler glomerulus untuk
mencegah terjadinya proteinuria. Penurunan nephrin menunjukkan adanya peran
allicin dalam memperbaiki kerusakan dinding kapiler glomerulus, yang juga telah
dibuktikan perannya melalui pemeriksaan histopatologi (Garc et al., 2017).
Penelitian lain menyebutkan bawang putih memiliki efek renoprotektif melalui
aktivitas anti-glikasi dan aktivitas hipolipidemik (Nasri, 2013).
Setelah dilakukan analisis terhadap patofisiologi preeklampsia dan efek
senyawa serta komponen yang terdapat pada bawang putih, diharapkan bawang
putih mampu menjadi salah satu pilihan profilaksis preeklampsia. Hal ini ditunjang
pula dengan hasil penelitian A'lami Harandi et al. pada tahun 2014 mengenai efek
pemberian tablet yang setara dengan 400 mg bawang putih selama sembilan
minggu terhadap wanita hamil yang berpotensi mengalami preeklampsia
menemukan adanya penurunan insidensi preeklampsia pada kelompok perlakuan
dibandingkan pada kelompok kontrol (Alami-harandi, Karamali dan Asemi, 2014).
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sehhati F et al. pada tahun 2017
menemukan bahwa konsumsi 400 mg pil bawang putih yang setara dengan 2 g
bawang putih segar selama 16 minggu pada wanita hamil mampu menurunkan
prevalensi kejadian preeklampsia dibandingkan kelompok kontrol (Sehhati,
Darvishi dan Abbasalizadeh, 2018). Selain melalui mekanisme kerja komponen dan

9
senyawa dalam bawang putih, keunggulan lain penggunaan bawang putih sebagai
pilihan herbal profilaksis preeklampsia adalah relatif mudah didapatkan, harganya
relatif lebih murah dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
dengan obat-obatan.

C. PENUTUP
Berdasarkan hasil telaah, ditemukan fakta bahwa preeklampsia terjadi
akibat tidak sempurnanya proses remodelling arteri spiral maternal. Preeklampsia
juga dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas e-NOS yang menimbulkan
penurunan aktivitas vasodilator nitrit oksida. Ditemukan pula bahwa pada
preeklampsia terdapat penurunan anti-oksidan seperti HO-2 yang pada akhirnya
meningkatkan kadar stres oksidatif maternal serta ditemukan adanya ekspresi
berlebih TLR-4 yang menginduksi kondisi inflamasi maternal. Adanya peningkatan
sensitivitas pembuluh darah maternal terhadap angiotensin II dan adanya pelepasan
endothelin-1 turut memperburuk kondisi vasokontriksi maternal yang merupakan
dasar patogenesis terjadinya preeklampsia.
Bawang putih terbukti unggul sebagai salah satu pilihan herbal profilaksis
preeklampsia melalui kerja berbagai senyawa dan komponen di dalamnya.
Senyawa dalam bawang putih, seperti allicin dan metabolitnya, terbukti
meningkatkan kadar e-NOS dan berfungsi sebagai anti-oksidan untuk menurunkan
kadar stres oksidatif maternal. Bawang putih juga mampu menekan peningkatan
ekspresi TLR-4 dan memodulasi sistem imun, menurunkan sensitivitas pembuluh
darah maternal terhadap angiotensin II dan endothelin-1, meningkatkan kadar
vasodilator H2S serum, dan bersifat renoprotektif. Kombinasi dari berbagai efek
menguntungkan bawang putih yang mengintervensi patogenesis preeklampsia
ditambah dengan kemudahan untuk mendapatkannya, harganya yang murah,
pengolahan yang relatif mudah, dan efek samping yang relatif lebih sedikit
dibandingkan obat-obatan, diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif herbal
profilaksis preeklampsia.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. A. C, Z. et al. (2003) ‘Heme Oxygenases in Pregnancy II : HO-2 is
Downregulated in Human Pathologic Pregnancies’, (1), pp. 66–76.
2. Alami-harandi, R., Karamali, M. dan Asemi, Z. (2014) ‘The favorable
effects of garlic intake on metabolic profiles , hs-CRP , biomarkers of
oxidative stress and pregnancy outcomes in pregnant women at risk for pre-
eclampsia : randomized , double-blind , placebo-controlled trial’. doi:
10.3109/14767058.2014.977248.
3. Arreola, R. et al. (2015) ‘Immunomodulation and Anti-Inflammatory
Effects of Garlic Compounds’, 2015.
4. Banerjee, S. K. dan Maulik, S. K. (2002) ‘Effect of garlic on cardiovascular
disorders : a review’, 14, pp. 1–14.
5. Benavides, G. A. et al. (2007) ‘Hydrogen sulfide mediates the vasoactivity
of garlic’, 104(46).
6. Boeldt, D. S., Yi, F. X. dan Bird, I. M. (2009) ‘eNOS activation and NO
function : Pregnancy adaptive programming of capacitative entry responses
alters nitric oxide ( NO ) output in vascular endothelium – new insights into
eNOS regulation through adaptive cell signaling’, (1997). doi:
10.1530/JOE-11-0053.
7. Borek, C. (2018) ‘Recent Advances on the Nutritional Effects Associated
with the Use of Garlic as a Supplement Antioxidant Health Effects of Aged
Garlic Extract 1’, (February), pp. 1010–1015.
8. Bouc, A. P. et al. (2017) ‘Role of Innate Immunity in Preeclampsia : A
Systematic Review’, pp. 1–9. doi: 10.1177/1933719117691144.
9. Burton, G. J. et al. (2019) ‘Pre-eclampsia : pathophysiology and clinical
implications’, pp. 1–15. doi: 10.1136/bmj.l2381.
10. Burton, G. J., Jauniaux, E. dan Medicine, F. (2011) ‘Oxidative stress’, Best
Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology. Elsevier Ltd,
25(3), pp. 287–299. doi: 10.1016/j.bpobgyn.2010.10.016.
11. Chmelíková, E. et al. (2018) ‘Organo-Sulphur Garlic Compounds Influence
Viability of Mammalian Cells: A Review’, 2018(20142049), pp. 9–16. doi:
10.2478/sab-2018-0002.

