Anda di halaman 1dari 69

SPESIFIKASI BAHAN

NAMA KEGIATAN : Perencanaan Infrasruktur Kawasan Permukiman


NAMA PEKERJAAN : Biaya Perencanaan Fisik (Sederhana), Nilai Pekerjaan 700
Jt ( Paket 15)
LOKASI : Konstruksi Jalan Paving Permukiman Lebar 4m Dengan
Saluran Lebar 60 cm dengan Plat
Jl.Panggung Sisi Utara (Dekat Masjid Serang)
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
UMUM
Semen / Portland Holcim, Gresik, Tiga Roda
Cement ( PC ) MU, Prime Mortar
Semen
Semen Instan (Mortar) Sika Grout 215,Fosroc
Semen Bewarna Yiyitan Lockfix, BASF Masterflow
Pasir Urug Bawah Box Lokal yang disetujui oleh
Pasir
Pelaluan Air pengawas
Sirtu Material Timbunan Gempol, Porong
Krakatau Steel, Hanil Jaya
Besi Beton Standart SNI Stell, Master Stell, Bhirawa,
Jatim
Multipleks 12mm
Bekisting
Rangka kayu meranti
1 PEKERJAAN JALAN DAN SALURAN
Pekerjaan Jalan
Paving ½ Blok Hitam Tebal8 CmmutuK350 Conbloc,Focon,Mercu,Merak
Paving ½ Blok Abu Tebal8 CmmutuK350 Conbloc,Focon,Mercu,Merak
Paving Blok Classico Tebal8 CmmutuK350 Conbloc,Focon,Mercu,Merak
Merah
Paving Blok Classico Tebal8 CmmutuK350 Conbloc,Focon,Mercu,Merak
Abu-abu
Dian Jayatama Steel, Krakatau
Pekerjaan Wiremesh
1.1 Beton (Mutu K-350) Steel, Hanil Jaya Stell, Master
M8-150 Untuk Jalan
Stell, Bhirawa, Jatim
Kanstin MutuK175 Conbloc,Focon,Mercu,Merak
Grill Manhole Cost
Merk Grill Manhole Cover
Iron Tbl. 7 cm Gandar 40 Ton
Fabrikasi yang memiliki ISO
(100 x 100 cm)
Sloof frame manhole Beton (Mutu K-350) Cor Setempat
Plastik Polythene Tbl.
Styrofoam/Polystyrene Bangkuang
125 Mikron
Pekerjaan Saluran
Dinding Manhole
Beton (Mutu K-225) Cor Setempat
saluran
1.2 Beton (K-350) Untuk
Beton (Mutu K-350) Cor Setempat
Box Tangkapan Air
Beton (Mutu K-100)
Lantai Kerja B-0 Cor Setempat
Setara 1Pc : 3Ps : 6Kr
No. Pekerjaan Spesifikasi Material Keterangan
U-Gutter Pelaluan Air
Beton (Mutu K-225) Calvary, Adimix
30.20.60 cm
Cover MutubetonK-350 PabrikanyangmemilikiISO
UDitch71.14.120(typ Gandar10Ton (AdhimixPrecast)
e khusus)
2 PEKERJAAN PEDESTRIAN
Pekerjaan Pedestrian
Kerb / Curbing Type B
Beton (Mutu K-350) Asiacon, Calvary, Adimix
uk. 20x30x50 cm
Grill Manhole Klasik Merk Grill Manhole Cover
Gandar 5 Ton
(96 x 96 cm) Fabrikasi yang memiliki ISO
Grill Tangkapan Air Merk Grill Manhole Cover
Gandar 20 Ton
2.1 (80,5 x 62 cm) Fabrikasi yang memiliki ISO
Box Tangkapan Air
Beton (Mutu K-350) Calvary, Adimix
84.65.50 cm
Plastik Polythene Tbl.
Styrofoam/Polystyrene Bangkuang
125 Mikron
Pekerjaan Wiremesh Dian Jayatama Steel, Krakatau
M6-150 Untuk Beton (Mutu K-225) Steel, Hanil Jaya Stell, Master
Pedestrian Stell, Bhirawa, Jatim
Batu Kobel alam lokal
3 PEKERJAAN PEMASANGAN PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)
Pekerjaan PJU
Pekerjaan Beton Untuk
Beton (Mutu K-225) Cor Setempat
Pedestal
Pekerjaan Beton Untuk
Beton (Mutu K-225) Cor Setempat
Pondasi strous Pile
Tiang Lampu klasik Merk tiang lampu Fabrikasi
3.1 besi cor
PJU yang memiliki ISO
Merk. Supreme, Kabelindo dan
Kabel NFGBY Uk. 4 x 10 mm
Metal. Standart LMK/SNI
Panel GRC Motif
Merk panel GRC
Panel GRC Khusus, Sealant dan
Fabrikasi yang memiliki ISO
Aksesoris
BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 PERSYARATAN TEKNIS


1. Penyedia Jasa bekerja berdasarkan Gambar Kerja
2. Penyedia Jasa harus mengajukan Shopdrawing yang didasarkan pada Gambar Kerja atau
DED dan harus mendapat persetujuan oleh Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu
pekerjaan.
3. Pekerjaan dapat dilaksanakan mengikuti Gambar Kerja atau DED.
4. Item-item pekerjaan yang dilaksanakan sesuai urutan gambar kerja atau DED
5. Item-item yang di jelaskan dalam persyaratan teknis antara lain Pembuatan Rencana
Kerja dan Jadwal Pelaksanaan, Situasi dan Persiapan Pekerjaan termasuk bagian yang
tidak terpisahkan di dalam penawaran Kontraktor. Segala biaya yang di akibatkan oleh
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab dari pada Kontraktor.

1.2 PEMBUATAN RENCANA KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN


1. Penyedia Jasa berkewajiban menyusun dokumen rencana kerja yang berisi tentang
metoda pelaksanaan pekerjaan konstruksi seperti yang tercantum dalam dokumen
penawaran. Penyusunan rencana kerja juga harus didasari pada pertimbangan teknis dan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan
tempat pekerjaan berlangsung.
2. Dokumen rencana kerja harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa selambat-lambatnya 7 hari
sejak ditandatanganinya SPMK ( Surat Perintah Mulai Kerja ) sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Penyedia Jasa berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam bentuk
barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-
butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran, disahkan oleh Konsultan Pengawas.
4. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan. Penyelesaian
yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas.
5. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa belum
menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2
minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
6. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Penyedia Jasa harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan
yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
7. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan atau rencana kerja kalau Direksi /
Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling
lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan.
8. Pemborong tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum
adanya sesuatu persetujuan dari Direksi/ Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali
dapat dibuktikan bahwa Direksi/ Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk
memeriksa rencana kerja pemborong pada waktunya, maka kegagalan pemborong
untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang
disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari pemborong yang
bersangkutan.
9. Membuat rambu – rambu lalu lintas sementara untuk pengamanan jalan.
10. Melakukan survey, pengukuran lapangan dan membuat gambar kerja (shop drawing).
11. Membuat dokumentasi foto pelaksana, rangkap 3 (tiga) mulai dari fisik pekerjaan 0%.
50%, 100%.

1.3 IJIN PELAKSANAAN


Ijin pelaksanaan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut,
Pemborong diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan yang disetujui sebagai
pegangan pemborong untuk melaksanaan pada bagian pekerjaan tersebut.

1.4 PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN

1.1.1. Dokumen terlaksana (As Build Document)


a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan, Pemborong wajib menyusun
Dokumen terlaksana yang berdiri dari:
1. Gambar – gambar terlaksana
2. Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan
b. Dikecualikan dari kewajiban diatas adalah Pemborong untuk pekerjaan:
1. Pekerjaan persiapan
2. Supply bahan, perlengkapan/peralatan kerja
c. Dokumen terlaksana bisa disusun dari:
1. Dokumen Pelaksanaan
2. Gambar – gambar perubahan
3. Perubahan persyaratan teknis
4. Brosur teknis yang di beri tanda pengenal khusus berupa cap sesuai
petunjuk Direksi/ Pengawas.
d. Dokumen terlaksana inin harus diperiksa dan di setujui oleh Direksi/
Pengawas.

1.5 SITUASI/LOKASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

1. SITUASI/LOKASI
Lokasi proyek adalah di Jl.Panggung Sisi Utara (Dekat Masjid Serang). Lahan proyek
akan diserahkan kepada Penyedia Jasa sebagaimana keadaannya waktu Penjelasan
Lelang.
a. Kekurangtelitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim/tuntutan.

2. AIR DAN DAYA


a. Penyedia Jasa harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin secara kualitas dan kuantitasnya.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri
sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya
dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus
memenuhi persyaratan yang berlaku. Penyedia Jasa harus mengatur dan menjaga agar
jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.
Penyedia Jasa harus pula menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

3. SALURAN PEMBUANGAN
Penyedia Jasa harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga
agar daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan
atau air buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.

4. KANTOR PENYEDIA JASA, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN


FASILITAS LAIN
Penyedia Jasa harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang
dan halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Penyedia Jasa harus juga menyediakan untuk
pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai
untuk mandi dan buang air.
Penyedia Jasa harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana
konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Penyedia Jasa harus menjamin agar seluruh
fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan. Pemilihan lokasi untuk hal
tersebut diatas harus seijin Konsultan Pengawas.

5. PAPAN NAMA PROYEK


Penyedia Jasa wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian
depan halaman proyek sehingga mudah dilihat. Ukuran dan redaksi papan nama
tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa tidak diijinkan menempatkan atau
memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin
dari Pemberi Tugas.

6. PEMBERSIHAN LOKASI
1. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak dan akar-akar
pohon.
2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan rata.
3. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan
seperti adanya batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan
dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
4. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut
keluar dari halaman proyek.
5. Penanganan bahan bekas bangunan, sisa bongkaran dll harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya sebelum pelaksanaan.
6. Apabila dalam penggalian ditemukan material berharga, maka harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas
7. Kontraktor tidak boleh membasmi, menebang atau merusak pohon-pohon atau
pagar, kecuali telah ditentukan lain atau sebelumnya diberi tanda pada gambar-
gambar yang menandakan bahwa pohon-pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika
ada sesuatu hal yang mengharuskan Kontraktor untuk melakukan penebangan,
maka ia harus mendapat ijin dari pemberi tugas.

7. PENGUKURAN / UITZET
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pengukuran batas/garis, elevasi persiapan
lahan, dan pekerjaan pengukuran lainnya yang ditentukan dalam Gambar Kerja dan/atau
yang ditentukan Pengawas Lapangan, termasuk penyediaan tim ukur yang
berpengalaman. Pekerjaan ini juga meliputi peralatan pengukuran lengkap dan akurat
yang memenuhi ketentuan spesifikasi ini.

