Anda di halaman 1dari 8

10.

Ringkasan Ekonomi Mikro


Tentang
RANCANGAN SISTEM PAJAK
(Mankiw Bab 12)

I. PENDAHULUAN
1. Pentingnya Pajak
Pajak menjadi semakin penting karena jumlah pajak yang dipungut mencapai
sepertiga dari pendapatan orang rata-rata dan pajak tidak dapat dielakkan karena
penduduk mengharapkan pemerintah menyediakan beragam barang dan jasa
kebutuhan umum seperti pertahanan negara, kesejahteraan ekonomi dan
sebagainya yang semuanya memerlukan biaya yang bersumber dari pendapatan,
antara lain dari pemungutan pajak.

2. Sistem Pajak
Untuk membahas sistem pajak kita mulai dengan mempelajari sistem pajak di
Singapura dengan melihat :
a. Bagaimana pemerintah Singapura mengumpulkan dan menggunakan uang dari
pajak;
b. Prinsip-prinsip dasar perpajakan yaitu bahwa sistem pajak harus efisien dan
wajar.

II. KAJIAN FINANSIAL PEMERINTAH SINGAPURA


Penerimaan Pajak Th. 1994 s.d. Th. 2005

1
Penjelasan Figure 1
Figure ini menunjukkan pendapatan total dan pendapatan operasional serta belanja
total pemerintah Singapura untuk tahun 1994 hingga tahun 2005 sebagai
persentase dari pendapatan nasional ( produk domestik kotor atau PDB).

Penjelasan Tambahan
Pendapatan yang menurun menunjukkan bahwa selama ini pemerintah telah
memungut bagian yang semakin menurun dibandingkan dengan bagian
sebelumnya. Pada tahun 1994 pendapatan operasional pemerintah berada pada
sekitar 21,5 % dan pada tahun 2005 angka tersebut menurun, berada pada sekitar
15 % dari PDB.
Di sisi lain pengeluaran pemerintah naik seiring dengan naiknya total
pengeluaran/ belanja pemerintah dari sekitar 14 % pada tahun 1994 menjadi 17,5
% pada tahun 2004. Di balik angka-angka ini terdapat ribuan keputusan individu
tentang pajak dan pengeluaran.
Untuk memahami keuangan pemerintah secara lebih menyeluruh, mari kita
lihat bagaimana keuangan totalnya dibagi menjadi beberapa kategori umum.

1. Penerimaan

Penjelasan
Penerimaan Pemerintah Singapura : Tahun 2005
Penerimaan ini mengacu pada pendapatan operasional yang dimasukkan ke
dalam Akun Pendapatan Konsolidasi dan Akun Dana Pengembangan, tetapi
tidak menyertakan pendapatan bunga, pendapatan investasi, dan penerimaan
modal

Selanjutnya, kewajiban pajak individu dihitung dari pendapatan pribadinya


dengan menggunakan daftar yang ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini.

2
Tabel 2

Penjelasan
Tarif Pajak Individu : Tahun 2005
Tabel ini menunjukkan tariff pajak marjinal untuk pembayar pajak individu
pada tahun penilaian 2005

2. Pengeluaran/ Pembelanjaan
Pengeluaran pemerintah Singapura terlihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Penjelasan
Belanja Total Pemerintah Singapura : Tahun 2005
Total Pengeluaran/belanja ini terdiri atas belanja operasional dan
pengembangan untuk tahun penilaian 2005

III. PAJAK DAN EFISIENSI


1. Evaluasi Kebijakan Pajak

3
Sekarang kita membahas bagaimana suatu pemerintahan mengevaluasi
kebijakan pajaknya. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan sistem pajak
adalah mengumpulkan pendapatan untuk pemerintah. Di samping itu, pembuat
kebijakan memiliki dua target yaitu efisiensi dan pemerataan.
Dianggap efisien apabila dapat mengumpulkan pendapatan yang banyak
dengan biaya yang kecil. Kebijakan pajak dianggap baik apabila dapat
menghindari atau meminimalkan :
a. Kerugian beban baku pajak;
b. Beban administrasi yang ditanggung oleh pembayar pajak.

Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

a. Kerugian Beban Baku


Kerugian beban baku dari suatu pajak adalah penurunan surplus total yang
terdiri dari surplus konsumen dan surplus produsen sebagai akibat
terganggunya pasar berupa perubahan kebijakan perpajakan. Surplus
konsumen adalah kerelaan pembeli dikurangi dengan jumlah yang
sebenarnya dibayar oleh pembeli, sedangkan surplus produsen adalah
jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk sebuah barang dikurangi
dengan biaya produksi barang tersebut (lihat Bab 7 dan 8 Mankiw)

