Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SAHAM DAN OBLIGASI

Di Susun Oleh :

Kelompok 7

Tomiyansah (205150111)

Wilis Widiastuti (205150093)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikanrahmat
serta hidayah-Nya sehingg amakalah yang berjudul “Investasi Saham dan Obligasi”
dapatdiselesaikan dengan lancar sebagai salah satu tugas matakuliah Fiqih Muamalah
Konteporer.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A .Pengertian Saham.Dasar Hukum ............................................................................................ 4

B. Jenis-jenis Saham ..................................................................................................................... 5

C. Dasar Hukum............................................................................................................................ 6

D. Pengertian Obligasi Syariah ..................................................................................................... 7

E. Jenis-jenis Obligasi Berdasarkan Akad .................................................................................... 8

BAB III

Kesumpulan .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Dimasa dewasa ini banyak dari kalangan masyarakat yang menjalankan kegiatan inventasi.
Dalam kegiatan investasi tersebut pada umumnya dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu
bursa efek, yang mana dalam kegiatannya selalu diawasi oleh BAPEPAM. Dalam kegiatan
investasi tersebut, sebagaimana yang kita ketahui bersama pada pasar modal terdapat beberapa
instrument investasi yang sering digunakan sebagai alternatifi kegiatan investasi ini, yaitu Saham
dan Obligasi.

Secara global, bagi orang-orang yang tak mementingkan unsur halal dan haram (Konvensional)
tidaklah ada masalah dalam menjalankan kegiatan investasi ini. Namun, bagi kita kaum muslim
tentu menjalankan suatu usaha ataupun kegiatan bisnis harus mempertimbangkan halal dan
haramnya, sesuai dengan yang telah diatur dalam hukum Syara’ diantaranya dalam kegiatan
tersebut harus terhindar dari unsur Riba, Judi, Gharar, dan Haram.

Oleh karena itu dalam terdapat beberapa produk Syariah dalam kegiatan investasi ini, seperti
Saham Syariah dan Obligasi Syariah atau sering disebut dengan Sukuk. Adanya produk tersebut
pada dasarnya untuk membantu para kaum muslim yang ingin ikut serta dalam kegiatan
investasi agar tidak terjerumus kedalam praktik-praktik yang diharamkan oleh hukum Syara’.

2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Saham?

2. Apa Saja Jenis-jenis Saham ?

3. Bagaimana Dasar Hukum saham syariah?

4. Apa Pengertian dari Obligasi Syariah?

5. Apa saja Jenis-jenis Obligasi Berdasarkan Akad?


BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Saham

Dalam bahasa Belanda saham disebut “aandeel”, dan dalam bahasa Inggris disebut dengan
”share”, dalam bahasa Jerman disebut “aktie”, dan dalam bahasa Perancis disebut “action”.
Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang mencantumkan kata “saham” di dalamnya
sebagai tanda bukti pemilikan sebagian dari modal perseroan.

Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran
umum (go public) dalam nominal dan porsentase tertentu. Sementara itu, saham merupakan
jumlah satuan dari modal kooperatif yang sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara
berdagang, dan harganya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan dan kerugian atau
kinerja perusahaan tersebut.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham menunjukkan kepemilikan
atas suatu perusahaan dan memberikan hak kepada pemiliknya. Kepemilikan tersebut
memberikan kontribusi kepada pemegangnya berupa return yang dapat diperolehnya, yaitu
keuntungan modal (Capital gain) atas saham yang memiliki harga jual lebih tinggi daripada
harga belinya, atau deviden atas saham tersebut. Di samping hak lainnya Non-finansial-benefit
berupa hak suara dalam RUPS. Peluang untuk mendapatkan return dari capital gain ini
memotivasi para investor untuk melakukan perdagangan saham di pasar modal (Bursa Efek).

B.Jenis-jenis Saham

Ada baiknya sebelum kita membahas lebih jauh mengenai saham syariah, kita sedikit mengulas
tentang jenis-jenis saham. Saham yang umum dikenal adalah saham biasa, tetapi jenis saham ada
2 yaitu:

 Saham biasa, adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap
pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki hak-hak istimewa. Pemilik
saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran dividen selama perusahaan tidak
memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS) dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa
memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya
dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.
 Saham preferent, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi).
Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal yaitu ada klaim atas
laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki
hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman
dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan
perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu Akan tetapi saham preferen
mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena
jumlahnya yang sedikit.

C.Dasar Hukum

Jual-beli saham dalam islam pada dasarnya adalah merupakan bentuk Syirkah mudhorabah,
diantara para pengusaha dan pemilik modal sama-sama berusaha yang nantinya hasilnya bisa
dibagi bersama. Mudharabah, merupakan teknik pendanaan dimana pemilik modal menyediakan
dana untuk digunakan oleh unit deficit dalam kegiatan produktif dengan dasar Loss and profit
shearing.

Kata al-Darbh, disebut juga Qiradh, yang berasal dari kata Qardhu, berarti al-Qath’u
(potongan) karena pemilik memotong sebagian dari hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh keuntungan. Menurut para Fuqhaha Mudharabah adalah akad antara dua pihak yang
saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan.

Dalam kumpulan fatwa DSN Saudi Arabia yang yang diketuai Oleh Syaih Abdul Aziz Ibnu
Abdillah Ibnu Baz Jilid 13 (tiga belas) Bab Jual beli (JH9) Halaman 20-321 fatwa nomor 4016
dan 5149 tentang hukum jual beli saham dinyatakan sebagai berikut:

‫س َه ْم ََل تَ ْمثِ ًل نَق ْىدَا تَ ْمثِي ًًْل ُك ِليَا أَ ْوغَالَبَا‬


َ ‫ت أ َ ْونَ ُح ْى ذَلِكَ اِذَا ُكا ْنتُ ا ََِل‬ َ ‫ات أَ ْو َع َم‬
ِ ‫ارا‬ ْ ‫ار‬ َ َ‫سي‬
َ ‫ضا ْآو‬
َ ‫آر‬ ْ ‫َجازَ ِب ْيعُ َها َوش ََرا َ ْوهَا ِبثَ َم ِن َواِنَ َما تَ ْمثِ ًل‬
َ َ ‫ال أ َ ْم ًى َج َل َع‬
‫لي دَ فِ ِع ِه أ ْود فَ ْعا ُ ت‬ ْ ‫شرا َء َح‬َ َ‫ِل َع ُم ْى أدْلُهُ َج َىازَ البَ ْي َع َوال‬

Artinya: “Jika saham yang diperjualbelikan tidak serupa dengan uang secar utuh apa adanya,
akan tetapi hanya refresentasi dari aset seperti tanah, mobil pabrik dan lain sejenisnya. Dan hal
tersebut merupakan hal yang telah diketahui oleh penjual dan pembeli, maka dibolehkan
hukumnya untuk diperjual-belikan dengan tunai maupun tangguh, yang dibayar secara kontan
ataupun beberapa kali pembayaran, berdasarkan keumuman dalil tentang dibolehkannya jual-
beli”.

Dengan demikian, jual beli saham dengan niat dan tujuan memperoleh penambahan modal,
memperoleh aset likuid maupun pengharapan deviden, dengan memilikinya sampai jatuh tempo,
dapat difungsikan sewaktu-waktu, dapat diperjual-belikan untuk mendapatkan keuntungan
capital gain, hukumnya adalah boleh selama usahanya dalam hal yang halal, tidak melanggar
syariat, dan tidak dijadikan sebagai alat spekulasi.

D.Pengertian Obligasi Syariah


Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu obligatie atau obligaat, yang berarti kewajiban
yang tidak dapat ditinggalkan atau surat hutang suatu pinjaman Negara atau daerah atau
perseroan dengan bunga tetap.[6] Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Obligasi
Konvensional yaitu Surat berharga jangka panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bunga pada priode tertentu dan
melunasi pokok pada saat jatuh tempo. Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 32/ DSN-MUI/ IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Di sini obligasi merupakan instrument utang bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal.
Jangka waktu jatuh tempo dari suatu obligasi adalah jumlah tahun yang telah dijanjikan oleh
emiten untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, jatuh tempo dari obligasi mengacu pada
tanggal berakhirnya eksistensi utang tersebut dan hari dimana emiten akan menebus obligasi
dengan membayar jumlah yang terutang.

E.Jenis-jenis Obligasi Syariah Berdasarkan Akad

Jenis-jenis obligasi syariah diterbitkan berdasarkan akad yang menjadi dasarnya. Berbagai
jenis struktur obligasi syariah yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan
justifikasi dari AAOIFI antara lain sebagai berikut.

1) Obligasi syariah Ijarah, yaitu obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan
periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
2) Obligasi syariah Mudharabah, yaitu obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad Mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rabb al-māl)
dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudhārib), keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya.
Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia
modal.
3) Obligasi syariah Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad Musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal
untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai
dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
4) Obligasi syariah Istisna‟, yaitu obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad Istisna‟ di mana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
Dalam ketentuan khusus Fatwa DSN No. 32 /DSN/IX/2002 tentang obligasi syariah disebutkan
bahwa akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain: mudhārabah
(muqāradhah) qirādh, musyārakah, murābahah, salam, istihna’ , dan ijarah.41 Akad-akad
tersebut juga kan menentukan jenis sukuknya. Namun dalam praktiknya, hanya ada dua bentuk
akad yang secara umum digunakan, yakni akad ijārah dan mudhārabah.

1.Obligasi syariah Ijarah

Ijārah atau sewa-menyewa adalah suatu perjanjian atau akad dimana pihak yang satu
mengikatkan diri untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan suatu barang, selama
waktu tertentu dan dengan pembayaran sejumlah harga yang besarnya sesuai dengan
kesepakatan. 42 Pada dasarnya ijarah merupakan jual beli manfaat sesuatu Sedangkan obligasi
syariah Ijarah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan
hak atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati.
Secara teknis, Sukuk Ijarah dapat digambarkan sebagai berikut yakni (a) pemilik asset atau
emiten menjual asetnya kepada Special Purpose Vehicle (SPV), (b) SPV membayar tunai kepada
pemilik asset, (c) Setelah aset menjadi hak milik SPV, SPV berhak menerbitkan Sukuk Ijarah
yang nilainya sama dengan sejumlah aset yang dimiliki kepada investor, (d) investor membayar
SPV secara tunai, (e) SPV menyewakan aset kepada emiten, (f) pihak emiten membayar sewa
kepada SPV. Pendapatan SPV yang berasal dari emiten tersebut dibayarkan kepada investor
yang telah membeli aset, (g) SPV memberikan pembayaran sewa kepada investor (rental
income).

Akad ijārah dalam kaitannya dengan salah satu unsur penting dalam obligasi syariah berupa
batas waktu atau jatuh tempo dari obligasi syariah yang diterbitkan memang lebih sesuai. Namun
demikian, dalam praktiknya setiap masa jatuh tempo obligasi syariah Ijarah sebenarnya
disyaratkan adanya pemindahan kepemilikan asset kembali kepada emiten melalui akad jual beli
dengan cara emiten membayar kembali sejumlah harga jual beli pada waktu emiten menjual
asset tersebut kepada investor melalui SPV. Oleh karena itu, akad ijārah yang biasa dipraktikan
dalam obligasi syariah Ijarah sebenarnya bukanlah akad ijārah pada umumnya, melainkan akad
ijārah muntahiya bi a-tamlīk. Hal ini karena dipersyaratkan kepemelikan hak sewa kembali
kepada emiten pada waktu jatuh tempo obligasi syariah Ijarah.

2. Obligasi syariah Mudharabah

Mudhārabah adalah suatu bentuk akad bagi hasil antara pengelola modal dan pemilik modal.
44 Sedangkan obligasi syariah Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih,
yaitu satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian,
keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia
modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian. Adapun
mekanisme penerbitan Sukuk Mudharabah adalah sebagai berikut; (a) SPV (Special Purpose
Vehicle) sebagai mudhārib (pengelola) sepakat dengan pemilik proyek untuk membangun suatu
proyek. Setelah kesepakatan terjadi (b) SPV menerbitkan Sukuk Mudharabah untuk
mendapatkan dana di primary subscribers atau secondary market. Dari transaksi tersebut, (c)
SPV mendapatkan pembayaran laba secara regular dan penghasilan modal akhir dari aktivitas
proyek untuk didistribusikan kepada investor. (d) Selama penyelesaian, SPV bertanggungjawab
atas penyelesaian proyek kepada pemilik.

Akad mudhārabah merupakan akad yang umum digunakan dalam transaksi keuangan Islam.
Demikian halnya dalam masalah akad yang menjadi dasar konstruksi obligasi syariah. Hal ini
karena fleksibelitas akad mudhārabah yang pada prinsipnya dapat dibatalkan (fasakh)
dikarenakan akad mudhārabah tergolong sebagai akad nāfidz gair lāzim atau akad yang akibat
hukumnya dapat dilaksanakan, namun akad itu terbuka untuk dibatalkan (fasakh) secara sepihak
oleh masing-masing atau salah satu pihak karena adanya hak khiyar atau karena memang sifat
asli dari akad tersebut. Oleh karena itu, agar pembatalan (fasakh) dalam akad mudhārabah dapat
dilakukan sesuai dengan waktu jatuh tempo Sukuk Mudharabah maka dibuatkan ketentuan
tambahan yang menjadi konsensual antara emiten dan investor tentang batas waktu jatuh tempo
sukuk tersebut. Ketentuan tambahan yang menjadi konsensual tersebut bersifat mengikat pihak
emiten dan investor.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Allah menghalalkan yang baik-baik kepada para HambaNya dan mengharamkan bagi mereka
yang buruk-buruk. Seorang usahawan muslim tentu saja tidak bisa dikeluar dari bingkai aturan
ini, meskipun tampak ada keuntungan dan hal yang menarik serta menggiurkan baginya. Seorang
usahawan muslim tidak seharusnya tergelincir hanya karena mengejar keuntungan sehingga
membuatnya berlari yang dihalalkan oleh Allah. Untuk mengatasi itu semua Islam hadirlah pasar
modal syariah. Beberapa instrumen yang diperdagangkan dipasar modal diantaranya adalah
saham Syariah. Tapi sayangnya saham syariah ini belum terlalu dikenal banyak orang karena
Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah masih minim,hal ini
dikarenakan: Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah, Minat pemodal atas efek
syariah, Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah, Pola pengawasan (dari sisi syariah)
oleh lembaga terkait, Pra-proses (persiapan) penerbitan Efek syariah, Kelembagaan atau Institusi
yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal syariah di Indonesia. Saham adalah surat
bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam
nominal dan porsentase tertentu. Sementara itu, saham merupakan jumlah satuan dari modal
kooperatif yang sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara berdagang, dan harganya bisa
berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan dan kerugian atau kinerja perusahaan tersebut

Pengaturan mengenai prinsip-prinsip syariah pada obligasi syariah sudah diatur secara lengkap
pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, meliputi Undang-Undang No.8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal Syariah, Peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh OJK serta fatwa
DSN-MUI yang mengatur lebih lanjut terkait prinsip dalam obligasi syariah, proses penerbitan,
akad-akad dalam obligasi syariah. Namun pada prakteknya dalam penerapan mekanisme prinsip
syariah pada obligasi syariah masih sering dijumpai praktek obligasi syariah yang tidak berbeda
seperti obligasi konvensional karena masih kurang mengedepankan dan mematuhi aturan-aturan
terkait obligasi syariah. Pada dasarnya semua aktivitas usaha yang dilakukan oleh seorang
muslim harus terbebas dari unsur unsur yang haram sebagai suatu bentuk ketaatan terhadap
prinsip-prinsip syariah. kaidah muamalah sudah seharusnya diterapkan sesuai dengan prinsip dan
ajaran yang mengatur sehingga mulai dari akad dan mekanismenya sesuai dengan syariah dalam
Hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta,
2006.

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia. Kencana, Jakarta, 2009.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga Keuangan Syariah,( Jakarta:
Prenada Media, 2009)

Hasan, Ali masail fiqiyah zakat,pajak,asusransi dan lembaga keuagan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hal 155-158

Manan, Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta : Kencana media group, 2009)

Anda mungkin juga menyukai