(Studi Kasus Perbandingan Dua Pola Pengorganisasian Kapal Slerek di Sendang Biru
Kabupaten Malang)
Penelitian ini dilakukan untuk pemenuhan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode
Penelitian Etnografi yang di bimbing oleh Dhanny S. Sutopo, S.Sos., M.si
Oleh :
Ganis Ihda Lutfiyatin Nisa’ 175110807111008
Rosita Nur Azizah 175110801111002
Indah Julia Yasmine 175110801111003
M. Tiessa Adjie Prabowo 175110801111021
Alya Aisha Nadine 175110807111004
Ilham Satria Fakhri 175110807111006
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
(Atmadjaja, 2017) pada jurnal ini mencoba menjelaskan terkait beberapa hal
yang mendasari dan menunjang keberadaan pengambak dalam aktivitas nelayan di
Pesisir Timur Banyuwangi, khususnya di Kampung Mandar, Kecamatan
Banyuwangi. (Atmadjaja, 2017) kemudian menjelaskan bahwa adanya
ketergantunan nelayan yang telah berlangsung lama terhadap pengambak dalam
hal ini yaitu terkait kebutuhan dana, baik dana untuk pembelian aset maupun dana
kerja malut, bahkan beliau juga membahas bahwasanya adanya hubungan yang erat
dan saling menguntungkan antara nelayan dan pengambak misalnya dengan bagi
hasil tangkapan dan pemberian bonus-bonus. Peneliti juga menjelaskan bahwa pola
relasi yang terbentuk antara pengambak dan nelayan di pesisir Timur Banyuwangi
ternyata sangat erat dan saling menguntungkan. Pola relasinya tidak hanya
berdasarkan hutang piutang, tetapi sudah menjadi seperti keluarga atau saudara.
Bahkan peneliti juga menyebutkan bahwasanya relasi akan terputus apabila
nelayan berpindah ke pengambak lain yang berada di satu wilayah dengan
pegamba' lama. Tetapi pemutusan hubungan harus dengan syarat pelunasan
pinjaman terlebih dahulu.
Berdasarkan penjelasan (Atmadjaja, 2017) pada tulisan ini, ternyata ada hal
yang kemudian belum dibahas, dimana beliau kemudian hanya membahas satu
studi kasus saja, beliau tidak membandingkan hasil penelitian dengan relasi
pengambak dan nelayan lainnya, sehingga tidak diketahui perbedaan dan
persamaannya dengan pengambak dan nelayan lainnya. Berdasarkan hal
tersebutlah pada penelitian ini kemudian akan membahas yang belum di bahas oleh
peneliti, sehingga hal tersebut kemudian menjadi sebuah bahan dalam melakukan
penelitian yang dilaksanakan di Desa Sendang Biru, Kabupaten Malang.
2. Dinamika Hubungan Patron-Klien Pada Masyarakat Nelayan Di Desa
Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Fajar,
2017)
Pada jurnal ini (Fajar, 2017) mencoba menganalisis mengenai hubungan patron-
klien pada masyarakat nelayan di Desa Prenduan. Hubungan patron-klien berawal
dari pinjaman modal yang kemudian berkembang menjadi sebuah hubungan
kekerabatan, keduanya memiliki hubungan timbal balik dan saling memiliki
ketergantungan antara satu dengan lainnya. Hubungan patron-klien bisa bertahan
sangat lama karena di dasari oleh rasa kepercayaan yang tinggi antar individu yang
terlibat di dalamnya, serta menjadi sebuah jaringan penting yang menjadi alat untuk
mempermudah kerjasama dan terdapat norma-norma yang landasi hubungan ini
agar tidak terjadi kerugian salah satu pihak. Hal ini menjelaskan bahwa hubungan
patron-klien yang ada pada masyarakat nelayan Prenduan berperan sebagai modal
sosial bagi masyarakat nelayan Prenduan untuk mewujudkan tujuan bersama serta
menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Fajar, 2017), beliau
hanya menjelaskan bahwasanya faktor terjadinya hubungan patron-klien hanya
satu faktor, dan juga tidak dijelaskan hal apa yang memungkinkan klien
memutuskan hubungan dengan patronnya. Penelitian ini hanya menjelaskan dalam
masalah hubungan saja dan tidak terdapat faktor lain yang ada dalam hubungan
tersebut seperti sistem kerja atau juga sistem pembagian upah. Berdasarkan hal
tersebutlah pada penelitian ini kemudian akan membahas yang belum di bahas oleh
peneliti, sehingga hal tersebut kemudian menjadi sebuah bahan dalam melakukan
penelitian yang dilaksanakan di Desa Sendang Biru, Kabupaten Malang.
Jurnal yang ditulis oleh (Mahmudah, 2013) mencoba menjelaskan bahwa ada
pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat. Pengelolaan ini biasanya disebut
Community Based Management (CBM). Pengelolaan ini diartikan sebagai suatu
pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat terlibat aktif
dalam pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Ada dua pendekatan yang
dilakukan untuk mengembangkan masyarakat yaitu bersifat structural dan non
structural. Pendekatan structural adalah pendekatan makro yang mengutamakan
penataan system dan struktur sosial politik seperti peranan instansi yang
berwewenang atau organisasi yang di bentuk untuk pengelolaan pesisir laut.
Pendekatan ini diharapkan masyarakat dapat kesempatan lebih luas untuk
memnafaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Serta dapat menciptakan
peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari
ancaman yang dari dalam maupun luar. Lalu juga ada pendekatan subyektif atau
non structural yaitu pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang
mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif. Dengan pendekatan ini masyarakat
lokal diharap dapat meningkatkan perannya dalam perlindungan sumber daya alam
disekitarnya dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran yang mereka miliki.
Sehingga upayanya adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kesadaran masyarakat untuk melindungi sumber daya alam. Hal ini berkaitan
dengan usaha ekonomi sehingga masyarakat harus dibekali beberapa pengetahuan
mengenai ekonomi.
Pada jurnal ini (Mahmudah, 2013) tidak menjelaskan struktur sosial masyarakat
disana dan hanya fokus bagaimana pengelolaan wilayah pesisir berbasis
masyarakatnya. Berdasarkan hal tersebutlah pada penelitian ini kemudian akan
membahas yang belum di bahas oleh peneliti, sehingga hal tersebut kemudian
menjadi sebuah bahan dalam melakukan penelitian yang dilaksanakan di Desa
Sendang Biru, Kabupaten Malang.
5. Pola Hubungan Kerja Antara Nelayan Pemilik Kapal Purse Seine Dengan
Buruh Di Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi) Unit 2 Pantai Utara Desa
Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati (Wijayanti, 2008)
Jurnal ini berusaha menjelaskan mengenai hubungan kerja antara nelayan yang
memiliki kapal purse seine dengan buruh yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Unit 2 Pantai Utara yang berada di Desa Bajomulyo. Sebelum menjelaskan
tentang pola hubungan kerja, jurnal ini terlebih dahulu menjelaskan mengenai
karakteristik sosial ekonomi nelayan pantai utara Desa Bajomulyo. Untuk
membedah permasalahan dalam penulisan jurnal ini, penulis menggunakan teori
pertukaran dalam sistem sosial ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Teori
pertukaran ini diporeleh dari Homans yang menyatakan bahwa proses pertukaran
dilakukan melalui beberapa pernyataan proporsional yang terhubung satu sama lain
dari psikologi Skinner. Proporsi-proporsi tersebut antara lain, (1) proposisi sukses,
(2) proporsisi pendorong, (3) proporsisi nilai, (4) proporsisi deprivasi-kejemuan,
(5) proporsisi persetujuan-agresi. Terjalinnya hubungan antara nelayan dan buruh
akan menimbulkan sebuah interaksi yaitu proses transaksi yang diposisikan
sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan dan hal ini berlaku pada dalam
hubungan patron-klien. Terkait dengan teori yang digunakan, penelitian ini
melibatkan beberapa variabel, yaitu nelayan, karaktersitik moral ekonomi nelayan,
hubungan kerja, jaringan sosial dalam hubungan kerja, dan sistem bagi hasil.
Variabel yang telah disebutkan akan membantu dalam pembahasan yang ada dalam
penelitian ini.
Pada jurnal ini penulis menyatakan terdapat perbedaan dalam setiap bagian
sistem hubungan kerja nelayan yang terjadi di PPI Desa Bajomulyo yang berkaitan
dengan aspek ekonomi dan sosial, namun faktor ekonomi yang dijadikan sebagai
alasan utama para nelayan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sebuah
hubungan kerja dalam suatu sistem melibatkan berbagai macam elemen yang akan
terjalin antar bagian satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut akan membawa
pengaruh timbal balik yang memicu adanya hubungan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Ditekankan oleh penulis bahwa pekerjaan hanya dipandang sebagai
sarana pengabdian terhadap kewajiban-kewajiban moral, sosial, etika, dan
keagamaan atau hanya sebatas upaya manusia untuk mempertahankan hidup.
Berdasarkan jurnal ini, penjelasan mengenai pola hubungan kerja yang terjadi
antara nelayan pemiliki kapal dan buruh yang ada di PPI Unit 2 dilakukan dengan
baik oleh Wijayanti. Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk membahas lebih
kepada pengorganisasian penangkapan ikan yang dilakukan oleh kapal slerek.
Dengan menggunakan jurnal yang ditulis oleh Wijayanti, penulis mendapatkan
gambaran yang terjadi pada msyarakat dan beberpa hal yang tidak dibahas
sebelumnya oleh Wijayanti.
Pembahasan yang ada dalam jurnal ini menjelaskan secara runtut kegiatan
operasi penangkapan ikan. Kegiatan tersebut dimulai dari persiapan, metode
operasi, penanganan hasil tangkapan, pendaratan hasil tangkapan. Pembahasan
tidak hanya sekedar pada kegiatan operasi saja, melainkan biaya operasional usaha,
pendapatan usaha, sistem bagi hasil, dan analisis finansial usaha juga dijelaskan.
Jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis lakukan, kegiatan operasi yang
dijelaskan dalam jurnal ini kurang begitu terperinci. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan penulis untuk mengetahui secara rinci tentang pengoperasian
penangkapan ikan khususnya yang terjadi pada kepal slerek, dari persiapan hingga
ikan-ikan tersebut terdistribusikan.
Uraian yang terdapat dalam jurnal ini memuat penjelasan hak dan kewajiban
juragan darat, juru mudi, dan ABK sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya, rincian modal yang diperlukan oleh juragan darat dalam menjalankan
kegiatan penangkapan ikan setiap satu kali jalan serta penjelasan mengenai
manajemen yang diterapkan agar memperoleh hasil yang maksimal termasuk
pembagian hasil diantara pihak yang terlibat, kemudian terdapat penjelasan
mengenai prosentase pengaruh modal sosial dan non sosial terhadap hasil
tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan. Penjelasan yang
terdapat pada jurnal ini jika dihubungkan dengan penelitan yang dilakukan oleh
peneliti sudah memiliki kesinambungan, namun dalam jurnal ini lebih
menitikberatkan pada manajemen yang baik dalam kegiatan penangkapan ikan,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitikberatkan proses
pengelolaan dalam penangkapan ikan.
Dalam artikel yang ditulis oleh Dety Sukmawati menjelaskan mengenai strukur
dan pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi antara juragan dengan buruh. Fokus
penelitian dalam jurnal ini adalah nelayan yang berada di pantai utara Jawa Barat.
Dalam jurnal ini, penulis berusaha untuk memberikan gambaran mengenai struktur
sosial masyarakat nelayan, jenis simbiosis yang terjadi dalam hubungan sosial
ekonomi juragan dengan nelayan bururh, pendapat yang didapatkan antara nelayan
buruh dan juragan, kemudian faktor-faktor yang mendorong dan menarik nelayan
buruh untuk bekerja pada juragan nelayan.
MENENTUKAN
TOPIK PENELITIAN
MELAKUKAN
PENGAMATAN AWAL
Melakukan Studi
Literatur
MENEMUKAN
RUMUSAN MASALAH
Membedah Jurnal Terkait :
1. Pengorganisasian Nelayan
2. Mekanisme Penangkapan Ikan KERANGKA
3. Pola Relasi Antar Nelayan TEORITIS
METODE
ETNOGRAFIS
Menentukan Instrumen
Penelitian
Menulis Catatan TEKNIK
Lapangan Dan Transkip PENGUMPULAN Observasi
Wawancara DATA PENELITIAN
Interpretasi MENULIS
Struktur ETNOGRAFI
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data adalah salah satu tahapan yang terpenting dalam sebuah penelitian
karena jika pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas yang baik. Teknik pengumpulan data juga menyesuaikan bagaimana cara
peneliti ingin memperoleh data. Penelitian yang dilakukan di Sendang Biru Kabupaten
Malang ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara.
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan dua pola pengorganisasian penangkapan
ikan skala kapal slerek di Sendang Biru Kabupaten Malang sehingga populasi dalam
penelitian ini adalah nelayan Kapal Slerek Mandala dan Kapal Slerek Sinar Terang.
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam
proses pelaksanaan penelitian. Para peneliti menggunakan instrumen penelitian untuk
mengumpulkan data-data yang akan diperoleh. Manfaat dari adanya instrumen
penelitian adalah untuk menjadikan kegiatan penelitian menjadi mudah dan sistematis.
Instrument penelitian menjadi alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan
data merupakan salah satu sarana yang dapat diwujudkan dalam bentuk benda, antara
lain pedoman observasi, angket, pedoman wawancara dan sebagainya. Untuk
mempermudah pelaksanaan penelitian, peneliti menggunakan pedoman wawancara
yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh narasumber. Peneliti
juga menggunakan instrumen perekam dalam merekam percakapan antara peneliti dan
informan untuk menghindari kemungkinan ketertinggalan informasi dari apa yang
diucapkan oleh informan.
3.2.2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat sering
dilakukan dalam sebuah penelitian. Observasi juga merupakan hal yang terpenting
dalam pengumpulan data karena seperti apa yang dikatakan Sugiono (2014), belum
tentu apa yang dikatakan orang akan sama dengan apa yang dikerjakannya. Menurut
Sugiyono (2015: 204), observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap
suatu objek. Sugiyono (2009: 144) juga mengatakan bahwa observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dapat disimpulkan bahwa
observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman,
pendengaran dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menjawab
rumusan masalah sebuah penelitian. Observasi ini dilakukan guna memperoleh
gambaran sebenarnya yang mana hasil obervasi akan berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana, dan perasaan emosi seseorang.
3.2.3. Wawancara
Wawancara menurut Kartini Kartono (1986: 171) adalah suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai masalah yang
diangkat dalam penelitian. Wawancara juga dapat dikatakan sebagai pembuktian
mengenai informasi yang telah didapatkan melalui teknik sebelumnya karena bisa
saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya.
Terdapat juga dua jenis wawancara yaitu wawancara mendalam dan wawancara
terarah. Wawancara medalam merupakan cara peneliti mengali informasi secara
mendalam dengan cara terlibat langsung di dalam kehidupan informan dan
melakukan tanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan. Sedangkan
wawancara terarah merupakan cara peneliti mengajukan pertanyaan yang telah
disiapkan sebelum bertanya kepada informan. Peneliti menggunakan wawancara
sebgai cara untuk mendapatkan data terkait dengan penelitian di Sendang Biru.
Sebelumnya peneliti telah membuat daftar pertanyaan untuk kemudian diajukan
kepada informan, peneliti juga telah menentukan informan seesuai dengan kriteria
dan setelah itu barulah peneliti mendatangi informan. Selama penelitian, peneliti tak
jarang harus mendatangi langsung ke kediaman informan dan terkadang berjanji
bertemu di tempat yang sudah disepakati, setelah bertemu dengan informan barulah
peneliti mulai mengajukan pertanyaan yang telah dirancang. Wawancara sendiri
oleh peneliti dibuat semendalam mungkin dan seterarah mungkin guna mendapatkan
data yang diinginkan.
Untuk memunculkan sebuah interpretasi data, maka dalam hal ini peneliti
mencoba menghubungkan ketiga kategori yang muncul, dimana dalam kategori
tersebut juga terdapat struktur-struktur yang mengandung berbagai macam jenis
aktivitas, sehingga dalam hal ini ketika peneliti mengkaitkan struktur-struktur yang
muncul, maka peneliti dapat menghasilkan sebuah bentuk aktivitas yang
berhubungan dengan pola pengorganisasian, penangkapan ikan, dan kapal slerek.
Bahkan ketika peneliti mencoba menggabungkan struktur yang ada di ketiga
kategori tersebut, maka peneliti kemudian berhasil dalam melahirkan tema-tema
yang penjelasanya dapat menjawab rumusan masalah yang peneliti buat. Misalnya
yaitu dalam memunculkan tema struktur pembagian kerja di kapal slerek, penulis
menghubungkan ketiga kategori yang ada yaitunya pola pengorganisasian,
penangkapan ikan, dan kapal slerek, diamana penggabungan beberapa struktur
tersebut menghasilkan kalimat seperti berikut :
“Bapak Sam selaku Juragan kapal slerek “Mandala Sam” bertugas dalam
mengawasi dan mengayomi para ABK, dimana beliau memperoleh informasi
dari nangros dengan menggunakan Hp, bahakan beliau selalu mengetahui
segala perkembangan para ABK nya, baik itu terkait kebutuhan para ABK
ataupun keluhan yang dirasakan oleh para ABK ketika nemor maupun baratan.”
3.3.4. Menulis Etnografi
PEMBAHASAN
Peneliti kemudian juga mencoba mengkaji lebih jauh mengenai polasi relasi
yang terbentuk di kapal slerek Sinar Terang milik Pak Bukhari, dimana peneliti
memperoleh informasi dari istri Pak No yaitu seorang ABK di kapal slerek slerek "Sinar
Terang". Pak No menjadi bagian dari ABK setelah melakukan pinjaman atau hutang
kepada juragan yaitu Pak Bukhari. Pinjaman tersebut dilakukan secara berkala, karena
pinjaman ini menjadi sebuah pengikat antara juragan dan ABK agar tetap menjadi mitra
kerja. Sehingga pengikat kontrak kerja di kapal slerek "Sinar Terang" adalah pinjaman
atau hutang. Pak Hari Gondrong bercerita pada peneliti bahwa saat pembagian upah,
juragan akan bertanya kepada ABK, apakah upah akan dipotong hutang yang di miliki
ABK apa tidak. Biasanya para ABK akan menolak agar upah tidak dipotong hutang
dahulu, mereka lebih memilih untuk dibayar nanti saat mereka merasa memiliki uang
yang cukup bahkan lebih. Para ABK yang ingin melakukan pinjaman atau hutang dapat
langsung menghubungi sang juragan yaitu Pak Bukhari. Tetapi saat ingin memutus
kontrak kerja, maka ABK harus melunaskan pinjaman atau hutangnya terlebih dahulu.
Selain itu dalam hal ini, pengambak sangat membantu juragan, karena saat Pak Eko
yang merupakan seorang pengambak Pak Bukhari, menyebutkan kepada peneliti bahwa
dirinya investor karena biaya kebutuhan kapal untuk kapal slerek "Sinar Terang".
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data yang telah peneliti analisis pada poin pembahasan,
dimana dalam hal ini penulis menoba menganalisa pola pengorganisasian penangkapan
ikan yang terjadi pada skala kapal slerek di daerah Sendang Biru, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwasanya dalam pola pengorganisasian kapal slerek tersebut ternyata
antara kapal yang satu dengan kapal lainnya memiliki perbedaan. Hal ini dapat terlihat
pada beberapa aspek yang menunjukan bahwasanya pola pengorganisasian yang terjadi
pada kapal slerek Mandala Sam dengan kapal slerek Sinar Terang terlihat sangat
berbeda. Jika ditinjau dari segi pembagian kerja yang terjadi, maka pada kapal slerek
Mandala Sam aturan yang diterpakan ternyata lebih mengikat, dimana pembagian kerja
yang sangat terstruktur kemudian menjadikan kapal slerek Mandala Sam memilki
beragam jenis pekerjaan yang membedakan kelompoknya dengan kelompok kapal
slerek Sinar Terang, salah satunya dalam hal penentuan pekerja inti yang pada kapal
slerek Mandala Sam terdapat seorang nangros yang kemudian bertugas sebagai
pemberi informasi kepada para ABK, sedangkan pada kapal slerek Sinar Terang yang
memberikan informasi tersebut adalah Juragannya.
Perbedaan juga terlihat dalam struktur pembagian upah dan struktur relasi yang
terbentuk di antara para pekerja di kedua jenis kapal tersebut, dalam hal ini pada kapal
slerek Sinar Terang dalam pembagian upah, selain memperoleh persenan tersendiri,
sang juragan kemudian juga memperoleh upah dari persenan ABK, dimana dalam hal
ini beliau memperoleh upah dua kali, yaitu dari persenannya sendiri dan juga persenan
para ABK. Jika ditinjau pola relasi yang terjadi, maka pada dasarnya kedua juragan
kapal tersebut sama-sama menerapkan sistem hutang sebagai bentuk memulai ikatan
sosial yang ada, akan tetapi yang membedakannya adalah dalam hal pembayaran
hutang, pada kapal slerek Sinar Terang ketika ABK ingin berhenti bekerja, maka
mereka harus membayar hutang yang telah ada, sedangkan pada kelompok kapal slerek
Mandala Sam ketika ABK ingin berhenti bekerja, maka juragan akan melihat alasannya
berhenti terlebih dahulu, jikalau ABK keluar dikarenakan alasan sakit ataupun
memutuskan untuk tidak melaut lagi, maka juragan akan menganggap lunas hutang
ABK tersebut tanpa harus melakukan pembayaran, akan tetapi jika ABK keluar karena
pindah ke jurgan yang lain, maka ABK tersebut harus melunasi terlebih dahulu hutang
yang dimiliki. Sedangkan jika dilihat dari sistem penangkapan ikan, maka pola yang
terbentuk pada dasarnya sama, akan tetapi yang membedakan hanyalah penggunaan
alat yang mana kapal slerek Mandala Sam memiliki alat yang lebih canggih
dibandingkan kapal slerek Sinar Terang.
6.2. Saran
Peneliti meenyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan
laporan penelitian dan masih banyak kekurangan dalam penelitian yang telah peneliti
kerjakan sehingga untuk penelitian yang mungkin akan dilakukan kedepannya peneliti
meenyarankan dalam melakukan penelitian terkait pola pengorganisasian hendaknya
mencantumkan setiap unsur yang ada dan menggali data sedalam dan selengkap
mungkin. Kelengkapan data tersebut kemudian akan membantu dalam menjelaskan
maksut dari penelitian itu sendiri dengan lebih jelas dan terstruktur. Peneliti juga
menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat membahas pola pengorganisasian
dalam penjualan ikan ssebab peniliti belum berkesempatan untuk meniliti hal terkait
dalam penelitian kali ini.
Daftar Pustaka
Rahardjo, M. (2011). Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Maliki
Malang.
Roza, E. (2017, September 01). Maritim Indonesia, Kemewahan Yang Luar Biasa. Dipetik
April 11, 2019, dari KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN:
https://kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-biasa
Rudyanto, A. (2004). Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut.
Jakarta: Disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP.
Suwito. (2013). Pelayanan Pastoral Gereja Terhadap Remaja Berprilaku Konsumtif Melalui
Program Penangan Keluarga. Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya
Wacana.