Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Mata


Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di
tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa
yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf
yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke
otak (Junqueira, 2007).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk
struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah
iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung
dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-
serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler
berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat
yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk (Sherwood, 2001).
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari
korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi

Universitas Sumatera Utara


relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001).

2.2. Proses Visual Mata


Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler
dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin,
2006).
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi
dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006).
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour
(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak
dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang
ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya
mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat
diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,
2006).
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga

Universitas Sumatera Utara


lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari
setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai
lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006).
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).
Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 2.1. Jaras Penglihatan


(Khurana, 2007)

2.3. Tajam Penglihatan


Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity"
yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada
tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakan

Universitas Sumatera Utara


kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson,
2007). Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur
saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang
tepat (Riordan-Eva, 2009).
Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan
resolution acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan
dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat
dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik
ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah (Leat,
2009).

2.3.1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam
penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk
mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen
dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan
kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk
besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan
dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak
tertentu. Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan
kacamata dan setiap mata diperiksa terpisah (Ilyas, 2009).
Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen diuji
dengan cara menghitung jari. Jika tidak bisa menghitung jari, mata tersebut
mungkin masih dapat mendeteksi tangan yang digerakkan secara vertikal atau
horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan
mempersepsi cahaya. Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta
total (Riordan-Eva, 2009).
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti:

Universitas Sumatera Utara


- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam
meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak
enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien
yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).

Pada Tabel 2.2. dibawah ini terlihat tajam penglihatan yang dinyatakan
dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki (Ilyas, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1.
Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, Kaki dan Desimal
Snellen (6 meter) 20 kaki Sistem desimal
6/6 20/20 1.0
5/6 20/25 0.8
6/9 20/30 0.7
5/9 15/25 0.6
6/12 20/40 0.5
5/12 20/50 0.4
6/18 20/70 0.3
6/60 20/200 0.1

2.3.2. Uji Lubang Kecil


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang
terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita
duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter. Penderita disuruh melihat
huruf terkecil yang masih terlihat dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut
ditaruh lempeng berlubang kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila
terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang kecil berarti
terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti
terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja ini diakibatkan
kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula lutea
(Ilyas, 2009).

2.3.3. Uji Pengkabutan (Fogging Test)


Uji pemeriksaan astigmatisme dengan memakai prinsip mengistirahatkan
akomodasi dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien disuruh
melihat astigmatism dial (juring astigmatisme). Bila garis vertikal yang terlihat
jelas berarti garis ini telah terproyeksi baik pada retina sehingga diperlukan
koreksi bidang vertikal dengan memakai lensa silinder negatif dengan sumbu 180
derajat. Penambahan kekuatan silinder diberikan sampai garis pada juring
astigmatisme terlihat sama jelasnya (Ilyas, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.3.4. Uji Duokrom (Uji Keseimbangan Merah Biru)
Pada mata emetropia sinar merah dibiaskan di belakang retina sedang sinar
hijau di depan, demikian pula dengan mata yang telah dikoreksi dengan tepat.
Penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada kartu merah hijau
yang ada huruf diatasnya. Pada pasien diminta untuk memberitahu huruf diatas
warna yang tampak lebih jelas. Bila terlihat huruf diatas hijau lebih jelas berarti
mata hipermetropia, sedang pada miopi akan lebih jelas huruf pada warna merah.
Pada keadaan diatas dilakukan koreksi sehingga huruf diatas warna hijau sama
jelas dibanding huruf diatas warna merah (Ilyas, 2009).

2.3.5. Uji Dominan Mata


Uji ini bertujuan untuk mengetahui mata dominan pada anak. Anak
diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup kemudian mata
yang lainnya. Bila mata yang dominan yang tertutup maka anak tersebut akan
menggerakkan kepalanya untuk melihat benda yang matanya dominan (Ilyas,
2009).

2.3.6. Uji Crowding Phenomenon


Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ambliopia. Penderita diminta
membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau
yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris
huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke
huruf dalam baris maka ini disebut adanya crowding phenomenon pada mata
tersebut. Mata ini menderita ambliopia (Ilyas, 2009).

2.3.7. Penurunan Tajam Penglihatan


Penurunan tajam penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
usia, kesehatan mata dan tubuh dan latar belakang pasien. Tajam penglihatan
cenderung menurun sesuai dengan meningkatnya usia seseorang. Jenis kelamin
bukan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan
seseorang (Xu, 2005). Dari penelitian yang dilakukan di Sumatera, Indonesia,

Universitas Sumatera Utara


didapat bahwa penyebab tertinggi terjadinya low vision atau visual impairment
adalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, Age-related
Macular Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma (Saw, 2003).
Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter (Riordan-Eva,
2007).

2.4. Telepon Pintar (Smartphone)


2.4.1. Definisi
Belum ada kesepakatan dalam industri ini mengenai apa yang membuat
telepon menjadi pintar, dan pengertian dari telepon pintar ini pun berubah
mengikuti waktu. Telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai
kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai komputer.
Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT Symbian OS, telepon pintar
dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua cara fundamental
yaitu bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa lakukan.
Telepon pintar merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan
tingkat tinggi dan memiliki fitur canggih seperti kemampuan internet, membaca e-
mail, kemampuan membaca buku elektronik (e-book), chatting/instant messaging
serta mempunyai banyak aplikasi (Anderson, 2004).

2.4.2. Fungsi-Fungsi Telepon Pintar


Telepon pintar menawarkan akses langsung baik ke informasi yang
dipublikasikan maupun sistem jaringan perusahaan seperti internet. Ketersediaan
global dari jaringan telepon broadband dan aplikasi-aplikasi dapat mengubah
penyampaian informasi kepada masyarakat bisnis, hukum dan komunitas peneliti
(White, 2010).
Telepon pintar memiliki fungsi-fungsi antara lain, sebagai aplikasi
multimedia dapat digunakan sebagai pemutar musik/music player, memiliki
fungsi video kamera dan aplikasi personal lainnya. Untuk produktivitas
profesional dan personal dapat dipakai untuk membuka aplikasi instant
messaging/chatting dan jejaring sosial, membaca e-mail pribadi, memiliki

Universitas Sumatera Utara


kemampuan navigasi/GPS (Global Positioning System) dan memiliki akses
internet. Untuk produktivitas bisnis, digunakan untuk membaca e-mail, membuka
aplikasi bisnis, melakukan voice calling atau corporate messaging. Telepon pintar
juga memiliki kemampuan manajemen dan implementasi policy, gampang
digunakan, dan dapat mengatur dan mengontrol aplikasi. Telepon pintar juga
memiliki keunggulan dalam hal keamanan karena dapat menghapus data dari jauh
serta enkripsi dan manajemen data (Signorini, 2010).

2.4.3. Kelebihan Telepon Pintar


Telepon pintar menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi pengguna
melalui kecanggihan telepon tersebut, khususnya kualitas layar dan penggunaan
layar sentuh. Perubahan di dalam telepon bahkan lebih revolusioner, dengan
ponsel sekarang memiliki browser yang kuat dan sistem operasi perangkat lunak
yang menawarkan potensi pengembangan yang sangat besar bagi industri
perangkat lunak. Perangkat lunak sendiri memiliki nilai yang luar biasa kepada
pengguna. Memberikan informasi yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh
perangkat lunak, telepon pintar kini berubah menjadi perangkat informasi mobile
yang kuat dan perangkat komunikasi yang mungkin mengubah cara pengguna
mengakses informasi secara dramatis (White, 2010).

2.4.4. Kekurangan Telepon Pintar


Pada penggunaan telepon pintar, banyak isu keamanan dan kerahasiaan
pribadi yang muncul berupa:
1. Kebocoran data
Telepon yang hilang atau dicuri dengan memori yang tidak dilindungi
memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengakses data tersebut.
2. Penonaktifan yang kurang tepat
Telepon dibuang atau diberikan ke orang lain tanpa membuang data
sensitif, mengijinkan orang lain untuk mengakses data tersebut.
3. Pengungkapan data yang tak disengaja

Universitas Sumatera Utara


Kebanyakan aplikasi memiliki pengaturan privasi, tetapi banyak pengguna
yang tidak sadar akan hal itu. Data tersebut ditransmisikan tanpa
sepengetahuan pengguna telepon pintar.
4. Phising
Orang lain dapat mencuri data-data penting kita seperti password, nomor
kartu kredit menggunakan aplikasi palsu atau pesan (sms, email) yang
kelihatannya asli.
5. Spyware
Telepon pintar yang memiliki spyware didalamnya memberikan
kesempatan bagi orang lain untuk mengakses atau mengubah data pribadi
pengguna telepon pintar.
6. Pencurian data menggunakan jaringan palsu
Penyerang menggunakan titik akses jaringan (network access point) palsu
dan pengguna telepon pintar melakukan koneksi dengan jaringan tersebut.
Hal ini menyebabkan penyerang dapat melakukan intersepsi atas
komunikasi pengguna telepon pintar dan melancarkan aksi serangan lain
seperti pencurian data.
7. Pengawasan
Mengawasi seseorang dengan menggunakan telepon pintar target.
8. Diallerware
Penyerang mencuri uang dari pengguna telepon pintar dengan cara
menggunakan malware yang menggunakan pelayanan sms premium secara
tersembunyi.
9. Financial malware
Malware yang secara spesifik didesain untuk mencuri nomor kartu kredit,
data online banking atau mengalihkan transaksi online banking atau
transaksi elektronik.
10. Kongesti jaringan
Beban jaringan berlebihan akibat penggunaan telepon cerdas yang
berlebihan dan mengakibatkan terputusnya jaringan pengguna telepon
cerdas (Hogben, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2.5. Tajam Penglihatan dan Telepon Pintar
Menurut Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI, layanan data internet
kini menjadi bagian dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia
mencatat sebagian besar pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan
perangkat mereka untuk menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di
jejaring sosial, dan saling mengirim surat elektronik. Untuk itu, pengguna telepon
pintar akan menghabiskan waktunya untuk menatap pada layar telepon dalam
waktu yang lama dan jarak yang dekat (bekerja dalam jarak dekat).
Mata yang normal akan beristirahat pada saat melihat jauh sedangkan
untuk melihat dekat, diperlukan usaha yang besar dari otot siliaris dalam mengatur
bentuk dari lensa mata. Hal ini menempatkan otot siliaris berada dalam suatu
keadaan stress. Kita dapat menganalogikannya seperti mengangkat beban. Dengan
secara terus-menerus menambah beban yang kita gunakan untuk latihan, otot-otot
yang kita gunakan akan berada pada kondisi stress yang berat. Otot-otot kita akan
merespon dengan bertambah besar dan kuat sehingga beban yang diberikan dapat
dilakukan dengan usaha yang lebih sedikit. Dengan kata lain, otot-otot kita akan
beradaptasi (Jackson, 1970).
Hal yang serupa juga terjadi pada mata sewaktu akomodasi. Tetapi otot
siliaris tidak bertambah besar atau kuat melainkan mengalami spasme sementara.
Ini merupakan adaptasi mata untuk bekerja dalam jarak dekat. Bila kita terus-
menerus bekerja dalam jarak dekat, spasme ini akan bertahan dalam beberapa
bulan atau tahun. Spasme otot siliaris yang kronik akan menginisiasi pemanjangan
dari axis bola mata (Jackson, 1970).
Hal yang menginisiasi pemanjangan dari axis bola mata adalah merupakan
peran neuromodulator seperti dopamin, serotonin dan neuropeptida. Pelepasan
neuromodulator akan menyebabkan perubahan struktur sklera yang dimodulasi
oleh pembentukan proteoglikan. Meningkatnya jumlah proteoglikan menyebabkan
penurunan pertumbuhan panjang axis bola mata. Sebaliknya, menurunnya jumlah
proteoglikan menyebabkan peningkatan pertumbuhan panjang axis bola mata.
Akibat dari spasme otot siliaris, maka tidak diperlukan lagi akomodasi sewaktu
bekerja dalam jarak dekat sehingga akan menurunkan pelepasan dari

Universitas Sumatera Utara


neuromodulator. Hal inilah yang mengakibatkan pemanjangan dari axis bola mata
(Troilo, Nickla & Wallman, 2000).
Bertambah panjangnya axis bola mata bertujuan agar tidak diperlukan lagi
usaha yang besar sewaktu bekerja dalam jarak dekat. Akan tetapi, setelah bola
mata bertambah panjang, mata tidak akan dapat melihat dengan jelas sewaktu
melihat jauh (Jackson, 1970). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emily C.
Woodman, dkk (2010), memang terbukti terjadi pemanjangan axis bola mata yang
signifikan setelah bekerja dalam jarak dekat.
Penggunaan telepon pintar akan meningkatkan daya akomodasi mata yang
akhirnya berdampak pada penurunan tajam penglihatan. Hal ini terjadi karena
pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar pada jarak yang
terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam melakukan
akomodasi untuk menyesuaikan pemfokusan pada mata. Bahkan, efek lain
penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada mata
dan sakit kepala (Rosenfield, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mark Rosenfield, D.O., Ph.D.,
seorang profesor optalmologi di Amerika Serikat, 130 relawan yang menjadi
kelompok pertama dengan umur rata-rata 23.2 tahun, diminta untuk mengirim dan
membaca SMS dari telepon pintar mereka. Kelompok kedua berjumlah 100
relawan dengan umur rata-rata 24.9 tahun, diminta untuk membaca situs internet
melalui telepon pintar mereka. Peneliti kemudian mengukur jarak pandang antara
layar telepon pintar ke mata relawan serta besarnya tulisan yang dibaca relawan
(Rosenfield, 2011).
Hasil penelitian Rosenfield menunjukkan bahwa jarak pandang rata-rata
mata relawan ke layar telepon pintar bertambah dekat dibandingkan dengan jarak
pandang normal yang aman untuk mata. Pada saat mengirim dan membaca SMS,
jaraknya hanya sekitar 14 inci (36 cm) dengan tulisan yang 10% lebih besar dari
tulisan di surat kabar. Tetapi, ketika membaca situs internet melalui telepon
pintar, jarak pandang rata-rata relawan adalah 12.6 inci (32 cm) dengan tulisan
yang 20% lebih kecil dari besar tulisan di surat kabar. Sementara, jarak yang aman
untuk mata saat membaca surat kabar, buku atau majalah adalah 16 inci (40 cm).

Universitas Sumatera Utara


Hasil ini menunjukkan beban kerja mata pada pengguna telepon pintar
lebih berat. Membaca pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih
keras dalam mempertahankan pemfokusan pada suatu objek. Membaca tulisan
yang kecil juga akan menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam
bekerja, maka makin bertambahnya resiko untuk terjadi regangan pada mata (eye
strain) yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai