Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PEMBAHASAN

Penerapan teknologi pemboran sumur horizontal dimasa kini maupun masa


mendatang sangatlah penting mengingat bahwa cadangan minyak yang ditemukan
semakin berkurang atau sumur-sumur yang telah ditinggalkan karena dengan
teknologi yang dulu tidaklah ekonomis, sekarang bisa dikembangkan dengan
teknologi pemboran horizontal. Dengan melakukan pemboran sumur horizontal,
maka akan meningkatkan recovery suatu sumur yaitu dengan cara memperpanjang
penembusan zona produktif
Pemboran horizontal secara ekonomis akan lebih baik apabila diterapkan
pada reservoir dengan kondisi seperti rekah vertikal, reservoir dengan ketebalan
lapisan produktif yang tipis dengan pelamparan yang luas, reservoir yang terdiri
dari beberapa lensa dan diinginkan untuk ditembus sekaligus dan reservoir dengan
masalah water dan gas coning.

4. 1. Aplikasi Pemboran Horizontal Berdasarkan Jenis-Jenis Reservoir

Lingkungan pengendapan berperan penting dalam kaitan dengan


terbentuknya reservoir dimana untuk terbentuknya minyak dan gas bumi
memerlukan lingkungan pengendapan yang memberikan kadar zat organik yang
tinggi, salah satunya adalah lingkungan pengendapan delta. Lingkungan
pengendapan delta secara umum banyak mengandung hidrokarbon dalam jumlah
besar. River dominated delta adalah delta yang terletak pada muara sungai dimana
pengaruh laut belum terlalu besar. Lingkungan pengendapan dapat diketahui dari
data core atau kalibrasi respon log pada sumur, misalnya apabila diperoleh rekaman
log dimana ukuran butir membesar ke atas (increase upward) maka ada
kemungkinan lingkungan pengendapannya adalah delta.
Delta terbagi menjadi dua, yaitu channel (saluran penyebaran) dan bar
(endapan). Hidrokarbon biasanya terakumulasi pada bar. Pusat dari bar disebut
fringe, terletak pada muara channel. Pada bar permeabilitas vertikal membesar ke
atas sehingga K paling besar terdapat di atas. Secara horizontal permeabilitas

315
316

membesar ke arah pantai atau darat. Gradasi permeabilitas terjadi secara periodik
seiring dengan pasang surut dan diantara satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh
clay atau silt. Ukuran butir, sementasi, dan sortasinya sedang, sedangkan bentuk
butirnya membulat tanggung. Hal ini dikarenakan oleh arus sungai yang tidak
sebesar arus laut sehingga tingkat erosinya tidak terlalu besar.
Proses terbentuknya reservoir lensa-lensa batupasir dengan posisi lensa-
lensa yang terus menerus secara pararel, umumnya terbentuk oleh pengaruh
lingkungan pengendapan fluvial yaitu pada meandering sungai (meander river).
Lensa-lensa batupasir yang terbentuk pada meandering sungai relative akan
mempunyai posisi terus menerus secara lateral. Pada meandering sungai secara
umum posisi lateral akan lebih stabil dari pada braided sungai. Hal ini disebabkan
karena lapisan lensa-lensa yang terbentuk lebih tebal dan lebih banyak mengandung
fosil fauna-fauna berat serta lapisan datar (flood plain) yang sukar tererosi atau
terkikis, sedangkan reservoir lensa-lensa batupasir yang tidak menerus
(discontinous lenses) dapat berupa lensa-lensa yang bertingkat secara vertikal dan
dapat juga secara lateral dengan variasi ketebalan dan luas area yang bervariasi.
Lingkungan pengendapan yang mempengaruhi terbentuknya lensa-lensa batupasir
ini adalah lingkungan pengendapan braided sungai dan lingkungan pengendapan
lingkungan delta. Pada lingkungan pengendapan delta terutama delta yang dangkal,
terdapat saluran penyebar (distributary channel) dan pada dasarnya akan
terendapkan lapisan pasir.
Reservoir rekah alami merupakan reservoar yang terbentuk dari rekahan-
rekahan yang terjadi secara alami, dimana rekahan ini akan memberikan harga
porositas rekahan dan permeabilitas rekahan (Kf), sedangkan untuk reservoir non-
rekah alami hanya matrix yang berperan dalam memberikan harga porositas dan
permeabilitasnya. Untuk reservoar rekah alami harga porositas maupun
permeabilitasnya merupakan total dari porositas ataupun permebilitas matrix dan
rekahanya atau dikenal dengan sistem dual porosity.

Umumnya reservoir yang memiliki ketebalan tipis terbentuk oleh adanya


proses laminasi. Laminasi terbentuk akibat adanya variasi laju pasokan atau laju
pengendapan material yang berbeda-beda. Variasi itu sendiri dinisbahkan pada
317

pergeseran arus pengendap secara kebetulan, pada iklim (khususnya perubahan


mendaur yang berkaitan dengan ritme harian atau tahunan), serta pada banjir atau
badai yang tidak bersifat periodik. Sebagian serpih memperlihatkan laminasi yang
sangat baik; sebagian lain justru tidak mengandung laminasi. Contoh paling
sempurna dari serpih berlaminasi baik adalah serpih endapan danau. Laminasi yang
juga terlihat cukup jelas, meskipun tidak sejelas seperti yang terlihat dalam endapan
danau, dapat ditemukan dalam batulumpur yang terpecah-pecah serta dalam
sedimen terestrial lainnnya. Karbonat endapan dataran pasut juga berlaminasi baik.
Sedimen-sedimen seperti itu, apabila telah kompak, disebut laminit (laminite).
Karakteristik reservoir meliputi sifat fisik, jenis batuan dan fluida, kondisi
reservoirnya serta geometrinya. Masing–masing karakter tadi sangat berpengaruh
pada saat pemboran berlangsung maupun pada saat berproduksi. Pada pemboran
horizontal, yang menjadi tujuan utama adalah panjang lubang pengurasan
semaksimal mungkin sesuai dengan geometri reservoir dan beban yang diderita
oleh drill pipe, sehingga mampu memberikan luas pengurasan yang besar. Sebelum
mencapai reservoir, diperlukan pemboran untuk menembus lapisan batuan
diatasnya, untuk ini diperlukan data batuan (lithologi), sehingga bisa direncanakan
lumpur, casing, semen serta program bitnya untuk menghindari problem selama
pemboran berlangsung.

Dalam keadaan sebenarnya permeabilitas dalam arah vertikal dan horizontal


tidak sama. Keadaan ini disebut anisotropic. Besarnya permeabilitas horizontal dan
permeabilitas vertikal sangat berpengaruh terhadap produktivitas sumur horizontal.
Permeabilitas berbanding lurus dengan produktivitas. Permeabilitas vertikal yang
kecil akan menyebabkan peningkatan tahanan alir bidang vertikal, begitu juga
dengan permeabilitas horizontal sehingga jika permeabilitas kecil maka laju
produksi total juga akan kecil.

Penerapan pemboran horizontal dengan melihat karakteristik reservoir


adalah menyangkut produktivitas sumur horizontal yang dipengaruhi oleh
viskositas fluida, porositas dan permeabilitas (anisotropic) serta mekanisme
pendorong (yang sangat berkaitan dengan pembentukan water dan gas coning).
318

Pengaruh viskositas minyak sangat besar sekali terhadap produktivitas sumur


horizontal. Hal ini terutama sangat terlihat apabila sumur horizontal diterapkan
pada reservoir antiklin yang cukup besar kemiringannya, dimana viskositas dapat
mempengaruhi besarnya pressure drop sepanjang sumur horizontal. Untuk fluida
dengan harga viskositas yang lebih tinggi, pressure drop sepanjang sumur
horizontal akan tinggi pula sehingga produktivitasnya menjadi kecil.
4.2. Perencanaan Pemboran Sumur Horisontal
Apabila karakteristik batuan telah diketahui, maka dapat dilakukan
perencanaan pemboran horizontal, meliputi perencanaan profil sumur (titik lokasi
dipermukaan, panjang lintasan horizontal, dan perencanaan setting depth casing),
goemetri lubang bor, perencanaan rangkaian drill string, dan perencanaan komplesi
sumurnya. Perencanaan profil sumur pada pemboran horizontal dibagi menjadi tiga
bagian, bagian lubang vertical, bagian lubang penambahan sudut sampai akhir
bagian penambahan sudut/ build up section sampai end of curvature, dan bagian
horizontal.
Penentuan titik lokasi dipermukaan ditentukan oleh kondisi permukaan atau
morfologi serta kondisi lingkungan, sedangkan panjang lintasan horizontal
ditentukan oleh geometri reservoir, laju pengurasan terbaik, dan kemampuan alat.
Penentuan lokasi KOP dibatasi oleh kedalaman target yang harus dicapai dan
kondisi formasi sebagai tempat kedudukan KOP, serta kemampuan perlatan dalam
membentuk pertambahan sudut. Adapun kondisi formasi yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Kedudukan KOP tidak terletak pada zona lunak, zona rekah, atau zona yang
tidak stabil.