11
12. Cindrova-davies, T. et al. (2011) ‘Soluble FLT1 sensitizes endothelial cells
to inflammatory cytokines by antagonizing VEGF receptor-mediated
signalling’, pp. 671–679. doi: 10.1093/cvr/cvq346.
13. Cipolla, M. J. dan Kraig, R. P. (2015) ‘Seizures in woman with
preeclampsia: mechanisms and management’, (2011), pp. 91–108. doi:
10.1017/S0965539511000040.
14. Corby, D. G. (1978) ‘Aspirin in Pregnancy : Maternal and Fetal Effects’.
15. Dangol, S. (2004) ‘Role of hemeoxygenase-2 in pregnancy induced
hypertension’, International Journal Gynaecology Obstetry, 85, pp. 44–46.
16. Das, I., Khan, N. S. dan Sooranna, S. R. (1995) ‘Potent activation of nitric
oxide synthase by garlic : a basis for its therapeutic applications’, 13(5).
17. Demers, S., Roberge, S. dan Bujold, E. (2013) ‘The use of aspirin during
pregnancy’, YMOB. Elsevier Inc., 208(2), pp. 161–162. doi:
10.1016/j.ajog.2012.11.024.
18. Dharma, R., Wibowo, N. dan P. T. Raranta, H. (2005) ‘Disfungsi endotel
pada preeklampsia’, Makara Journal of Health Research, 9(2), pp. 63–69.
19. Garc, Á. et al. (2017) ‘The Beneficial Effects of Allicin in Chronic Kidney
Disease Are Comparable to Losartan’. doi: 10.3390/ijms18091980.
20. García-trejo, E. M. A. et al. (2016) ‘Effects of Allicin on Hypertension and
Cardiac Function in Chronic Kidney Disease’, 2016.
21. Gathiram, P. dan Moodley, J. (2016) ‘Review Articles Pre-eclampsia : its
pathogenesis and pathophysiolgy’, 27(2), pp. 71–78. doi: 10.5830/CVJA-
2016-009.
22. George, E. M. dan Granger, J. P. (2011) ‘Endothelin : Key Mediator of
Hypertension in Preeclampsia’. Nature Publishing Group, 24(9). doi:
10.1038/ajh.2011.99.
23. George, E. M. dan Granger, J. P. (2013) ‘Heme oxygenase in pregnancy and
preeclampsia’, 22(2), pp. 1–12. doi:
10.1097/MNH.0b013e32835d19f7.Heme.
24. Gomaa, A. M. S., Abdelhafez, A. T. dan Aamer, H. A. (2018) ‘Garlic (
Allium sativum ) exhibits a cardioprotective effect in experimental chronic
renal failure rat model by reducing oxidative stress and controlling cardiac

12
Na + / K + -ATPase activity and Ca 2 + levels’. Cell Stress and Chaperones,
pp. 913–920.
25. Haddad, B. et al. (2002) ‘Critères d ’ extraction fœtale dans la
prééclampsie’.
26. Heijden, O. W. H. Van Der et al. (2005) ‘Uterine Artery Remodeling and
Reproductive Performance Are Impaired in Endothelial Nitric Oxide
Synthase-Deficient Mice 1’, 1168(January), pp. 1161–1168. doi:
10.1095/biolreprod.104.033985.
27. Hiramatsu, K. et al. (2016) ‘Aged garlic extract enhances heme oxygenase-
1 and glutamate-cysteine ligase modifier subunit expression via the nuclear
factor erythroid 2 – related factor 2 – antioxidant response element signaling
pathway in human endothelial cells’, Nutrition Research. Elsevier Inc.,
36(2), pp. 143–149. doi: 10.1016/j.nutres.2015.09.018.
28. Hladunewich, M., Karumanchi, S. A. dan Lafayette, R. (2007)
‘Pathophysiology of the Clinical Manifestations of Preeclampsia’, Clinical
Journal of America Social Nephrology, pp. 543–549. doi:
10.2215/CJN.03761106.
29. Hodžić, J. et al. (2017) ‘Nitric oxide biosynthesis during normal pregnancy
and pregnancy complicated by preeclampsia’, pp. 211–217. doi:
10.17392/915-17.
30. Imafidon, C. E. et al. (2019) ‘Aqueous garlic extract improves renal
clearance via vasodilatory / antioxidant mechanisms and mitigated
proteinuria via stabilization of glomerular filtration barrier’. Clinical
Phytoscience.
31. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
32. Khalil, G. dan Hameed, A. (2017) ‘Hypertension and Management’, 3(1),
pp. 1–5. doi: 10.23937/2474-3690/1510024.
33. Kulikova, G. V et al. (2016) ‘Specific Features of TLR4 Expression in
Structural Elements of Placenta in Patients with Preeclampsia’, 160(5), pp.
718–721. doi: 10.1007/s10517-016-3259-8.
34. Kumar, J. dan Surh, Y. (2008) ‘Inflammation : Gearing the journey to

13
cancer’, 659, pp. 15–30. doi: 10.1016/j.mrrev.2008.03.002.
35. Kumar, V., Abbas, A. K. dan Aster, J. C. (2015) ‘Ginjal dan Sistem
Pengumpul’, in Buku Ajar Patologi Robbins. Elsevier Inc., pp. 509–542.
36. Lyall, F. (2005) ‘Priming and Remodelling of Human Placental Bed Spiral
Arteries During Pregnancy – A Review’, 26. doi:
10.1016/j.placenta.2005.02.010.
37. Magness, R. dan Conrad, K. I. (2018) ‘Nitric oxide and pregnancy’.
38. Mardomi, R. (2017) ‘Determining the Chemical Compositions of Garlic
Plant and its Existing Active Element’, 10(1), pp. 63–66. doi:
10.9790/5736-1001016366.
39. Matsubara, K. et al. (2015) ‘Nitric Oxide and Reactive Oxygen Species in
the Pathogenesis of Preeclampsia’, pp. 4600–4614. doi:
10.3390/ijms16034600.
40. Moffett, A. et al. (2015) ‘The role of the maternal immune system in the
regulation of human birthweight’.
41. Morihara, N. et al. (2002) ‘Aged garlic extract enhances production of nitric
oxide’, 71, pp. 509–517.
42. Moutia, M., Habti, N. dan Badou, A. (2018) ‘In Vitro and In Vivo
Immunomodulator Activities of Allium sativum L .’, 2018. doi:
10.1155/2018/4984659.
43. Nasri, H. (2013) ‘Renoprotective effects of garlic’, 2(1), pp. 27–28. doi:
10.12861/jrip.2013.09.
44. Orihara, N. M. et al. (2006) ‘Aged Garlic Extract Ameliorates Physical
Fatigue’, 29(5), pp. 962–966.
45. Osungbade, K. O. dan Ige, O. K. (2011) ‘Public Health Perspectives of
Preeclampsia in Developing Countries : Implication for Health System
Strengthening’, 2011. doi: 10.1155/2011/481095.
46. Otunola, G. A. dan Afolayan, A. J. (2013) ‘Evaluation of the polyphenolic
contents and some antioxidant properties of aqueous extracts of Garlic ,
Ginger , Cayenne Pepper and their mixture’, 70, pp. 66–70. doi:
10.5073/JABFQ.2013.086.010.
47. Oun, H. Y. et al. (2008) ‘Garlic ( Allium sativum ) Extract Inhibits