Standart/Rujukan
Gambar DED

Prosedur Umum
a. Data Standar Pengukuran
Standar pengukuran berdasarkan poligon tertutup tiga titik koordinat dan patok akan
disediakan Pemilik Proyek dan akan menjadi patokan pengukuran yang dilakukan
Kontraktor.
Bila Kontraktor berkeberatan atas penentuan sistem koordinat tersebut, maka dalam 1
(satu) minggu setelah penentuan, Kontraktor dapat mengajukan keberatan secara
tertulis beserta data pendukung untuk kemudian akan dipertimbangkan oleh
Pengawas Lapangan.

b. Persyaratan Pengukuran
Kontraktor harus melaksanakan perhitungan pengukuran dan pemeriksaan untuk
mendapatkan lokasi yang tepat sesuai Gambar Kerja dan harus disetujui Pengawas
Lapangan.
Setiap kali melakukan pengukuran, pemeriksaan ketepatan harus dilakukan dengan
Poligon tertutup. Kesalahan maksimal yang diijinkan dari Poligon tertutup adalah
sebagai berikut :
- Kerangka Horizontal (Poligon) :
 Salah pentutup sudut = 10  n
(n = banyak titik / sudut)
 Salah relatif  1 /10000
- Kerangka Vertikal (Sipat Datar) :
 Salah pentutup beda tinggi = 10  D km (mm)
(D = total jarak terpendek)
 Semua jarak kemiringan harus dikurangkan ke jarak tegak.

c. Patok/Bench Mark
- Kontraktor harus menjaga, melindungi patok standar pengukuran maupun patok –
patok yang dibuatnya.
- Pemindahan patok, termasuk patok – patok yang dibuat pihak lain harus
dihindarkan. Mengikat sesuatu pada patok tidak diijinkan. Setiap kerusakan pada
patok harus dilaporkan kepada Pengawas Lapangan. Kontraktor setiap waktu
bertanggung jawab memperbaiki dan mengganti patok yang rusak. Biaya
perbaikan patok menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
- Patok harus dibuat oleh Kontraktor dari besi baja yang ditanam dalam beton
dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut :

f c
d
b
a

10 Lapisan Batu

Tanah Dasar dipadatkan


Kepadatan Tanah 90-
95%
e
a b c d e f
Tanah Lunak : 100 90 15 20 45 2.5 Cm

Tanah Kerak : 70 50 15 15 15 2.5 cm

Biaya pembuatan patok menjadi tanggung jawab Kontraktor

- Penandaan harus jelas terbaca dan kuat/awet. Patok di tanah harus dilindungi
dengan pipa beton dan struktur lain dan harus bebas dari air dan tanah.
- Kerangka horisontal harus dari pasak kayu, berukuran 50 mm x 50 mm panjang
300 mm, ditanam dengan kuat ke dalam tanah, menonjol 20 mm di atas
permukaan tanah dengan paku ditengahnya sebagai tanda, atau dengan cara lain
yang ditentukan oleh Pengawas Lapangan.

d. Tim Pengukur dan Peralatan


Kontraktor harus menyediakan tim ukur yang ahli, yang disetujui terlebih
dahulu oleh Pengawas Lapangan, dan mereka bertanggung jawab memberikan
informasi dan data yang berkaitan dengan pengukuran kepada Pengawas Lapangan,
Kontraktor harus menggunakan sejumlah peralatan pengukuran yang memadai,
akurat dan memiliki sertifikat dan disetujui Pengawas Lapangan.
Jika menurut pendapat Direksi kemjuan kontraktor tidak memuaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor
tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang
ditentukan, Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk
mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh beaya-nya kepada
kontraktor

Pelaksanaan Pekerjaan
a. Perhitungan dan Catatan Pengukuran
Catatan lengkap harus mencakup semua pengukuran lapangan, rapi dan teratur.
Pengukuran harus dengan jelas menyebutkan nama proyek, lokasi, tanggal, nama. Buku
yang dijilid harus digunakan untuk catatan.
Catatan lapangan yang terpisah harus dibuat untuk setiap kategori berikut :
- Pemeriksaan melintang
- Ketinggian patok
- Lokasi pengukuran
- Konstruksi pengukuran
- Potongan melintang
Koordinat seluruh patok, titik pemeriksaan dan lainnya harus dihitung sebelum
pengukuran.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik acuan yang menunjukkan
jarak dan azimut ke setiap titik acuan.
Profil dan bidikan elevasi topografi harus dicatat dalam buku lapangan.
Semua catatan dan perhitungan harus dibuat permanen, dan dijaga di tempat yang aman.
Penyimpanan data lapangan yang tidak berlaku lagi dilakukan oleh Pengawas Lapangan.

b. Pemeriksaan Ketepatan
Semua elemen pengukuran, pemeriksaan dan penyetelah harus diperiksa Pengawas
Lapangan pada waktu–waktu tertentu selama pelaksanaan proyek.Kontraktor harus
membantu Pengawas Lapangan selama pemeriksaan pengukuran lapangan.
Perhitungan berikut harus digunakan untuk memeriksa catatan lapangan :
Kesalahan sudut menyilang e1 = 1’ n
Kesalahan garis menyilang e2 =  (L2 + D2)
L = perbedaan antara garis lintang utara dan garis lintang selatan
D = perbedaan antara titik keberangkatan timur dan titik keberangkatan barat
e
Ketepa tan 
perimeter

Pengukuran yang tidak sempurna yang dikerjakan Kontraktor, harus diperbaiki dan diulang
tanpa tambahan biaya.
Kontraktor harus menjaga semua tanda dan garis yang dibutuhkan agar tetap terlihat jelas
selama pemeriksaan.
Setiap pemeriksaan yang dilakukan Pengawas Lapangan tidak membebaskan Kontraktor
dari seluruh tanggung jawabnya membuat pengukuran yang tepat untuk kerataan, elevasi,
kemiringan, dimensi dan posisi setiap struktur atau fasilitas.

1.6 DIREKSI KEET


1) Uraian Pekerjaan
Menurut Seksi ini, Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan, memasang,
memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya Kontrak harus
memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-gudang
penyimpanan, barak-barak pekerja dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk
pengelolaan dan pengawasan proyek.

2) Ketentuan Umum
a) Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun
Daerah.
b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan
Denah Lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program
Mobilisasi , dimana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan
daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan.
d) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan
cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
e) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok
sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
f) Sesuai pilihan Penyedia Jasa, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari
komponen-komponen pra-fabrikasi.
g) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang
mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
h) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru
atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan
maksud pemakaiannya dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan
dan peraturan yang berlaku.
i) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan
sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar
keliling, dan dilengkapi minimum dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat
parkir.
j) Penyedia Jasa harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar – gambar.
Dimana bahan – bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan
– ketentuan pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan kewajiban
penyedia jasa untuk mengganti bahan atau peralatan tersebutsehingga sesuai
dengan ketentuan tanpa adanya tambahan biaya.
Apabila terdapat perbedaaan volume antara gambar dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) maka volume yang diakui adalah sebagaimana tertera pada RAB
namun pelaksanaan dilapangan disesuaikan dengan lapangan.
k) Sebelum akan memulai pekerjaan penyedia jasa harus mengadakan penelitian
terhadap gambar – gambar dan bestek maupun lapangan pekerjaan.
l) Bila terdapat hal – hal yang meragukan harus segera melapor kepada
penanggung jawab Kegiatan/Pengawas Lapangan dan penyedia jasa dilarang
memulai pekerjaan, bila belum ada penyelesaian dari pihak pengawas
lapangan.
m) Bila hal ini tidak diindahkan oleh penyedia jasa maka, segala akibat dari
kesalahan konstruksi maupun pelaksanaan menjadi tanggung jawab penyedia
jasa sepenuhnya.
n) Penyedia jasa harus membuat laporan kegiatan baik laporan harian, mingguan
dan laporan bulanan sesuai dengan prestasi fisik pekerjaan di lapangan.

3) Kantor Penyedia Jasa Dan Fasilitasnya


a) Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan
memenuhi kebutuhan proyek sesuai Seksi dari Spesifikasi ini.
b) Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Penyedia Jasa dan
harus menyediakan sebuah ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan.
c) Alat Komunikasi
1.1.1.1. Penyedia Jasa harus menyediakan Telpon satu atau dua arah dan dapat
beroperasi selama periode kontrak.
1.1.1.2. Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau
tidak dapat disediakan dalam periode mobilisasi, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan pengganti telpon satelit (menggunakan sistem satelit Inmarsat atau
Iridium atau sejenis) yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan
dapat diandalkan antara kantor Pengguna Jasa di Ibukota Provinsi, kantor Tim
Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan. Sistem telpon harus dipasang
di kantor utama dan semua kantor cabang serta digunakan sesuai dengan
petunjuk dari Direksi Pekerjaan.
1.1.1.3. Bilamana ijin atau perijinan dari instansi Pemerintah yang terkait
diperlukan untuk pemasangan dan pengoperasian sistem telopon satelit semacam
ini, Direski Pekerjaan akan melakukan semua pengaturan, tetapi semua biaya
yang timbul harus dibayar oleh Penyedia Jasa.

4) Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan Dokumentasi Proyek


a) Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 8 orang
b) Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek
secara vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang
rapat.

5) Kantor Pendukung
Bilamana Penyedia Jasa menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor
pendukung atau lebih, yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 20 km
atau lebih dari kantor utama di lapangan, maka Penyedia Jasa harus menyediakan,
memelihara dan melengkapi satu ruangan pada setiap kantor pendukung dengan ukuran
sekitar 12 meter persegi yang akan digunakan oleh Staf Direksi Pekerjaan untuk setiap
kantor pendukung.

6) Bengkel Dan Gudang Penyedia Jasa


a) Penyedia Jasa harus menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi
perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat
digunakan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan
Pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan suku cadang juga harus disediakan.
b) Bengkel tersebut harus dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu melakukan
perbaikan mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang terlatih.

7) Dasar Pembayaran
Tidak ada pembayaran untuk Direksi Keet.Walaupun demikian Direksi Pekerjaan
dapat setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan, memerintahkan Penyedia Jasa untuk
menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa menyebabkan perubahan harga.

1.7. PEKERJAAN PEMBUATAN PAPAN BOWPLANK


Pembuatan Papan Bowplank
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personel teknik-nya
untuk melakukan koordinasi survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik
lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi terkait dengan hasil pengukuran yang
telah dilakukan sebelumnya apakah telah sesuai. Kontraktor bersama-sama dengan
Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding areal
kerja yang akan dijadikan acuan pembuatan papan bowplank.
2. Kontraktor harus menyediakan dan merawat papan bowplank yang diperlukan
sebagai acuan pengukuran dalam pelaksanaan pekerjaan, dan harus
membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
3. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila
akan mengadakan leveling pada semua bagian dari pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan, atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang
diperlukan Direksi dalam mengadakan papan bowplank tersebut.
5. Pekerjaan dapat diberhentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu
untuk mengadakan penelitin kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
6. Kontraktor harus membat peil/titik-titik tanda permanen di tiap-tiap bagian
pekerjaan dan peil ukuran ini harus dberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
7. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan
sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
8. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak
patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuh-nya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9. Jika menurut pendapat Direksi kemjuan kontraktor tidak memuaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor
tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang
ditentukan, Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk
mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh beaya-nya kepada
kontraktor.

Dasar Pembayaran
Pekerjaan Pembuatan Papan Bowplankharus dibayar menurut satuan pengukuran
dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing
Mata Pembayaran yang terdaftar menurut jadwal pembayaran yang diberikan, dimana
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan, semua bahan,
semua peralatan, pekerja, perkakas dan biaya lainnya yang perlu untuk menyelesaikan
pekerjaan Pembuatan Papan Bowplankyang diuraikan dalam Spesifikasi ini. Walaupun
demikian Direksi Pekerjaan dapat setiap saat, selama pelaksanaan pekerjaan,
memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa
menyebabkan perubahan harga meter panjanguntuk Pembuatan Bowplank.

1.8. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

Mobilisasi dan Demobilisasi berkaitan dengan proses pengadaan material dan alat berat.
Mobilisasi dan Demobilisasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Biaya-biaya
yang terjadi akibat dari pengadaan mobilisasi dan demobilisasi alat berat ini menjadi
tanggung jawab dari Kontraktor. Alat berat yang sudah tidak diperlukan harus segera
dikembalikan agar tidak mengganggu aktivitas proyek yang lainnya, ataupun aktivitas
warga sekitar proyek.

BAB II
PEKERJAAN TANAH

2.1.1.PEKERJAAN PENGGALIAN TANAH KERAS


Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari lokasi perencanaan atau sekitarnya
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan struktur pondasi batu kali,
untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, dan umumnya untuk
pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk semua
jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian
dapat berupa:
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu
iii) Galian Struktur
d) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation), galian perkerasan
beraspal, galian perkerasan berbutir, dan galian perkerasan beton, serta pembuangan
bahan galian biasa yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang.
Material lama bekas galian harus diatur penggunaan/penempatannya oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Toleransi Dimensi
a) Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2 cm atau
lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap titik untuk galian bahan
perkerasan lama.
b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari garis
profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk batu di
mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.
c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran
air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar
detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi
pembersihan, memasang patok – patok batas galian, dan penggalian yang akan
dilaksanakan.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan metode kerja dan
gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan
untuk digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan
dinding penahan rembesan (cutoff wall), dan gambar-gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan
galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.
c) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah
dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan landasan atau
bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan
bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan tertulis
tentang lokasi, kondisi dan kuantitas tanah yang akan dikupas atau digali.
4) Pengamanan Pekerjaan Galian
a) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di
sekitar lokasi galian.
b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap stabil
sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus
dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil.
Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung struktur di
sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh
pekerjaan galian tersebut.Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan
pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan
teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
c) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk
gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa
atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah
ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah
dipadatkan.
d) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup
kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat
kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
e) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian dan
harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka Penyedia Jasa harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau
keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan
(yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja
galian.
f) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya.
5) Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),
dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan
gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
6) Kondisi Tempat Kerja
a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk
pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase
sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap
pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin
bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain
dimana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin sudah tercemari, maka
Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih
yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan
desinfektan yang memadai.
7) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa
sebagai berikut :
i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus
ditimbun kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman melebihi yang
telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan menggunakan bahan yang sama
dengan perkerasan lama sampai dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.
8) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan
lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk
formasi timbunan atau penimbunan kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya
atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak
dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang
tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan timbunan,
harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di luar lokasi perencanaan seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang
diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak
memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian yang
diuraikan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir
dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dan perolehan ijin dari pemilik atau
penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian hingga
membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur yang telah selesai.

