Anda di halaman 1dari 60

i

JUDUL

LAPORAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN IIIB
ANGKATAN VII
PROVINSI BANTEN

Peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk Pasien dengan Penyakit


Tidak Menular di Lingkungan Kecamatan Citangkil

NAMA : Rafika Lestari, S.Farm., Apt.


JABATAN : Apoteker Ahli Pertama
UNIT KERJA : UPTD Puskesmas Citangkil
ISU UTAMA : Masih rendahnya pengetahuan
masyarakat di Kecamatan Citangkil
tentang penggunaan obat yang baik dan
benar
COACH : Ir. Rachmat Soegiharto
MENTOR : drg. Novita Ambar Uma

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
JALAN RAYA LINTAS TIMUR KM 4 KARANGTANJUNG PANDEGLANG
2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN IIIB ANGKATAN VII
PROVINSI BANTEN

Peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk Pasien dengan Penyakit Tidak Menular
di Lingkungan Kecamatan Citangkil

NAMA : Rafika Lestari, S.Farm., Apt.


JABATAN : Apoteker Ahli Pertama
UNIT KERJA : UPTD Puskesmas Citangkil
ISU UTAMA : Masih rendahnya pengetahuan
masyarakat di Kecamatan Citangkil
tentang penggunaan obat yang baik dan
benar
COACH : Ir. Rachmat Soegiharto
MENTOR : drg. Novita Ambar Uma

Menyetujui,
Mentor Peserta

drg. Novita Ambar Uma Rafika Lestari, S.Farm., Apt.


NIP 197511292002122002 NIP 199604092019022002

Mengetahui,
Coach

Ir. Rachmat Soegiharto


NIP 196605232001121001
iii

DESKRIPSI SINGKAT

Masalah saat ini: Kegiatan: Rincian kegiatan:


Fungsi yang Efek/Dampak
Masih rendahnya Peningkatan Penyuluhan tentang meningkat: kegiatan:
pengetahuan Pelayanan penggunaan obat,
Meningkatnya Meningkatnya
masyarakat Informasi Obat PIO dengan
pengetahuan kesadaran dan
Kecamatan (PIO) untuk pasien checklist,
masyarakat tentang kepatuhan
Citangkil tentang dengan penyakit penyusunan leaflet
obat mengonsumsi obat
obat tidak menular dan poster, evaluasi

Kegiatan aktualisasi ini adalah penerapan peningkatan Pelayanan Informasi Obat


(PIO) untuk pasien dengan penyakit tidak menular yang dilatarbelakangi oleh masih
rendahnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Citangkil tentang penggunaan obat yang
baik dan benar.

Tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu meningkatnya kesadaran dan kepatuhan dalam
mengonsumsi obat pada masyarakat secara umum dan pada pasien penderita penyakit tidak
menular secara khusus, melalui terwujudnya output kunci:

1. Terlaksananya penyuluhan tentang penggunaan obat


2. Terlaksananya pelayanan informasi obat dengan checklist
3. Terbitnya leaflet tentang penggunaan obat
4. Terbitnya poster tentang penggunaan obat
5. Terlaksananya evaluasi dan penyusunan tindakan korektif

Kegiatan aktualisasi ini secara keseluruhan diselesaikan dalam waktu 5 minggu mulai
dari tanggal 10 Juni 2019 sampai dengan tanggal 13 Juli 2019.
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga aktualisasi program kerja pada latihan dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Provinsi Banten tahun 2019 ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga
dan sahabat. Dengan penuh rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan aktualisasi yang
berjudul “Peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk Pasien dengan Penyakit Tidak
Menular Di Kecamatan Citangkil” sebagai salah satu syarat kelulusan latihan dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Provinsi Banten tahun 2019. Maksud dan tujuan
dari disusunnya laporan hasil aktualisasi ini, yaitu:

1. Sebagai sarana atau media bagi peserta Latsar untuk melakukan habituasi
(pembiasaan) nilai-nilai dasar ASN yang terdiri dari ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Dengan penerapan
nilai-nilai ini diharapkan setiap CPNS dapat memahami bahwa semakin baik nilai-nilai
dasar ASN diterapkan dalam bekerja, maka semakin berkualitas hasil kerja seorang
ASN, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun pelayanan publik.
2. Sebagai sarana untuk melatih peserta Latsar CPNS melakukan Organizational
Scanning, Analysis, dan Problem Solving, yang terefleksikan dari berbagai persoalan
organisasi yang teridentifikasi, dari analisis penyebab masalah, dan dari berbagai
alternative tindakan yang bias dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Pelaksanaan dan penyusunan laporan aktualisasi ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan
izin Allah SWT dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drg. Novita Ambar Uma, selaku Kepala UPTD Puskesmas Citangkil dan selaku mentor
yang telah membimbing, membantu, dan memfasilitasi selama pelaksanaan
aktualisasi dan penyusunan laporan ini.
2. Ir. Rachmat Soegiharto, selaku coach yang telah membimbing, membantu, dan
memfasilitasi kebutuhan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan aktualisasi ini.
v

3. Segenap jajaran pejabat dan staff BKPP Kota Cilegon yang telah memberikan
kesempatan CPNS 2019 Kota Cilegon untuk mengikuti Latsar.
4. Segenap jajaran pejabat dan staff BPSDMD Provinsi Banten atas terlaksananya Latsar
CPNS 2019.
5. Latsar Angkatan VII Kota Cilegon atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusuanan laporan aktualisasi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan selalu terbuka menerima kritik dan
saran untuk membantu menyempurnakan tulisan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang membutuhkan khususnya
dibidang farmasi.

Pandeglang, Juli 2019

Rafika Lestari, S.Farm., Apt.


vi

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................................... ii
DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................. x
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Isu .............................................................................................................................. 2
1.3. Masalah yang Diangkat ................................................................................................................ 3
1.4. Analisis Dampak Masalah ............................................................................................................ 3
1.5. Relevansi dengan Tupoksi/Tusi .................................................................................................... 4
1.6. Analisis Penyebab Masalah .......................................................................................................... 5
1.7. Alternatif Solusi/Gagasan Pemecahan Masalah .......................................................................... 6
1.8. Jenis Inovasi ................................................................................................................................. 7
1.9. Tahapan Pemecahan Masalah ..................................................................................................... 7
1.10. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan ..................................................................................... 10
1.11. Tujuan yang Ingin Dicapai ........................................................................................................ 15
1.12. Sasaran ..................................................................................................................................... 15
1.13. Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 16
1.14. Jadwal Kegiatan........................................................................................................................ 16
1.15. Potensi Kendala........................................................................................................................ 16
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 17
2.1. Nilai-Nilai Dasar ASN .................................................................................................................. 17
2.1.1. Akuntabilitas ....................................................................................................................... 17
2.1.2. Nasionalisme ....................................................................................................................... 18
2.1.3. Etika Publik .......................................................................................................................... 21
2.1.4. Komitmen Mutu .................................................................................................................. 23
2.1.5. Anti Korupsi ......................................................................................................................... 24
2.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI..................................................................................... 27
2.2.1. Manajemen ASN ................................................................................................................. 27
vii

2.2.2. Whole of Government (WoG) ............................................................................................. 28


2.2.3. Pelayanan Publik ................................................................................................................. 29
2.3. Profil Unit Kerja dan Tupoksi/Tusi ............................................................................................. 30
2.3.1. Visi Misi ............................................................................................................................... 30
2.3.2. Nilai-nilai Organisasi............................................................................................................ 30
2.3.3. Susunan Organisasi ............................................................................................................. 31
2.3.4. Program Kesehatan ............................................................................................................. 32
2.3.5. Deskripsi Unit Kerja ............................................................................................................. 32
2.3.6. Tupoksi/Tusi ........................................................................................................................ 34
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................ 36
3.1. Hasil Capaian dan Output Kunci................................................................................................. 36
3.2. Pembahasan ............................................................................................................................... 37
BAB IV: PENUTUP .................................................................................................................................. 41
4.1. Kesimpulan................................................................................................................................. 41
4.2. Rencana Tindak Lanjut ............................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 42
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 43
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Urgency Seriousness dan Growth ................................................................................ 3


Tabel 2. Analisis Dampak Masalah .......................................................................................................... 4
Tabel 3. Relevansi Masalah dengan Tupoksi/Tusi .................................................................................. 4
Tabel 4. Analisis Cost to Benefit Ratio .................................................................................................... 6
Tabel 5. Jenis Inovasi Kegiatan ................................................................................................................ 7
Tabel 6. Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pemecahan Masalah ............................................................. 8
Tabel 7. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan .................................................................................... 10
Tabel 8. Jadwal Kegiatan Aktualisasi ..................................................................................................... 16
Tabel 9. Potensi Kendala ....................................................................................................................... 16
Tabel 10. Tata Nilai Organisasi UPTD Puskesmas Citangkil .................................................................. 30
Tabel 11. Capaian Output Kunci............................................................................................................ 36
Tabel 12. Nilai-nilai ASN yang Terhabituasikan .................................................................................... 37
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Analisis Fishbone .................................................................................................... 5


Gambar 2. Struktur Organisasi di UPTD Puskesmas Citangkil .............................................................. 31
Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Citangkil...................................................................................... 32
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyusunan Materi Penyuluhan ....................................................................................... 43


Lampiran 2. Penyampaian Materi Penyuluhan..................................................................................... 44
Lampiran 3. Screening, Penyiapan dan Checklist PIO ........................................................................... 45
Lampiran 4. Pelayanan Informasi Obat................................................................................................. 45
Lampiran 5. Studi Literatur dan Penyusunan Materi Leaflet ................................................................ 46
Lampiran 6. Pemilihan Desain Leaflet ................................................................................................... 47
Lampiran 7. Diskusi dengan Rekan Sejawat .......................................................................................... 47
Lampiran 8. Pencetakan dan Penyebaran Leaflet ................................................................................ 48
Lampiran 9. Pemilihan Desain dan Penyusunan Poster........................................................................ 48
Lampiran 10. Pencetakan Poster .......................................................................................................... 49
Lampiran 11. Pembingkaian dan Pemasangan Poster .......................................................................... 49
Lampiran 12. Penyusunan Materi Hasil Evaluasi .................................................................................. 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintahan dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintahan. Pengertian
tersebut sesuai dengan Undang – Undang nomor 5 tahun 2014. Peran Aparatur Sipil Negara
(ASN) sudah ditetapkan pada pasal 12, yaitu “Sebagai perencana, pelaksana dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional, melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN yang profesional salah satunya
melalui Latihan Dasar CPNS. Latihan Dasar CPNS ini dilaksanakan dalam rangka membentuk
nilai-nilai dasar profesi ASN, sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
professional sebagai pelayan masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan


Latihan Dasar CPNS, yang memungkinkan peserta untuk mampu menginternalisasikan nilai-
nilai dasar ASN dengan cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat
tugas/magang, sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Dengan demikian
nilai-nilai dasar ASN tersebut terpatri kuat dalam dirinya.

Latihan Dasar CPNS diorientasikan agar nilai-nilai dasar ANEKA mampu


menginternalisasi pada diri setiap CPNS. Selain itu, juga dituntut untuk mampu
mengaktualisasikannya pada instansi kerja masing-masing. Muaranya adalah terbentuknya
ASN profesional yang produktif, efektif dan efisien dalam bekerja serta memiliki jiwa
nasionalisme, etika publik, berkomitmen untuk menjunjung mutu, berkomitmen untuk
bekerja secara akuntabel serta berkomitmen untuk anti korupsi.

Melalui kegiatan Latihan Dasar CPNS yang dilaksanakan, diharapkan CPNS memiliki
kemampuan Organizational Scanning, Analysis, dan Problem Solving yang dapat bermanfaat
untuk organisasinya. Dengan kemampuan Organizational Scanning, Analysis, dan Problem
Solving tersebut diharapkan CPNS menjadi ASN yang peka terhadap masalah yang terjadi di
masyarakat dan tergerak untuk menjadi bagian dari solusi bagi masalah tersebut.

1
2

Kondisi yang sekarang terjadi di UPTD Puskesmas Citangkil yaitu masih belum
optimalnya implementasi nilai-nilai dasar ASN dalam masing-masing individu pegawai. Hal ini
terbukti dengan masih ditemukannya pegawai yang datang terlambat dan tidak mengenakan
atribut seragam yang lengkap. Kemudian masih ditemukan pula pegawai yang belum dapat
memanfaatkan sistem systemogi informasi dengan semestinya sehingga dapat menghambat
proses pelayanan.

Dengan adanya Latsar CPNS ini diharapkan dapat mewujudkan ASN yang profesional
yang produktif, efektif dan efisien dalam bekerja serta memiliki jiwa nasionalisme, etika
publik, berkomitmen untuk menjunjung mutu, berkomitmen untuk bekerja secara akuntabel
serta berkomitmen untuk anti korupsi sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi
optimal.

1.2. Identifikasi Isu


Isu adalah masalah yang belum terpecahkan dan siap untuk selanjutnya diambil
keputusan. Isu dapat pula dikatakan sebagai kesenjangan antara kondisi di lapangan dengan
harapan.

Keseharian pekerjaan apoteker yang dilaksanakan pada unit apotek di UPTD


Puskesmas Citangkil yaitu penyusunan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat), Penyimpanan dan pencatatan perbekalan farmasi, pendistribusian perbekalan farmasi
ke unit-unit kerja, pengawasan perbekalan farmasi di unit-unit kerja, pelayanan resep,
pemberian informasi obat dan Pembinaan calon tenaga kefarmasian yang melaksanakan PKL
(Praktek Kerja Lapangan) di Puskesmas. Dalam pelayanan kefarmasian di unit apotek UPTD
Puskesmas Citangkil, beberapa isu yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Citangkil tentang


penggunaan obat yang baik dan benar
2. Masih lambatnya pelayanan di unit apotek UPTD Puskesmas Citangkil
3. Belum sinkronnya antara jumlah obat dalam kartu stock dan jumlah obat
sesungguhnya di unit apotek UPTD Puskesmas Citangkil
4. Masih banyaknya kesalahan dalam penulisan resep yang ditujukan ke unit
apotek UPTD Puskesmas Citangkil
3

1.3. Masalah yang Diangkat


Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah
dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.
3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Matriks USG yang digunakan pada isu yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Urgency Seriousness dan Growth

No Masalah U S G Total Rank


Masih rendahnya pengetahuan masyarakat di
1. Kecamatan Citangkil tentang penggunaan obat 5 5 4 14 1
yang baik dan benar
Masih lambatnya pelayanan di unit apotek UPTD
2. 4 3 3 10 3
Puskesmas Citangkil
Belum sinkronnya antara jumlah obat dalam kartu
3. stock dan jumlah obat sesungguhnya di unit 3 3 4 10 3
apotek UPTD Puskesmas Citangkil
Masih banyaknya kesalahan dalam penulisan
4. resep yang ditujukan ke unit apotek UPTD 5 4 4 13 2
Puskesmas Citangkil
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)
Hasil skoring pada tabel USG diperoleh melalui diskusi dengan mentor dan rekan sejawat petugas
farmasi.

1.4. Analisis Dampak Masalah


Dampak yang mungkin terjadi apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, antara
lain:
4

Tabel 2. Analisis Dampak Masalah

Dampak bila masalah tidak segera diatasi


Masalah
No.
(Core Issue) Dampak bagi user/
Dampak bagi organisasi
pengguna/ stakeholder
Tidak tercapainya target
Efek terapi yang
program yang
Masih rendahnya diharapkan tidak tercapai
diharapkan
pengetahuan Dapat muncul efek Menurunnya
masyarakat di samping yang tidak kepercayaan masyarakat
Kecamatan diinginkan tehadap organisasi
1.
Citangkil tentang Penyakit tidak terkontrol
penggunaan obat atau menjadi semakin -
yang baik dan parah
benar
Kepatuhan minum obat
-
yang rendah

1.5. Relevansi dengan Tupoksi/Tusi


Dalam dunia kefarmasian telah terjadi pergeseran paradigma yang sebelumnya
product oriented menjadi patient oriented. Oleh karena itu, apoteker yang bekerja pada
fasilitas layanan kesehatan dituntut untuk lebih profesional dalam melayani masyarakat.
Dalam hal pelayanan klinis, tugas dan fungsi apoteker meliputi: pengkajian dan pelayanan
resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring efek samping obat, pemantauan
terapi obat, evaluasi penggunaan obat.

Tabel 3. Relevansi Masalah dengan Tupoksi/Tusi

No. Masalah utama Relevansi dengan Tupoksi/Tusi


Sangat relevan dengan Tusi
Masih rendahnya 
saat ini
pengetahuan masyarakat
Relevan tapi bersinggungan
1. di Kecamatan Citangkil
dengan Tusi unit kerja lain
tentang penggunaan obat
Kurang relevan dengan Tusi,
yang baik dan benar
tetapi dibutuhkan organisasi

Dengan mengangkat core issue “masih rendahnya pengetahuan masyarakat di


Kecamatan Citangkil tentang penggunaan obat yang baik dan benar” maka sangat relevan
dengan tugas dan fungsi apoteker dalam fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
mengedepankan promotif dan preventif dalam hal kesehatan. Melalui sarana edukasi bagi
5

masyarkat merupakan salah satu upaya untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

1.6. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan analisis penyebab masalah menggunakan diagram tulang ikan (fishbone


analysis), maka penyebab-penyebab masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya adalah:
sumber daya manusia, tata laksana, sarana dan prasarana serta dari sisi pengguna layanan.

Gambar 1. Diagram Analisis Fishbone

Terbatasnya jumlah sumber daya manusia di unit apotek yang tidak sebanding
dengan banyaknya jumlah pasien menyebabkan kurangnya pelaksanaan kegiatan PIO
(Pemberian Informasi Obat) dan penyuluhan terkait obat. Hal ini menyebabkan kurangnya
edukasi kepada masyarakat terutama tentang obat.

Selain itu, karena banyaknya jumlah pasien yang harus dilayani per harinya,
menyebakan terbatasnya waktu pelayanan perseorangan untuk tiap-tiap pasien. Pelayanan
obat dituntuk cepat guna menghindari menumpuknya antrean di unit apotek. Hal ini
menyebabkan tidak optimalnya PIO (Pemberian Informasi Obat) kepada pasien.

Dari sisi sarana dan prasarana, belum tersedianya media yang dapat membantu
mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi obat dengan benar. Media
tersebut dapat berupa poster atau leaflet.
6

Mata pencaharian kebanyakan masyarakat di Kecamatan Citangkil adalah sebagai


petani dan buruh pabrik. Tingkat pendidikan rata-rata yang ditempuh oleh masyarakat hanya
sampai jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama). Saat ini, upaya-upaya pengembangan
kesehatan cenderung sulit terlaksana karena tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat
yang masih rendah.

Dari 4 aspek penyebab masalah tersebut di atas, dipilih 3 aspek penyebab masalah
yang diprioritaskan untuk diselesaikan, yaitu:
1. Kesadaran masyarakat yang masih rendah;
2. Belum tersedianya media edukasi; dan
3. Waktu pelayanan yang terbatas.

1.7. Alternatif Solusi/Gagasan Pemecahan Masalah


Berdasarkan sumber masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat diusulkan
alternatif solusi dari masing-masing aspek sumber masalah. Dari aspek pengguna layanan
diusulkan kegiatan penyuluhan tentang penggunaan obat. Dari aspek sarana dan prasarana
diusulkan pembuatan media edukasi berupa leaflet maupun poster. Dari aspek tata laksana
diusulkan pelayanan informasi obat dengan checklist untuk memastikan semua informasi
penting sudah disampaikan. Dan dari aspek sumber daya manusia diusulkan solusi dengan
pelatihan untuk petugas yang melayani di apotek.

Tabel 4. Analisis Cost to Benefit Ratio

Performa
No. Alternatif Solusi Biaya Manfaat Rank
CBR
Penyuluhan tentang
1. 1 3 1/3 1
penggunaan obat
Pembuatan media edukasi
2. 2 3 2/3 3
berupa leaflet
Pembuatan media edukasi
3. 2 3 2/3 3
berupa poster
Pelayanan informasi obat
4. 1 3 1/3 1
dengan checklist
Pelatihan petugas di
5. 1 2 1/2 2
apotek
Keterangan: Skoring manfat dan biaya: tinggi=3, sedang=2, rendah=1.
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
Performa 𝐶𝐵𝑅 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
7

Berdasarkan analisis Cost to Benefit Ratio yang telah dilakukan maka diprioritaskan
solusi yang dijalankan yaitu:
1. Penyuluhan tentang penggunaan obat;
2. Pembuatan media edukasi berupa leaflet;
3. Pembuatan media edukasi berupa poster; dan
4. Pelayanan informasi obat dengan checklist.
Sementara untuk penyelesaian masalah dari aspek sumber daya manusia belum
dapat dilaksanakan karena terbatasnya waktu pelaksanaan aktualisasi/habituasi dan jumlah
sumber daya manusia yang memang terbatas.

1.8. Jenis Inovasi


Tabel 5. Jenis Inovasi Kegiatan

Jenis Inovasi
No. Kegiatan Inovasi Inovasi Inovasi Inovasi
Produk Proses Posisi Paradigma
Penyuluhan tentang
1. 
penggunaan obat
Pembuatan media
2. 
edukasi berupa leaflet
Pembuatan media
3. 
edukasi berupa poster
Pelayanan informasi obat
4. 
dengan checklist

Jenis inovasi dari solusi yang dijalankan yaitu inovasi produk dimana barang yang
berupa leaflet/poster tentang penggunaan obat merupakan hal baru yang sebelumnya belum
dipergunakan di UPTD Puskesmas Citangkil. Untuk pelayanan informasi obat dengan checklist
termasuk dalam inovasi proses dimana produknya tidak berubah namun cara
penyampaiannya yang mengalami perubahan. Sedangkan untuk kegiatan penyuluhan
tentang obat merupakan inovasi paradigma yang diharapkan dapat merubah cara pandang
masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi obat dengan tepat.

1.9. Tahapan Pemecahan Masalah

Kegiatan dan tahapan kegiatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah dijabarkan
dalam tabel berikut.
8

Tabel 6. Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pemecahan Masalah

No. Kegiatan Output Kunci Outcome Tahapan Kegiatan Output Evidence

Tersampaikannya Meningkatnya Materi penyuluhan Dokumen powerpoint


Penyusunan materi
Penyuluhan tentang materi tentang pemahaman dan tersusun Terlampir hal. 43
1.
penggunaan obat penggunaan obat yang kepatuhan Penyampaian Materi Foto
tepat mengonsumsi obat materi tersampaikan Terlampir hal. 43
Screening
Checklist screening
Screening resep administratif dan
Terlampir hal. 44
farmasetis
Tersampaikannya
Pelayanan informasi Terlaksananya Penyiapan dan
informasi Obat dengan etiket Checklist resep
2. obat dengan pelayanan informasi pengecekan obat
minimum terkait sesuai resep Terlampir hal. 44
checklist obat dengan checklist sesuai resep
penggunaan obat
Penyampaian Informasi obat
Foto
informasi obat tersampaikan
Terlampir hal. 44
dengan checklist dengan tepat
Tersusun materi
Studi literatur dan Dokumen word
tentang
penyusunan materi Terlampir hal. 45
penggunaan obat
Pemilihan desain
Tersusun desain Dokumen digital
Meningkatnya dan penyusunan
Terbitnya leaflet leaflet Terlampir hal. 45
Pembuatan media pemahaman dan leaflet
3. tentang penggunaan
edukasi leaflet kepatuhan Diskusi dengan Perbaikan terkait Foto
obat
mengonsumsi obat rekan sejawat kritik dan saran Terlampir hal. 46
Pencetakan leaflet Foto
Leaflet tercetak
sesuai kebutuhan Terlampir hal. 46
Penyebaran leaflet Foto
Leaflet tersebar
sesuai kebutuhan Terlampir hal. 46
9

No. Kegiatan Output Kunci Outcome Tahapan Kegiatan Output Evidence

Tersusun materi
Studi literatur dan Dokumen word
tentang
penyusunan materi Terlampir hal. 45
penggunaan obat
Pemilihan desain
Tersusun desain Dokumen digital
dan penyusunan
poster Terlampir hal. 47
Meningkatnya poster
Terbitnya poster
Pembuatan media pemahaman dan Diskusi dengan Perbaikan terkait Foto
4. tentang penggunaan
edukasi poster kepatuhan rekan sejawat kritik dan saran Terlampir hal. 46
obat
mengonsumsi obat Pencetakan dan
Poster tercetak dan Foto
pembingkaian
terbingkai Terlampir hal. 47
poster
Pemasangan poster
Poster terpasang di Foto
di ruang
ruang pemeriksaan Terlampir hal. 48
pemeriksaan
Evaluasi
Pelayanan Foto
Evaluasi dan Terlaksananya pelaksanaan
Terlaksananya evaluasi terevaluasi Terlampir hal. 48
5. penyusunan perbaikan pelayanan
kegiatan habituasi
tindakan korektif berkesinambungan Penyusunan Tersusunnya materi Dokumen powerpoint
tindakan korektif koreksi Terlampir hal. 48
10

1.10. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan

Perihal keterkaitan dengan substansi mata pelatihan bertujuan untuk memudahkan dalam menghabituasikan nilai-nilai dasar ASN pada
setiap tahapan kegiatan yang dilaksanakan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut akan mampu menghasilkan kerja yang berkualitas dan
output yang berkualitas pula.