14
Lipopolysaccharide-Induced Toll-Like Receptor 4 Dimerization’, 72(2), pp.
368–375. doi: 10.1271/bbb.70434.
48. Pijnenborg, R., Vercruysse, L. dan Hanssens, M. (2006) ‘The Uterine Spiral
Arteries In Human Pregnancy : Facts and Controversies’, 27. doi:
10.1016/j.placenta.2005.12.006.
49. Pratiwi, R. B. (2013) ‘Efektivitas Kombinasi Nifedipin 10 mg dan
Metildopa 500 mg Terhadap Luaran Maternal dalam Pengelolaan
Preeklampsia Berat di RSUP Dr. Kariadi’, Jurnal Media Medika Muda.
50. Press, D. (2014) ‘Potential of garlic ( Allium sativum ) in lowering high
blood pressure : mechanisms of action and clinical relevance’, pp. 71–82.
51. Rana, S. et al. (2019) ‘Compendium on the Pathophysiology and Treatment
of Hypertension’, pp. 1094–1112. doi:
10.1161/CIRCRESAHA.118.313276.
52. Ried, K. et al. (2008) ‘Effect of garlic on blood pressure : A systematic
review and’, 12, pp. 1–12. doi: 10.1186/1471-2261-8-13.
53. Sehhati, F., Darvishi, F. dan Abbasalizadeh, F. (2018) ‘The Effect of Garlic
Pills on Serum Nitric Oxide and Preeclampsia Prevention in Healthy
Nulliparous Pregnant Women : A Randomized , Controlled Clinical Trial’,
Journal of Fetal Medicine. Springer India. doi: 10.1007/s40556-018-0181-
3.
54. Stanhewicz, A. E. et al. (2017) ‘Increased Angiotensin II Sensitivity
Contributes to Microvascular Dysfunction in Women Who Have Had
Preeclampsia’, pp. 1–9. doi: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.117.09386.
55. Wang, R. U. I. (2002) ‘Two s company, three’s a crowd : can H2S be the
third endogenous gaseous transmitter ?’
56. World Health Organization (2007) ‘Dibalik angka - Pengkajian kematian
maternal dan komplikasi untuk mendapatkan kehamilan yang lebih aman’.
Jakarta.
57. Wu, F., Tian, F. dan Lin, Y. (2015) ‘Oxidative Stress in Placenta : Health
and Diseases’, 2015. doi: 10.1155/2015/293271.
58. You, S. et al. (2013) ‘Inhibitory effects and molecular mechanisms of garlic
organosulfur compounds on the production of’, pp. 2049–2060. doi:

15
10.1002/mnfr.201200843.
59. Zarghi, A. dan Arfaei, S. (2011) ‘Selective COX-2 Inhibitors : A Review of
Their Structure-Activity Relationships’, 10(September), pp. 655–683.
60. Zhao, W. et al. (2001) ‘The vasorelaxant effect of H2S as a novel
endogenous gaseous K ATP channel opener’, 20(21).

16

Anda mungkin juga menyukai