Prosedur Penggalian
1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan
perkerasan lama.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
c) Bilamana material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan
atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun
bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut
harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata.
Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh
tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus
dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun
kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau
suatu penggaruk (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat
melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain, jika,
menurut pendapatnya, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di
sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
f) Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan
anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus
dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Direksi Pekerjaan.
g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara
lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan
serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau
menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi
pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
h) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan penggalian, Penyedia
Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk
memastikan drainase alami dari air yang mengalir pada permukaan tanah, agar
dapat mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke dalam galian yang telah terbuka.

Pengukuran Dan Pembayaran


1) Galian yang Tidak Diukur untuk Pembayaran
Beberapa kategori pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar menurut
Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk
berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti pasangan batu
(stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan
untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah:
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran
kecuali bilamana:
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat seperti yang disyaratkan di atas, atau untuk membuang batu
atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan dalam di atas;
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng yang sebelumnya telah
diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis asalkan tindakan atau metode
kerja Penyedia Jasa yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini tidak memberikan
kontribusi yang penting terhadap kelongsoran tersebut.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan
Pembayaran harus dilaksanakan menurut Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak
akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-masing
bahan tersebut, sesuai dengan Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement)
perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan
ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-
masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Spesifikasi ini.
e) Galian untuk pengembalian kondisibahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini.
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam
harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan rutin yang
tercakup dalam Spesifikasi ini.
g) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari
sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah kerja
tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.
h) Pekerjaan galian dan pembuangan selain untuk tanah, batu, perkerasan berbutir,
tanah organik dan bahan perkerasan aspal lama, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai
harga satuan penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur
lama sesuai dengan Spesifikasi ini.
2) Pengukuran Galian untuk Pembayaran
a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan yang dipindahkan. Faktor
penyesuaian berikut ini harus digunakan untuk menghitung kuantitas setara untuk
timbunan:
Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar penampang melintang profil
tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir
dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode
perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang
melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak lebih dari 25 meter atau
dengan jarak 50 meter untuk medan yang datar.
b) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Penyedia Jasa dengan exploitasi
sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
c) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut:
 Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya.
 Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
 Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di
atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian
karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
d) Galian bahan perkerasan berbutir, tanah organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah
yang tak dikehendaki, tanah tergumpal dan tanah dengan daya dukung sedang, jika
tidak disebutkan lain dalam pasal-pasal yang sebelumnya, harus diukur untuk
pembayaran sebagai Galian Biasa.
4) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk
cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi
ini.

2.2 URUGAN
Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan Timbunan Pilihan
Berbutir di atas tanah rawa.
c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng
yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan
lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
d) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang
(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang 2%
yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan diatas
tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan Timbunan
Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.
e) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan
untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding penahan tanah serta
daerah kritis lainnya yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan
dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau bilamana
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
f) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase
porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah
hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunan
jenis ini telah diuraikan dari Spesifikasi ini.
g) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi ini
mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng.

2) Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.


SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan
Alat Konus Pasir.
SNI-03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara
Unifikasi Tanah.

SNI 03-6795-2002 : Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah


Ekspansif
SNI-03-6797-2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah
Agregat untuk Konstruksi Jalan
SNI 1966:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
Plastisitas Tanah.
SNI 1967:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah.
SNI 1742:2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.
SNI 1743:2008 : Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah.
SNI 3422:2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari Spesifikasi
ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada
Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan:
i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada
permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup
memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal di bawah ini.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan
paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama
kalinya sebagai bahan timbunan:
i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh harus
disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode Kontrak;
ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang
menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang
disyaratkan .
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada
Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar
bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya :
i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan.
ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa
toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.

5) Jadwal Kerja
a) Timbunan pada lokasi rencana harus dikerjakan dengan menggunakan pelaksanaan
bertahap dimulai dari sisi yang paling dekat dengan jalan sampai ke sisi Batas
paling ujung berikutnya, sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.

6) Kondisi Tempat Kerja


a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk
membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus
menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem
drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada
sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.
b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

7) Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya
yang disyaratkan dalam atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau
peralatan lain yang disetujui.
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-
batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader
atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang
memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur
tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan
dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya
tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan
permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat
bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti
dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan
penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah
pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah
seperti yang disyaratkan dalam dari Spesifikasi ini.

8) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.
9) Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan. Semua permukaan timbunan yang
belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup untuk memperkecil
penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik pada akhir kerja setiap hari
dan juga ketika akan turun hujan lebat.

Bahan
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan "Bahan
dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan
galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti
yang diuraikan dari Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 atau sebagai CH
menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan
tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus
digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali
yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis
seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai
tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus
memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang
diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6%
jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 %
kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-
1989).
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau
"extra high" tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase
kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang mempunyai
sifat sifat sebagai berikut:

- Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam sistem
USCS serta tanah yang mengandung daun – daunan, rumput-rumputan, akar, dan
sampah.
a. Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan untuk
memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (>OMC+1%).
b. Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam
klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak memanjang sejajar tepi
perkerasan jalan.
3) Timbunan Pilihan
a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan atau Timbunan
Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana bahan-bahan
ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh
timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau
drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai dengan
Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa dan
sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud
penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam
segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung
pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah batu,
pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum
6 % (enam persen).

Penghamparan Dan Pemadatan Timbunan


1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan Spesifikasi ini.
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak dan tidak sesuai atau tanah rawa, dasar pondasi
timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk Timbunan yang
ditempatkan di atasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan kelandaian
lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama atau pembangunan
timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat
dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih
dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30
cm untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60 cm untuk
kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.
d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian hingga
memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok
di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja
tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous
dilaksanakan.
d) Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar
sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan penggalian
oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau beberapa
lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan
sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
e) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan bilamana
disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa harus membuat
timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi
memerlukan penempatan timbunan kembali atau timbunan pada satu sisi jauh
lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak
boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak
melakukan penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam
waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium di bawah
pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan
oleh metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan
atau regangan yang di luar faktor keamanan.
f) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan, tembok
sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk tempat-tempat
tertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, menunda pekerjaan timbunan
yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat ketika
pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko
mengganggu atau merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan
harus termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk “Galian Biasa”, “Timbunan
Biasa”, dan “Timbunan Pilihan”.
g) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat
normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur tidak lebih
dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat mekanis.
h) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper)
manual dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi
pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

Jaminan Mutu
1) Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun
juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit
tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih
mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan
bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif. Direksi
Pekerjaan setiap saat dapat memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansif-an
tanah sesuai SNI 03-6795-2002.
2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 %
bahan yang tertahan pada ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa
harus memperbaiki pekerjaan sesuai ini. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi
harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di
sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus
dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah
selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian
bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.
3) Percobaan Pemadatan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus
diikuti.
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan
peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

Metode Pengukuran Dan Dasar Pembayaran


1) Pengukuran Timbunan
a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil
galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis, kelandaian
dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima. Metode
perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan
berselang tidak lebih dari 50 meter untuk daearah yang datar.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui,
termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian
bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari
penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi ketentuan
atau bahan yang lunak sesuai dengan Pasal di atas dari Spesifikasi ini, atau untuk
mengganti batu atau bahan keras lainnya yang digali.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak
stabil atau gagal bilamana Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab
sesuai dari Spesifikasi ini.
c) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk
mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan,
tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut berapapun yang
diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-masing harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar di bawah,
dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh
biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

2.3 PEKERJAAN CUTTING ASPAL


1. Peralatan Mengunakan Alat Cutter Untuk Aspal yang Sudah terstandart.
2. Sebelum Dilakukan pemotongan aspal terlebih dahulu dibuat garis panduan agar
tidak terjadi pergeseran bidang yang akan dipotong.
3. Pekerjaan Cutting Aspal ini di sesuaikan dengan gambar atau dengan analisa RAB
menggunakan alat yang sesuai dan perlu pengawasan ahli.

2.4 SPESI 1PC : 2PS T=3 CM


1. Umum
 Pekerjaan ini mencakup pembuatan spesi yang ditunjukan pada gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
 Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar
rencana.
2. Bahan – Bahan :
 Semen PC 50 Kg
 Pasir Pasang
 Air Bersih
3. Mutu Bahan
 Semen PC 50 Kg
Semen yang digunakan adalah :
a. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia.
b. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal
atau membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan.
c. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian
rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil.
 Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :
a. Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
b. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non
organic lainnya.
 Air
Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda
yang menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic
lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai.
4. Prosedur Pelaksanaan
 Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air.
a. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang
rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga
campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi (
kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
b. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air
dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali
setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
c. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus
di buang.
d. Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus
menggunakan Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 7 m3.
e. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 2 Ps, yaitu 1 bagian semen
dicampur dengan 2 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan
kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang
sama.
f. Tebal spesi adalah 3 cm.
BAB III
PEKERJAAN STRUKTUR

3.1 PEKERJAAN BETON STRUKTUR


Syarat – Syarat Umum
Ketentuan : Menunjuk pada persyaratan yang berlaku
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2
 PUBB NI-3, 1970

1. Mutu Beton
Mutu beton yang dipakai adalah mutu K-250, K350 dengan mutu baja U.32 untuk
Ø lebih besar atau sama dengan Ø14 keatas dan U.24 untuk Ø lebih kecil atau sama
dengan Ø12 kebawah. Khusus untuk U-gutter mutu baja U-40 . Masing – masing
penggunaan disesuaikan dengan yang tercantum pada gambar dan uraian Untuk
karakteristik merupakan syarat mengikat.
2. Campuran / Adukan Beton
a. Macam Adukan
Macam adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan banyaknya
tiap 50 kg portland cement dan ukuran nominal agregat kasar / halus menurut
tabel sebagai berikut dibawah ini adalah sebagai berikut :

Jenis Campuran Agregat Kasar Agregat Ukuran


Beton Halus Nominal

B1 1 : 1,5 : 2,5 0,060 m3 0,100 m3 10 mm


B2 1 : 2 : 3 0,080 m3 0,120 m3 20 mm
B3 1 : 3 : 5 0,120 m3 0,240 m3 38 mm

Pemborong harus membuat percobaan komposisi campuran (beton mixed) guna


memenuhi karakteristik.
b. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture), bilamana dianggap perlu
dapat dipergunakan concrete admixture.
c. Semua jenis pengadukan jenis beton dilakukan dengan mesin pengaduk
berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan,
pengadukan harus rata hingga warna dan kentalnya sama.
d. Takaran perbandingan Campuran
Semua bahan harus bertakar menurut volume / beratnya.
e. Temperatur adukan yang diijinkan 28 – 30 derajat celcius. Peralatan untuk campuran /
adukan yang dipakai ialah untuk kapasitas kurang dari 1 m3, peralatan yang dipakai
adalah molen sedangkan untuk konstruksi lainnya memakai Ready Mix.
i. Pengawasan Campuran Adukan
a. Komposisi
Semua agregat, semen, air, volume / beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi
semen yang ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap
mengusahakan mutu kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan Pengujian (
testing )
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971 Bab
4.8. termasuk pengujian – pengujian susut ( slump ) dan pengujian-pengujian tekanan.
Nilai slump untuk pekerjaan :
Kolom, Balok, Plat : 7,5 - 10
Jika beton tidak memenuhi syarat – syarat slump, maka bagian kelompok beton
tersebut tidak boleh dipakai. Jika pengujian tekanan gagal, maka pengujian harus
dilakukan sesuai dengan prosedur – prosedur dalam PBI – 1971.
3. Bahan - Bahan
i. Semen
Semen yang dipakai harus Portland Cement Tipe I dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh ” Peraturan Beton Bertulang Indonesia
” untuk beton klas I.
Dalam pengangkutan, semen harus terlindungdari hujan, zak ( kantong ) asli dari
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup
ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 10 cm dari lantai.
Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m,
dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar
pemakai semen dilakukan menurut aturan pengirimannya.
ii. Agregat ( Butiran Pasir )
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung
bahan – bahan yang merusak umpamanya yang bentuk atau kualitasnya
bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada
setiap unsur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari tulangan besi beton.
Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-
ketentuan) PBI – 1971 Bab 3.5. untuk dilakukan pengujian butiran.
iii. Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih bebas dari bahan – bahan yang
merusak atau campuran – campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dan
dilakukan pengujian air / laboratorium test, bila diperlukan.

 Cetakan ( Bekisting )
a. Bahan
Bekisting harus dipakai kayu multipleks / teakblock tebal 12 mm yang cukup
kering dan sesuai dengan finishing yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian
dan dimensi dari beton sebagaimana diperlihatkan dalam gambar menggunakan
holi beam untuk plat dan kolom struktur.
Bekisting harus cukup mampu dalam menahan getaran – getaran vibrator dan
kejutan daya lain yang diterima tanpa merubah bentuk. Bekisting dibuat dari
multipleks dengan ketebalan minimal 12 mm, tergantung dari kualitas dan jarak
rangka pengikat cetakan tersebut.
b. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan
getaran yang merusak atau lengkungan akibat tekanan adukan beton yang cair atau
sudah padat.
Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan –
penumbukan untuk memadatkan pengecoran beton tanpa merusak konstruksi.
c. Alat Untuk Membersihkan
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan –
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran – kotoran, serbuk gergaji, potongan –
potongan kawat pengikat dan lain – lain.
d. Ukuran
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama disemua
tempat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
e. Streiger cetakan harus dari kayu dolken atau kayu balok dan tidak diperkenankan
memakai bambu.

4. Lingkup dan Macam Pekerjaan


i. Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini.
ii. Pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan struktur, pondasi bor pile dan pondasi plat lajur, poer pondasi,
sloof, kolom, balok, dinding penahan tanah dan pelat lantai beton sesuai
Gambar Rencana.
b. Pekerjaan lantai dasar / kerja.

5. Syarat – Syarat Pelaksanaan


i. Lobang – Lobang dan Blok – Blok Klos
Pemborong harus menentukan tempat dan membuat lobang – lobang,
memasang kayu keras untuk paku atau klos – klos, angker dan sebagainya yang
diperlukan, memasang rangka atau pekerjaan kayu halus. Alat yang salah
penempatannya harus dipindahkan jika memang diperintahkan oleh Pemberi
Tugas dan ketetapan-ketetapan lain harus diikuti untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.

ii. Toleransi
Posisi masing – masing bagian konstruksi harus dalam batas toleransi 1 cm.
Toleransi ini tidak boleh bertambah – tambah
( cumulative ). Ukuran masing – masing bagian harus seksama.

iii. Pemberitahuan Pelaksanaan Pengecoran


Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian
utama dari suatu pekerjaan, Pemborong harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan.
Jika tidak mendapat persetujuan dan pengecoran tidak disetujui, maka
pemborong dapat diperintahkan untuk membongkar beton yang telah dicor atas
biaya sendiri.

iv. Pengangkutan Adukan


Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan
adannya pemisahan dari bagian – bagian bahan adukan. Bahan adukan tidak
boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2 meter.

v. Pembersihan Cetakan
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda – benda lepas harus dibuang
dari cetakan. Permukaan cetakan dan pemasangan – pemasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sebelum dicor.

vi. Pengecoran
Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental,
yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran satu
unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti. Tidak boleh
mengecor beton pada waktu hujan, kecuali jika Pemborong mengambil
tindakan – tindakan mencegah kerusakan.

vii. Pemadatan Beton


Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar ( Vibrator ) yang
berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3.000 putaran dalam 1 menit.
Penggetaran harus dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan
adukan berikutnya, permukaan yang tidak vertikal, vibrator harus dekat cetakan
tapi tidak menyentuhnya sehingga dihasilkan satu permukaan beton yang baik.
Tidak boleh menggetarkan satu bagian adukan lebih dari 24 detik. Penggetaran
tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan dan bagian – bagian
adukan yang sudah mengeras.

viii. Perawatan
Untuk melindungi beton dari cahaya matahari, angin dan hujan sampai beton
itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus
diambil tindakan – tindakan sebagai berikut :
a. Semua cetakan yang sudah terisi adukan beton harus dibasahi terus menerus
sampai cetakan dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari
berturut – turut.

ix. Pembongkaran Cetakan


Pembongkaran cetakan dapat dilakukan setelah waktu minimal yang
dicantumkan dibawah ini :
 Sloof minimum 7 hari.
 Kolom dan balok ( cetakan tepi ) minimum 7 hari, cetakan bawah balok
minimum 21 hari.
 Plat lantai minimum 21 hari.
Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja
beban – beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak
boleh dibongkar selama keadaan tetap berlangsung.
Perlu ditentukan tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton, seluruh
tanggung jawab terletak pada pemborong dan pemborong harus
memperhatikannya termasuk mengenai pembongkaran cetakan (ditujukan ke
PBI-1971 dalam pasal yang bersangkutan).
Pemborong harus memberitahu Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan bilamana
ia akan bermaksud membongkar cetakan pada bagian – bagian konstruksi yang
utama dan minta persetujuan, tapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti
Pemborong lepas dari tanggung jawab.
x. Pembulatan Pinggiran
Pinggiran dari plat beton pada jalan corridor dan lain – lain harus dibulatkan
dengan alat – alat yang cocok dengan lingkaran perbuatan kira – kira 0,5 cm.
xi. Perubahan Konstruksi Beton
Meskipun hasil pengujian kubus – kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas /
Pengawas Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton
yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang sangat kropos.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

xii. Campuran dan Pengambilan Contoh ( sampling )


a. Untuk mencapai mutu beton K-350 dan mutu beton K-250 sesuai dengan
PBI-1971, Pemborong harus melakukan percobaan – percobaan membuat
design mix ( campuran – campuran beton ) sedemikian rupa sehingga untuk
kubus beton berukuran : 15 x 15 x 15 cm pada umur 21 hari, harus
mempunyai kekuatan tekan yang disyaratkan diatas. Bahan – bahan yang
dipergunakan adalah bahan – bahan yang nantinya akan dipergunakan
sebagai bahan beton struktur. Kubus percobaan harus dibuat sejumlah 20
buah dan dibuat paling sedikit dalam 3 proses pengadukan yang tidak
bersamaan waktunya. Referensi pasal 4.6. PBI-1971.
b. Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji ( sampling ) paling sedikit 3
(tiga) buah kubus percobaan.
Pengetesan kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan di Lembaga – Lembaga
Penelitian Bahan Bangunan resmi yang disetujui oleh Pengawas Lapangan. Analisa kekuatan
berdasarkan pada rumus statistik sebagaimana tertera dalam PBI-1971, pasal 4.6. ayat 1 s/d 5.

3.2 PEKERJAAN LANTAI KERJA BETON B-0


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan termasuk Bahan bahan yang
digunakan.
2. Mutu Bahan
Mutu beton yang digunakan adalah setara dengan K-100 untuk beton Lantai Kerja.
3. Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)
Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, pemborong harus
membuat design procedure dan preliminary test atas biaya sendiri untuk
mendapatkan mutu seperti yang syaratkan. Campuran harus mengunakan
perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil dan air. Perencanaan campuran
hendaknya mengekuti persyaratan PBI 1971 ayat 4.6 dan efaluasi kekuatan
karakteristiknya menurut ayat 4.5.
4. Pengujian Beton dan Peralatan.
a. Pemborong harus menyediakan tenaga dan alat-alat untuk melakukan semua
test dilapangan pada beton dan material untuk beton yang tercantum dalam PBI
1971 atau sesuai dengan yang telah diperintakan oleh Direksi. Pemborong
harus menyediakan alat dan tempat untuk melakukan pecobaan berikut.
b. Slump test ( nilai kekentalan beton ) maximum 10 cm.
c. Test kadar lumpur, pemborong juga menyediakan peralatan untuk menentukan
moisture 5 cm dan maksimal 10 cm untuk campuran dengan koral beton dan
maksimal 12 cm untuk campuran batu pecah ( Stone Cruisher ).
d. Pemborong harus membuat dan mengangkat semua test speciesmens
kelaboratorium yang ditentukan / setujui oleh Direksi untuk dilakukan
compression test pada 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Setiap kubus harus bersih dan
ditandai secara tetap dan diberi kode dan hari pembuatannya, bersama-sama
dengan satu tanda hari bagian pekerjaan nama sampelnya diambil, system dari
pengukuran dan pemetaan dari kubus akan ditentukan oleh Direksi.
5. Syarat - syarat Pelaksanaan
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air
adukan pada waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi
secukupnya, dan perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindari
mengumpulnya air pembasahan tersembur pada sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30
menit sejak pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi
ketentuan kualitas beton yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga
tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan
supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu
kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana
akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban-
beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta
persetujuan, tetapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas
dari tanggung jawab. Jadi pada dasarnya waktu dan cara pembukaan serta
pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus
dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus segera
diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar,
yaitu minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.

3.3 PEKERJAAN BETON K-350


1. Syarat-syarat umum
 Ketentuan, menunjuk pada persyaratan : Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971.
 Mutu Beton Beton memakai mutu K-350. Masing- masing penggunaan
disesuaikan dengan yang tercantum pada gambar. Mutu karakteristik
merupakan syarat mengikat.
a) Campuran / adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan
banyaknya tiap 40 kg Portland cement dan ukuran nominal agregat
kasar/halus. Kontraktor harus membuat percobaan komposisi campuran
(beton mix) guna memenuhi karakteristik yang diminta. Pemakaian jenis
adukan beton Jenis beton dengan Campuran K-350 untuk Pengunci plat,
rekondisi jalan beton, lantai kerja. Sedangkan Jenis Beton tanpa tulangan
untuk galian utilitas (tidak dicor ke dalam cetakan) dilakukan dengan mesin
pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat
adukan, pengadukan harus rata hingga warna dan kentalnya sama. Takaran
perbandingan campuran Semua bahan harus ditakar menurut
volume/beratnya. Temperatur adukan yang diizinkan 28 – 30 C.
b) Pengawasan campuran adukan Komposisi Semua agregat, semen, air,
volume/beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang
ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, kontraktor harus tetap
mengusahakan mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam
PBI 1971.

2. Bahan-Bahan
a) Semen Semen yang dipakai harus Portland Cement dari merk yang disetujui
dan yang dalam segala hal memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh
“Peraturan Beton Bertulang Indonesia”. Dalam pengangkutan, semen harus
terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan
tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan
tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 10 cm
dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tinggi
melampaui 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
b) Agregat (butiran, pasir) Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta
tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merusak umpamanya yang
bentuk atau kualitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau
kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya
terhadap karat dari tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal
harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-ketentuan) PBI 1971.
c) Air Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-
bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya
lekat semen.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
Setiap pekerjaan beton, Penyedia Jasa harus melakukan pengujian kuat tekan
beton yang hasilnya harus diketahui oleh pengawas.
a) Toleransi Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas
toleransi 1 cm, toleransi ini tidak boleh bertambah-tambah (cumulative).
Ukuran masing- masing bagian harus seksama dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
b) Pemberitahuan pelaksanaan pengecoran Sebelum melaksanakan pekerjaan
pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, kontraktor
harus mendapat persetujuan. Jika tidak mendapat persetujuan, dan
pengecoran tidak disetujui, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk
membongkar beton yang telah dicor atas biaya sendiri.
c) Pengangkutan Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa hingga dapat
dihindarkan adanya pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak
boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 2 meter. Dalam keadaan terpaksa
tinggi jatuh beton lebih dari 2 m, maka disarankan untuk mempergunakan
talang.
d) Pembersihan cetakan dan alat-alat Sebelum beton dicor, semua kotoran dan
benda-benda lepas harus dibuang. Permukaan cetakan yang akan
berhubungan dengan beton harud dibasahi dengan air sebelum dicor.
e) Wajib melakukan slump tes sesuai nilai slump yang tetuai di tiket dan
pengambilan sampel benda uji berupa kubus atau silinder tiap adukan
minimal 1 benda uji.
f) Pengecoran Pengecoran ke dalam tempat yang dicor harus selesai sebelum
adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu
30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan
tanpa berhenti. Tidak boleh mengecor beton pada waktu hujan, kecuali jika
kontraktor mengambil tindakan-tindakan mencegah kerusakan atau dengan
izin dari Direksi.
g) Pemadatan beton Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar
(vibrator) yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran
dalam 1 menit. Penggetaran harus dimulai pada waktu adukan ditaruh dan
dilanjutkan adukan berikutnya. Dalam permukaan yang vertikal, vibrator
harus dekat ke cetakan tapi tidak menyentuhnya sehingga dihasilkan suatu
permukaan beton yang baik.Dengan sudut kemiringan vibrator antara 45 –
90 derajat. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan
ke bagian-bagian adukan yang sudah mengeras.
h) Perawatan Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari,
angin dan hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk
mencegah pengeringan terlalu cepat harus diambil tindakan-tindakan
sebagai berikut :
i) Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus
sampai cetakan dibongkar.
j) Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari
berturut-turut.

