Manusia adalah makhluk social, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting
adalah tindakan social, suatu tiondakan dan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling
mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling
mengekspresikan serta menyatujui sesuatu pendirian atau keyakinan.oleh karena itu maka
didalam tindakan social haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama disetujui
dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan
sesame anggota masyarakat maka dipeerlukan komunikasi.
Seorang ahli lain, M. Dougles brown setelah menelaah bahasa dari enam buah sumber,
membuat rangkuman sebagai berikut :
(a) Bahasa adalah system yang sistematis , barangkali juga untuk system generatif.
(c) Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vocal, tetapi mungkin juga bersifat visual.
(f) Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa ( speech community ) atau budaya.
Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi. Hal tersebut terjadi karena
sebagai makhluk social, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud
interaksi. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan lainnya dengan
cara beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melaui suatu
hubungan yang teratur; belajar memembaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari
sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan
dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahsa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.
Melatih berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Daftar Rujukan: Tarigan, Henry
Guntu
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau
kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran
berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni :
2. Jenis-jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara.
Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan
sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi
berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
(1) situasi,
(2) tujuan,
1) Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi.
Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak
formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat
informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
(2) percakapan,
(1) ceramah,
(3) interview,
2) Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan
orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan,
atau menggerakkan pendengarnya.
3) Metode Penyampaian
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain :
4) Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang
berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang,
beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
5) Peristiwa Khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari
kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan
khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa
khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis,