Aceh Modern
Aceh Modern
SKRIPSI
OLEH
RENI WIDIARTI
110406005
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2015
SKRIPSI
OLEH
RENI WIDIARTI
110406005
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2015
TSUNAMI ACEH
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Penulis,
(Reni Widiarti)
Tsunami Aceh
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Tanggal : 08 Juli2015
PanitiaPengujiSkripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M.Arch.
Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tulisan ini merupakan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu
(S1) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Alur Non-
Profesi. Adapun judul yang di angkat pada tulisan ini yaitu “Penerapan Arsitektur
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang berperan penting yaitu:
1. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M. Arch. Dan Bapak Hajar
Suwantoro, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji, atas saran dan masukan yang
Sumatera Utara.
Kakak, abang dan adik tersayang, Nurwahyuni Ratna Setya, S.pd. Witra
Febri, dan Rizky Januar. Terimakasih atas doa dan dukungan nyaselama ini.
sekaligus sahabat Elferina Dwi Cahya, Dina Purnama, dan para anggota gep
besar yang namanya tidak bisa di sebutin satu persatu yang telah banyak
memberi masukan dalam pengerjaan skripsi ini. Teman teman satu angkatan
2011 yang sering membuat suasana kelas selalu ramai dan banyak memberi
inspirasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat yang
Reni Widiarti
ii
ABSTRACT
The Aceh Tsunami Museum design based on a basic idea of the cultural and
traditional architectural elements in Aceh. Therefore, this research has goal to
analyze the elements of cultural values and Aceh’s traditional architecture that
applied to The Aceh Tsunami Museum building, with identify and analyze factors
that make the design of Aceh Tsunami Museum like from the traditional architecture
Aceh .The theory used in this research is the theory about traditional architecture of
Aceh. The method used in this research is the historical – qualitative descriptive
method. Data was accumulated by the form of primary data and secondary data.
Primary data was accumulated by direct observation and survey to the research area
by take some photos, interview with an architect and community leaders in Aceh.
Secondary data is the data obtained from literature, either some books or journals as
an information media. The result of this research is the application of The Aceh
Tsunami Museum architecture with the six elements of traditional architectural
concepts, while the factors that affect the design of Aceh Tsunami Museum seen
from the application of Aceh traditional architecture comply three elements.
iii
iv
vi
Gambar 2.22 Sistim Ikat Pada Konstruksi Rumah Tradisional Aceh ........................ 24
vii
Gambar 2.31. Konsep Ilustrasi Bentuk Denah Museum Tsunami Aceh ................... 34
viii
ix
Gambar 4.39. Material Lantai Rumah Dan Mesjid Tradisioanal Aceh ..................... 85
xi
xii
ABSTRACT
The Aceh Tsunami Museum design based on a basic idea of the cultural and
traditional architectural elements in Aceh. Therefore, this research has goal to
analyze the elements of cultural values and Aceh’s traditional architecture that
applied to The Aceh Tsunami Museum building, with identify and analyze factors
that make the design of Aceh Tsunami Museum like from the traditional architecture
Aceh .The theory used in this research is the theory about traditional architecture of
Aceh. The method used in this research is the historical – qualitative descriptive
method. Data was accumulated by the form of primary data and secondary data.
Primary data was accumulated by direct observation and survey to the research area
by take some photos, interview with an architect and community leaders in Aceh.
Secondary data is the data obtained from literature, either some books or journals as
an information media. The result of this research is the application of The Aceh
Tsunami Museum architecture with the six elements of traditional architectural
concepts, while the factors that affect the design of Aceh Tsunami Museum seen
from the application of Aceh traditional architecture comply three elements.
iii
PENDAHULUAN
kekhasan sejarah dan budaya tersendiri, salah satunya adalah Nanggroe Aceh
Darussalam sebagai Provinsi paling barat di Indonesia. Jika dilihat dari sejarah
dan budayanya, Aceh adalah daerah pertama tempat masuknya agama Islam
sehingga diberi nama Serambi Mekah. Ibu Kota dari Provinsi Aceh (NAD) adalah
Kota Banda Aceh yang merupakan salah satu kota yang pernah dilanda bencana
alam tsunami pada 26 Desember 2004. Setelah terjadinya musibah tsunami yang
bantuan dari dalam maupun luar negeri, membantu untuk melakukan tahap
rekonstruksi dan rehabilitasi. Saat ini Banda Aceh telah berkembang pesat dari
berbagai segi, baik segi ekonomi, pendidikan, khususnya dalam segi pariwisata.
Wisata situs tsunami menjadikan Kota Banda Aceh sebuah objek wisata yang saat
ini sangat pesat perkembangannya. Salah satu wisata yang saat ini menjadi sebuah
dengan cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang dimenangkan oleh judul
Kamil merupakan dosen Arsitektur ITB, yang saat ini juga menjabat sebagai Wali
Kota Bandung dan juga ketua Bandung Creative City Forum bersama Urbane
Museum Tsunami Aceh tidak hanya sebuah bangunan monumen, tapi juga
sebuah museum yang monumental. Museum ini juga merupakan sebuah bangunan
Aceh yang menunjukkan bahwa masyarakat aceh saat ini telah mengalami
Aceh. Menurut proposal desain tim Ridwan Kamil (2007) desain Museum
Tsunami Aceh ini mengambil ide dasar dari arsitektur tradisional Aceh yaitu
rumoh Aceh dan unsur tradisional Aceh sebagai contoh kearifan arsitektural masa
dikelompokkan atas, bangunan tempat ibadah yaitu Mesjid (Meuseujid), dan yang
nilai budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan pada bangunan
terstruktur dengan tokoh masyarakat Aceh, dan Arsitek. Data skunder merupakan
data yang didapat dari studi literatur yaitu dari buku, dan jurnal-jurnal sebagai
media informasi.
Tsunami Aceh?
sebagai refrensi bahan perbandingan dimasa yang akan datang sebagai literatur
Latar Belakang: Adanya unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh yang diterapkan
pada arsitektur bangunan Museum Tsunami Aceh
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum
Tsunami Aceh?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh
yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji penerapan nilai-nilai dan unsur unsur budaya Aceh, khususnya
arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi perancangan
Museum Tsunami Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh.
Kajian Pustaka
Arsitektur tradisional Aceh
Museum Tsunami Aceh
Metode Penelitian
Jenis Penelitian :
Historis-Deskriptif Kualitatif
Pengumpulan data
Primer
• Observasi : Pengumpulan data
• Foto Analisis Data Sekunder
• Menggambar
Bentuk • Studi literatur
ulang
Denah Jurnal/Paper
• Sketsa
Tampak : Buku
• Wawancara :
Atap Blog Ridwan
• Arsitek
• Tokoh masyarakat Proporsi Kamil
Aceh Dinding
Pintu
Jendela
Warna Temuan
Ornamen
Teknologi
Struktur Kesimpulan
Material
KAJIAN PUSTAKA
dapat dikelompokkan atas bangunan tempat tinggal, tempat ibadah dan beberapa
rumoh Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang terdiri atas tiga
ruang, yaitu ruang depan yang disebut (seuramoe keue) , ruang tengah yang
disebut (tungai), dan ruang belakang yang disebut (seuramoe likot). Letak ketiga
ruang itu tidak sama rata, sebab ruang tengah yang meruapak ruang sakral lebih
tinggi dari pada ruang depan dan ruang belakang (Sabila, 2014).
sejumlah tiang-tiang bulat besar yang tempat tegaknya beraturan. Bentuknya segi
empat/persegi panjang dan tinggi lantainya dari tanah antara 4-9 hasta, serta
memiliki struktur yang unik dan ornamen-ornamen khas yang melekat pada
rumah tradisional Aceh. Selain itu rumah tradisional Aceh merupakan hasil proses
yang panjang dalam sejarah yang merupakan produk karya manusia, proses
adalah optimalisasi dari fungsi rumah itu sendiri sebagai pelindung manusia dan
lingkungannya dapat dilihat dari bentuk rumoh Aceh yang berbentuk panggung,
tiang penyangganya yang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan
atapnya dari rumbiah. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika mereka hendak
menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari
rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk dari timur ke
barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang
sakral berada di barat. Arah barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk
membangun garis imajiner dengan Ka‘bah yang berada di Mekkah. Selain itu,
ganjil, dan anak tangganya yang berjumlah ganjil. Selain sebagai manifestasi dari
banyak hiasan pada rumah tradisional Aceh, maka pastilah penghuninya semakin
kaya. Bagi keluarga yang tidak mempunyai kekayaan berlebih, maka cukup
dengan hiasan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali (Hadjad dkk :
1984).
bentuk rumah tradisional Aceh. Dari jenisnya, rumah tradisional Aceh sebenarnya
memiliki dua jenis rumah, yaitu rumah Aceh dan rumah santeut (datar) atau
(Sumber : http://onlyaceh.blogspot.com)
(Sumber http://onlyaceh.blogspot.com)
yang sama, karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aceh, penyebutan rumoh
Aceh dalam masyarakat Aceh hanya untuk rumah yang tinggi yaitu rumah
10
keindahan. Bentuk pada sebuah bangunan dapat dilihat dari penampilan luar yang
dapat dilihat melalui struktur formal, tata susun, komposisi yang menghasilkan
unsur utama timbulnya suatu bentuk bangunan adalah adanya titik, garis, bidang
dan ruang. Wujud dasar dari bentuk bangunan adalah berbentuk lengkungan.
bentuk lingkaran, bentuk segitiga, dan bentuk bujur sangkar. Semua bentuk dapat
11
Banda Aceh)
Denah rumah tradisional Aceh berbentuk persegi dan juga persegi panjang
dan terdiri dari tiga jalur lantai memanjang sejajar dengan bubungan atapnya. jalur
lantai yang tengah sengaja ditinggikan 25 sampai 40 cm. Denah Rumah Aceh
terdiri dari tiga atau lima ruang, rumah dengan tiga ruang memiliki 16
seperti gambar diatas. Jalur lantai terdepan dipakai sebagai serambi suami untuk
menerima tamu-tamu laki-laki, sedangkan jalur lantai belakang adalah untuk ibu
dan keluarga dan bersifat pribadi (skaral). Keduanya diantarai oleh dinding
seketeng, yang maksudnya untuk memisahkan serambi depan yang bersifat umum
12
13
ketinggian sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah. Rumah tradisional Aceh didirikan
di atas tiang-tiang kayu atau bambu dengan maksud untuk menghindarkan diri
Atap pada rumah tradisional Aceh berbentuk atap pelana yang hanya
yang memiliki andil besar dalam memperingan beban bangunan sehingga saat
gempa tidak mudah roboh. Fungsi yang lain pun rumbia juga menambah
kesejukan ruangan. Keburukan sifat rumbiah yang mudah terbakar pun juga sudah
pemotongan tali ijuk di dekat balok memanjang pada bagian atas dinding
14
2,5-3 meter dari atas tanah sedengakan proporsi dinding memiliki tinggi yang
lebih rendah yaitu berukurana 1,5 – 2 meter. Rumah tradisional Aceh memiliki
tinggi pintu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu
ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke rumah
tradisional Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan
ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi
atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis
ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan (Hadjad dkk, 1984).