3.4 PEKERJAAN SLOOF BETON 10 X 32 CM


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan Tentang Pekerjaan Beton
Bertulang.
2. Syarat - syarat Pelaksanaan
 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana
termasuk penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti
yang ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi yang terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari
pada jumlah berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton
bertulang di RAB atau jumlah luas tulangan dari suatu penampang
beton tidak boleh kurang dari pada luas tulangan yang sesuai dalam
gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali
berdasarkan diameter besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping
sambungan yang dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan
vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton
dan harus sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser
pada saat pengecoran beton.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan
potongan-potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting,
sebagai acuan selimut beton sesuai dengan ketentuan.
 Pemasangan bekesting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat
pekerjaannya dan tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama
melaksanakan pekerjaan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak
konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air
adukan pada waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi
secukupnya, dan perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindari
mengumpulnya air pembasahan tersembur pada sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya
pemisahan komponen-komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling
lambat 30 menit sejak pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak
mengurangi ketentuan kualitas beton yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga
tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan
supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu
kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana
akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban-
beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta
persetujuan, tetapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor
lepas dari tanggung jawab. Jadi pada dasarnya waktu dan cara pembukaan
serta pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk pengawas. Pekerjaan ini
harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar,
yaitu minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah
seperti yang sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin
Konsultan Pengawas dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang,
pemasangan alat-alat didalam beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk
Konsultan Pengawas dan direksi pekerjaan.
BAB IV
PEKERJAAN JALAN DAN SALURAN

4.1 PASANGANPAVINGDANKANSTIN
PekerjaanPaving
Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan semua materialda
pemasanganpaving padalokasi yangditunjukkandalam Gambar n atausesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Persyaratan bahan yang harus disediakan dan
digunakan harus memenuhi ketentuan yang dinyatakan.

2) PenerbitanGambarPenempatandanDetilPelaksanaan
Gambarpenempatanyang menunjukkanlokasitrotoardan parkiryang akan
menggunakanpavingdisediakanolehDireksiPekerjaansetelahPenyedia
JasamenyelesaikanlaporandesainnyasesuaidenganSpesifikasiini.

3) PengajuanKesiapanKerja

Dua buah contoh blok beton (cone block) beserta sertifikat dari
pabrik pembuatnya harusdiajukanpadaDireksiPekerjaanyangmeliputiantaralain:
dukungandaripabrik,kualitasbahan,kuantitasdan supplydaripabrikyang
bersangkutan.

1.ProdusenPavingStoneharussudahmemilikiSertifikatISO.

2.Standarrujukan

BS6717Part1:1993,SpecificationforPavingBlock SNI03-0691-

1996:StandarBataBeton(PavingBlock) SNI0028-1987-

A:StandarKetahananAus

SKSNIS-02-1990–F:SpesifikasiuntukAgregatBeton

SNI15-2049-2004:StandaruntukSemenPortland
SNI06-0387-1989:StandarPigmenBesiOksida.
3. Produk

a. Pavingwarnahitam Panjang : ±10.5 cm, Lebar : ± 10,5 cm


Tebal : ±8,0 cm
b. Kanstin:(40cmx25cm x15cm)

4. ToleransiDimensi.
Panjang/lebar±2mm
Tebal±3mm

5. PersyaratanMutu
Paving block yang dikirim ke lapangan harus diterima dalam keadaan
utuh, mempunyaipermukaanyangrata,tidakterdapatretak-
retakdancacat,bagiansudut
danrusuknyatidakmudahdirapikandengankekuatanjaritangan.
Paving block cacat yang disebabkan oleh adanya kecerobohan
dalam cara
penangananbaikpadasaatpemuatandanpenurunandapatdiperhitungkan
sebagai barangreject.

a. KuatTekanpaving,SNI03-0691-1996:Min350Kg/cm2
b. KetahananAusSNI03-0691-1996:0,090mm/menit.
c. PenyerapanAir SNI03-0691-1996maksimum:6%
d. Penggunaan pigment pewarna paving harus memenuhi unsur
persyaratanASTMC979
e. Kekuatanlenturindividualblock: 60
kg/cm2denganderajatmutuperkerasan
yangsalingmengunci(interlocking)
sebagaimanaditunjukkandalamGambar dan harus merupakan mutu
terbaik yang dapat diperoleh secara lokal dan menurut suatu pola
yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Blok beton/paving
tersebut minimum harusdibuatdaribetonK-350, danKanstin
minimumharusdibuatdaribetonK-175

4) PerbaikanatasPekerjaanYangTidakMemenuhiKetentuan
Setiapjenispaving yangtidakmemenuhiketentuandariSpesifikasiini
ataumenurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam segala hal tidak dapat
diterima, maka harus diperbaikiatau
digantiolehPenyediaJasadenganbiayasendiriatas petunjukDireksi
Pekerjaan.

Bahan
1) SirtuAyak.
2) PasirUrug.
3) PavingStone10,5x10,5x8cmwarnahitam, Kanstein40x25x15x13. Kekuatan
bahan-bahan tersebutmenggunakanK.350buatanPabrikdanKansteinK-
44
44
175,Campuranabubatu, pasir,agregate,dan semen.
4) UntukwarnahitamPavingStonemenggunakan FullColour(homogen)di
semuasisinyasesuaitebalpavingstone.
5) WarnahitammenggunakanpigmenIronOxyde.
6) Warnahitamharustahanterhadapperubahancuacadantidakluntur.
7) Warnahitamkhususdipergunakanuntukpemasanganruangluar(outdoor).

PelaksanaanPemasangan PavingStone

Syarat Pemasangan
1. Pasiralassepertiyangdipersyaratkan, segeradigelardiataslapisanbase,kemudian
diratakandenganjidarkayusehinggamencapaikerataanseragamdan mengikuti
kemiringanyangsudahdibentuksebelumnyapadalapisanbase.
2. Penggelaranpasieralastidakmelebihijarak1 meterdidepanpaving terpasangdengan
tebalscreedingmax.50mmdanmin.25mm.Pasirtidakbolehterganggu dengan
getaranapapunsampaidenganpemasanganblockdilakukan.
3. Pemasanganconblockharusdimulaidarisatutitik/garis(startingpoint)di ataslapisan
pasiralas(layingcourse)
4. Tentukankemiringandenganmenggunakanbenangyangditariktegangdan diarahkan
melintangsebagaipedomangarisA danmemanjangsebagaigarisB,kemudianbuat
pasangankepalamasing-masingdi ujungbenangtersebut.
5. Pemasanganpavingharussegeradilakukanmenyusulsteelahpenggelaranpasiralas.
Hindari terjadinya kontak langsung antara block dengan membuat jarak celah/naat
denganspasi2-3mmuntukpengisianjointfiller.
6. Memasangpavingharusmaju,kemudian sipekerjamengambil posisidiatasblock
yangsudahterpasang.
7. Jika tidak disebutkandalamspesifikasiteknis,makaprofilmelintangpermukaanpaving
minimalmencapai2%danmaksimal4%dengantoleransicrossfall10mmuntuk
setiapjarak3 metergarislurusdan20mmuntukjarak10 metergarislurus.Pembedaan
maksimumkerataanpasanganantarblocktidakbolehmelebihi3mm.
8. Pengisianjointfillersegeradilakukanmenyusulpemasanganpavingdan dilanjutkan
denganpemadatan.
9. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat plate compactor yang
mempunyai platearea0,35sampai0,5m2dengangayasentrifugalsebesar16-20kN
dangetaran dengan frekuensi 75-100 Hz. Pemadatan hendaknya dilakukan
secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir
pemadatan adalah 1 meterdi
belakangakhirpasangan.Pemadatanbiasanyadilakukansebanyak2putaran,
putaranpertamaditujukanuntukmemadatkanpasiralas denganpenurunan5-25 mm
(tergantungpasiryangdipakai).PemadatanPutaranKedua,disertaidenganmenyapu
pasirpengisicelah/naatblock,dan masing-masingputarandilakukanpalingsedikit2
lintasan.

45
45
Pengujian

UjiTekandanKeausanPavingmengacupadatabelberikut:
TabelI.Sifat–sifatfisika
KuatTekan KetahananAus
Mutu (Mpa) (mm/Menit
Rata-rata Min. Rata-rata ) Min.
A 40 35 0,090 0,103
B 20 17,0 0,130 0,149
C 15 12,5 0,160 0,184
D 10 8,5 0,219 0,251

1. DimensiPaving
Tebal =6cm
Panjang =21cm
Lebar =10,5cm

2. Teganganhancur =350Kg/cm2

3. Keausan =segmenmutuAdiatas

4. BeratJenis = 1buahpaving =2250Kg/m³

5. Toleransiketidaksesuaianmutu<20%

6. Tekniksampling:
Sampelsebelumdilakukanpelaksanaandiujidenganparameter kualitaskuat
tekansebagaiberikut:
a. Padasaatpelaksanaandilakukansamplingterhadappavingabu–abu
yangsudahterpasang setiap250m²diambilsampelsebanyak15buah
paving
b. Untukkanstinminimal3buah.
d. Topiuskupdiambilminimal3buah
e. Jikavolumepavingkurangdari250 m² makadiambilsamplesesuai
denganproporsiperbandingansesuaidenganhurufa denganjumlah
minimal3buah.
7. Testerhadapkeausandiambilsebanyak1(satu)sampel

46
46
SPESIFIKASI TEKNIS

MetodePengukuranDanDasarPembayaran
1) PengukuranuntukPembayaran
Jumlahyang diukuruntukdibayaradalahjumlah meterpanjangUskupdan
Kanstinyangterpasangdi tempatyangtelahdiselesaikandandisetujui.Unit-unit
tertentuyangmemakaiukurannon-standarakandiukurmenurutpanjangnya.
Bloktransisi,lean concretedan betonpengisiantarakerbpemisahjalan
(concretebarrier)dan kerbtidak akandiukuruntukdibayar,melainkanmerupakan
kewajiban(subsider)PenyediaJasaberdasarkanPasalini.

2) DasarPembayaran
Pekerjaanyangdiukursecaratersebutdi atasakandibayarmenurutHarga
SatuanKontrakuntukMataPembayarandi bawahini.Hargadanpembayaranini
merupakankompensasipenuhuntukpenyediaandan pemakaiansertapenempatan
semua material, termasuk pasir sawur, peralatan, pemadatan, uji bahan dan
kebutuhaninsidentalyang
dibutuhkanuntukmenyelesaikanpekerjaansebagaimana
dijelaskandalamPasalini.

4.2 PEKERJAANWIREMESH M6 – 150 K-225 DAN M8 – 150 K-350


1. Umum
 Pekerjaan Beton K-225 dan K-350
 Pekerjaan Wiremesh M6-150 (Untuk Pedestrian)
Pekerjaan Wiremesh M8-150 (Untuk Jalan)
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan Tentang Pekerjaan Beton
Bertulang, Dengan Mutu wiremesh tegangan leleh karakteristik 5.000 kg
/cm2 yang dirangkai sedemikian rupa menggunakan las lisitrik untuk
mendapatkan tegangan geser berkualitas tinggi sebesar 2.500 kg/cm2 di
setiap titik pertemuan kawatnya dan toleransi diameter ± 0,1 mm (SNI 07-
663-1995)

2. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana
termasuk penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti
yang ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi yang terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari
pada jumlah berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton
bertulang di RAB atau jumlah luas tulangan dari suatu penampang

1
SPESIFIKASI TEKNIS

beton tidak boleh kurang dari pada luas tulangan yang sesuai dalam
gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali
berdasarkan diameter besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping
sambungan yang dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan
vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton
dan harus sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser
pada saat pengecoran beton dan tulangan baja di kerjakan setelah
pemasangan Plastik Polythene.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan
potongan-potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting,
sebagai acuan selimut beton sesuai dengan ketentuan.
 Pemasangan bekisting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat
pekerjaannya dan tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama
melaksanakan pekerjaan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak
konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air
adukan pada waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari
kotoran seperti serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi
secukupnya, dan perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindari
mengumpulnya air pembasahan tersembur pada sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya
pemisahan komponen-komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling
lambat 30 menit sejak pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak
mengurangi ketentuan kualitas beton yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga
tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan
supaya jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu
kekuatan khusus yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana
2
SPESIFIKASI TEKNIS

akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja beban-


beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta
persetujuan, tetapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor
lepas dari tanggung jawab. Jadi pada dasarnya waktu dan cara pembukaan
serta pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk pengawas. Pekerjaan ini
harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar,
yaitu minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah
seperti yang sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin
Konsultan Pengawas dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang,
pemasangan alat-alat didalam beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk
Konsultan Pengawas dan direksi pekerjaan.

4.3 PENGADAAN DAN PEMASANGAN BOX TANGKAPAN AIR


1. Pengadaan
 Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan Tentang Pekerjaan Beton
Precetak.
2. Pemasangan
 Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat dan harus sesuai dengan
prosedur yang diberikan oleh produser Pre-Cast Box Tangkapan Air, Jika
kondisi memang tidak memungkingkan untuk menggunakan alat berat, maka
pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia.
 Kerusakan Box Tangkapan Air akibat kesalahan prosedur pemasangan,
merupakan tanggung jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban
mengganti Box Tangkapan Air yang rusak dengan Box Tangkapan Air yang
baru yang mempunyai spesifikasi yang seragam.

4.4 PENGADAAN DAN PEMASANGAN U-GUTTER PELALUAN AIR 30.20.60 K-


225 PABRIKAN
1. Pengadaan
 Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan Tentang Pekerjaan Beton
Precetak.
3
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Pemasangan
 Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat dan harus sesuai dengan
prosedur yang diberikan oleh produser Pracetak Box Pelaluan Air, Jika
kondisi memang tidak memungkinkan untuk menggunakan alat berat, maka
pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia.
 Kerusakan Box Pelaluan Air akibat kesalahan prosedur pemasangan,
merupakan tanggung jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban
mengganti Box Pelaluan Air yang rusak dengan Box Pelaluan Air yang baru
yang mempunyai spesifikasi yang seragam.

4
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB V
PEKERJAAN PEDESTRIAN

a. Umum
Ada Empat macam jenis pekerjaan Grill yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan
Pedestrian,
ialah :
1. Grill Manhole Klasik
2. Grill untuk tangkapan air
3. Grill Cost Iron Tbl. 7 cm

b. Pekerjaan Pemasangan Grill


Pekerjaan ini mencakup mulai pengadaan pengangkutan sampai pemasangan
sesuai gambar kontrak.
c. Bahan
Besi Cor ( Cast Iron )
Besi Cor yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi hal - hal sebagai berikut:
1. Bahan terbuat dari Besi Cor “ tuang kelabu “ ( Cast Iron )
2. Kekerasan 170 – 229 HB (Hardness Brinell) (SAE grade G2500).
3. Standart ASTM dan JICA.
4. Kemampuan menahan beban pada Grill dan mutu bahan, yaitu:
a. Untuk grill tangkapan air mampu menahan beban terpusat 20 Ton, (FCD
45).
b. Untuk grill manhole mampu menahan beban terpusat 5 Ton, (FC 25).
c. Untuk grill khusus Crossing Saluran Cost Iron Tbl. 7 cm (terletak pada
badan jalan) mampu menahan beban terpusat 40 Ton, (FCD 45).
d. Mutu terdiri dari laju korosi, tes tekan, performance (cat, dimensi, bentuk
desain (sesuai dengan gambar), tidak berkarat, tidak berpori)
e. Setiap pabrikan grill harus melaksanakan pengujian komposisi kimia besi
tuang FC 25 di laboratorium independen dan disaksikan oleh Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Pengawas, dan Direksi Pekerjaan.
5. Toleransi Ukuran
i. Dimensi tinggi dan lebar pengaku disesuaikan dengan gambar
ii. Toleransi lebar dan panjang ± 3 mm
iii. Toleransi tebal frame ± 0.3 mm
iv. Toleransi motif timbul ± 0.2 mm
v. Toleransi tebal plat manhole dan BTA minus 0 mm
vi. Jarak frame dengan cover max 3 mm

5
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Pengukuran dan Pembayaran


1. Cara Pengukuran
 Grill akan diukur dengan jumlah pekerjaan Grill yang digunakan dan
diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Dasar Pembayaran
 Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Pemasangan Grill
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
 Harga dan Pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk
seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar
dalam Mata Pembayaran lain.

5.1. GRILL MANHOLE KASIK (COVER & FRAME) FABRIKASI


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB III.4 Tentang
Pekerjaan Grill Fabrikasi.
2. Syarat – syarat pelaksanaan
a. Pemasangan Grill manhole dilakukan setelah pemasangan list sloof beton
untuk manhole.
b. Diharapakan agar pada waktu pengecoran list sloof beton untuk manhole
agar di beri angkur (dynabolt) sesuai pada gambar, karena nantinya angkur
digunakan untuk pemasangan frame pada manhole tersebut.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada
sebuah pabrik, yang telah disetujui oleh pihak Direksi
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan
gambar perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang
pihak pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat
tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi (belum pernah dilakukan)
g. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka
pihak pengguna berhak menolak produk grill
h. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan
Grill Fabrikasi serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan
analisa harga satuan pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi
dan Pengawas.

6
SPESIFIKASI TEKNIS

i. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya


ditanggung oleh Kontraktor.
j. Penyedia wajib merawat dan menjaga grill fabrikasi tetap dalam kondisi baik
pada saat material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan.
k. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan
Pemeliharaan Grill Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa
pelaksanaan selesai.

5.2. GRILL TANGKAPAN AIR (COVER & FRAME) FABRIKASI


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB III.4 Tentang
Pekerjaan Grill Fabrikasi.
2. Syarat – syarat pelaksanaan
a. Pemasangan Grill Tangkapan air dilakukan setelah pekerjaan pemasangan
Box Tangkapan air.
b. Diharapakan agar pada waktu pemasangan Box Tangkapan air agar di beri
lubang untuk pemasangan angkur yang akan disambung dengan frame grill
box tangkapan air sesuai pada gambar, setelah itu dilakukan perbaikan pada
box yang diberi lubang tersebut dengan penambahan grouting, agar tidak
mengurangi mutu dari box tangkapan air tersebut.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada
sebuah pabrik, yang telah disetujui oleh pihak Direksi
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan
gambar perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang
pihak pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat
tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi (belum pernah dilakukan)
g. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka
pihak pengguna berhak menolak produk grill
h. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan
Grill Fabrikasi serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan
analisa harga satuan pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi
dan Pengawas.
i. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor.
j. Penyedia wajib merawat dan menja ga grill fabrikasi tetap dalam kondisi
baik pada saat material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan

7
SPESIFIKASI TEKNIS

k. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan


Pemeliharaan Grill Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa
pelaksanaan selesai.

5.3. PAS. KERB/CURBING TYPE B UK. 20x30x50 ; K-350


1. Persiapan Landasan Kerb (Curbing)
Lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali
sampai bentuk dan ke dalaman yang diperlukan, dan landasan kerb ini
harus dipadatkan sampai suatu permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan
tidak sesuai harus dibuang dan diganti dengan bahan yang memenuhi serta
harus dipadatkan sampai merata.
2. Pemasangan
Kerb harus dipasang dengan teliti sesuai dengan detil, garis dan elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Setiap kerb yang akan dipasang pada suatu kurva dengan radius
kurang dari 20 meter harus dibuat dengan menggunakan cetakan lengkung atau
unit-unit pracetak yang melengkung.
3. Sambungan
Unit-unit kerb dan jenis-jenis pracetak lainnya harus dipasang dengan
sambungan yang serapat mungkin.
4. Penimbunan Kembali
Setelah suatu pekerjaan beton yang dicor di tempat mengeras dan unit-unit kerb
telah dipasang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, maka
setiap lubang galian yang tersisa harus ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui. Bahan ini harus diisi dan dipadatkan sampai merata dalam lapisan-
lapisan yang tidak melebihi ketebalan 15 cm. Semua celah di antara kerb baru
dan tepi perkerasan yang ada harus diisi kembali dengan jenis campuran aspal
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kecuali dalam Gambar telah ditunjukkan
dengan jelas bahwa pengisian kembali ini tidak diperlukan.
5. Jalan Masuk Kendaraan Yang Memotong Trotoar
Bilamana jalan masuk kendaraan yang memotong trotoar diperlukan, maka
sebagian unit-unit kerb harus dibentuk khusus atau dipasang lebih rendah dengan
peralihan yang cukup landai sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus
menyediakan bahan kerb tersebut dan melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

8
SPESIFIKASI TEKNIS

6. Kuat Tekan
Kuat tekan rata - rata tidak boleh kurang dari 350 Kg/Cm2 dan jumlah sample
untuk 250 m’ adalah minimal 3 buah.
7. Bentuk
Bahan yang dipakai adalah Curbing dengan panjang 50 cm dengan dimensi 20 x
30 x 50 cm atau yang setara dan sesuai dengan gambar kerja, dengan ukuran sesuai
dengan spesifikasi hasil pabrikan. Bahan yang digunakan untuk kerb adalah bahan
khusus buatan pabrik.
8. Penyelesaian Tepi Perkerasan
 Sisi tepi perkerasan dipasang kerb beton pracetak dengan bentuk
sebagaimana telah tertera dalam gambar rencana atau ditentukan lain oleh
Direksi Teknik dan mutu bahan yang setara dengan beton K-350,
dengan uji kuat tekan 350 kg/cm2 (cor basah).
 Bukaan atau pelaluan air pada kanstin atau kerb harus dipasang sedemikian
sehingga dapat meloloskan aliran air dari badan jalan atau tidak terjadi
genangan pada badan jalan saat musim hujan.
Kontraktor harus mengadakan perbaikan kembali atas bagian - bagian
yang mengalami kerusakan.

5.4. PASANGAN BATU KOBEL


Pekerjaan Jalan Batu Kobel
Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi penyediaan semua materialdan pemasanganpaving
pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan. Persyaratan bahan yang harus disediakan dan digunakan harus
memenuhi ketentuan yang dinyatakan.

2) Penerbitan Gambar Penempatan dan Detil Pelaksanaan


Gambar penempatan yang menunjukkan lokasi trotoar dan parkir yang akan
menggunakan paving disediakan oleh Direksi Pekerjaan setelah Penyedia Jasa
menyelesaikan laporan desainnya sesuai dengan Spesifikasi ini.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja

Dua buah contoh batu kobel beserta sertifikat dari pabrik pembuatnya harus diajukan
pada Direksi Pekerjaan yang meliputi antara lain : dukungan dari pabrik, kualitas
bahan, kuantitas dan supply dari pabrik yang bersangkutan.

1. Produsen Batu kobel harus sudah memiliki Sertifikat ISO.

2. Produk
a. Batu Kobel (Batu Alam Andesit)

9
SPESIFIKASI TEKNIS

Panjang : ± 10 cm
Lebar : ± 10 cm
Tebal : ±3 cm

3. Toleransi Dimensi.
Panjang/lebar ±2mm
Tebal ±3mm

4. Persyaratan Mutu
Batu Kobel yang dikirim ke lapangan harus diterima dalam keadaan utuh,
mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut
dan rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.
Batu Kobel cacat yang disebabkan oleh adanya kecerobohan dalam cara
penanganan baik pada saat pemuatan dan penurunan dapat diperhitungkan sebagai
barang reject.

4) Perbaikan atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Setiap jenisBatu Kobel yang tidak memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini atau
menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam segala hal tidak dapat diterima, maka
harus diperbaiki atau diganti oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri atas petunjuk
Direksi Pekerjaan.