b. Kedudukan KOP terletak pada jarak yang cukup dibawah casing shoe untuk
menghindari terjadinya gesekan.

c. Kedudukan KOP ditempatkan jauh dari permukaan karena jarak koordinat


sasaran dari sumbu vertical yang melalui koordinat permukaan (lantai bor) tidak
begitu jauh. Selain itu, untuk menghindari hambatan- hambatan pada daerah
319

berbahaya (abnormal zone), maka penempatan KOP dilakukan setelah casing


menutup daerah-daerah berbahaya tersebut.
Setelah kedalaman titik belok (KOP) ditentukan, maka mulai dari titik
tersebut kita arahkan mata bor (bit) ke sasaran dengan sudut kemiringan tertentu
dengan menggunakan alat pembelok (deflection tools/ tool face). Alat yang
digunakan untuk membelokkan arah pada pemboran horizontal adalah badger bit,
spud bit, knuckle joint, whipstock, dyna drill, dan turbo drill, dimana dalam
pelaksanaannya untuk untuk peralatan pembelok seperti dyna drill dan turbo drill
harus dikombinasikan dengan bent sub dalam menghasilkan sudut yang diinginkan.
Bentuk/ tipe bagian pertambahan sudut ini berguna untuk memperpendek jarak
EOC. Tipe perlintasan lubang bor pada pemboran horizontal ada 4 tipe, yaitu: single
build up curve, ideal build up curve, simple tangent build up curve, dan complex
tangent build up curve.
Idealnya lintasan lubang bor pada build up section merupakan kombinasi
antara kurva lengkungan untuk bagian penambahan sudut dan prinsip- prinsip
tangensial untuk bagian konstan sehingga dapat diperoleh lintasan build up section
yang halus (smooth). Pembelokan lubang bor dimulai dari KOP hingga arah target
yang diinginkan (EOC), pembelokan arah diusahakan agar tidak mengalami
penyimpangan terhadap rencana/ target. Untuk itu arah lubang bor dikontrol
melalui peralatan Measurement While Drilling (MWD), sedangkan pengaturan
sudut dilakukan dengan tiga cara, yang pada prinsipnya merupakan cara
penyusunan pemboran horizontal (BHA), yaitu prinsip pendulum, fulcrum, dan
stabilisasi yang dapat membentuk efek tertentu terhadap sudut kemiringan
pemboran yang dilakukan.
Pada penentuan kedalaman target, yang harus dicapai dalam hal ini adalah
kedalaman titik awal bagian horizontal berhubungan erat dengan besar DABU
(Drift Angle Build Up/ Besar Laju Pertambahan Sudut) yang dapat dilakukan.
Target yang dalam memungkinkan untuk memilih DABU relatif kecil, sebaliknya
target yang dangkal memerlukan DABU yang lebih besar. DABU yang besar
memerlukan konfigurasi drill string dan peralatan khusus seperti yang digunakan
seperti yang digunakan dalam pemboran sumur tipe short radius radial system dan
320

medium radius radial system, dimana pemboran dengan DABU lebih besar
mengalami kesulitan dalam mengontrol sudut arah disamping adanya batasan
casing yang digunakan.
Dalam pemboran horizontal, perencanaan rangkaian drill string harus
diperhatikan gaya- gaya yang bekerja pada bagian pertambahan sudut dan bagian
horizontal. Gaya tersebut ada 3, yaitu:
a. Torsi merupakan beban putar yang diakibatkan saat memutar rangkaian pipa
bor.
b. Drag merupakan beban lelah dari rangkaian pipa bor akibat pengaruh gesekan
antara rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor.
c. Buckling merupakan beban tertekuknya pipa pada sudut lubang yang terbentuk
sangat besar sehingga rangkaian pipa pemboran akan melengkung pada bagian
pertambahan sudut.
Untuk mengatasi besarnya torsi, drag, dan buckling yang terjadi antara
rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor, maka digunakan pipa khusus yaitu
pipa fleksibel/ Compressive Strength Drill Pipe (CSDP). Pipa jenis ini ditempatkan
pada bagian pertambahan sudut agar tidak terjadi kontak yang berlebihan dengan
dinding lubang bor dan pada bagian horizontal digunakan Heavy Weight Drill Pipe
(HWDP) untuk mendapatkan beban bit.
4.3. Potensi Problem Pemboran Horisontal
Pada saat proses pemboran, akan ada kemungkinan munculnya problem
pemboran yang disebabkan oleh formasi yang sedang ditembus maupun dari
rangkaian pipa itu sendiri.
Pada saat melakukan perencanaan rangkaian pipa bor yang akan digunakan
harus mempertimbangkan beban drag, beban torsi, buckling dan tension. Dalam hal
ini yang akan kita bicarakan adalah masalah kekuatan dan beban dari rangkaian
pipa bor.
Pada kenyataannya, proses pemboran tidak selalu lancar, seringkali pipa
terjepit oleh formasi, ada 2 macam kasus pipa terjepit yaitu differential pipe sticking
dan mechanical pipe sticking. Hal ini dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya
pipa terjepit, pada differential pipe sticking disebabkan oleh adanya pengangkatan
321

cutting yang kurang sempurna, mud cake yang terlalu tebal dll. Sedangkan pada
mechanical pipe sticking disebabkan oleh formasi yang mengembang, rangkaian
pipa yang menghantam dasar lubang sumur, dan ditarik masuk ada lubang kunci
(key seat).
Pada pemboran horizontal muncul problem kecendrungan penyimpangan
sudut, hal ini disebabkan oleh perencanaan penempatan BHA yang kurang tepat.
Untuk mengurangi problem ini, maka pemonitoran arah dan kemiringan rangkaian
pipa pemboran harus dilakukan secara kontinyu dengan teknologi Measurement
While Drilling (MWD).
Pembersihan lubang termasuk masalah utama dalam pemboran horizontal.
Pada bagian lubang horizontal dan pertambahan sudut, cutting mencapai bagian
dasar lubang dengan lintasan jatuh yang pendek sekali, bahkan pada bagian
horizontal hanya sebesar diamater lubang.
4.4. Perencanaan Komplesi Sumur Pada Sumur Horisontal.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan komplesi sumur
yaitu kekompakan batuan, jumlah lapisan produktif, produktivitas index, sifat
fluida formasi, kemungkinan pemakaian artificial lift dan kemungkinan operasi
treatment dan workover.
Pada perencanaan komplesi sumur, dibagikan menjadi tiga yaitu formation
completion, tubing completion dan well head completion. Yang membedakan
komplesi sumur antara pemboran horizontal dan pemboran vertikal terdapat pada
formation completion. Yaitu jika pada pemboran vertikal formation completionnya
adalah open hole, perforated, dan sand exclusion. Sedangkan pada sumur horizontal
yaitu open hole, slotted liner, liner with partial isolation, dan cemented and
perforated liner.
Open hole completion merupakan komplesi sumur yang biasanya dipakai
untuk sumur horizontal short radius, atau medium radius dan juga harus dipastikan
bahwa formasi tersebut merupakan formasi yang kompak sehingga tidak akan
terjadi collapse. Keuntungan dari komplesi sumur ini adalah biayanya yang murah,
tetapi kekurangannya adalah sedikitnya alat pengontrol produksi sehingga akan
sulit dalam mengontrol problem produksi.
322

Slotted liner completion digunakan pada formasi yang lemah, tujuan utama
dari pemakaian slotted liner dalam sumur horizontal adalah untuk menjaga lubang
bor dari runtuhnya formasi produktif dan memberikan jalan untuk memasukkan
beberapa alat seperti coilled tubing dalam sumur horizontal. Komplesi ini tidak
digunakan jika terdapat problem kepasiran, karena pasir pasir akan menyumbat
slotted liner atau ikut terproduksikan.
Terdapat tiga jenis liner yaitu perforated liner, slotted liner dan prepacked
liner. Perforated liner adalah liner yang diperforasi dipermukaan. Slotted liner
adalah liner yang memiliki ukuran panjang dan lebar serta kemiringan tertentu.
Maksud dari perbedaan ukuran panjang lebar dan kemiringan adalah untuk
mengurangi atau membatasi produksi pasir. Sedangkan prepacked liner adalah liner
yang didalamnya dimasukkan resin yang tercampur oleh pasir sehingga terbentuk
semacam gravel pada liner, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi produksi pasir.
Liner with partial isolation completion adalah liner yang dipasang packer
pada beberapa bagian dengan fungsi untuk menutup beberapa bagian formasi agar
dapat mengontrol zona produksi di sepanjang bagian horizontal. Selain
menggunakan packer, dapat digunakan semen.
Cemented and perforated liners completion merupakan teknologi yang
terbaru yaitu dengan melakukan pekerjaan semen pada liner horizontal dan
melakukan pembolongan dengan perforasi. Penggunaan komplesi sumur tipe ini
diterapkan pada zona yang tidak kompak.
Parameter yang dapat mempengaruhi pengembangan reservoir adalah
ketebelan reservoir, anisotropi reservoir, jari-jari lubang sumur, posisi sumur
horizontal, panjang sumur horizontal, dan daerah pengurasan sumur horizontal.
Semakin panjang sumur horizontal maka produktivitasnya semakin besar,
sedangkan jari-jari sumur tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan
produktivitas sumur. Pengaruh tebal reservoir terhadap produktivitas sumur
horizontal, yaitu dengan bertambahnya tebal reservoir maka produktivitas sumur
horizontal akan bertambah. Permeabilitas merupakan besaran yang sangat
berpengaruh terhadap produktivitas, karena permeabilitas merupakan kemampuan
batuan untuk mengalirkan fluida. produktivitas berbanding lurus dengan
323

permeabilitas. Besarnya perbandingan permeabilitas horisontal dan vertikal


memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap produktivitas sumur horisontal.
Dalam sumur horisontal, penurunan harga permeabilitas vertikal dan menyebabkan
peningkatan dalam tahanan alir dalam bidang vertikal dan akibatnya akan
menurunkan laju produksi total. Dan sebaliknya jika permeabilitas vertikal lebih
besar dari permeabilitas horisontal akan mengakibatkan penurunan tekanan alir
dalam bidang vertikal dan akan meningkatkan laju produksi total. eccentricity akan
memperkecil produktivitas. Hal ini disebabkan bertambah besarnya tahanan aliran
pada bidang vertical. Dengan asumsi bahwa permeabilitas batuan seragam untuk
arah vertical dan horizontal.
Bila laju produksi yang diinginkan melebihi laju produksi kritis-nya, maka
bidang WOC menjadi tidak stabil dan akan membentuk kerucut (coning/cresting).
Air kemudian akan segera terproduksi dan kadar air (water cut) akan meningkat
cepat dengan waktu. Pertama kali air masuk ke dalam sumur disebut water
breakthrough. Lamanya waktu bagi air untuk coning/cresting disebut water Water
coning atau water cresting.
Coning dapat dikurangi dengan meminimalkan tekanan drawdown. Laju
produksi minyak sebanding dengan tekanan drawdown, dan dengan meminimalkan
tekanan drawdown untuk mencegah terjadinya coning maka hal ini akan
mengurangi laju produksi. Dengan sumur horizontal tekanan drawdown yang
dicapai minimum produksi per unut panjang sumur mungkin kecil tetapi karena
pengaruh dari panjang bagian horizontalnya hal ini dapat mengurangi laju produksi
minyak. Dengan demikian sumur horizontal memberikan produksi yang optimum
dimana tekanan drawdown dan kecenderungan terjadinya coning dapat
diminimalkan dan laju produksi yang tinggi dapat diperoleh.
Sumur horizontal ternyata mampu meningkatkan produktifitas dari sumur
bila dibandingkan dengan sumur vertical. Selain mampu mengatasi masalah
geologi ternyata juga mampu mengurangi terjadinya water coning maupun gas
coning serta cocok untuk reservoir besar dan reservoir kecil yang tidak ekonomis
bila dikembangkan dengan sumur vertical.

Anda mungkin juga menyukai