Tabel 7. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan

Tahapan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Kegiatan Visi-Misi Organisasi Organisasi
Akuntabilitas: Melaksanakan kegiatan penyuluhan
dengan penuh kerjasama dan tanggung jawab
Berkontribusi dalam misi Penguatan nilai
Nasionalisme: Kerjasama dan koordinasi dengan
Penyusunan UPTD Puskesmas organisasi cepat yaitu
pihak lain merupakan perwujudan dari musyawarah
materi Citangkil yaitu: cekatan dan tangkas
mufakat
mengembangkan dalam memberikan
Komitmen mutu: Memastikan informasi yang pelayanan kesehatan layanan; nyaman
Penyuluhan
tercantum tepat dan tidak bias masyarakat dan yaitu memberikan
tentang
1. kesehatan perorangan; rasa tenang tentram
penggunaan
Akuntabilitas: Melaksanakan kegiatan penyuluhan menggalang kerjasama dalam proses
obat
dengan penuh kerjasama dan tanggung jawab dan dengan sektor-sektor pelayanan;
menyampaikan materi dengan jelas terkait; memberdayakan transparan yaitu
Penyampaian masyarakat dalam keterbukaan dalam
Etika publik: Menyampaikan materi dengan ramah, berperilaku hidup bersih memberikan
materi
sopan dan mudah dimengerti dan sehat pelayanan
Komitmen mutu: Memberikan penyuluhan sesuai
SOP yang telah ditetapkan
11

Tahapan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Kegiatan Visi-Misi Organisasi Organisasi
Anti korupsi: Memberikan kesempatan secara adil
dan sama rata pada peserta penyuluhan

Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian,


transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN
Screening
resep Komitmen mutu: Memberikan pelayanan yang nihil
kesalahan yaitu dengan memastikan identitas
pasien sesuai dengan resep yang diberikan

Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian, Penguatan nilai


Penyiapan transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN organisasi cepat yaitu
dan Berkontribusi dalam visi cekatan dan tangkas
pengecekan Komitmen mutu: Memberikan pelayanan yang nihil UPTD Puskesmas dalam memberikan
obat sesuai kesalahan Citangkil yaitu: layanan; nyaman
Pelayanan
resep Puskesmas UPTD yaitu memberikan
informasi obat Anti Korupsi: Memberikan jenis dan jumlah obat
2. Citangkil sebagai pilihan rasa tenang tentram
dengan yang sesuai, tidak ditambah maupun dikurangi
utama bagi masyarakat dalam proses
checklist
Akuntabilitas: Menyampaikan informasi yang benar di Kota Cilegon pelayanan;
dan dapat dipertanggungjawabkan khususnya wilayah transparan yaitu
Citangkil tahun 2025 keterbukaan dalam
Nasionalisme: Penyampaian informasi yang benar memberikan
Penyampaian
untuk peningkatan kesehatan masyarakat pelayanan
informasi
obat dengan Etika publik: Melayani dengan sopan, ramah dan
checklist penuh tata karma

Komitmen mutu: Memastikan informasi dapat


diterima dengan baik melalui feedback
12

Tahapan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Kegiatan Visi-Misi Organisasi Organisasi
Anti korupsi: Memberikan kesempatan secara adil
dan sama rata pada pasien
Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian,
Studi literatur transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN
dan Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk
penyusunan kepentingan umum
materi Komitmen mutu: Memastikan agar materi tepat dan
tidak bias
Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian,
Pemilihan transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN Berkontribusi dalam misi
desain dan Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk UPTD Puskesmas
penyusunan kepentingan umum Citangkil yaitu:
Penguatan nilai
leaflet Komitmen mutu: Memastikan agar desain efektif, mengembangkan
organisasi inovatif
Pembuatan efisien dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan pelayanan kesehatan
yaitu memberikan
3. media edukasi Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian, masyarakat dan
terobosan bagi
leaflet transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN kesehatan perorangan;
peningkatan pelayan
Etika publik: Melaksanakan program dengan etika, memberdayakan
Diskusi kesehatan
tata krama dan sopan santun dengan mampu masyarakat dalam
dengan rekan
menerima kritik dan saran berperilaku hidup bersih
sejawat
Komitmen mutu: Memastikan agar kegiatan dapat dan sehat
berjalan efektif, efisien dan hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan
Komitmen mutu: Memastikan agar leaflet dan
Pencetakan poster berkualitas baik dan hasilnya sesuai dengan
leaflet sesuai yang diharapkan
kebutuhan Anti korupsi: Memaparkan secara terbuka
kewajaran dalam anggaran
13

Tahapan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Kegiatan Visi-Misi Organisasi Organisasi
Etika publik: Memberikan informasi yang bermutu,
Penyebaran benar, tidak menyesatkan
leaflet sesuai Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk
kebutuhan kepentingan umum yaitu meningkatkan
pengetahuan masyarakat
Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian,
Studi literatur transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN
dan Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk
penyusunan kepentingan umum
materi Komitmen mutu: Memastikan agar materi tepat dan
tidak bias
Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian, Berkontribusi dalam misi
Pemilihan transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN UPTD Puskesmas
desain dan Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk Citangkil yaitu:
Penguatan nilai
penyusunan kepentingan umum mengembangkan
organisasi inovatif
Pembuatan poster Komitmen mutu: Memastikan agar desain efektif, pelayanan kesehatan
yaitu memberikan
4. media edukasi efisien dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat dan
terobosan bagi
poster Akuntabilitas: Merupakan wujud ketelitian, kesehatan perorangan;
peningkatan pelayan
transparansi, dan integritas sebagai seorang ASN memberdayakan
kesehatan
Etika publik: Melaksanakan program dengan etika, masyarakat dalam
Diskusi
tata krama dan sopan santun dengan mampu berperilaku hidup bersih
dengan rekan
menerima kritik dan saran dan sehat
sejawat
Komitmen mutu: Memastikan agar kegiatan dapat
berjalan efektif, efisien dan hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan
Komitmen mutu: Memastikan agar leaflet dan
Pencetakan
poster berkualitas baik dan hasilnya sesuai dengan
dan
yang diharapkan
14

Tahapan Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Kegiatan Visi-Misi Organisasi Organisasi
pembingkaian Anti korupsi: Memaparkan secara terbuka
poster kewajaran dalam anggaran
Etika publik: Memberikan informasi yang bermutu,
Pemasangan
benar, tidak menyesatkan
poster di
Nasionalisme: Wujud kerja yang mengabdi untuk
ruang
kepentingan umum yaitu meningkatkan
pemeriksaan
pengetahuan masyarakat
Penguatan nilai
organisasi cepat yaitu
Akuntabilitas: Perilaku mawas diri untuk selalu cekatan dan tangkas
menjaga integritas dalam pelayanan dalam memberikan
layanan; inovatif
Evaluasi Berkontribusi dalam visi
yaitu memberikan
pelaksanaan UPTD Puskesmas
terobosan bagi
pelayanan Citangkil yaitu:
peningkatan pelayan
Puskesmas UPTD
kesehatan;
Evaluasi dan Komitmen mutu: Perbaikan berkesinambungan Citangkil sebagai pilihan
transparan yaitu
penyusunan utama bagi masyarakat
5. keterbukaan dalam
tindakan di Kota Cilegon
memberikan
korektif khususnya wilayah
pelayanan; dan
Citangkil tahun 2025;
akuntabel yaitu
dan misi
Etika publik: Senantiasa menjaga kualitas pelayanan memberikan
mengembangkan
Penyusunan yang mengutamakan masyarakat pelayanan dan
sumber daya manusia
tindakan standar pelayanan
korektif yang ditetapkan,
dapat diukur dan
Komitmen mutu: Perbaikan berkesinambungan dipertanggung
jawabkan
15

1.11. Tujuan yang Ingin Dicapai

Tujuan akhir yang dari kegiatan aktualisasi ini yaitu meningkatnya kesadaran dan
kepatuhan dalam mengonsumsi obat pada masyarakat secara umum dan pada pasien
penderita penyakit tidak menular secara khusus dan terhabituasinya nilai-nilai dasar ASN.

Output kunci untuk tercapainya tujuan akhir antara lain:


1. Terlaksananya penyuluhan tentang penggunaan obat
2. Terlaksananya pelayanan informasi obat dengan checklist
3. Terbitnya leaflet tentang penggunaan obat
4. Terbitnya poster tentang penggunaan obat
5. Terlaksananya evaluasi dan penyusunan tindakan korektif

1.12. Sasaran

Sasaran dari kegiatan penyuluhan tentang penggunaan obat yaitu penderita penyakit
tidak menular berupa hipertensi dan diabetes mellitus utamanya usila (>60 tahun) yang
mengikuti program prolanis di UPTD Puskesmas Citangkil. Difokuskan pada usila karena harus
mengonsumsi obat untuk jangka waktu yang lama untuk mengontrol penyakitnya sehingga
kepatuhan dalam mengonsumsi obat sangat penting.

Sasaran dari kegiatan pelayanan informasi obat dengan checklist yaitu penderita
penyakit tidak menular utamanya usila (>60 tahun) yang berasal dari ruang pemeriksaan
khusus usila di UPTD Puskesmas Citangkil. Karena terbatasnya waktu pelayanan sehingga
diperlukan checklist untuk memastikan informasi penting terkait obat dapat tersampaikan
pada pasien. Terutama untuk usila yang fungsi fisiologis tubuhnya sudah menurun sehingga
perlu perhatian khusus dalam mengonsumsi obat.

Sasaran dari kegiatan pembuatan media edukasi berupa leaflet dan poster yaitu
penderita penyakit tidak menular berupa hipertensi utamanya usila (>60 tahun) yang berasal
dari ruang pemeriksaan khusus usila di UPTD Puskesmas Citangkil. Hal ini dikarenakan usia
lanjut merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang dapat menyebabkan komplikasi
apabila tidak terkontrol dengan baik.
16

1.13. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini adalah pengembangan pada aspek edukasi
masyarakat tentang obat yang dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Citangkil.

1.14. Jadwal Kegiatan

Penyusunan jadwal kegiatan dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengatur


waktu untuk masing-masing kegiatan.

Tabel 8. Jadwal Kegiatan Aktualisasi

10 Juni 2019 s/d 13 Juli 2019


No. Nama Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
Penyuluhan tentang
1
penggunaan obat
Pelayanan informasi
2
obat dengan checklist
Pembuatan media
3
edukasi leaflet
Pembuatan media
4
edukasi poster
Evaluasi dan
5 penyusunan tindakan
korektif

1.15. Potensi Kendala

Kendala yang terjadi saat proses aktualisasi di UPTD Puskesmas CItangkil, antara lain:

Tabel 9. Potensi Kendala

No. Potensi Kendala Antisipasi


1. Hambatan penggunaan bahasa Minta bantuan pada rekan yang
daerah mengerti bahasa daerah
2. Kurangnya fungsi Himbauan untuk periksa
pendengaran pada pasien usila didampingi anggota keluarga
3. Kurangnya fungsi penglihatan Penyampaian informasi tidak
pada pasien usila hanya via tulisan tapi juga lisan
4. Keterbatasan untuk bergerak Pelayanan informasi obat juga
pada pasien usila dilaksanakan di ruang pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nilai-Nilai Dasar ASN

2.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
1. Aspek-aspek Akuntabilitas meliputi beberapa hal sebagai berikut:
2. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship);
3. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is resultsoriented);
4. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting);
5. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences);
6. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi. Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Terdapat lima tingkatan akuntabilitas sebagai berikut:
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder

Indikator nilai-nilai dasar akuntabilitas antara lain:


1. Kepemimpinan: pimpinan memberi contoh pada orang lain, adanya komitmen yang
tinggi dalam melakukan pekerjaan.
2. Transparansi: keterbukaan informasi akan mendorong tercapainya akuntabilitas

17
18

3. Integritas: mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku


4. Responsibilitas: kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu
konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan
untuk bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat
5. Keadilan: landasan utama dari akuntabilitas yang harus dipelihara dan
dipromosikan karena ketidakadilan dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja tidak optimal
6. Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan
7. Keseimbangan: keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian yang yang
dimiliki
8. Kejelasan: mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, dan system pelaporan kinerja.
9. Konsistensi: menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang akuntabel

2.1.2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan terhadap bangsa dan


tanah air Indonesia yang didasarkan pada Pancasila. Nilai-nilai Nasionalisme sesuai
dengan lima sila Pancasila, yaitu:
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
19

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah


sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
20

4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
21

g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

2.1.3. Etika Publik

Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan


baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga
fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan
2. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus yang diatur dalam suatu peraturan tertulis.
Kode Etik Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegrasi tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
22

7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,


efektif, dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau orang lain
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN

Nilai-nilai Dasar Etika Publik, yaitu:


1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerja nya kepada publik
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir
23

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:


1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Menyangkut analisis politik sosial budaya (polsosbud) dengan memperhitungkan
nilai-nilai masyarakat dan lembaga publik.
2. Dimensi Modalitas
Pengaturan untuk menjaga etika publik yang konsisten. Unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya adalah akuntabilitas, transparansi, dan netralitas. Sebagai
individu yang bekerja di dalam lembaga publik, kita harus siap untuk melaporkan
fakta yang relevan dan terbuka terhadap audit.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Dalam khasanah ini, dapat diartikan bahwa tidak adanya proses fraud / korupsi.

Indikator etika publik meliputi:


1. Adanya kode etik, yang merupakan aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
2. Keramahan dalam bersikap akan membuat orang lain merasa dihargai dan
dihormati.
3. Sopan santun, merupakan sikap yang berdasarkan pada aspek nilai dan norma saat
melayani publik sehingga meningkatkan kualitas pelayanan publik.
4. Empati dan simpati, sikap seakan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Simpati
akan berlangsung ketika ada sikap saling pengertian dan saling percaya sehingga
memudahkan dalam berkomunikasi.
5. Netralitas.

2.1.4. Komitmen Mutu


Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang
tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu
merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang
apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
24

Indikator komitmen mutu antara lain:


1. Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah
dan tujuan untuk kualitas pelayanan
2. Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
pemborosan sumber daya dan hemat waktu
3. Efektif adalah berhasil guna, menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.

Nilai-nilai dasar orientasi mutu:


1. Tangible
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Competence
5. Access
6. Courtesy
7. Communication
8. Credibility
9. Security
10. Understanding costumer

Perbaikan mutu, antara lain:


1. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
Dilakukan identifikasi berbagai permasalahan dan menetapkan core issue,
menerapkan pokja, melakukan evaluasi kerja, dan menindaklanjuti kedepannya
(adopt/adapt/abandon).
2. Diagram Sebab dan Akibat
Prinsip kerja hampir sama dengan metode PDCA.

2.1.5. Anti Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin "corruption" (Fockema Andrea: 1951) atau
"corruptus" (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
"corruption" berasal dari kata "corrumpere", suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari
bahasa latin tersebut kemudian dikenal istilah "coruption, corrupt" (Inggris),
25

"corruption" (Perancis) dan "corruptive/korruptie" (Belanda). Korupsi secara harfiah


adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.

Kata kunci untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah internalisasi integritas pada
diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan yang menjalankan integritas
dengan baik. Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilai-nilai dasar anti
korupsi yang prioritas dan memiliki signifikansi yang tinggi bagi kita. Nilai-nilai dasar anti
korupsi penting untuk mencegah terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti
korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan kontrol
kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan baik serta, untuk mencegah faktor
eksternal penyebab korupsi.

Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:


1. Kejujuran
Menurut KBBI kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam kehidupan
pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Nilai kepedulian
sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di
masyarakat.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan
tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Dengan karakter kemandirian pegawai dituntut untuk mengerjakan
semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain.
4. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (KBBI). Manfaat dari hidup
yang disiplin adalah kita dapat mencapai tujuan hidup dengan waktu yang lebih
efisien, dan juga dapat membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu
kepercayaan.
26

5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (KBBI). Tanggung
jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang salah baik itu disengaja
maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan
kesadaran akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah yang
telah dilakukan.
6. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, di mana kemauan menimbulkan
asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan
dan pantang mundur.
7. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Prinsip hidup
sederhana merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan antara
sesama karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri,
dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan.
8. Keberanian
Keberanian diperlukan untuk mencapai kesuksesan, untuk mengembangkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan keyakinan harus
mempertimbangkan masalah dengan sebaikbaiknya. Nilai keberanian dapat
dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab dan lain
sebagainya.
9. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Nilai keadilan
dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan pujian yang tulus kepada yang
berprestasi, memberikan saran perbaikan dan semangat pada yang tidak
berprestasi, tidak memilih kawan berdasarkan latar belakang sosial dan lain-lain.
27

Tindak pidana korupsi (tipikor) adalah perilaku yang merusak kedaulatan bangsa
dan negara. Berdasarkan UU No. 31 /1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi, yakni: (1) kerugian keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3)
pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi.

Menurut Syed Husein Alatas, jenis-jenis korupsi dapat dibagi menjadi 7:


1. Korupsi transaktif
2. Korupsi ekstroaktif
3. Korupsi investif
4. Korupsi nepotistik
5. Korupsi autogenik
6. Korupsi suportif
7. Korupsi defensif

2.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

2.2.1. Manajemen ASN


Kedudukan ASN
Konsep yang mengatur mengenai kedudukan ASN terdapat dalam Undang-undang
No. 5 Tahun 2014. Berdasarkan undang-undang tersebut, pegawai ASN terdiri atas PNS
dan PPPK.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara dan harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Prinsipnya, birokrasi yang
diamanatkan kepada seorang pegawai ASN haruslah bebas dari pengaruh politik dan
KKN.
Peran ASN
ASN memiliki 3 peranan penting, yakni sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan masyarakat, dan perekat-pemersatu bangsa.
Hak dan kewajiban ASN
ASN (dalam hal ini PNS) memperoleh beberapa hak yang dijabarkan sebagai
berikut:
28

a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas


b. Cuti
c. Jaminan pensiun dan hari tua
d. Perlindungan
e. Pengembangan kompetensi
Selain itu, berdasarkan pasal 70 UU ASN terdapat beberapa priviledge tambahan
mencakup jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, dan bantuan hukum.
Kewajiban ASN yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas adalah:
a. Setia dan taat kepada dasar-dasar NKRI
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pemerintah
d. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh tanggung jawab
e. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam bersikap, berperilaku, dan berucap
f. Menyimpan rahasia jabatan, kecuali diminta untuk mengungkapkannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
g. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI

Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Sesuai dengan kode etik ASN, pelaksanaan kegiatan harus yang akuntabel,
transparan, dan berorientasi kepada hasil sehingga proses yang dikerjakan dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada stakeholder terkait.

2.2.2. Whole of Government (WoG)


Berdasarkan APSC, WoG dapat diartikan sebagai kerja sama lintas sektoral pada
instansi pelayanan publik guna mencapai tujuan bersama dalam rangka menyelesaikan
isu-isu yang kontemporer.
Penerapan WoG dalam Pelayanan Terintegrasi
Praktik WoG dapat disinergikan dalam jenis pelayanan publik:
1. Bersifat Administratif
2. Pelayanan Jasa
3. Pelayanan Barang
4. Pelayanan Regulatif
29

Konsep WoG sangat diperlukan penerapan WoG dalam pelayanan jasa


(kesehatan). Hal ini dikarenakan perlunya koordinasi dan kolaborasi dengan berbagai
aspek yang bertugas dalam pelayanan pada masyarakat.

2.2.3. Pelayanan Publik


Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,
dijelaskan bahwa pelayanan mencakup barang, jasa, dan atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik untuk tiap warga negara. Definisi
yang paling kontekstual dikemukakan oleh Davit McKevitt (1998) yang dikutip sebagai
berikut: “Core public services maybe defined as those services which are important for
the protection and promotion of citizen well-being.”
Prinsip-prinsip Pelayanan Publik
1. Partisipatif
Masyarakat turut dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
hasil.
2. Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga untuk mengetahui segala hal
yang terkait dengan pelayanan publik tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, dan
biaya. Masyarakat juga didorong untuk menyampaikan keluhan/pendapat apabila
terdapat pelayanan yang dirasa belum optimal.
3. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga selama
dalam batas kewajaran.
4. Tidak diskriminatif
Dalam hal ini, tidak boleh terdapat perbedaan kualitas pelayanan antara satu warga
dengan yang lainnya.
5. Mudah dan murah
Biaya administrasi dan prosedur pelayanan harus terjangkau dan semudah
mungkin bagi masyarakat. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan memenuhi mandat konstitusi.
30

6. Efektif dan Efisien


Melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang.
7. Aksesibel
Terjangkau oleh masyarakat di segala lapisan.
8. Akuntabel
Dana penyelenggaraan pelayanan publik berasal dari pajak yang dibayarkan oleh
warga negara. Oleh karena itu, pertanggungjawaban harus disampaikan dalam
bentuk pelaporan kepada stakeholders.
9. Berkeadilan
Melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara lain;
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok yang kuat.

2.3. Profil Unit Kerja dan Tupoksi/Tusi

2.3.1. Visi Misi


Visi:
Puskesmas UPTD Citangkil sebagai pilihan utama bagi masyarakat di Kota Cilegon
khususnya wilayah Citangkil tahun 2025.
Misi:
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan
2. Mengembangkan sumber daya manusia
3. Menggalang kerja sama dengan sektor-sektor terkait
4. Memberdayakan masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat

2.3.2. Nilai-nilai Organisasi


Tabel 10. Tata Nilai Organisasi UPTD Puskesmas Citangkil

C Cepat Cekatan dan tangkas dalam memberikan pelayanan


I Inovatif Memberikan terobosan bagi peningkatan pelayanan kesehatan
N Nyaman Memberikan rasa tenang, tentram dalam proses pelayanan
T Transparan Keterbukaan dalam memberikan pelayanan
A Akuntabel Memberikan pelayanan dan standar pelayanan yang ditetapkan
dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
31

2.3.3. Susunan Organisasi

Kepala Puskesmas
drg. Novita Ambar Uma

Ka Sub Tata Usaha


Sunenah S.IP

SISTEM INFORMASI
KEPEGAWAIAN RUMAH TANGGA KEUANGAN
PUSKESMAS

GITA ESTRELITA DIAH AYU ARASTIA P, FENTI AGUSTINI RENI ARISULISTIA,


SKM Amd. Kep
ANDRIANA,
Amd.Keb

Unit Kerja Unit Kerja


Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan
(UKM) Perseorangan
TutI Alawiyah, SST Keb (UKP)

PENUNJANG
PELAYANAN GAWAT
RAWAT JALAN MEDIS
UKM ESENSIAL UKM PENGEMBANGAN DARURAT
drg. Nensi R Aditya Irawan, S.
Nuranita, AMK drg. Nensi Rahmawati dr. Yessi Supriharti
Farm,Apt

Pelayanan Umum
UKS
PROMKES KESLING KIA & KB GIZI PENCEGAHAN Laboratorium
Pelayanan Gigi dan
DAN UKGS & UKGMD Mulut
Mastuatullaily, Amd Keb. SKM Juwita M, SKM Eti R, SST Keb Esi W, S.Gz PENGENDALIAN Farmasi
KESWA Pelayanan KIA& KB
PENYAKIT (P2)
Rekam Medis
USILA Pelayanan MTBS
Suprihatin, Amd
Kep YANKESTRAD Pelayanan Kes Anak

UKK & Pelayanan Kes


OLAHRAGA Remaja

Pelayanan Lansia

Pelayanan Kes Jiw a

Pelayanan Kes TBC

Pelayanan Kes Kusta

Pelayanan Kes HIV&


IMS

Pelayanan Imunisasi

Pelayanan konseling
obat Tradisional

Pelayanan Konseling
Kesehatan
Lingkungan

Pelayanan Konseling
PTM

Pelayanan Konseling
Gizi

Pelayanan Konseling
Laktasi

Jaringan Pelayanan Puskesmas

PUSTU PUSTU PUSTU POSKESKEL POLINDES POLINDES


PUSLING
TAMAN BARU SAMANG RAYA LEBAK DENOK WARNA SARI CITANGKIL DERINGO

Bidan Kelurahan Bidan Kelurahan Bidan Kelurahan Bidan Kelurahan Bidan Kelurahan Bidan Bidan
Taman Baru Samang Raya Lebak Denok Warna Sari Citangkil Kelurahan Kelurahan
Deringo Kebon Sari

Gambar 2. Struktur Organisasi di UPTD Puskesmas Citangkil


32

2.3.4. Program Kesehatan


Upaya Kesehatan Perseorangan meliputi:
a. Rawat jalan: Ruang Pemeriksaan Umum, Gigi & Mulut, KIA-KB, Imunisasi, Anak dan
MTBS, Usila, TBC, Kusta, Jiwa, PKPR dan VCT/Satelit CST/IMS, HIV-AIDS; dan
Konseling Obat Tradisional, Kesehatan Lingkungan, Penyakit Tidak Menular, Gizi
dan Laktasi.
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan penunjang medis: Laboratorium, Farmasi, Rekam medis

Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi:


a. Essensial : Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan
Keluarga Berencana, Gizi, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2)
b. Pengembangan : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) dan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Kesehatan Jiwa (Keswa),
Kesehatan Lansia (Usila), Upaya Kesehatan Kerja (UKK) dan Olahraga (Kesorga),
Kesehatan Tradisional Komplementer (Yankestrad)

2.3.5. Deskripsi Unit Kerja

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Citangkil


33

UPTD Puskesmas Citangkil berada Jl. H.Agus Salim No.3 Link. Delingseng –
Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Dimana
Kecamatan Citangkil berada di daerah industri yang mempunyai luas wilayah 2,177,36
Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Purwakarta


b. Sebelah Timur : Kecamatan Cilegon
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Mancak Kabupaten Serang
d. Sebelah Barat : Kecamatan Ciwandan

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Citangkil adalah Kecamatan Citangkil yang terdiri
dari 7 Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Deringo : Luas 263,25 Ha


2. Kelurahan Samangraya : Luas 293,9 Ha
3. Kelurahan Lebak Denok : Luas 309,11 Ha
4. Kelurahan Tamanbaru : Luas 273,9 Ha
5. Kelurahan Kebonsari : Luas 225,16 Ha
6. Kelurahan Warnasari : Luas 652,20 Ha
7. Kelurahan Citangkil : Luas 159,84 Ha

Semua wilayah Kecamatan Citangkil dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan
empat. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena baik petugas kesehatan, sarana
kesehatan maupun masyarakat umum dapat menjangkau semua wilayah Kecamatan
Citangkil, yang tentu saja berdampak positif bagi pencapaian dan keberhasilan program
kesehatan.

1. Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Citangkil pada tahun 2019
78.569 jiwa. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam, dengan mata
pencaharian sebagian besar sebagai petani dan buruh pabrik. Pendidikan rata-rata
penduduk adalah lulusan SMP saat ini upaya-upaya pengembangan kesehatan masih
cenderung sulit diterima masyarakat, karena tingkat kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan masih kurang.
34

2. Lingkungan Sosial Ekonomi

Kecamatan Citangkil dengan lebih separuh wilayahnya yang merupakan daerah


perkotaan, seperti daerah lain juga memiliki permasalahan sosial ekonomi. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya beban tanggungan (dependency ratio), yang berarti perbandingan
usia non produktif (usia < 15 tahun dan > 65 tahun) terhadap usia kerja. Besarnya beban
tanggungan tersebut adalah 42%.

3. Lingkungan Fisik Biologik

Sebagian besar wilayah Kecamatan Citangkil adalah daerah pemukiman dan


perkantoran dinas-dinas maupun instansi pemerintah lainnya. Ada beberapa industri
besar di Kecamatan Citangkil yang berdampak terutama di bidang kesehatan yaitu
adanya polusi dari limbah pabrik yang dapat menyebabkan tingginya jumlah kejadian
beberapa penyakit di masyarakat. Kepemilikan sarana air bersih, jamban keluarga, dan
sarana pembuangan air limbah masih merupakan masalah di Kecamatan Citangkil,
berikut data-datanya.

2.3.6. Tupoksi/Tusi
Petugas Kefarmasian Apotek
1. Beserta Kepala Puskesmas menyusun perencanaan upaya pengelolaan dan
pelayanan kefarmasian.
2. Menyusun rencana kegiatan pelayanan obat di kamar obat berdasarkan data
program Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas.
3. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung jawab
sesuai keahlian dan kewenangannya.
4. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM, tata kerja dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Apoteker dan Kepala Puskesmas.
5. Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien.
6. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien.
7. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutase obat dan perbekalan kesehatan
yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku
catatan mutasi obat.
35

8. Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan pelaporan secara baik,


lengkap, serta dapat dipertanggungjawabkan.
9. Membuat pencatatan dan pelaporan pemakaian dan permintaan obat serta
perbekalan kesehatan sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada
Kepala Puskesmas, pencatatan dan pelaporan penggunaan obat secara rasional
serta penggunaan obat generik.
10. Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan di apotek.
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

Petugas Gudang Obat


1. Penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke unit pelayanan dan berkoordinasi dengan
lintas program terkait.
2. Pengendalian penggunaan persediaan dan pencatatan pelaporan.
3. Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehatan dan kebersihan
ruangan.
4. Menyusun rencana kebutuhan obat dan kegiatan distribusi obat berdasarakan
data program Puskesmas.
5. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala Puskesmas.
6. Melaksanakan stok opnam obat minimal satu tahun sekali.
7. Melakukan evaluasi hasil kegiatan gudang obat secara keseluruhan.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Capaian dan Output Kunci

Isu utama yang diangkat yaitu masih rendahnya pengetahuan masyarakat di


Kecamatan Citangkil tentang penggunaan obat yang baik dan benar dengan penyelesaian
yang dilaksanakan melalui “Peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk Pasien dengan
Penyakit Tidak Menular di Lingkungan Kecamatan Citangkil”. Pada tabel di bawah dijabarkan
capaian dari masing-masing ouput kunci.

Tabel 11. Capaian Output Kunci

Output kunci
No. Keterangan
Rencana Realisasi (%)
1 Terlaksananya penyuluhan
100% Penyuluhan terlaksana dengan baik
tentang penggunaan obat
2 Terlaksananya pelayanan
Pelayanan informasi obat
informasi obat dengan 100%
berlangsung continuous
checklist
3 Leaflet penggunaan obat sudah
Terbitnya leaflet tentang
100% terbit dan dapat diperbanyak
penggunaan obat
sesuai kebutuhan
4 Poster tentang penggunaan obat
Terbitnya poster tentang
100% telah terbit dan terpasang di ruang
penggunaan obat
pemeriksaan usila
5 Terlaksananya evaluasi dan Evaluasi telah dilaksanakan namun
penyusunan tindakan 50% tindakan korektif belum
korektif diimplementasikan
Rerata 90%

Dari seluruh tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan, nilai-nilai dasar ASN yang
terhabituasikan terangkum dalam tabel berikut.

36
37

Tabel 12. Nilai-nilai ASN yang Terhabituasikan

Nilai Dasar ASN yang


No. Ikhtisar Habituasi
Dihabituasikan
a. Rencana kegiatan dikonsultasikan dengan pimpinan
dan rekan sejawat
1 Aktualisasi b. Kegiatan dilaksanakan dengan penuh ketelitian,
integritas dan tanggung jawab
c. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan SOP
a. Kegiatan ditujukan untuk memajukan kesehatan
masyarakat secara umum
2 Nasionalisme
b. Tidak membeda-bedakan pelayanan kepada
masyarakat
a. Melayani masyarakat dengan senyum, salam dan sapa
b. Menggunakan bahasa yang santun
3 Etika Publik
c. Berperilaku secara sopan dan professional
d. Berkomunikasi dengan rekan sejawat dengan baik
a. Kegiatan dilakukan tepat waktu
b. Memastikan kegiatan berlangsung efektif dan efisien
4 Komitmen Mutu
c. Mengutamakan kepuasan pelanggan
d. Melakukan evaluasi dan perbaikan
a. Menggunakan sumber daya dengan bijaksana
b. Fasilitas dan prasarana digunakan dan dirawat dengan
5 Anti Korupsi
baik
c. Keterbukaan dalam perencanaan dan pelaksanaan

3.2. Pembahasan
Periode pelaksanaan aktualisasi berlangsung dari tanggal 9 Juni 2019 s/d 13 Juli 2019.
Dalam periode waktu tersebut, terdapat kegiatan aktualisasi yang output kuncinya tercapai
dengan baik, namun ada pula kegiatan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya.
Berikut adalah penjabarannya.

1. Penyuluhan tentang Penggunaan Obat

Kegiatan penyuluhan tentang penggunaan obat dilaksanakan pada minggu pertama


periode habituasi. Penyuluhan berlangsung pada kegiatan prolanis yang diadakan setiap
minggu pada hari Sabtu di aula UPTD Puskesmas Citangkil. Dalam kegiatan prolanis ini
dijadwalkan adanya penyuluhan setiap kali sebelum memulai kegiatan senam usila.

Materi penyuluhan yang disampaikan yaitu tentang penggunaan obat pada pasien
dengan hipertensi dan/atau diabetes mellitus. Pemilihan materi difokuskan pada pasien usila
38

dengan penyakit tidak menular dikarenakan keharusan pasien tersebut mengonsumsi obat
dalam waktu lama bahkan sampai seumur hidup untuk mengontrol penyakitnya. Sehingga
informasi tentang penggunaan obat akan sangat berpengaruh pada keberhasilan terapi
farmakologinya.

Penyuluhan berlangsung dengan kondusif dan komunikatif. Pada akhir pemaparan


diberikan kesempatan untuk tanya-jawab dan terdapat banyak peserta yang antusias
menyampaikan pertanyaan. Dalam kesempatan ini juga disampaikan klarifikasi atas informasi
salah tentang obat yang beredar di masyarakat.

Faktor yang menghambat yaitu penggunaan bahasa daerah oleh beberapa peserta
prolanis. Namun hal ini dapat segera diatasi dengan bantuan rekan sejawat yang mengerti
bahasa daerah. Untuk selanjutnya akan dijadwalkan kembali penyuluhan tentang obat
dengan sub topik lain, misalnya: penggunaan obat tradisional, terapi non farmakologi dengan
perubahan lifestyle, dan lain-lain.

2. Pelayanan Informasi Obat dengan Checklist

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dilaksanakan setiap harinya untuk seluruh
pasien yang menebus obat di apotek UPTD Puskesmas Citangkil. Pelaksanaan PIO mengikuti
SOP yang sudah berlaku yaitu dengan melaksanakan screening resep terlebih dahulu.
Screening meliputi administratif (asal resep dan asal pasien) dan screening farmasetis (nama
obat, bentuk sediaan, jumlah sediaan, aturan pakai, interaksi).

Tahapan selanjutnya yaitu penyiapan obat sesuai resep. Hal ini dilakukan dengan cara
mengambil sejumlah obat sesuai jumlah yang diminta dengan mempertimbangkan stok yang
ada, kemudian diberi etiket sesuai aturan pakainya. Terdapat indikator mutu yang harus
dilaksanakan yaitu zero medication error dan pelayanan untuk obat racikan maksimal 20
menit dan non racikan maksimal 10 menit. Tahapan penyiapan obat ini sangat menetukan
capaian indikator mutu pelayanan klinis di apotek.

Yang terakhir adalah PIO dengan batuan checklist. Checklist ini diperlukan untuk
memastikan bahwa informasi yang penting sudah tersampaikan pada pasien. Checklist PIO
meliputi: nama obat, dosis/aturan pakai, indikasi/kontraindikasi, efek samping, penyimpanan
dan waktu kadaluarsa.
39

Dari PIO ini, ditemukan masalah yaitu tidak seragamnya penulisan resep di UPTD
Puskesmas Citangkil. Sering ditemukan informasi yang tidak diisi dengan lengkap oleh penulis
resep. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan medication error sehingg perlu dilakukan
tindakan korektif yaitu dengan mengadakan penyuluhan/edukasi tentang penulisan resep
sesuai standar yang berlaku.

3. Pembuatan Media Edukasi Leaflet

Pembuatan media edukasi berupa leaflet berlangsung selama 3 minggu pada minggu
ke-3 hingga minggu ke-5. Tahapannya meliputi studi literatur dan penyusunan materi,
pemilihan desain dan penyusunan leaflet, diskusi dengan rekan sejawat, pencetakan leaflet
sesuai kebutuhan dan penyebaran leaflet sesuai kebutuhan.

Materi yang diangkat untuk dijadikan leaflet yaitu tentang hipertensi dengan
penekanan pada bagian penggunaan obat pada penyakit hipertensi. Materi ini sesuai dengan
tema aktualisasi yang diangkat yaitu peningkatan PIO pada pasien dengan penyakit tidak
menular. Selain itu karena penulis tergabung dalam kelompok kerja prolanis yang berkutat
dengan pasien usila dengan hipertensi.

Hambatan yang dihadapi yaitu pada tahapan kegiatan pemilihan desain dan
penyusunan leaflet. Desain yang dipilih harus mudah terbaca oleh pasien usila dengan bahasa
yang mudah dipahami. Sehingga desain yang dipilih adalah desain yang simple dengan bahasa
yang sederhana.

Saat ini leaflet hanya terdapat di ruang pemeriksaan usila sebagai media bantu untuk
menjelaskan terapi hipertensi pada pasien usila. Hal ini dikarenakan keterbatasan dalam
sumber daya dan waktu. Untuk selanjutnya, diharapkan leaflet dapat pula tersedia pada
ruang pemeriksaan yang lain karena hipertensi tidak terbatas hanya pada pasien usila.

4. Pembuatan Media Edukasi Poster

Pembuatan media edukasi berupa poster berlangsung selama 3 minggu pada minggu
ke-3 hingga minggu ke-5. Tahapannya meliputi studi literatur dan penyusunan materi,
pemilihan desain dan penyusunan poster, diskusi dengan rekan sejawat, pencetakan dan
pembingkaian poster serta pemasangan poster di ruang pemeriksaan usila.
40

Materi yang diangkat untuk dijadikan poster yaitu tentang hipertensi dengan
penekanan pada bagian penggunaan obat pada penyakit hipertensi. Materi ini sama dengan
materi untuk leaflet yang sesuai dengan tema aktualisasi yang diangkat yaitu peningkatan PIO
pada pasien dengan penyakit tidak menular. Selain itu karena penulis tergabung dalam
kelompok kerja prolanis yang berkutat dengan pasien usila dengan hipertensi.

Hambatan yang dihadapi yaitu pada tahapan kegiatan pemilihan desain dan
penyusunan poster. Desain yang dipilih harus mudah terbaca oleh pasien usila dengan bahasa
yang mudah dipahami. Sehingga desain yang dipilih adalah desain yang simple dengan bahasa
yang sederhana.

Pemasangan poster dilakukan di ruang pemeriksaan usila diharapkan agar pasien


teredukasi untuk mengonsumsi obat secara teratur. Hipertensi merupakan penyakit
degeneratif yang pengobatannya berlangsung seumur hidup. Hal tersebut bertujuan agar
tekanan darah tetap terkontrol sehingga dapat terhindar dari komplikasi pada organ lain.

Dari hasil diskusi dengan mentor dan rekan petugas apotek, untuk rencana
selanjutnya yaitu pembuatan poster edukasi lain tentang obat yang berlaku secara general
seperti DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang Obat), penggunaan antibiotik yang
rasional, swamedikasi, dan lain-lain.

5. Evaluasi dan Penyusunan Tindakan Korektif

Evaluasi dilakukan pada minggu terakhir pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Dari hasil
evaluasi didapatkan temuan yaitu penulisan resep yang tidak sesuai standar yang
dikhawatirkan dapat menyebabkan medication error. Tindakan korektif yang diambil yaitu
dengan mengadakan penyuluhan untuk tenaga pemeriksa tentang kaidah penulisan resep
yang sesuai standar. Kegiatan ini baru dilaksanakan sampai pada tahap penyusunan materi
untuk penyuluhan. Implementasinya belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.
Untuk kedepannya akan dijadwalkan untuk penyuluhan terkait penulisan resep kepada
tenaga pemeriksa
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Pada kegiatan aktualisasi peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk


pasien dengan penyakit tidak menular di lingkungan Kecamatan Citangkil yang
dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2019 sampai 13 Juli 2019 di UPTD Puskesmas
Citangkil, maka nilai-nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu dan anti korupsi telah terhabituasi dengan baik dalam setiap
tahapan kegiatan.
2. Core issue yaitu masih rendahnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Citangkil
tentang penggunaan obat yang baik dan benar telah dapat diselesaikan melalui
peningkatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) untuk pasien dengan penyakit tidak
menular di lingkungan Kecamatan Citangkil.
3. Rerata presentase tingkat keberhasilan pencapaian output kunci sebesar 90%.

4.2. Rencana Tindak Lanjut

1. Melakukan koordinasi lebih lanjut untuk penjadwalan penyuluhan rutin tentang


obat pada kegiatan prolanis dengan materi yang lebih beragam.
2. Memperbanyak leaflet tentang pengobatan hipertensi untuk ruang pemeriksaan
lain.
3. Menyusun poster dengan tema yang lebih beragam agar dapat mencakup
audience yang lebih luas.
4. Melaksanakan penyuluhan terkait kaidah penulisan resep yang sesuai standar
kepada tenaga pemeriksa.

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 5, Tahun 2014, Tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara, Nomor 38, Tahun 2014, Tentang Pedoman
Penyelanggaran Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan III

Lembaga Administrasi Negara, 2015, Akuntabilitas, Modul Pendidikan dan Pelatihan


Prajabatan Golongan III, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara, 2015, Nasionalisme, Modul Pendidikan dan Pelatihan


Prajabatan Golongan III, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara, 2015, Etika Publik, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara, 2015, Komitmen Mutu, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara, 2015, Anti Korupsi, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara
43

LAMPIRAN

1. Penyuluhan tentang Penggunaan Obat

Lampiran 1. Penyusunan Materi Penyuluhan


44

Lampiran 2. Penyampaian Materi Penyuluhan


45

2. Pelayanan Informasi Obat dengan Checklist

Lampiran 3. Screening, Penyiapan dan Checklist PIO

Lampiran 4. Pelayanan Informasi Obat


46

3. Pembuatan Media Edukasi Leaflet

Lampiran 5. Studi Literatur dan Penyusunan Materi Leaflet


47

Lampiran 6. Pemilihan Desain Leaflet

Lampiran 7. Diskusi dengan Rekan Sejawat


48

Lampiran 8. Pencetakan dan Penyebaran Leaflet

4. Pembuatan Media Edukasi Poster

Lampiran 9. Pemilihan Desain dan Penyusunan Poster


49

Lampiran 10. Pencetakan Poster

Lampiran 11. Pembingkaian dan Pemasangan Poster


50

5. Evaluasi dan Penyusunan Tindakan Korektif

Lampiran 12. Penyusunan Materi Hasil Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai