Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kota Tasikmalaya merupakan kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di
jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki banyak potensi daerah dan
sumber daya alam yang kaya dan perlu dikembangkan, antara lain berupa potensi
pertanian meliputi sektor peternakan dan perikanan, potensi perdagangan, potensi
industri yang diantaranya berupa komoditas bordir, kerajinan batik, dan payung
geulis, potensi pariwisata, dan masih banyak potensi lainnya. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, isu strategis adalah
kondisi/hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan
pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah.
Kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak
diantisipasi akan menimbulkan kerugian lebih besar atau sebaliknya, dalam hal
tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam jangka panjang. Karakteristik isu strategis adalah kondisi/hal
bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak bersifat
kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang.

Mengingat permasalahan pembangunan sangat banyak dan kompleks


seperti diuraikan di atas, maka untuk menentukan permasalahan yang akan
dijadikan bahan isu strategis perlu diidentifikasi terlebih dulu isu global, nasional,
regional, dan lokal sesuai dinamika yang berkembang saat ini. Bappeda Kota
Tasikmalaya sebagai organisasi pemerintah yang menangani rencana
pembangunan daerah berperan penting dalam hal tersebut, sehingga perlu bekerja
sama dengan setiap dinas-dinas terkait dalam hal penyebaran informasi dimaksud.
Saat ini pemerintah Kota Tasikmalaya yang diantaranya Bappeda dan dinas
terkait tersebut yaitu Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan serta Dinas
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
selain belum terhubung satu sama lain dalam satu sistem untuk penyebaran dan
manajemen informasi potensi daerah, juga belum memiliki sistem informasi yang
dapat menyediakan informasi-informasi melalui media internet khususnya yang
berbentuk peta mengenai potensi daerah yang dimiliki untuk menunjang potensi
dari isu – isu strategis yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Payung Geulis Tasikmalaya?
2. Bagaimana proses pembuatan Payung Geulis Tasikmalaya?
3. Bagaimana fungsi, bentuk dan estetik Payung Geulis Tasikmalaya?
4. Seperti apa keadaan Industri Payung Geulis Tasikmalaya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dari Payung Geulis
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan kriya Payung Geulis
Tasikmalaya
3. Untuk mengetahui fungsi, bentuk dan estetik Payung Geulis
4. Untuk mengetahui keadaan Industri Payung Geulis Tasikmalaya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya


Masyarakat sunda merupakan masyarakat yang terbuka terhadap
perubahan, akan tetapi bagi masyarakat sunda, kebudayaan dapat di terima atau
ditolak tergantung dengan tradisi dan kebudayaannya. Pada awalnya industri
kerajinan ini merupakan milik etnis China yang bermukim di jalan Babakan
Payung, Kota Tasikmalaya. Orang China membawa payung dari daerahnya dan di
kenalkan kepada masyarakat Tasikmalaya dan masyarakat Tasikmalaya sangat
menyukai payung yang dibawa oleh orang China tersebut. Kemudian masyarakat
Tasik-pun mengembangkannya menjadi kerajinan Tasikmalaya. Ketika industri
ini mulai menguntungkan secara ekonomis maka mulai banyak warga sekitar yang
beralih pekerjaan. Dan salah satu yang menjadi pengrajin payung, adalah Bapak
Warsono, yang pada awalnya bekerja sebagai petani kemudian beralih bekerja
pada industri payung milik Ban Lee (etnis China), dan akhirnya mendirikan
kerajinan payung geulis di Desa Panyingkiran, Kecamatan Indihiang.
Payung Geulis merupakan ikon dari Kota Tasikmalaya yang keberadaannya
hampir punah. Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1926 dipakai oleh
none–none Belanda. Payung geulis yang terbuat dari bahan kertas dan kain
mengalami masa kejayaan pada era 1955 sampai 1968. Namun masa kejayaan itu
berangsur-angsur surut setelah pemerintah pada tahun 1968 menganut politik
ekonomi terbuka. Sehingga payung buatan pabrikan dari luar negeri masuk ke
Indonesia. Hal ini berdampak pada hancurnya usaha kerajinan payung geulis di
Tasikmalaya. Usaha kerajinan ini mulai bersinar kembali sejak tahun 1980-an.
Para perajin mulai membuka kembali usaha pembuatan payung walau dalam
jumlah kecil.
Agar kerajinan ini dapat terus bertahan, Pemerintah Kota Tasikmalaya telah
melakukan berbagai pembinaan, diantaranya pelatihan dan bantuan peralatan agar
perajin dapat meningkatkan kualitas. Pemerintah Kota Tasikmalaya juga membuat
peraturan untuk mewajibkan penggunaan payung geulis sebagai hiasan depan
pintu disetiap hotel, perkantoran dan rumah makan yang ada di wilayah Kota
Tasikmalaya.
Payung merupakan alat pelindung dari hujan dan panas sedangkan Geulis
memiliki arti elok atau molek sehingga Payung Geulis memiliki arti payung
cantik yang bernilai estetis. Terdapat dua motif payung geulis yaitu motif hias
geometris berbentuk bangunan yang lebih menonjol seperti garis lurus, lengkung
dan patah-patah, dan motif hias non geometris diambil dari bentuk alam seperti
manusia, hewan dan tanaman.
Payung geulis ini rangkanya terbuat dari bambu. Setelah dirangkai dan dipasangi
kain dan kertas, ujung payung dirapikan dengan menggunakan kanji. Agar
menarik, rangka bagian dalam diberi benang warna–warni. Proses pembuatan
payung ini bergantung pada sinar matahari, karena setelah diberi kanji, payung
dijemur hingga keras. Payung kemudian diberi warna, serta dilukis dengan corak
bunga. Semua proses pembuatan payung geulis dibuat secara manual dengan
buatan tangan/handmade kecuali gagang payung dibuat dengan menggunakan
mesin.
Pembuat payung geulis ini, umumnya para orang tua yang menguasai kerajinan
ini secara turun temurun, seperti Mak Cicih istri dari A. Sahrod (Alm). Saat ini
nyaris hanya sedikit perajin yang masih menekuni pembuatan payung ini, sekitar
empat unit usaha. Para perajin payung geulis berdomisili di Panyingkiran
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Saat ini setelah bapak meninggal usaha
payung geulis ini diteruskan oleh menantu mak cicih yaitu Pak Warsono dan
istrinya.
Harga payung ini di pasaran lokal sangat murah. Untuk satu payung ukuran kecil
hanya dihargai Rp. 20.000, sedangkan ukuran sedang sampai ukuran besar
berkisar Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000. Pesanan terbanyak saat ini datang dari
Kedutaan Amerika.
Terhambatnya perkembangan usaha perajin payung karena perajin belum mau
melakukan inovasi dan kreativitas produk dan masih tetap mempertahankan
model dan motiflama; Para generasi muda enggan menekuni kerajinan membuat
payung ini karena upahnya sangat kecil, membutuhkan ketelitian dan kesabaran
dalam proses pembuatannya dan payung hanya dibuat berdasarkan pesanan;
Pemasaran payung geulis masih terbatas; dan modal kerja yang masih terbatas.
Keberadaan industri kerajinan payung geulis di Kecamatan Indihiang tidak
dapat dilepaskan dari industri kerajinan payung geulis di Tasikmalaya.
Diperkirakan industri ini telah ada di wilayah Kecamatan Tasikmalaya pada
sekitar abad ke-19. Usaha kerajinan merupakan suatu kegiatan yang diwariskan
dari generasi satu ke generasi berikutnya, sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi
ciri khas masyarakat di Kecamatan Indihiang.
Perkembangan awal industri kerajinan payung geulis di Kecamatan
Indihiang tidak dapat dilepaskan dari peranan H. Syahrod yang telah tiada.
Namun
kini dilanjutkan oleh generasi ke-empat dari keturunan beliau. Setelah memiliki
modal sendiri dan menguasai bidang usaha ini, beliau mendirikan industri
kerajinan payung geulis di Kecamatan Indihiang, tepatnya di Desa Panyingkiran.

2.2 Proses Pembuatan Payung Geulis


Kerajinan payung geulis sangat unggul pada keunikan dan cara
pembuatannya, karena payung geulis terbuat secara handmade atau buatan asli
tangan orang Tasikmalaya, namun pada Weaknes ( kelemahan) payung geulis
mempunyai kelemahan tersendiri mulai dari kurangnya promosi, kurang dapat
dipakai dalam pemakain sehari-hari dalam jangka waktu yang lama, upah
pembuatan yang minim tidak sebanding dengan pembuatan yang prosesnya
cukup lama tergantung pada cuaca dan bahan yang tersedia. Threat (ancaman)
pada payung geulis juga mendapatkan masalah yang sangat serius karena
persaingan payung plastik yang menggunakan bahan modern yang bisa dipakai
dalam jangka waktu yang lama.
Sepertinya tidak mungkin kalau dalam proses pembuatan payung geulis di buat
oleh satu orang pengrajin dari awal sampai selesai, mungkin karena prosesnya
yang sulit dan rumit serta keterbatasan kemampuan manusia itu sendiri sehingga
harus melibatkan orang lain. Ada sebuah nilai kehidupan yang dapat kita ambil di
sana yaitu saling berbagi dengan orang lain untuk dapat menikmati atau berbagi
hasil keuntungan yang di peroleh dalam setiap tahapan dan proses pembuatan
payung geulis.

Beberapa bagian atau komponen payung yang harus di buat oleh beberapa orang
pengrajin lain diantaranya,

1. Pembuatan rangka payung


Proses pembuatan rangka payung geulis ini harus melibatkan banyak orang dan
kelompok orang juga minimal dua orang. pembuatan ( bola bola ) bagian tengah
payung geulis yang terbuat dari kayu sebagai bagian pengikat jari jari payung,
orang yang mengerjakan bagian ini adalah orang yang harus ahli dalam bidang
perkayuan, dari proses mencari bahan kayu, memotong dan menggergaji sampai
membentuknya dengan cara di bubut.
Pengrajin rangka payung geulis
Memasang jari jari payung
Pembuatan jari jari payung yang terbuat dari bambu yang di bentuk dan di potong
serta di raut serta di lobagi dengan mata bor kecil, pembuatan jari jari ini di buat
dua bagian, bagian bagian atas atau di sebut usuk dan bagian dalam atau di sebut
sanggah yang keduanya berbeda bentuk dan ukuran.
Pembuatan bagian bagian tersebut bisa berbeda beda tergantung ukuran payung
yang akan di buat misalnya ada payung yang berukuran diameter 30 cm, 40 cm,
50 cm, 70 cm, 80cm, 100 cm, 120cm bahkan ada yang lebih besar lagi sesuai
keinginginan pemesan atau pembeli. Proses terakhir dalam pembuatan rangka
payung ini adalah memasang semua jari jari pada bagian kayu ( bola bola )
dengan cara di ikat dengan tali ( tiir ), proses pemasangan ini melibatkan orang
yang berbeda juga, umumnya ibu ibu yang mengerjakan pemasangan ini.

2. Pembuatan gagang atau pegangan payung

Orang atau pengrajin yang mengerjakan pembuatan gagang atau pegangan ini
adalah orang yang ahli dalam bidang perkayuan, dari mulai mencari bahan yang
bagus dan berkualitas sampai membentuk dengan cara di potong dan di belah
dengan gergaji kemudian di bubut sehingga bagian gagang atau pegangan menjadi
siap di gunakan dan di pasang pada payung geulis.

Beberapa bagian gagang yang harus di buat yaitu membuat gagang, bagian
pegangan dan memasang kawat pengunci pada bagian tengah gagang. Pembuatan
ujung payung ( kuncung ) sebagai penghias juga di kerjakan dengan cara di bubut
dan di haluskan.

3. Membuat sebuah payung geulis menjadi siap pakai dan siap jual
Kedua proses bagian 1 dan 2 adalah pembuatan komponen utama yang terpenting
pada payung geulis, orang yang mengerjakan proses ini atau pemasangan kertas
atau kain dan finishing adalah orang yang berbeda lagi dan melibatkan beberapa
orang yang berpengalaman, Beberapa tahapan yang mereka lakukan adalah
Pemasangan benang pada rangka payung bagian sisi dan rangka pada gagang
Pemasangan bagian atas atau penutup payung dari kain atau kertas ( terap ),
Memasang benang bagian dalam ( rarawat ),
Mengecat semua bagian payung yang harus di cat (gagang dan payung kertas)
Menjahit bagian ujung payung untuk payung yang terbuat dari bahan kain,
Melukis atau menggambar
Memasang / menyetel seluruh bagian bagian payung menjadi sebuah payung yang
bisa di gunakan termasuk memasang gagang atau pegangan dan bagian ujung (
kuncung ) serta hiasan kertas pada ujung bagian tengah ( omyok )

Semua proses produksi banyak orang yang terlibat, pembuatan satu buah payung
mungkin bisa di buat oleh satu orang tapi dalam jumlah yang banyak sepertinya
tidak mungkin . Sebenarnya kalau kita telusuri yang di sebut pengrajin payung
geulis adalah banyak dari mulai pembuatan rangka payung, gagang payung
sampai pada proses penyelesaian menjadi sebuah payung yang siap pakai dan siap
jual.

Dalam proses pemasaran payung geulis Tasikmalaya umumnya mereka sudah


mempunyai pelanggan atau pembeli masing masing yang biasa datang dan
memesan produk mereka, biasanya pelanggan mereka datang langsung ke tempat
pengrajinnya atau memesan lewat telepon atau sms dan mengirim payungnya ke
pelanggannya tanpa harus bertemu langsung.

2.3 Fungsi, Bentuk dan Estetik Payung Geulis


Pada umumnya payung berfungsi hanya sebagai pelindung diri dari hujan
ataupun sengatan matahari, namun payung geulis ini mempunyai nilai lebih dan
fungsi yang berbeda dengan payung yang lain yaitu sebagai penghias para
mojang-mojang Tasik yang sedang memakai kebaya pada acara-acara tertentu,
contohnya pada acara perkawinan, upacara adat ataupun upacara kematian, dan
bisa dipakai untuk penghias hotel, restoran, atau tempat pariwisata lainnya guna
menambah keunikan tersendiri untuk menarik perhatian wisatawan.
Payung biasanya dibuat oleh mesin-mesin modern, namun pada payung
geulis berbeda cara pembuatannya yakni masih dengan cara handmade, namun
hanya pembuatan gagang saja yang memakai mesin. Masyarakat Panyingkiran
menyebutnya dengan genjer atau lebih modernnya disebut mesin bor. Dalam
proses pembuatan payung diperlukan beberapa tahapan; Tahapan Pertama, rangka
payung yang sudah tersedia, pengrajin memasang kertas berbentuk bulat yang
besar – kecilnya tergantung ukuran payung yang dibuat, tahapan pertama ini
dikerjakan oleh laki-laki; Tahapan Kedua, adalah “ngararawat”, yaitu memasang
benang pada bagian dalam payung, tahapan ini dikerjakan oleh wanita. Proses ini
merupakan tahapan yang cukup rumit dan memerlukan kesabaran, ketelitian,
ketekunan, dan keuletan. Sehingga dalam memasang benang dilakukan oleh
wanita. Tahapan Ketiga, kertas dan benang sudah terpasang pada rangka payung,
lalu dilakukan proses pemolesan kanji tapioka atau lem agar menjadi kaku, setelah
itu dilakukan pengecatan, biasanya cat yang digunakan seperti biru, merah,
kuning, hijau dibuat sesuai keinginan oleh pemesan. Setelah dicat, payung
dijemur
dibawah terik matahari; Tahapan Keempat, melukis diatas payung. Motif lukisan
yang dibuat biasanya berupa bunga, batik, dan hewan seperti kupu-kupu,
tergantung pemesanan; Tahapan terakhir adalah dipernis agar payung yang
dihasilkan lebih menarik dan motif lukisannya lebih hidup. Selanjutnya adalah
“nyetel” (pemasangan gagang).
Payung geulis pada masa lalu merupakan mode mojang Tasik, karena
berkebaya tidak akan sempurna kecantikannya bila tidak membawa payung geulis
yang berfungsi untuk melindungi wajah cantiknya dari sengatan matahari dan
hujan.
Bagi masyarakat Tasikmalaya payung geulis merupakan salah satu warisan
budaya dan mata pencaharian sehari-hari. Namun di masa modern sekarang ini
payung geulis beralih fungsi yang semula untuk dipakai dalam kehidupan
seharihari yaitu sebagai pelindung dari panas dan hujan sekarang menjadi sebuah
kerajinan tangan untuk upacara adat, pernikahan, dsb. Para pekriya yang semula
menggantungkan hidupnya dalam kriya ini tinggal tersisa beberapa orang saja dan
beralih profesi. Di Tasikmalaya pekriya payung geulis yang masih bertahan hanya
lima pekriya di antaranya yang terdapat di sentra payung geulisPanyingkiran
(Mandiri, Karya Utama, Hasta Karya, dan Naila) serta Babakan Payung. Selain
karena jumlah pekriya tinggal hitungan jari, eksistensi payung geulis terancam
punah karena tidak adanya penerus yang piawai membuat kerangka payung.
Kontruksi rangka payung kini hanya tinggal dua orang yakni kakek Didi dan
usianya sudah menginjak 73 tahun, serta bapak Agus yang meneruskan usaha
ayahnya yang telah meninggal dunia. Mereka tinggal di kawasan Taman Sari kota
Tasikmalaya. Keberadaan payung geulis semakin sulit ditemukan. Fungsi
penggunaan payung yang terbatas sebagai aksesori dan kegiatan tertentu,
membuat payung geulis tidak bisa dipasarkan secara luas. Melihat masalah
tersebut kemungkinan terbesar adalah payung geulis terancam punah secara
bahan, ketahanan, generasi dsb. Secara teknis payung geulis masih sedikit yang
mendata untuk dapat digunakan atau dikembangkan pada masa selanjutnya baik
itu ukuran, bahan, motif, pegangan, dll. Serta minat penelitian terhadap benda
tradisional masih kurang dan sedikit, ini menjadi dorongan untuk melakukan
penelitian terhadap Payung Geulis.
Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengkaji payung geulis khususnya dari
segi estetik payung geulis Tasikmalaya. Berkaitan dengan visual estetik dari
payung geulis, penulis dapat mengkaji banyak hal mulai dari bentuk, warna,
(Nova Juwita, 2014)

2.4 Analisis Penelitian Industri Payung Geulis Tasikmalaya


Kerajinan payung geulis sangat unggul pada keunikan dan cara
pembuatannya, karena payung geulis terbuat secara handmade atau buatan asli
tangan orang Tasikmalaya, namun pada Weaknes ( kelemahan) payung geulis
mempunyai kelemahan tersendiri mulai dari kurangnya promosi, kurang dapat
dipakai dalam pemakain sehari-hari dalam jangka waktu yang lama, upah
pembuatan yang minim tidak sebanding dengan pembuatan yang prosesnya
cukup lama tergantung pada cuaca dan bahan yang tersedia. Threat (ancaman)
pada payung geulis juga mendapatkan masalah yang sangat serius karena
persaingan payung plastik yang menggunakan bahan modern yang bisa dipakai
dalam jangka waktu yang lama.
Terhambatnya perkembangan usaha pengrajin payung karena kurangnya
sarana media promosi sehingga para pengrajin sulit untuk memperkenalkan
kerajinan payung geulis kepada masyarakat luas. Mereka hanya mengandalkan
pemesanan yang sudah jelas saja. Generasi muda enggan menekuni kerajinan
membuat payung ini karena upahnya sangat kecil, membutuhkan ketelitian dan
kesabaran dalam proses pembuatannya, kurang efektifnya promosi untuk menarik
perhatian masyarakat untuk ingin mengenal payung geulis, karena masyarakat dan
pengusaha-pengusaha wisata tidak mengenal apa itu payung geulis dan bagaimana
cara pembuatan payung geulis yang dibuat secara handmade, promosi yang baik
dan tepat untuk memperkenalkan payung geulis, dan bagaimana cara pembuatan
payung geulis, maka para konsumen dan pengusaha agrobisnis tidak akan
membeli dengan harga murah dan para pengrajin pun tidak akan menerima upah
yang kecil.

Masyarakat Tasikmalaya bekerja pada sektor industri terutama industri kecil atau
menengah, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka masyarakat industri yang
tersebar di wilayah Tasikmalaya seperti industri batik tulis, bordir, anyaman
mendong, dan industri payung geulis. A. Darmawan (1986) berpendapat bahwa :
“Pada umumnya masyarakat industri berpandangan luas, obyektif dan
optimis tanpa meninggalkan system kepercayaan dan system nilai yang
ada, serta menghargai setiap perubahan yang terjadi khususnya dalam
bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan, cenderung ke kehidupan
sekularitis sehingga agama tidak lagi mendasari pandangan hidup dan
aktivitas seseorang”.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian payung geulis Tasikmalaya yang
mengalami penurunan produksi, dari mulai pindah profesi para pengrajin dan
kurangnya promosi pengenalan payung geulis, yang sebelumnya payung
geulis
merupakan salah satu kerajinan yang membantu perekonomian masyarakat
dan
payung geulis merupakan hasil karya masyarakat Tasikmalaya yang
mempunyai
nilai seni yang sangat tinggi, maka payung geulis seharusnya lebih
dibudidayakan
lagi karena selain sebagai penghias atau pelengkap tarian tradisional ataupun
upacara adat. Payung geulis juga bisa di banggakan di seluruh negeri.karena
bahan-bahannya pun tersedia di Indonesia dan tradisional, tanpa
menambahkan
ornamen-ornamen yang modern. Dengan kondisi penurunan produksi dan
pindah
profesi pengrajin payung geulis saat ini, media promosi bersifat persuasif
sebagai
sarana untuk mengenalkan produk payung geulis kepada masyarakat awam
sangatlah membantu untuk pelestarian kerajinan payung geulis, dengan tujuan
masyarakat tahu tentang payung geulis dan tertarik terhadap payung geulis,
pengrajin pun tidak beralih profesi tetap memproduksi untuk alat penghias.
DAFTAR PUSTAKA
Web kota tasik Malaya,
http://tasikmalayakota.go.id/tinymcpuk/gambar/File/rpjmd
Andikatanj, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/624
https://www.tarumpah.com/2014/03/proses-pembuatan-payung-geulis-
kertas.html
A. Dharmawan. 1986. Aspek-Aspek dalam Sosiologi Industri. Bandung;
Binacipta.

Nova Juwita, 2014. Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya. Universitas


Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. ABSTRAK.

Anda mungkin juga menyukai