Anda di halaman 1dari 3

Kekeliruan Berpikir

Rizqika Puspitasari, 1906349892

Kekeliruan berpikir masih sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,


terutama kekeliruan berpikir nonformal bahasa. Hal ini dikarenakan
pengetahuan masyarakat masih kurang dan beberapa hal dalam kekeliruan
berpikir sudah menjadi kebiasaan sehingga sulit untuk diubah. Oleh karena itu,
di dalam mata kuliah MPKTA mahasiswa diberi arahan mengenai kekeliruan
berpikir agar lebih kritis dalam menentukan konklusi dari premis-premis yang
ada.
Kekeliruan Berpikir adalah cacat yang melemahkan argumen, atau
dengan kata lain kekeliruan berpikir adalah proses penalaran yang sebenarnya
tidak logis karena tidak memperhatikan relevansinya dengan seksama.
Kekeliruan berpikir dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Kekeliruan Formal
Kesalahan berpikir yang menghasilkan kesimpulan tidak sahih karena proses
penarikan kesimpulannya melanggar dalil-dalil logika terkait term dan
preposisi dalam sebuah argumentasi.
Jenis-jenis kekeliruan formal :
1. Fallacy of Four Term ( kekeliruan karena menggunakan empat term,
padahal yang sahih hanyalah tiga term)
2. Fallacy of Undistributed Middle (kekeliruan karena term penghubung
tidak terdistribusikan)
3. Fallacy of Illicit Process (kekeliruan karena proses tidak benar)
4. Fallacy of Two Negative (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua
premis negatif, yang sebenarnya tidak bisa diambil konklusi)
5. Fallacy of Affirming the Consequent ( kekeliruan karena membenarkan
akibat)
6. Fallacy of Denying Antecedent ( kekeliruan karena menolak sebab)
7. Fallacy of Disjunction ( kekeliruan kerena bentuk disjungtif)
8. Fallacy of Inconsistency (kekeliruan karena tidak konsisten)
b. Kekeliruan Nonformal
Kesalahan berpikir yang menghasilkan kesimpulan tidak tepat karena faktor
bahasa ataupun disebabkan oleh relevansi antara premis dan kesimpulannya.
Jenis-jenis kekeliruan non-formal :
- Kekeliruan Berpikir Nonformal Relevansi
Kekeliruan ini terjadi apabila kesimpulan yang ditarik tidak memiliki
relevansi dengan premis-premisnya, begitupun sebaliknya.
1. Argumentum ad Misericordiam (argumentasi yang berdasarkan rasa
belas kasihan bukan karena kebenarannya)
2. Argumentum ad Populum (kebenaran suatu argumen yang didasarkan
pada keyakinan orang banyak)
3. Argumentum ad Hominem (kebenaran suatu argumen yang didasarkan
pada sifat pribadi penyampai)
4. Argumentum ad Auctoritatis (kesahihan suatu argumen didasarkan pada
keahlian atau kewibawaan penyampai)
5. Argumentum ad Baculum ( argumentasi yang didasarkan pada ancaman)
6. Argumentum ad Ignorantiam ( berargumentasi dengan dasar
ketidaktahuan)
7. Ignoratio Elenchi ( hubungan antara premis dengan konklusi semu)
8. Petitio Princippi ( menjadikan kesimpulan sebagai premis dan
sebaliknya)
9. Fallacy of Composition (memberlakukan kebenaran partikular pada
kebenaran seluruhnya
- Kekeliruan Berpikir Nonformal Bahasa
1. Kekeliruan Ekuivokasi (terjadi pergantian arti dari sebuah term yang
sama)
2. Kekeliruan Amfiboli (argumentasi bermakna ganda)
3. Kekeliruan Aksentuasi (pengucapan kata-kata tertentu argumentasi yang
menyebabkan perbedaan makna)
4. Kekeliruan Metaforis (mencampurkan makna kiasan dengan arti
sebenarnya)

Latihan Penalaran Logis


Kasus Permasalahan Bapak Kardon
Bapak Kardon adalah pemimpin di Perusahaan TTT yang ingin
melakukan trobosan baru pada produknya, sehingga ia mengadakan rapat
umum. Namun, suasana rapat menjadi tidak kondusif dan riuh karena
banyaknya usulan peserta rapat. Terlebih ketika Pak Karta, seorang
Kepala Unit Divisi mengemukakan pendapatnya, namun ditolak oleh
peserta rapat karena alasan yang tidak rasional.

Dari bacaan “Bapak Kardon”, dapat disimpulkan adanya beberapa


kesalahan berpikir, yaitu :

a. Argumentum ad Populum
Dalam kategori ini, kekeliruan berpikir nonformal relevansi terjadi apabila
kebenaran atas suatu argumentasi tergantung pada pendapat mayoritas atau
orang banyak, bukan berdasarkan keshahihan argumennya.
Contoh : Karena ditolak oleh sebagian besar peserta rapat, pendapat Pak Karta
dinyatakan salah.
b. Argumentum ad Hominem
Dalam kategori ini, kekeliruan berpikir nonformal relevansi terjadi apabila
argumen atau pendapat dinilai bukan karena kebenarannya, melainkan alasan-
alasan yang berhubungan dengan sifat pribadi penyampai.
Contoh : Pendapat Pak Karta ditolak karena citranya yang dianggap suka
menegur karyawan perusahaan TTT tanpa alasan yang jelas dan kasar.
c. Argumentum ad Auctoritatis
Dalam kategori ini, kekeliruan berpikir nonformal relevansi terjadi apabila
argumen atau pendapat dinilai bukan karena kebenarannya, melainkan oleh
keahlian atau kewibawaan penyampai.
Contoh : Pendapat Pak Karta ditolak karena ia berasal dari Divisi SDM, bukan
Divisi Pemasaran.

Solusi Permasalahan :

- Seharusnya peserta rapat mendengarkan dan menghargai pendapat Pak Karta,


karena semua peserta rapat memiliki hak yang sama dalam menyampaikan
pendapat.
- Peserta rapat harus profesional dalam bekerja, sehingga tidak menilai Pak Karta
secara subyektif berdasarkan sifat atau kepribadiannya.
- Sebagai pemimpin rapat, Pak Kardon seharusnya menjadi penengah dan bisa
mengkoordinasi anggotanya agar rapat berjalan kondusif dan kembali fokus
pada tujuan awal.

Kekeliruan berpikir dapat terjadi apabila tidak kritis dan tidak teliti
dalam menarik konklusi, sehingga terjebak pada premis-premis yang ada. Oleh
karena itu, untuk menghindari kekeliruan berpikir kita harus lebih teliti dan lebih
matang dalam menarik kesimpulan.

Daftar Pustaka

Alex Lanur. 1983. Logika:Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius.

Mundir.2012. Logika. Jakarta:Rajawali Press.

W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. 2011. Logika Ilmu Menalar : Dasar-Dasar Berpikir


Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung : Pustaka Grafika

Tim Revisi UI. 2017. Buku Ajar MPKTA (e-book). Depok : Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai