Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

EKONOMI MAKRO

RINGKASAN MATERI KULIAH


EKONOMI MAKRO
Sumber : Budiono, Pengantar Ekonomi Makro, Gajah Mada Press

OLEH :

KRISDINAR SUMADJA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BANDUNG RAYA


Jl. Cikutra No. 171 Bandung Telp. (022) 7202193

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

I. EKONOMI MAKRO

1. Masalah yang dipelajari alam teori ekonomi makro bisa digolongkan menjadi dua,
yaitu, (a) masalah stabilisasi atau masalah makro jangka pendek dan (b) masalah
pertumbuhan atau masalah makro jangka panjang.

2. Inti masalah stabilisasi (jangka pendek) adalah bagaimana mengendalikan


perekonomian sehingga terhindar dari tiga penyakit utama, yaitu (a) inflasi, (b)
pengangguran dan (c) ketimpangan neraca pembayaran atau nilai impor lebih besar
dari pada nilai ekspor.

3. Dalam jangka pendek kemungkinan pemilihan kebijaksanaan dibatasi oleh adanya


tiga hal, yang diasumsikan konstan yaitu (a) kapasitas produksi total, (b) jumlah
penduduk (angkatan kerja) , (c) lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi yang
ada.

4. Dalam praktek, terutama di negara-negara berkembang, masalah jangka pendek


sering berakar pada maslah jangka panjang. Keduanya erat hubungannya dan tidak
bisa dipisahkan.

5. Ahli ekonomi makro melihat perekonomian terdiri dari empat pasar utama, yaitu
(a) pasar barang, (b) pasar uang, (c) pasar tenaga kerja, dan (d) pasar luar negeri.
Perubahan situasi pasar-pasar inilah yang dikatakan sebagai perubahan keadaan
ekonomi makro suatu negara.

6. Situasi Pasar di sini menyangkut dua aspek, yaitu (a) aspek harga dan (b) aspek
volume (jumlah). Teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang
mempengaruhi situasi pasar ini. Dan tujuan selanjutnya adalah menentukan, faktor-
faktor mana yang bisa dipengaruhi melalui kebijaksanaan pemerintah, sehingga
pemerintah bisa “mengendalikan” situasi pasar sesuai dengan yang diinginkan.

7. Ahli ekonomi makro juga menggolongkan pelaku-pelaku makro menjadi lima,


yaitu (a) rumah tangga, (b) produsen, (c) pemerintah (d) lembaga-lembaga
keuangan dan (e) negara-negara lain.

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

*
II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

1. Teori makro klasik mempunyai dasar filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan
pada sistem bebas berusaha (laissez faire) adalah self regulating, artinya
mempunyai kemampuan untuk kembali pada posisi keseimbangan pasar secara
otomatis. Oleh sebab itu pemerintah tidak perlu campur tangan.

2. Di pasar barang sifat self-regulating (otomatis) dicerminkan oleh adanya proses


yang otomatis membawa kembali ke posisi Gross Domestik Produk (GDP) yang
menjamin full employment level of activity (tingkat pengerjaan penuh), apabila
karena sesuatu hal perekonomian tidak pada posisi ini (inflasi, pengangguran,
defisit). Landasan dari keyakinan ini adalah berlakunya (a) Hukum Says yang
menyatakan “Suply creates its own demand” atau penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri dan (b) anggapan bahwa semua harga bersifat fleksibel (naik
dan turun) berdasarkan hukum pasar.

3. Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada pemgangguran sukarela.
Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat “sementara”, karena pabila harga-harga
turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan produksi akan kembali lagi ke
tingkat semula (yaitu tingkat full employment).

4. Di pasar uang, Kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang menyatakan bahwa
permintaan akan uang adalah proporsional dengan nilai transaksi yang dilakukan
masyarakat (Md = PQ). Di pasar uang ini ditentukan tingkat harga umum; apabila
jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik, maka tingkat hargapun akan
naik. Ms = PQ Æ P = Ms/Q

5. Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat
harga. Disini kaum Klasik melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, adalah
mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

6. Dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan
harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu. Pada sistem standar emas,
jumlah uang yang beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat.

7. Di pasar luarnegeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca


perdagangan, melalui (a) mekanisme Hume, dalam sistem standar emas atau (b)
mekanisme kurs devisa mengambang dalam sistem standar kertas.

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

III. TEORI MAKRO KEYNES DI PASAR BARANG


1. Keynes berpendapat bahwa sistem laissez faire murni tidak dapat dipertahankan.
Pada tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan
perekonomian ke arah posisi keseimbangannya (“full employment” nya), sebab
mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak dapat diandalkan.

2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output/produksi yang dihasilkan) dalam periode tersebut,
maka akan terjadi situasi “kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output
akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersamaan.

3. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka terjadi
situasi “kelebihan produksi”. Pada periode berikunya output akan turun atau harga
akan turun, atau keduanya terjadi secara bersamaan.

4. Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat (dengan demikian mempengaruhi situasi makro), agar mendekati
posisi “full employment” nya.

5. “Permintaan agregat adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk membeli barangdan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Barang dan jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi dalam tahun
tersebut (barang bekas atau barang yang yang diproduksikan tahun-tahun
sebelumnya atau barang yang tidak diproduksikan seperti tanah, tenaga kerja, tidak
termasuk dalam pengertian barang dan jasa disini).

6. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat (Z) terdiri dari tiga unsur yaitu 1.
pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga ( C ), 2. pengeluaran untuk investasi
oleh Produsen ( I ) dan 3. pengeluaran oleh Pemerintah ( G ).

Z = C+ I + G
Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (Z) secara langsung melalui
pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi
dan pengeluaran investasi.

7. Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang


berbeda. Pengeluaran konsumsi ( C ) bergantung pada pendapatan yang diterima oleh
rumah tangga ( Y )dan kecenderungan berkonsumsinya ( c )
C=cY

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

Pengeluaran investasi bergantung pada keuntungan yang diharapkan (marginal


efficiency of capital) dan biaya modal (tingkat bunga). Produsen akan berinvestasi
apabila persentase keuntungan yang diharapkan lebih besar dibandingkan dengan
tingkat bunga modal.
Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh oleh proses politik yang sangat kompleks
dan dalam teori ekonomi makro dianggap “eksogen”.

8. Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran konsumsi, pengeluaran


investasi dan pengeluaran pemerintah) mempengaruhi tingkat permintaan agregat
melalui proses berantai atau proses multiplier. Bila unsur ini meningkat dengan Rp
1,00, maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan suatu kelipatan dari
Rp 1,00. Pelipat atau multiplier ini bergantung pada besarnya kecenderungan
masyarakat untuk berkonsumsi (marginal propensity to consume).

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

IV. TEORI MAKRO KEYNES DI PASAR UANG DAN


PASAR TENAGA KERJA
1. Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan uang dengan penawaran akan
uang. Permintaan akan uang adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk
menunjang kegiatan ekonominya. Sedangkan penawaran akan uang adalah jumlah
uang yang disediakan oleh pemerintah dan bank-bank, yaitu seluruh uang kartal
dan uang giral yang beredar.

2. Menurut Keynes, permintaan akan uang akan bersumber pada 3 (tiga) motif
kebutuhan akan uang, yaitu (1) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga
dan (c) kebutuhan spekulasi.

3. Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh : (a) volume output yang
ditransaksikan (yaitu GDP riil) dan (b) tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes
tidak berbeda dengan teori makro klasik. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
relatif kecil dan dalam analisis biasanya diabaikan.

4. Permintaan untuk spekulasi (yang membedakan teori Keynes dengan teori


kuantitas) adalah permintaan akan uang tunai untuk memperoleh keuntungan.
Caranya adalah dengan berspekulasi dalam pasar obligasi (surat berharga).
Apabila harga obligasi diharapkan (diperkirakan) untuk naik di masa akan datang,
maka orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya pada saat ini. Sebaliknya
apabila harga obligasi diperkirakan turun, maka permintaan akan uang tunai saat
ini bertambah (atau orang lebih senang menjual obligasi yang dipegangnya dan
memperoleh atau memegang uang tunai sekarang/saat ini).

5. Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah kebalikan.
Harga obligasi naik berarti tingkat bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun
berarti tingkat bunga naik

6. Bila harga obligasi diperkirakan akan naik, ini berarti harga obligasi saat ini
dianggap terlalu rendah. Bila harga obligasi diperkirakan akan turun, ini berarti
harga obligasi saat ini dianggap terlalu tinggi

7. Atas dasar logika dalam point 4, 5 dan 6 di atas, Keynes menyatakan bahwa
permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi, apabila tingkat bunga saat ini
(dirasa) terlalu rendah, dan permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini rendah
apabila tingkat bunga saat ini (dirasa) tinggi. Hubungan berkebalikan antara
permintaan akan uang dengan tingkat bunga adalah inti dari teori moneter Keynes.

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

8. Perminmtaan total masyarakat terhadap uang tunai adalah permintaannya untuk


transaksi ditambah permintaan untuk transaksi.

Md = P[k.Q + θ (r)]
(Permintaan untuk berjaga-jaga diabaikan)

9. Permintaan total tersebut adalah Liquidity Preference. Di pasar uang, liqudity


preferece bertemu dengan penawaran akan uang dan menentukan harga dari
penggunaan uang, yaitu tingkat bunga.

10. Tingkat bunga merupakan penghubung utama antara pasar uang dengan pasar
barang, sebab tingkat bunga menentukan pengeluaran investasi oleh para investor.
Selanjutnya pengeluaran investasi tersebut menentukan permintaan agregat (Z)

11. Penghubung lain antara kedua pasar barang dan pasar uang adalah tingkat harga
(P) dan output (Q), karena kedua variabel ini mempengaruhi Liquidity preference
(Md). Jadi hubungan antara kedua pasar tersebut adalah timbal balik

Tingkat bunga ( r )
Pasar Pasar
Barang Uang
P dan Q

12. Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output (Q)
naik maka jumlah orang yang bekerja (N) juga naik. Sebaliknya apabila output (Q)
turun maka jumlah orang yang bekerja (N) juga turun.

13. Keynes menekankan bahwa proses makro adalah proses menuju keseiimbangan
umum (general equilibrium). Apabila terjadi suatu perubahan (misalnya, I atau G
atau Ms berubah), maka akan mempunyai pengaruh berantai terhadap semua pasar.
Perekonomian akan menyesuaikan diri (terhadap perubahan tersebut) sehingga
tercapai posisi keseimbangan umum yang baru. Posisi keseimbangan umum
diartikan sebagai posisi di mana semua pasar (barang, uang, tenaga kerja) berada
pada posisi keseimbangannya secara bersama-saman. Suatu perekonomian akan
selalu bergerak menuju posisi keseimbangan umumnya.

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

V. UANG BEREDAR DAN KEBIJAKAN MONETER

1. Jumlah uang yang beredar tidak seluruhnya ditentukan oleh pemerintah. Perilaku
bank-bank dan masayarakat umum ikut menentukan pula proses timbulnya uang
beredar, meskipun pemerintah masih tetap merupakan pelaku yang paling
menentukan.

2. Ada dua pengertian mengenai uang yang beredar yaitu a. Narrow money (uang
kartal plus uang giral dan b. Broad money (uang kartal plus uang giral (narrow
money) plus quasi money). Quasi money mencakup saldo deposito berjangka dan
simpanan tabungan di bank. Dalam keadaan “normal” kedua konsep uang beredar
tersebut berkembang sejalan satu satu sama lainnya, dalam keadaan lain tidak.

3. Proses penciptaan uang beredar berawal dari timbulnya uang inti (reserve money).
Uang inti adalah seluruh uang yang dikeluarkan oleh pemerintah (bank sentral) plus
saldo rekening koran milik- bank-bank (atau masyarakat) pada bank sentral. Uang
inti bisa dilihat pula sebagai penjumlahan antara uang kartal dengan cadangan bank
(reserve).

4. Jumlah uang inti di masyarakat meningkat karena tiga sebab yaitu : a. surplus
neraca pembayaran (nilai ekspor) b. defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan
uang baru c. Kenaikan kredit bank sentral pada bank-bank umum dan kepada
lembaga-lembaga lain. Sebaliknya uang inti akan berkurang karena a. Defisit neraca
pembayaran (nilai impor) b. Surplus APBN dan penrurunan kredit bank sentral
kepada bank-bank umu dan lembaga lainnya.

5. Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang oleh
masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan sisanya yang dipegang
oleh-bank-bank umum sebagai cadangan bank, kemudian melipat diri menjadi uang
giral.

6. Proses penciptaan uang beredar dari uang inti tersebut diringkas dalam konsep
money multiplier (nilai pelipat uang) yang menghubungkan antara uang inti dengan
jumlah uang beredar. Nilai dari money multiplier tergantung pada (a)
kecenderungan masyarakat memegang uangnya dalam bentuk kartal (u = K/Ms) dan
(b) berapa besar cadangan yang dipegang bank umum untuk menjamin uang giral (v
= R/D). Semakin besar u dan v semakin kecil nilai money multiplier. Nilai money
multiplier biasanya lebih besar dari satu, artinya setiap Rp 1,00 uang inti bisa
menimbulkan lebih dari Rp 1,00 uang beredar.

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

7. Kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mempengaruhi proses penciptaan uang


beredar tersebut. Pemerintah atau bank sentral bisa melakukan hal ini dengan
mempengaruhi secara tidak langsung nilai money multiplier dan secara langsung
besarnya uang inti. Berbagai intrumen kebijakan moneter sanagt diperlukan untuk
mempengaruhi variabel tersebut.

8. Menurut Keynes, kebijakan moneter bisa mempengaruhi situasi makro lewat jumlah
uang beredar, kemudian tingkat bunga, kemudian pengeluaran investasi dan
selanjutnya permintaan agregat.

9. Ada dua kritik mengenai keampuhan kebijakan moneter dalam praktek. Pertama
Keynes menyatakan bahwa kebijakan moneter tidak efektif dalam masa depresi
karena ada Liquidity trap. Liqudity trap timbul karena tingkat bunga menjadi tidak
elastis (tidak berubah) terhadap perubahan jumlah uang yang beredar. Kedua,
pengaruh kebijakan moneter sulit diterka (kapan dan berapa besarnya) sehingga
menyulitkan penggunaanya dalam praktek. Disarankan agar pemerintah secara
otomatis dan teratur menaikkan jumlah uang beredar sesuai dengan kenaikan
kebutuhan uang rata-rata sebagai ganti dari kebijakan moneter.

Tingkat bunga

Ms’ Ms

Liquidity Trap

0 Jumlah uang beredar

Gambar 1. Liquidity trap pada saat depresi

10

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

KONSEP DASAR KEBIJAKAN MONETER


1. Uang beredar
Arti sempit : Ms = K + D
Arti luas : Ms = K + D + T
K = Uang kartal yaitu uang tunai yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat
untuk menggunakannya
G = Giral yaituseluruh nilai saldo rekening korang (giro) yang dimiliki masyarakat
pada bank-bank umum
T = Uang kuasi yaitu saldo deposito berjangka ari tabungan milik masyarakat pada
bank-bank

2. Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik penciptaan uang kartal
maupun giral. Dengan kata lain tanpa uang inti maka tidak akan tercipta uang kartal
maupun giral.

3. Uang inti bertambah atau berkurang ( ∆ H ) karena :


a. Defisit/surplus neraca pembayaran (X-M) ; X = nilai penerimaan ekspor, M =
nilai pengeluaran impor
b. Defisit/surplus APBN (A)
c. Jumlah Kredit Langsung Bank Sentral (Bank Indonesia) kepada badan-badan
resmi tertentu, misalnya Pertamina atau BUMN lainnya ( B1)
d. Kredit Liquiditas Bank Sentral (Bank Indonesia) kepada bank-bank umum,
misalnya dalam rangka program pembangunan prioritas (B2)

∆ H = (X-M) + A + B1 + B2

Uang inti dapat berbentuk kartal maupun giral, oleh sebab itu dilihat dari jenisnya
maka perubahan uang inti adalah

∆ H = ∆K + ∆R

apabila uang inti berbentuk giral (R) maka uang giral tersebut akan mengalami
pelipatan nilai uang (money multiplier) dengan koefisien

. 1 .
u + v ( 1 – u)

u = K/Ms, adalah persentase uang kartal yang dipegang oleh masyarakat dari seluruh
jumlah uan yang beredar
v = R/D, adalah persentase jaminan (nilai uang tunai atau inti/Cash Ratio) yang
dipegang bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang

11

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

dikelola (disimpan) dan tidak diusahakan (digolang-sd). Besarnya v (cash ratio)


ditentukan (a) Pemerintah (Bank sentral) dan (b) bank yang bersangkutan

4. Dengan demikian perubahan jumlah uang beredar bergantung pada koefisien pelipat
uang dan uang inti :

Ms = . 1 . [(X-M) + A + B1 + B2]
u + v ( 1 – u)

5. Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (atau bank sentral) untuk


mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui proses perubahan jumlah
uang yang beredar atau proses penciptaan uang yang dilakukan melalui pasar uang.

6. Dengan mempengaruhi jumlah uang yang beredar maka akan mempengaruhi tingkat
bunga. Dengan perubahan tingkat bunga maka akan mempengaruhi jumlah Investasi
dan selanjutnya permintaan agregat ( ingat ! Z = C + I + G ).

Kebijakan moneter Ms r I Z P,Q (harga dan GDP)

7. Dalam mengeluarkan kebijakan moneter pemerintah menggunakan intrumen


kebijakan moneter yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
variabel yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar sebagai berikut :

Yang mempengaruhi koefisien multiplier


1. Cash Ratio
2. Discount rate
3. Bunga giro dan deposito

Yang mempengaruhi uang inti :


1. Pajak ekspor
2. sertifikat ekspor Ms r I Z P,Q
3. Bea masuk
4. Pajak lain
5. Pengeluaran pemerintah
6. Bunga kredit bank
7. Pengawasan kuantitatif
8. Batas/plafond kredit

Keterangan : Ms = Uang beredar


r = Tingkat suku bunga
I = Investasi
Z = Permintaan Agregat
P,Q = Gross Nasional Produk (yang ditentukan oleh harga dan jumlah produk)

12

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

VI. KEBIJAKAN FISKAL


1. Kebijakan fiskal adalah kebijakan makro yang dilaksanakan lewat APBN. Suatu
kebijakan fiskal dicerminkan oleh struktur pos-pos dalam APBN, dan bukannya
hanya oleh nilai total penerimaan dan pengeluarannya
2. Secara garis besar ada tga pos utama pada sisi pengeluaran APBN, yaitu pembelian
barang dan jasa (G), gaji pegawai (W) dan transfer of payments ( R ). Pada sisi
penerimaan adda empat po penting, yaitu peneriaan pajak (T), keredit dari bank
sentral (U), pinjaman dari masyarakat dalam negeri (B) dan pinjaman dari luar negeri
(F). Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perekonomian.
3. Pengeluaran total APBN selalu sama dengan penerimaan totalnya. Dalam pengertian
akuntansi ini APBN selalu seimbang. Dalam penegrtian ekonomi, APBN bisa efisit,
surplus atau seimbang. Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit,
surplus dan seimbangan. Pengertian
a. Perbandingan antara penerimaan pajak (T) dengan seluruh pengeluaran (G+W+R)
yaitu :
Apabila (G+W+R) > T, maka APBN disebut defisit
Apabila (G+W+R) < T, maka APBN disebut surplus
Apabila (G+W+R) = T, maka APBN disebut seimbang
b. Perbandingan antara penerimaan pajak (T) ditambah pnijaman ari masyarakat
alam negeri (B) dengan seluruh pengeluaran (G+W+R) yaitu :
Apabila (G+W+R) > T + B, maka APBN disebut defisit
Apabila (G+W+R) < T + B, maka APBN disebut surplus
Apabila (G+W+R) = T + B, maka APBN disebut seimbang
c. Jumlah Pinjaman dari bank sentral atau ada tidaknya pencetakan uang baru atas
permintaan pemerintah :
Apabial U > 0, maka APBN disebut defisist
Apabial U < 0, maka APBN disebut surplus
Apabila U = 0, maka APBN disebut seimbang
4. Pengaruh dari perubahan masing-masing pos terhadap perekonomian bisa dibedakan
menjadi dua, yaitu : pengaruh putaran pertama dan putaran terakhir. Pengaruh
pertama adalah pengaruh awal dari kebijakan tersebut terhadap permintaan agregat.
Pengaruh akhir adalah pengaruh dari kebijakaan tersebut pada proses menuju pada
keseimbangan umum yang baru.
5. Pada putaran pertama setiap rupiah perubahan pengeluaran pemerintah (∆G) akan
mengubah permintaan agregat (∆Z) sebesar 1/(1-c) rupiah dan setiap rupiah
perubahan upah pegawai (∆W) dan Transfer of payments (∆R) akan mengubah

13

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja


RINGKASAN MATERI KULIAH
EKONOMI MAKRO

permintaan agregat (∆Z) sebesar c/(1-c) rupiah. Dengan demikian ∆G akan lebih
besar jumlahnya dibandingkan dengan ∆W atau ∆R.
6. Pada putaran pertama, setiap perubahan Pajak (∆T) akan mengubah permintaan
agregat (∆Z) sebesar – c/(1-c). Pajak bisa dianggap sebagai transfers of payments
(∆R) negatif. Pos-pos lain pada sisi penerimaan menpunyai pengaruh utama pada
pasar uang dan melalui ini akan berpengaruh terhadap permintaan agregat. Kredit
dari bank sentral mempunyai pengaruh inflasioner.

14

Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

Anda mungkin juga menyukai