15
Dinding rumah tradisional Aceh terbuat dari papan kayu atau bilah bambu,
karena udara dapat pengalir melalui selah selah antara atap dan dinding. Pada
bagian dinding rumah tradisional Aceh terdapat tempelan tempelan ornamen yang
16
pintu masuk yang disebut pinto rumah, yang berukuran lebih kurang lebar 0,8
meter, dan tingginya 1.8 meter. Pintu masuk ini kadang-kadang terdapat pada
Pada dinding sebelah samping kanan dan kiri terdapat jendela yang
berukuran lebih kurang lebar 0.6 meter dan tingginya 1 meter yang disebut
tingkap. Kadang-kadang jendela terdapat juga pada dinding sisi depan. Jendela-
jendela tersebut terdapat pada rumah yang berdinding papan, sedangkan pada
17
krem dan merah, orange, hitam yang kadang kadang di kombinasikan dengan
warna putih. Jika terdapat warna warna lain itu merupakan akibat pengaruh masa
Tabel 2.1. Kesan Warna Pada Rumah Tradisional Aceh (Hadjad dkk, 1984)
Warna Kesan
menumbuhkan semangat.
18
dan menyenangkan.
kesan suci.
dan kegembiraan.
masyarakat Aceh pada hakekatnya termasuk suku bangsa yang berjiwa seni.
seperti tersebut di atas mempunyai berbagai motif atau ragam hias. Motif-motif
tersebut adalah motif yang berhubungan dengan lingkungan alam seperti : flora,
fauna, awan, bintang dan bulan. Fungsi utama dari berbagai jenis motif dan ragam
hias itu adalah sebagai hiasan semata-mata, sehingga dari ukirin tersebut tidak
mengandung arti dak maksud-maksud tertentu, kecuali motif bintang dan bulan,
yang menunjukkan lambang kesuburan, dan motif tali berpintal (taloe meuputa)
yang menunjukkan ikatan persaudaraan yang kuat bagi masyarakat Aceh ( Hadjad
dkk, 1984).
19
(2) Motif flora. Motif flora yang digunakan adalah stelirisasi tumbuh-
jikapun ada, warna yang digunakan adalah Merah dan Hitam. Ragam
hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen (tangga), dinding, tulak angen,
20
(3) Motif fauna. Motif binatang yang biasanya digunakan adalah binatang-
21
antaranya adalah: langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang
didukung oleh konstruksi yang kokoh dan mutu bahan bangunan yang berkualitas.
rumah tradisional Aceh pada umumnya terdiri tiga ruang bertiang 16 atau lima
ruang bertiang 24. Rumah tradisional Aceh didirikan di atas tiang-tiang kayu atau
bambu dengan maksud untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan
banjir. Karena berkolong maka orang hidup di atas lantai yang selalu kering, jadi
struktur utama yang kokoh dan elastis. Kunci kekokohan dan keelastisan ini ada
pada hubungan antar struktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak
dan bajoe, tanpa paku, serta membentuk kotak tiga dimensional yang utuh (rigid).
Keelastisan ini menyebabkan struktur bangunan tidak mudah patah, namun hanya
ke tempat semula. Jika bangunan bergeser pun hanya beberapa centimeter saja
22
kemudian tiang dan balok antar tiang (komponen badan) sebagai penyalur beban
dari atas dan dari samping, serta rangka atap (komponen kepala) sebagai
penyangga beban elemen paling atas bangunan dan dari samping atas (Widosari :
2010).
Rangka Atap
23
ditusukkan dan dikancing dengan pasak dari bambu. Untuk unsur-unsur bangunan
yang kecil dipakai sistim ikat, dengan tali rotan, ijuk dan lain sebagainya
Tradisional Aceh
24
bahasa Aceh atau mesjid dalam bahasa Indonesia berasal dari perkataan masjid
Gambar 2.24. Jenis Jenis Mesjid Tradisional Aceh dari Berbagai daerah di Aceh.
(Sumber : gpswisataindonesia.blogspot.com)
25
sebuah ruangan saja, yaitu ruangan tempat salat. Ruangan tersebut merupakan
(Sumber : portalsatu.com)
Struktur bangunan pada masjid tradisonal Aceh ditunjang oleh empat buah
tiang utama yang bersegi delapan yang disebut tameh teungoh. Keempat buah
tiang utama itu tepat di tengah-tengah bangunan mesjid tradisional Aceh dan
menjadi penunjang pokok atap lapisan atas yang berbentuk limas. Selain empat
Aceh, maka pada keempat sisi bangunan mesjid tradisional Aceh itu terdapat juga
tiang-tiang pendek yang juga bersegi delapan yang disebut tameh Ungka yang
26
(Sumber : portalsatu.com)
hanya satu setengah meter. Lantai ruangan terbuat terbuat dari semen. Pada sisi
sebelah Timur (sisi depan) terdapat tangga dari beton setinggi dinding beton.
Tangga itu dipergunakan sebagai jalan untuk masuk ke dalam ruangan mesjid
27
Bentuk atap mesjid tradisional Aceh berbentuk atap tumpang yang terdiri
atas dua lapisan yaitu atap lapisan bawah dan atap lapisan atas. Atap lapisan atas
berbentuk limas, sehingga pada mesjid tradisional Aceh tidak didapati kubah
seperti yang lazim kita dapati pada mesjid-mesjid zaman sekarang. Namun
didapati juga mesjid tradisional Aceh yang sudah diubah puncak bentuk limas
yang sama dengan ornamen pada rumah tradisional Aceh. Selain ragam
hias/ornemen bermotif flora, fauna, alam dan keagamaan, maka pada bangunan
28
masjid tradisional Aceh umumnya berbentuk lingkaran, segitiga, persegi, dan segi
enam.
29
benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
dan memberikan bimbingan edukatif kultural, benda benda yang bernilai budaya
menyimpan benda benda warisan yang memiliki nilai sejarah yang pantas untuk di
banyak mengalami perubahan fungsi, maka dari itu museum harus di kembangkan
30
kebudayaan.
kehidupan bangsa.
31
9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang di menangkan oleh judul desain
Rumah Aceh Escape Hill yang merupakan karya arsitek Indonesia yaitu M
dari Dr. Atje Misbach, S.H (alm.) dan Dra. Tjutju Sukaesih. Ridwan Kamil
kemudian di SMA Negeri 3 Bandung pada tahun (1987 -1990). Setelah tamat
32
(http://issuu.com/rk4bdg)
(Sumber : news.fimadani.com)
Tahun 2002 Ridwan Kamil pulang ke Indonesia dan dua tahun kemudian
perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai
Teknologi Bandung, serta Senior Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong
Kong & San Francisco), dan SAA (Singapura) dan sekarang telah menjadi Wali
33
Nama besar dan karya-karyanya menjadi inspirasi bagi banyak arsitek muda
banyak prestasi dan karyanya yang membuat orang kagum. Ridwan Kamil telah
Vietnam, Cina, Hong Kong, Bahrain dan Uni Emirat Arab dan masih banyak
karyanya yang lain yang yang menerapkan konsep eskpresif dan mendapat
(Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh,2015 dan Tim Kajian Desain Ridwan
Kamil, 2007)
34
Gambar 2.32. Konsep Ilustrasi Bentuk Fasad Bangunan Museum Tsunami Aceh
kapal di atas rumah, kapal tersebut merupakan salah satu fenomena yang
terdampar didekat pantai di daerah lampulo baru Kota Banda Aceh pada saat
terjadi bencana tsunami pada 26 Desember 2004 dan saat ini kapal tersebut telah
dijadikan sebagai museum wisata situs tsunami Aceh. Pada bangunan Museum
Selain dari bentuk museum yang seperti kapal, terdapat bagian bentuk yang
menonjol, yaitu pada bagian yang terlihat seperti sumur silender. Bentuk tersebut
membentuk suatu ruang yang didalamnya terdapat makna, pada bagian atas sumur
tersebut terdapat sebuah lubang yang menyorotkan cahaya ke atas langit dengan
35
(Sumber : panduanwisata.id)
penyelamatan sebagai antisipasi terhadap bahaya jika suatu saat terjadi Tsunami,
yang juga merupakan taman terbuka publik yang dapat diakses dab dipergunakan
36
umat manusia. Hal tersebut diterapkan pada kulit bangunan eksterior. Ukiran kulit
bangunan tersebut mengadopsi dari tari saman yang menurut sang arsiteknya
gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004. Air mengalir di kedua sisi
dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang
sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember
37
bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang
atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat
dipetik hikmah dari kejadian tersebut. Memorial hall ini dilengkapi dengan
ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap
pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan untuk mendoakan para korban
38
yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong
dengan cahaya yang mengarah ke atas langit langit dan pad berada di ruangan ini
Ruangan ini adalah area berupa ruang yang besar, sebagai simbol dari
harapan dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung akan
melintasi kolam dan atrium dan merasakan suasana hati yang lega.
39
Studi Penerapan Arsitektur Penelitian ini Metode penelitian ini Bangunan selasar seni ini merupakan wadah
Pasundan, Pada Bangunan bertujuan untuk dilakukan dengan cara dalam berkarya yang mencerminkan
Selasar Seni Sunaryo, 2000. mengkaji sejauh mana melakuan survey, karakteristik sunaryo sebagai perupa yang
Semarang, Rosina Indah penerapan prinsip study literature, dan memadukan nilai nilai budaya local khususnya
Ayuni. atau kaidah arsitektur menggunkan metoda Arsitektur pasundan pada gagasan gagasan yang
Terapan Konsep Bangunan Bertujuan mengkaji Penelitian ini Dari hasil nalisis, hasil yang di dapat pada The
40
Rancang-Bangun Karya budaya bangsa menguunakan motode bangunan tradisional Bali yaitu :
Surabaya, Poela Art budaya Bali dari tiga yang bersifat deskriptif 2. Elemen Struktur dan Konstruksi
Wibowo, dan Dody Wondo rancangan Popo secara rinci setiap 4. Material
5 batasan konsep rancangan Popo Danes Penerapan House pengaplikasiannya hanya ada
Bali sebagai tolak keterikatan dengan ciri 1. aspek pola zoning dan tipologi ruang
41
Bale Tani Dan Bale bertujuan untuk digunakan metode terjadi perubahanperubahan
Bontar Di Dusun Sade mengidentifikasi dan penelitian historis– yang terjadi pada bangunan Bale Tani dan Bale
Lombok Tengah, 2011, menganalisis kualitatif–deskriptif. Bontar di Dusun Sade yaitu dari elemen :
kemudian alat
42
sekunder diperoleh
karya ilmiah
Transformasi Tipologi Denah Bertujuan untuk Tahapan Metode Dari hasil penelitian, eksplorasi transformasi
Bale Daja Pada Cottage membahas bentuk Dibagi Menjadi 3 didapatkan 2 alternatif bentuk untuk cottage
Hotel Resort Teluk Lebangan, Arsitektur tradisional Yaitu: jenis family room. Transformasi yang dipakai
2014, Malang, Biendra Azizi Bali asli dan juga meliputi beberapa tahap dengan 4 modal utama
1. Pengumpulan
Wedhantara. melihat sejauh mana yaitu :
Data
perubahan yang telah 1. Pemecahan (break) , pengirisan (cut) ,
2. Analisis Data
dilakukan, karakter penambahan (addition), dan pertautan
3. Pemaparan
utama yang dimiliki, (meshing).
Hasil
dan juga peraturan 2. Volume bangunan
43
dianut 4. Skala
44
METODOLOGI PENELITIAN
pendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suryana : 2010). Jadi metode penelitian
adalah cara bagaimana untuk menyusun ilmu pengetahuan dan bagaimana cara
Metode historis adalah suatu proses mengkaji dan menganalisa secara kritis rekaman
dan peninggalan sejarah agar hasil dari penelitian ini lebih lengkap. Metode kualitatif
merupkan tahapan atau prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif,
yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan objek yang dapat
diamati. Metode kualitatif adalah metode yang mendeskripsikan suatu objek yang
metode kerja yang komprehensif dan sistematif. Jenis penelitian ini digunakan karna
data yang di peroleh dapat melengkapi yang dapat menunjang dengan penggunaan
pengumpulan data yaitu dengan peelitian secara deskriptif. Metode deskriptif ialah
Variabel merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai nilai yang beragam
yang diterapkan dari hasil studi kasus sejenis pada bab 2 yaitu:
45
Denah • Observasi :
Tampak -Foto
Aceh
Ornamen
Material • Observasi :
Struktur -Foto
-Arsitek
-Tokoh masyarakat
Aceh
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer
46
47
(Sumber : https://www.google.co.id/eart/place/Aceh)
48
49
50
data-data yang diperoleh. Proses analisa data dimulai dengan melakukan penelitian
terpercaya yang mengetahui sejarah dari Museum Tsunami Aceh, dan juga
51
menyusun kesimpulan .
52
Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’ 15”-050 36’ 16” Lintang Utara dan
950 16’ 15” - 950 22’ 35” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata diatas
permukaan air laut 0,80 meter. Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 70 desa
dan 20 kelurahan dengan luas 61,36 Km2. Batas-batas wilayah Kota Banda Aceh
53
Kec.
Baiturrahman
Kota Banda
Aceh
Museum
Tsunami Aceh
54
kota, Masjid Raya Baiturahman dan sekitarnya sebagai pusat utama dan didukung
1. Kawasan Pariwisata
55
3. Kawasan Perkantoran
56
Kota Banda Aceh merupakan salah satu kota yang pernah dilanda
tsunami yang menghancurkan hampir dari separuh Kota tersebut, berbagai pihak
yang terimbar oleh bencana. Seiring dengan berjalannya masa rehabilitasi dan
tsunami menjadikan Kota Banda Aceh sebuah objek wisata yang saat ini sangat
pesat perkembangannya. Salah satu wisata yang saat ini menjadi sebuah landmark
dengan cara mengadakan lomba sayembara terbuka yang dimenangkan oleh judul
desain Rumoh Aceh Escape Hill yang merupakan karya arsitek Indonesia yaitu M
Kamil merupakan dosen arsitektur ITB, yang saat ini juga menjabat sebagai Wali
Kota Bandung dan juga ketua Bandung Creative City Forum bersama Urbane
57
Peternakan Aceh yang telah hancur saat terjadi bencana tsunami. Museum
Tsunami Aceh dibangun pada tahun 2007 melalui sumber dana bantuan yang
Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 23 Februari 2008 dan
resmi dibuka untuk umum tanggal 08 Mei 2011. Saat ini Museum Tsunami Aceh
dikelola oleh Pemerintah Aceh dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh
melalui Badan Geologi Bandung dalam bentuk Satuan Tugas (Satgas). Hal ini
yang dianggap sangat strategis dan representatif, selain Museum Gempa Kobe di
58
gempa bumi dan tsunami pada waktu itu, dan hadir sebagai pusat pendidikan,
dimaksudkan untuk mengenang para korban dan sekaligus menjadi pusat evakuasi
(Escape Building) serta tempat perlindungan darurat bagi masyarakat jika gempa
bumi dan tsunami terjadi lagi. Keberadaan Museum Tsunami Aceh telah
mancar negara dan peneliti kebencanaan. Setiap hari Museum Tsunami Aceh
dikunjungi rata-rata 600 pengunjung. Namun, khusus pada hari Sabtu dan Minggu
Tsunami Aceh dapat meningkat sekitar 3500 pengunjung atau meningkat sekitar
4.2.2.1. Tapak/Siteplaning
Museum Tsunami Aceh, dibangun di atas lahan seluas 10.000 m2, dan
dengan luas bangunan 2.500 m2, dapat dilihat bahwa pemilihan site atau pun
lahan sangat tepat yaitu berada di pusat kota dan memanfaatkan keadaan topografi
lahan sebagai bangunan ikon yang terletak lebih tinggi dibandingkan dengan
bangunan sekitarnya.
59
Taman
Putroe
Phang
• Bangunan diapit oleh beberapa ruang terbuka hijau yaitu lapangan Blang
60
Budaya/Arsitektur Aceh dengan konsep dan design "Rumoh Aceh as escape hill",
melalui arsitektur yang didesain secara unik. Sekilas seperti bangunan berbentuk
kapal.
61
Pada bagian dalam terdapat banyak ruang, rancangan ruang ruang tersebut
mengingatkan kita pada suasana tsunami yang juga mempunyai makna. Pada
gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda
Aceh pada 26 Desember 2004. Museum ini juga memiliki berbagai koleksi
kebencanaan (geologi) telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi yang
bersifat efektif dan produktif bagi masyarakat untuk selalu mengingat tragedi
yang pernah terjadi dalam rangka menggugah respon kritis pada isu-isu
1. Lantai Dasar
B C
A
KETERANGAN
A = Ruang Space of Fear
(Lorong Tsunami)
B = Ruang Memorial Hall
C = Ruang Sumur Doa
62
30 m
63
tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004. Air mengalir di
kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap,
64
sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember
2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi
bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang
ditampilkan dalam bentuk slide. Gambar dan foto ini seakan mengingatkan
kembali kenangan tsunami yang melanda Aceh atau disebut space of memory
yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian
sebuah ‘reflecting pool’ yang berada di atasnya dan ketinggian lantai pun berbeda-
bedan level.
65
meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera
dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera di atas cerobong dengan
cahaya yang mengarah ke atas langit langit dan pad berada di ruangan ini
66
KETERANGAN
A = Atrium Of Hope
B = Runag Bukit
Penyelamatan
67
Ruangan ini adalah area berupa ruang yang besar, sebagai simbol dari harapan
dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung akan
melintasi kolam dan atrium dan merasakan suasana hati yang lega.
68
3. Lantai 2
A
KETERANGAN
A = Hall/ Lobby
B = Ruang Pamer Tetap
69
70
saat tsunami, terdapat foto-foto, dan juga terdapat miniatur replika peninggalan
tsunami Aceh. Diruangan ini terdapat hasil jepretan kondisi pasca tsunami yang
asli, ekpresi ruangan ini menunjukkan desain interior yang menarik, pengunjung
akan merasakan atmosfir yang berbeda, seolah dihadapakan pada kondisi ketika
4. Lantai 3
B KETERANGAN
A = Ruang Pamer
Temporer
B = Ruang Perpustakaan
71
Ruang pamer temporer merupakan ruang yang ekpresif dengan cita rasa
seni yang baik. Di ruangan ini terdapat beberapa karya lukis yang sarat akan
makna. Salah satunya adalah lukisan abstrak diatas. Penuh dengan cerita dengan
atmosfir bencana tsunami namun dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Selain
lukisan yang menjadikan ruangan ini ekpresif, benda unik lainnya adalah ruangan
b. Ruang Perpustakaan.
72
souvenir. Jika anda tertarik untuk membawa pulang aksesoris atau hanya sekedar
membaca buku, maka tidak ada salahnya untuk memasuki ruangan ini.
teknik dengan keindahan. Bentuk pada sebuah bangunan dapat dilihat dari
penampilan luar yang dapat dilihat melalui struktur formal, tata susun, komposisi
konfigurasi.
Denah
Tampak :
Bentuk - Proporsi
- Atap
- Dinding
-Pintu/Jendela
- Warna
- Ornamen
73
Tangga
Arah Pintu
Masuk Utama Denah Museum
Tangga
Arah Pintu
Masuk
Utama
Gambar 4.27. Analisa Denah Museum Tsunami Aceh Terhadap Denah Rumah dan
Pada gambar di atas menjunjukkan analisa dari bentuk denah, arah pintu
masuk, penempatan ruang dan pengunaan tangga pada denah Museum Tsunami
Aceh, denah rumah tradisional Aceh dan denah Mesjid tradisional Aceh. Analisa
74
Museum Tsunami aceh, yang dilihat dari dari wujud dasar bentuk
bentuk elips, namun denah rumah dan denah mesjid tradisional Aceh
Terhadap arah pintu masuk : analisa diatas menjukkan arah pintu masuk
Museum Tsunami Aceh dengan arah pintu masuk rumah dan mesjid
satu ruang saja yaitu ruang sholat, maka terlihat jelas bahwa tidak ada
Ruang
Ruang
Utama/Tungai
Utama/Sumur
/ruang sakral
Doa
Gambar 4.28. Analisa Penempatan Ruang Museum Tsunami Aceh dan Rumah
tradisional Aceh
Sumber : Analisi penulis, 2015
75
masing bangunan.
76
Aceh terhadap rumah tradisional Aceh , terdapat persamaan yang dilihat dari
bentuk dasar bangunan Museum Tsunami Aceh seperti tampak samping rumah
pada tampak Mesjid tradisional Aceh terhadap tampak Museum Tsunami Aceh
sebagai berikut :
1. Proporsi
Gambar 4.30. Analisa Proporsi Museum Tsunami Aceh Terhadap Proporsi Rumah
dan Mesjid Tradisoanal Aceh
Sumber : Balai Arsip Tsunami Aceh dan Analisi penulis, 2015
77
tradisional Aceh sangat berbeda, yang dilihat dari ketinggian, dan lebar
Aceh terhadap bangunan rumah tradisional Aceh juga berbeda, yang juga dilihat
dari ketinggian, dan lebar bangunannya. Jika dilihat dari sudut pandang yang
berbeda yaitu dari pengunaan kolom dan dindingnya, pada bangunan Museum
2. Atap
Atap
tumpang
Atap
Pelana
78
Atap
Polykarbonat
Pada atap Museum Tsunami Aceh terhadap atap rumah dan mesjid Aceh
sangat terlihat jelas perbendaannya, dari wujud dasar jenis atap yaitu pada atap
Museum Tsunami menggunakan atap jenis dak beton dan polykarbonat, atap
rumah Aceh menggunakan jenis atap pelana, dan atap masjid Aceh mengunakana
79
Dinding
Beton
Dinding
Papan
Kayu
Gambar 4.32. Analisa Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap Dinding Rumah dan
Pada bagian dinding Museum Tsunami Aceh terhadap dinding rumah dan
mesjid Aceh terdapat perbedaan dari jenis dinding yang digunakan pada dinding
80
bertulang, dan dinding kaca Grc board. Sedangkan rumah tradisional Aceh
Gambar 4.33. Analisa Bentuk Kulit Dinding Museum Tsunami Aceh Terhadap
Namun jika dilihat dari wujud dasar bentuk dinding yang lebih dominan
pada bangunan Museum Tsunami Aceh yaitu pada pengunaan dinding kulit
81
Pintu
kayu
Pintu
kayu
Gambar 4.34. Analisa Pintu Museum Tsunami Aceh Terhadap Pintu Rumah dan Mesjid
Tradisioanal Aceh
82
mesjid tradisional Aceh terdapat perbedaan dari jenis material dan juga ukuran
dan masjid tradisional Aceh menggunakan jenis pintu kayu dengan ukuran yang
berbeda beda.
5. Jendela/Ventiasi
Ventilas kisi-
kisi
Jendela Sisir
83
jendela sebagai bukaan, cahaya dan udara yang masuk langsung dari ruang
terbuka yang tidak mengunakan dinding pada lantai satu dan hanya mengunakan
kolom, namun pada bagian samping dinding bangunan tersebut terdapat ventilasi
Jadi bagian jendela atau ventilasi pada bangunan Museum Tsunami Aceh
terhadap jendela rumah dan mesjid tradisional Aceh terdapat perbedaan dari jenis
jendela atau ventilasinya, pada rumah tradisional Aceh mengunakan jendela sisir
dengan material kayu, dan pada masjid tradisional Aceh hanya mengunakan
84
Motif Flora
Motif Lidah
Motif Fauna
85
Museum Tsunami Aceh terhadap ornamen rumah tradisional Aceh tidak terdapat
masjid tradisional Aceh yang dilihat dari salah satu jenis motif yang di gunakan di
setiap masjid Aceh, yaitu pengunaan motif keagamaan/ geometris seperti pada
Gambar 4.36.
86
Gambar 4.37. Analisa Warna Museum Tsunami Aceh Terhadap Warna Rumah dan
Tabel 4.2. Perbedaan Warna Pada Museum Tsunami,Rumah dan Mesjid Aceh
Warna Pada Museum Warna Pada Rumah Aceh Warna Pada Mesjid
Tsunami Aceh
Abu abu tua Merah Putih
87
Orange
Putih
Krem
Hitam
Jika dilihat pada gambar analisa dan tabel di atas, warna Museum Tsunami
Aceh terhadap warna rumah dan mesjid tradisional Aceh sangat terlihat jelas
perbendaannya, yang dilihat dari jenis warnanya yaitu pada Museum Tsunami
menggunakan warna abu abu tua dan abu abu muda, sedangkan warna pada
Namun jika dilhat dari perencanaan rancangan pada maket yang dibuat
oleh tim kajian desain Ridwan Kamil sebagai arsitek Museum tersebut, warna
awal pada Museum ini mengunakan warna dominan orange dengan perpaduan
warna putih. Menurut kepala Museum Tsunami Aceh, karena adanya beberapa
88
Jadi jika dilihat dari ciri-ciri warna perancangan awal pada bangunan tersebut
terdapat persamaan pada beberapa ciri ciri warna pada rumah Aceh.
Analisa teknologi bangunan pada penelitian ini dilihat dari dua sub variable yaitu:
Lantai
Semen
Lantai
Papan
Kayu
89
dengan material lantai pada rumah Aceh, terdapat kesamaan material lantai yang
digunakan pada Museum Tsunami Aceh yaitu penggunaan lantai papan kayu pada
ruang atrium, yang digunakan sebagai jembatan penghubung dari lantai satu
menuju lantai dua yang bentuknya seperti panggung dan di bawahnya terdapat
ruang kosong/kolam, namun pada material lantai masjid Aceh tidak terdapat
persamaan karena masjid Aceh hanya mengunakan material lantai dari semen
saja.
90
Gambar 4.41. Analisa Sistem Struktur Rumah dan Mesjid Tradisioanal Aceh
91
Aceh tidak terdapat persamaan, namun terhadap sistem struktur rumah tradisional
Aceh terdapat persamaan yang dilihat dari konstruksi kaki bangunan tersebut yang
92
mampu bertahan dari gempa karena struktur utama yang kokoh dan elastis.
93
Temuan penelitian di dapat kan dari hasil wawancara yang di lakukan dengan Tokoh masyarakat Aceh dan arsitek, kemudian
digabungkan dengan hasil analisis yang dapat dirangkum dengan penggunaan tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4. Analisa penerapan arsitektur tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami Aceh
Penerapan arsitektur
Penerapan arsitektur tradisional Aceh pada
Penerapan arsitektur tradisional tradisional Aceh pada bangunan Museum Tsunami
Aceh pada bangunan Museum bangunan Museum Aceh yaitu :
Tsunami Aceh yaitu : Tsunami Aceh yaitu : 1. Rumah Tradisional
1. Rumah Tradisional Aceh: 1. Rumah Tradisional Aceh:
Bentuk Denah -Arah pintu masuk.
- Tidak Terdapat Aceh: -Penempatan ruang.
2. Mesjid Tradisional Aceh: -Penempatan ruang. -Pengunaan tangga
- Tidak Terdapat 2. Mesjid Tradisional 2. Mesjid Tradisional
Aceh: Aceh:
- Tidak Terdapat -Arah pintu masuk.
-Pengunaan tangga
94
95
96
97
98
99
100
Arah pintu masuk : rumah dan mesjid tradisonal Aceh mengunakan arah
pintu masuk dibagian yang sama seperti museum tsunami Aceh yaitu
Penempatan ruang : terdapat sebuah center atau fokal point sebagai ruang
tengah.
melalui pintu masuk pada bangunan museum tsunami, rumah dan mesjid
tradisional Aceh.
101
dan museum tsunami Aceh yang dilihat dari salah satu jenis motif yang di
geometris.
yang dibuat oleh tim kajian desain Ridwan Kamil sebagai arsitek museum
pembangunan warna tersebut tidak di terapkan . Jadi jika dilihat dari ciri-
Lantai papan kayu : penggunaan lantai papan kayu pada ruang atrium,
lantai dua yang bentuknya seperti panggung pada museum tsunami Aceh
102
tradisional Aceh.
sama pada rumah tradisional Aceh yaitu sebagai bangunan tahan gempa
dan tsunami.
Tabel 4.5. Analisa faktor yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami Aceh
Perancangan
Tsunami
tsunami
103
tradisional Aceh.
Aceh menganalogikan seperti sebuah epicenter atau pusat pusaran air dari
atas rumah, kapal tersebut merupakan salah satu filosofi tsunami atau
4. Ruang lorong tsunami : air mengalir di kedua sisi dinding ruangan tersebut,
suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan
5. Ruang sumur doa yang membentuk seperti sumur selinder : pada bagian atas
ruang tersebut terdapat sebuah lubang yang menyorotkan cahaya ke atas langit
104
5.1. Kesimpulan
1. Denah bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada arah pintu masuk,
ornamen keagamaan
4. Warna pada tampak bangunan Museum Tsunami Aceh : terdapat pada warna
pada lantai papan kayu yang digunakan sebagai jembatan di ruang atrium.
Aceh yang dilihat dari penerapan arsitektur tradisional Aceh memenuhi tiga elemen
yaitu :
105
2. Filosofi Tsunami :
Pengunaan unsur air dan suara gemuruh pada ruang lorong tsunami.
3. Konsep Islami : terdapat pada ruang doa yang membentuk seperti sumur
Dari penjabaran diatas, maka dapat dilihat bahwa sang Arsitek yaitu Ridwan
Kamil berusaha menerapkan nilai-nilai unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh
pada perancangan Museum Tsunami Aceh. Meski demikian, kadar penerapan konsep
bangunan Arsitektur tradisional Aceh maupun unsur budaya Tradisional Aceh pada
bangunan Museum Tsunami Aceh ini masih sangat sedikit. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain tipe bangunan, fungsi bangunan, serta faktor lainnya.
5.2. Saran
1. Bagi Pembaca
dirancang dengan unsur budaya dan arsitektur tradisional Aceh. Pembaca juga
diharapkan agar kita sebagai generasi penerus tetap menjaga keutuhan dan
106
107
Aprimavista, Art, Poela, et,al. 2013. Terapan Konsep Bangunan Tradisional Bali
pada Objek Rancang-Bangun Karya Popo Danes : Jurnal Intra Vol. 1, No. 1
Ayuni, Indah, Rosina. 2000. Study Penerapan Arsitek Pasundan Pada Bangunan
Ching, D.K.Francis. 1987. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta : Penerbit
Hadjad, Abdul, Drs et,al. 1984. Arsitektur Tradisional Provinsi Daerah Istimewa
Sabila, Farisa. 2014. Tipologi Tata Ruang Dalam Rumoh Aceh Di Kawasan Mukim
Syahriadi dan Fahri, ILham. 2012. Identifikasi Pola Ruang, Sonasi, Dan Pola
Suryana, M.Si. Dr. Prof. 2010. Metodelogi Penelitian (Model Praktis Penelitian
Indonesia.
108
Wedhantara, Biendra, Azizi. 2014. Transformasi Tipologi Denah Bale Daja Pada
Medan.
109