Bahan
1) Spesi
2) Batu Kobel10 x 10 x 3 cm type Halus

Pelaksanaan Pemasangan Batu Kobel

Syarat Pemasangan
1. Spesi seperti yang dipersyaratkan, segera digelar di atas lapisan base, kemudian
diratakan sesuai dengan elevasi mencapai kerataan seragam dan mengikuti
kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.
2. Penggelaran spesi tidak melebihi jarak 1 meter di depan Batu Kobel terpasang
dengan tebal screeding max. 50 mm dan min. 25 mm. B-0 tidak boleh terganggu
dengan getaran apapun sampai dengan pemasangan Batu Kobel dilakukan.
3. Pemasangan Batu Kobel harus dimulai dari satu titik/ garis (starting point) di atas
lapisan B-0
4. Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang ditarik tegang dan
diarahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B,
kemudian buat pasangan kepala masing-masing di ujung benang tersebut.
5. Pemasangan Batu Kobel harus segera dilakukan menyusul steelah penggelaran B-
0. Hindari terjadinya kontak langsung antara Batu Kobel dengan membuat jarak
celah/naat dengan spasi 1cm untuk pengisian semen bewarna (yiyitan).
6. Memasang Batu Kobel harus maju, kemudian si pekerja mengambil posisi di atas
Batu Kobel yang sudah terpasang.
7. Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan
paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4% dengan toleransi cross fall 10
mm untuk setiap jarak 3 meter garis lurus dan 20 mm untuk jarak 10 meter garis
lurus. Pembedaan maksimum kerataan pasangan antar Batu Kobel tidak boleh
melebihi 3 mm.
10
SPESIFIKASI TEKNIS

8. Pengisian joint filler segera dilakukan menyusul pemasangan Batu Kobel dan
dilanjutkan dengan pemadatan.
9. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat plate compactor yang
mempunyai plate area 0,35 sampai 0,5 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16-20
kN dan getaran dengan frekuensi 75-100 Hz. Pemadatan hendaknya dilakukan
secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir
pemadatan adalah 1 meter di belakang akhir pasangan. Pemadatan biasanya
dilakukan sebanyak 2 putaran, putaran pertama ditujukan untuk memadatkan pasir
alas dengan penurunan 5-25 mm (tergantung pasir yang dipakai). Pemadatan
Putaran Kedua, disertai dengan menyapu pasir pengisi celah/naat block, dan
masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
10. Pemasangan Batu Kobel untuk jalan utama digunakan batu kobel Model Kasar
dipasang Zig – zag, dan untuk jalan sisi kiri digunakan batu kobel Model Halus
dipasang sejajar.

5. PEKERJAAN COATING PADA BATU KOBEL


1) Pekerjaan Persiapan
a. Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengukuran lokasi, pekerjaan
pembersihan, penyediaan peralatan dan material.
b. Peralatan yang disediakan minimal :
 Kuas rol dan kuas tangan
 Mesin kompresor
 Road maker/preheater
 Gun Cat
 Perlengkapan tukang.
c. Kontraktor mengajukan rencana setiap areal kerja dan harus mendapat
persetujuan pengawas lapangan.
d. Kontraktor mengadakan pemeriksaan dan pengukuran sesuai dengan
gambar rencana, dan apabila terdapat perbedaan ukuran dilapangan
Kontraktor segera melaporkan kepada Pengawas Lapangan untuk
mendapat persetujuan.
e. Setiap pekerja Kontraktor wajib memakai alat pelindung diri (APD)
selama bekerja dan berada dalam lokasi BICT.

2) Bahan

11
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Syarat bahan yang disediakan


Thinner
Tihinner sebagai bahan pengencer cat harus bermutu baik serta cepat
mengering.
Tack coat
Tack coat yang dipergunakan memiliki komposisi perbandingan 60%
aspal 40% kerosin, dimana dalam 1 m² luas daerah yang disiram
memerlukan 0,5 kg tack coat.
Semua bahan yang dipergunakan harus bermutu baik dan baru serta
memenuhi standard industri Indonesia dan standar mutu bahan.
Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan harus
segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lama 2 x 24 jam.

3) Pelaksanaan Pekerjaan
 Untuk kelancaran operasional, kontraktor harus menempatkan rambu-
rambu untuk jalur lalu lintas sementara bagi headtruck, rambu-rambu
ditempatkan pada posisi yang strategis yang mudah dilihat pada
lapangan yang akan dikerjakan.
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pasir, kotoran dan debu yang melekat
pada permukaan Batu Kobel harus dibersihkan terlebih dahulu
sehingga tackcoat dapat melekat dengan baik dan sempurna pada
permukaan batu kobel. Pembersihan pasir debu dan kotoran dilakukan
dengan peralatan sapu, brush kawat dan kompressor
 Sebelum pelaksanaan tack coat permukaan lantai batu kobel harus
benar-benar besih dan kering.
 Pelaksanaan tackcoat harus beriringan dengan pekerjaan pengecatan
marka, tetapi keadaan tack coat harus benar-benar kering terlebih
dahulu.

12
SPESIFIKASI TEKNIS

 Pengecatan harus dilakukan pada keadaan cuaca yang cerah dan


kontraktor berkewajiban menjaga hasil pengecatan dari gangguan
operasional sebelum cat mengering.
 Untuk kerapihan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus
menggunakan mal (cetakan) yang terbuat dari plat seng atau plywood
atau bahan lain dengan ukuran yang sesuai.
 Apabila pekerjaan telah selesai Kontraktor wajib menyerahkan
mal/cetakan untuk huruf marka kepada pengawas lapangan.
 Kondisi dimana pada daerah tertentu ketebalan pengecatan tidak
sesuai, pengawas lapangan berhak untuk memerintahkan kontraktor
untuk mengulangi pengecatan pada daerah tersebut

5.5. PEKERJAAN LAPISAN POLYTHENE


1. Uraian
Plastik (Polystyrene) Styrofoam juga dikenal dengan istilah polystyrene yang
dihasilkan dari styrene (C6H5CH9CH2) yang mempunyai gugus phenyl (enam
cincin karbon) yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari
molekul. Penggabungan acak benzena mencegah molekul membentuk garis yang
sangat lurus sebagai hasilnya polystyrene memiliki bentuk yang tidak tetap,
transparan dan dalam berbagai bentuk plastik.
Menurut Erliza dan Sutedja dalam Suryaman (2009), plastik dapat
dikelompokkan atas dua tipe, yaitu thermoplastic dan thermoset. Thermoplastic
adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali dengan menggunakan panas,
antara lain polyethylene, polyproylene, polystyrene, dan polyvinil chloride.
Sedangkan thermoset adalah plastik yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan,
antara lain henol formaldehid dan urea formaldehid.
Menurut Nurminah (2002), secara umum dikenal beberapa jenis plastik yang
sering digunakan antara lain:
 HDPE (High Density Polyethylene),
 LDPE (Low Density Polyethylene),
 PP (Polypropylene),
 PS (Polystyrene),
 Vinyl (Polyvinyl Chloride),
 PET (Polyethylene Terepthalate)

Menurut Mujiarto (2005) sifat-sifat umum dari styrofoam/polystyrene adalah:


1. Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras, mempunyai
bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.

13
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Ketahanan terhadap bahan kimia


Ketahanan polystyrene terhadap bahan kimia tidak sebaik polypropylene.
Polystyrene larut dalam eter, hydrocarbon. Polstyrene juga mempunyai daya serap
air yang rendah dibawah 0,25%.
3. Abration Resistance
Polystyrene mempunyai kekuatan permukaan relatif lebih keras dibandingkan
dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah
tergores.
4. Transparansi
Mempunyai derajat transparansi yang tinggi dan dapat memberikan kilauan yang
baik yang tidak dimilki oleh jenis plastik lain.
5. Sifat elektrikal
Karena mempunyai daya serap air yang rendah maka polystyrene digunakan untuk
keperluan alat-alat listrik.
6. Ketahanan panas
Polystyrene mempunyai softening point yang rendah (90°C), sehingga tidak
digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi. Selain itu polimer ini mempunyai
sifat konduktivitas panas yang rendah. Menurut Wikipedia (8 september 2010)
styrofoam adalah merek dagang dari Dow Chemical Company yang dibuat untuk
isolasi panas dan aplikasi kerajinan. Satyarno (2004) dalam Tiurma (2009)
menjelaskan styrofoam adalah gabus putih yang banyak digunakan untuk bahan
pengganjal pada pengepakan barang-barang elektronik.
Styrofoam merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi mekanis maupun
suhu namun bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100° C menurut
Billmeyer (1984) dalam Dharma Giri (2008). Styrofoam ini memiliki berat jenis
sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur sampai 3
GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2, angka poisson 0,33 menurut
Crawford (1998) dalam Dharma Giri (2008).
Mujiarto (2005) menerangkan bahwa styrofoam mempunyai kekuatan
permukaan relatif lebih keras dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain.
tyrofoam memiliki sifat sangat ringan , thermoplastic, yaitu menjadi lunak jika
dipanaskan dan mengeras kembali setelah dingin. Dengan pemanasan, styrofoam
akan menjadi lunak pada suhu 1000 C, namun jika dibakar secara langsung
styrofoam akan mudah terbakar dan akan mengeluarkan api berwarna kuning dan
akan meninggalkan jelaga. Selain itu juga memiliki sifat tahan terhadap asam, basa
dan sifat korosif lainnya seperti garam. Styrofoam juga sangat stabil dan tidak
mudah terurai dalam waktu yang lama.

14
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Penggunaannya:
Penggunaan plastic polythene di lapangan di sesuaikan dengan analisa atau
kondisi Lapangan dengan pengawasan mandor dan pengawas.Jenis dan typenya
sesuai dengan kebutuhan.
3. Ciri ciri plastic polythene adalah sebagi berikut:
1. Thermoplastic
2. Elastis / Lentur
3. Tidak tembus air
4. Tidak berbau
5. Plastic sediit buram dan transparan
6. Tahan benturan
7. Daya tahan hingga 135 derajat celcius
Ketebelan minimal 125 mikron

15
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB VI
PEKERJAAN PJU

6.1 PEKERJAAN PEMASANGAN PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)


6.1.1 Pengadaan dan Pemasangan Tiang PJU (Lengkap)
1. Pekerjaan Pondasi Strous
 Pekerjaan Kolom Pedestal
Pekerjaan pondasi ini ukurannya sesuaikan dengan gambar dan dilakukan dengan
spesi 1pc : 2ps : 3kr pengadukan menggunakan molen dan pengecoran disertai alat
penggetar agar menghasilkan cetakan beton yang baik. Pondasi sistem flenders
menggunakan besi/angker (Sesuai Gambar). Bidang pondasi yang terlihat di
permukaan tanah diplester halus dan rapi.
 Pekerjaan Strous
Strous terbuat dari beton cor 1pc : 1,5 ps : 2,5 kr, strous  20 cm, kedalaman 2 m.
Tulangan pokok  12 mm sebanyak 6 buah, diperpanjang 2 m dan dibengkok pada
ujungnya, begel spiral menggunakan besi  8 mm (Sesuai Gambar).
2. Pekerjaan Pemasangan Kabel
 Jenis kabel yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Kabel NYF/RGBY 4 x 10mm , adalah kabel yang dipasang untuk
pemasangan kabel bawah tanah.
- Kabel NYM digunakan sebagai instalasi kabel dengan ukuran 2 x 2,5 mm
didalam pipa PJU.
 Pemasangan Kabel
- Jaringan kabel PJU di tiang PJU yang ada sesuai spesifik kabel yang
berlaku.
- Kabel yang digunakan adalah merk supreme, kabelindo atau metal dengan
standart LMK / SNI.
3. Pekerjaan Tiang Type Dekoratif
 Menggunakan besi cor dengan ketebalan yang cukup kuat serta dilakukan
pengecatan dengan warna gelap dan bronze, Bentuk tiang decorative sesuai
dengan gambar perencanaan.
 Tiang dilengkapi flendes dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 25
mm.
 Menggunakan pipa galvanis medium A ukuran dengan ketebalan 3,3 mm
 Bentuk tiang decorative sesuai dengan gambar perencanaan, dengan dilakukan
pengecatan dengan warna gelap dan bronze,

16
SPESIFIKASI TEKNIS

4. Pekerjaan Pemasangan Lampu


a) Umum
1. Armatur memiliki disain yang dapat memudahkan perawatan seperti
penggantian lampu, tanpa menggunakan peralatan khusus.
2. Armatur memiliki konstruksi dari bahan yang tahan terhadap karat,tetap
berfungsi baik dalam hal keamanan, hasil, penampilan selama jangka waktu
“hidup”nya ketika ber-operasi pada kondisi alam negara tropis seperti
hujan, angin kencang, kelembaban tinggi dan suhu udara yang panas.
Memiliki konstruksi yang tahan vibrasi pada penggunaan normal.
3. Armatur harus memiliki disain sehingga tidakterjadi kondensasi
/pengembunan serta masuknya debu dan seranggayang dapat mengganggu
operasi lampu atau mengurangi fungsinya. Standart Konstruksi minimum:
IP-66 untuk optic lampu dan IP-44 untuk kompartemen gear (bersertifikat
LMK).
4. Badan armatur terdiri dari optikal lampu dan komponen electrical dalam
satu kesatuan yang terintegrasi serta seluruhnya terbuat dari bahan die cast
aluminium (bukan salah satu bagian) yang dicat dengan cara pelapisan
secara electrostatic warna silver Metalic anti korosi.
5. Armatur / rumah lampu, komponen ballast, ignator dan capasitor,
merupakan produk dari perusahaan yang sama (satu merk/brand) sehingga
armatur tersebut merupakan satu system dari satu perusahaan dan didukung
oleh sertifikat keaslian produk dari pabrikan atau principel yang ditunjuk.
b) Penutup Optikal Lampu
Penutup optikal lampu harus terbuat dari clear glass temperet polos dengan
bentuk oval (elliptical), tahan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang
disebabkan oleh pengaruh lampu dan matahari sehingga tidak berubah bentuk
maupun warnanya menjadi kekuning-kuningan.
c) Sistem Optikal Lampu
Disain system optikal lampu harus sudah memuat sebuah reflector terpisah
atau unit reflector bukan merupakan bagian dari badan armatur / rumah lampu.
Reflector terbuat dari bahan aluminium murni anodized. Reflector harus
mempunyai ketahanan terhadap lingkungan (korosif).
d) Komponen Elektrikal
1. Armatur / rumah lampu harus dilengkapi dengan komponen elektrikal yang
terpasang di dalam armatur / rumah lampu seperti ballast, kapasitor dan
ignitor.

17
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Type ballast Sodium. Arus listrik pada saat permulaan menyala lebih kecil
daripada saat final menyala, sehingga MCB yang digunakan dapat mengacu
tepat pada besaran nilai arus listrik operasi.
3. Tegangan listrik ber-operasinya ballast pada 220 Volt, 50 Hz. Tegangan test
dilakukan pada 220 Volts, 50 Hz dengan temperatur udara 25C.
e) Instalasi Kabel di Dalam Armatur
Kabel yang dipergunakan harus dari jenis kabel tahan panas dengan
ketahanan suhu yang tertera pada bungkus kabel.
f) Lampu
Lampu yang dipasang pada armatur adalah type Bolam Warna Kuning 18
Watt Setara Philips

6.1.2 Pengadaan dan Pemasangan Panel Lampu PJU – 1 Phase 5500 VA


Panel lampu PJU dipasang terdiri dari box plat baja tebal 2 mm, dengan ukuran
sesuai gambar perencanaan, yang didalamnya berisi peralatan/perangkat keras dan
perangkat lunak untuk aliran listrik dan pengaturan waktu penyalaan PJU. Magnetic
contactor LC 1-D 40 untuk daya 5500 VA,time switch (Sul 181 h/Sul 181 d) MCB
NC45aD / MCB C60N C atau yang setara. Untuk panel tempat KWH meter Sesuai
gambar perencanaan. Panel tersebut dipasang pada salah satu tiang PLN atau PJU yang
harus dapat melayani seluruh kebutuhan pengaturan (untuk menyalakan dan
mematikan) dari lampu PJU yang dipasang, serta memenuhi standart kwalitas yang
diisyaratkan. Pemasangan panel lampu yang dilaksanakan sesuai dengan lokasi
penempatan dalam gambar dan petunjuk pengawas pada waktu pelaksanaan.
 Persyaratan Pekerjaan Panel Lampu PJU :
Box panel
1. Panel harus terbuat dari plat baja dan dibersihkan dengan cairan kimia untuk
membersihkan karat dan kotoran serta difinish dengan cat bakar/powder
coating, warna sesuai gambar perencanaan.
2. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel BC ukuran Φ10
mm yang ditanahkan (grounding) dan busbar pertanahan yang berfungsi untuk
dudukan ujung kabel pertanahan.
3. Panel dilengkapi dengan kunci dan handle pintu, handle pintu dipasang baik
untuk tutup bagian dalam panel maupun tutup bagian luar panel.
 Panel PJU harus diberi tulisan “PJU PEMKOT TAHUN 2019 JL. ……… ( sesuai
yang tertera dalam kontrak) “ . Penulisan dengan huruf balok dan tulisan harus
jelas dibaca.
 Untuk panel tempat KWH meter harus diberi IDPEL dan logo.

18
SPESIFIKASI TEKNIS

 Penulisan IDPEL dan alamat panel menggunakan ADD sedangkan LOGO dan
penulisan lainnya menggunakan ANODES.

6.1.3 Pemasangan Panel Meter 1 phase


Instalasi listrik 1 phase yang di berikan PLN pada PJU, dengan system 4 kawat
terdiri dari 3 line phase dan 1 line netral. Berdasarkan standarisasi simbol Indonesia,
maka 3 line phase tersebut diurutkan dengan notasi: R, S dan T, sedangkan 1 line netral
diberi simbiol N. Besaran tegangan antar Phase 380 volt dan antara phase dengan
netral sebesar 220 volt. Dan dilakukan oleh ahli dalam penginstalan listrik.

6.1.4 Pemasangan Instalasi Pelaluan Arde Panel Meter


1. Umum
Kontraktor harus memasang arde (grounding) pada setiap panel lampu
penerangan yang dipasang secara vertical ke dalam tanah dengan kedalaman
minimal 2,5 meter (besi AS lapis tembaga  16 mm, panjang 1.5 meter) , hal ini
untuk pengamanan arus lebih. Arde (grounding) yang terlihat supaya diamankan
dengan menggunakan PVC ukuran 5/8“ warna putih (sesuai gambar).
2. Pengukuran Tahanan Isolasi
Sebelum lampu difungsikan Kontraktor harus melaksanakan tes terhadap
tahanan isolasi Kabel (merger ) agar diperoleh isolasi yang baik.
3. Penghantar yang bisa digunakan
 Pemasangan penghantar sistem under ground harus mengikuti ketentuan
pemasangan kabel tanah sesuai PUIL 2000.
 Kabel NYY bisa ditanam dengan cara diberi pelindung (pipa, pasir + bata,dll ).
tetapi sangat dihindari apa bila dipasang di daerah yang rawan tekanan mekanis
(Contoh penyebrangan jalan atau perempatan jalan).
 Kabel NYFGBY bisa ditanam langsung ditanah karena kabel jenis ini sudah
dilengkapi prisai baja yang bisa melindungi terhadap gangguan mekanis.
 CATATAN Kabel instalasi jenis NYM bukanlah jenis kabel tanah, karena itu
dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh ditanam di dalam tanah.
4. ARDE dan penghantar proteksi
 Arde dan Penghantar proteksi mempunyai peranan yang sangat penting pada
suatu instalasi, karena semua BKT seperti PHB, armatur, tiang, dll harus di
groundingkan untuk menghindari teganan sentuh terlalu tinggi.
 Pada sistem TN-C-S semua BKT dihubungkan dengan Pembumian di PHB
dengan mengunakan penghantar proteksi ( PE ).
 Pada sistem TT semua BKT dibumikan terpisah dengan Pembumian pada PHB
( Dengan kata lain semua BKT dibumikan / digrounding sendiri ).
19
SPESIFIKASI TEKNIS

 Sambungan Penghantar dengan sistem Under groun cabel (kabel tanah ) bisa
dengan cara disolder,diterminal , dipres atau cara lain yang sederajat dan
dimasukan dalam kotak sambung ( mof )
 Penghantar aluminium tidak boleh dihubungkan dengan terminal dari kuningan
atau logam lain berkadar tembaga tinggi, kecuali bila terminal itu telah diberi
lapisan yang tepat atau telah diambil tindakan lain untuk mencegah korosi.

PEKERJAAN DEWATERING
1. Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal
pekerjaan kedang-kasang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air.
Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan menmgeringkan atau membebaskan areal
pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari genangan air atau
pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat
pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan pekerjaan, semua
lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap
kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air.
2. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama
pada masyarakat dan lingkungan setempat.
3. Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan
tidak diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul
akibat pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
ker, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.
4. Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya
konstruksi pengertian sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri,
maka perhitugan volume dan pembayaran untuk pelakasannaan pekerjaan
pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) M’ untuk
pekerjaan “coferring” atau “kisdam” dan Lump sum untuk pekerjaan
“dewatering”, sedangkan hargasatuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang dipergunakan,
“Overhead” dan keuntungan Kontraktor.

QUALITY CONTROL
1. Pekerjaan Quality Control Beton
 Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu:
20
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.


b. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus memenuhi Tabel 4.4.1 SK SNI T-15.1991.03.
c. Pengadukan pengecoran harus menggunakan Concrete Mixer.
d. Kontraktor harus memberikan Jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di lain
tempat atau dengan mengadakan trial-mixer dilaboratorium yang
ditunjuk oleh Direksi/pengawas lapangan.
e. Kontraktor membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang
dibuat dengan disahkan oleh Direksi dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristik Laporan tertulis tersebut.
f. Penunjukan Laboratorium harus dapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
 Pengujian Dengan Menggunakan “Silinder“
Sebelum diadakan pekerjaan pengecoran untuk setiap bagian pekerjaan
strukturbangunan (Pondasi, Sloof, Kolom, Plat Lantai dan Balok), pihak
kontraktor harus membuat percobaan test “silinder“ minimal 3 (tiga) sampel
untuk masing masing bagian pekerjaan dan minimal 1 (satu} sampel untuk
setiap ready mix beton.Pelaksanaan percobaan yang dimaksud adalah
pengujian mutu beton dengan silinder terbuat dari plat baja dengan ukuran
Dia.15 cm Tinggi.30 cm atau kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm, jika
dalam pengetesan laboratorium mutu beton yang diinginkan tidak tercapai
maka harus diadakan job mix design.
a. Pemeriksaan Mutu Beton
Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat
apabiladipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 3 nilai hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut.
- Tidak boleh satu pun nilai rata-rata dari 3 hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut berkurang.
- Setiap hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut seperti diatas,
harus dipakai sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah
perlu diadakan perubahan dalam campuran beton.
 Pemeriksaan Benda Uji
Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk
dengan menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air.

21
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan kedalam cetakan
dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebal, dimana masing-masing lapis
ditumbuk 10 kali dengan tongkat baja dengan diameter 26 mm, dan
ujung dibulatkan.
b. Selanjutnya adukan didalam cetakan harus dipadatkan dengan cara
yang sesungguhnya. Apabila dalam hal ini dipergunakan jarum-jarum
penggetar, maka jarum penggetar tersebut harus dimasukkan sentris
kedalam setiap kubus tanpa menyentuh dasarnya. Penggetaran harus
dilanjutkan sampai permukaan adukan beton nampak mengkilap oleh
air semen. Kemudian jarum penggetar ditarik dan diadukkan.
c. Benda uji harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan
ditutupi dengan karung basah selama 24 jam.
d. Sebelum kubus diuji diperiksa kekuatannya, ukurannya harus
ditentukan dengan ketelitian sampai mm. Apabila berat isi dari beton
juga harus ditentukan, maka berat beton harus ditentukan dengan
ketelitian sampai ratusan gram.
e. Sebagai beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang
ditunjukkan oleh pesawat penguji. Pesawat penguji tidak boleh
mempunyai ± 3 % pada setiap pembebanan diatas 10 % dari kapasitas
maksimum.

PEMBUATAN KISDAM TINGGI 1.0 M ;TB.0,6 M


1. Umum
a. Uraian
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan,
areal pekerjaan kadang-kadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari
adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan mengeringkan atau
membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan
Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan
turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya,
selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai
kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genanan
ataupun rembesan air.

b. Bahan Material
 Bahan utama dari pembuatan Kisdam ini yakni Bambu Ori dan Gedeg
Guling
22
SPESIFIKASI TEKNIS

 Bambu yang dipakai sesuai dengan analisa RAB.


 Gedeg yang digunakan harus gedeg yang baru dan bagus,untuk hal ini
kontraktor harus mendapat persetujuan dari Pengawas dan Direksi.
 Kawat Ikat diameter 4 mm.
 Karung glangsing dan tanah pengisi
c. Pelaksanaan Pemasangan Kisdam
 Kisdam dipasang memanjang sepanjang saluran yang akan dikerjakan.
 Jarak titik tanam bambu ori ( sebagai penguat kisdam ) arah melintang
sejarak 60 cm, serta arah memanjang sejarak 100 cm.
 Bagian dalam bambu ori dipasang gedeg guling setinggi 1 meter dan diikat
dengan kawat pada bambu ori dari dasar saluran, dan bagian dalam tersebut
disi tanah yang diambil dari saluran, sehingga air tidak dapat masuk pada
area yang akan dikerjakan.
Khusus pekerjaan pengerukan lumpur, digunakan kisdam sandbag dengan
ukuran tinggi 1,00 – 2M’

23

Anda mungkin juga menyukai