b. Beban Administrasi
Biaya administrasi pajak bisa berupa waktu yang dihabiskan untuk
mengisi formulir pajak dan waktu untuk melakukan pencatatan pajak.
Untuk itu banyak pembayar pajak mempekerjakan konsultan pajak dan
akuntan pajak untuk membantu mereka menangani pajak. Tugas pihak
yang membantu tersebut adalah untuk mengisi formulir pajak berdasarkan
ketentuan yang rumit dan juga menyusun hal ihwal dengan cara yang
dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Perilaku ini adalah
perilaku penghindaran pajak yang tidak melanggar hukum yang berbeda
dengan pengelakan pajak yang melanggar hukum.
Para penasehat pajak membantu pembayar pajak untuk menghindari
pajak dengan memanfaatkan “loopholes” (celah-celah hukum) yang
terjadi karena :
a. Ambiguitas ( penafsiran ganda) dalam undang-undang pajak;
b. Pemerintah memberikan perlakuan khusus untuk jenis-jenis perilaku
khusus, misalnya keringanan pajak bagi investor obligasi pemerintah
yang pada akhirnya banyak menguntungkan pembayar pajak yang
berpenghasilan tinggi.

Beban administrasi dapat dikurangi dengan menyederhanakan undang-


undang pajak. Namun penyederhanaan tersebut secara politis sering
sulit dilakukan karena bisa menghilangkan “loopholes” sehingga yang
telah menikmatinya bisa melakukan lobi demi kepentingan pajaknya.

4
2. Tarif Pajak Marjinal versus Tarif Pajak Rata-Rata
Ketika membahas efisiensi dan pemerataan pajak penghasilan, para ekonom
membagi dua tarif pajak, yaitu tarif pajak rata-rata dan tarif pajak marjinal.
Tarif pajak rata-rata adalah total pajak yang dibayarkan dibagi dengan
pendapatan total sedangkan tarif pajak marjinal adalah pajak tambahan yang
dibayarkan untuk setiap tambahan pendapatan.
Sebagai contoh, anggaplah bahwa pemerintah memungut pajak 20 % dari
$50.000 penghasilan pertama dan 50% dari penghasilan di atas $50.000.
Berdasarkan ketentuan tersebut, orang yang berpenghasilan $60.000 akan
terkena pajak sebagai berikut :
Pajak terhadap penghasilan pertama : 20 % x $50.000 = $ 10.000
Pajak terhadap penghasilan di atas $50.000 : 50 % x $10.000 = $ 5.000
Jumlah = $ 15.000

Berdasarkan contoh di atas, maka tarif pajak rata-rata : $15.000 : $60.000 = 25


%. Sedangkan tarif pajak marjinal adalah 50 %.

Tarif pajak rata-rata dan marjinal berisi sejumlah informasi yang berguna,
yaitu :
a. Tarif pajak rata-rata untuk menaksir pengorbanan para pembayar pajak;
b. Tarif pajak marjinal untuk menaksir seberapa besar sistem pajak
mengganggu insentif pajak. Misalnya seseorang mempertimbangkan untuk
mengambil pekerjaan tambahan selama beberapa jam lagi, maka tarif
pajak marjinal akan menentukan berapa banyak yang akan diambil sebagai
tambahan. Dengan demikian, tarif pajak marjinallah yang menentukan
kerugian beban baku pajak penghasilan.

3. Pajak Lumpsum
Pajak lumpsum adalah pajak yang besarnya sama untuk setiap orang. Dengan
kata lain, setiap orang harus membayar jumlah yang sama betapun
penghasilan atau tindakan yang dilakukan oleh masing-masing orang.
Anggaplah pemerintah membebankan pajak $ 4.000 kepada setiap orang.
Untuk pembayar pajak yang memiliki penghasilan sebesar $ 20.000 dengan
pajak lumpsum sebesar $ 4.000 berarti tarif pajaknya adalah 20%. Untuk
pembayar pajak yang memiliki penghasilan sebesar $ 40.000 dengan pajak
lumpsum sebesar $ 4.000 berarti tarif pajaknya adalah 10%.
Bagi kedua pembayar pajak tersebut, tariff pajak marjinal adalah nol karena
tidak ada pajak yang harus dibayar dari dollar penghasilan tambahan.
Pajak lumpsum adalah pajak yang paling efisien apabila diterapkan karena
tidak mengubah besarnya pajak yang harus dibayar dan tidak mengganggu
insentif sehingga tidak menimbulkan kerugian beban baku pajak. Di samping
itu, juga memberikan beban administrasi yang minimal. Namun segi
negatifnya adalah tidak ada keadilan karena jumlah pajaknya sama antara

5
orang miskin dan orang kaya yang sebagai akibatnya tidak ada pemerataan
pendapatan.

IV. PAJAK DAN PEMERATAAN


Kebijakan pajak telah menciptakan beberapa perdebatan yang panas dalam panggung
politik Amerika karena ketidaksepakatan tentang bagaimana pajak harus dibebankan.
Senator Russell pernah mengolok-olok :
Jangan pungut darimu
Jangan pungut dariku
Pungut saja dari si dia

1. Sistem Pemerataan Pajak


Untuk menerapkan sistem pemerataan pajak, maka harus ditentukan terlebih
dahulu :
a. Bagaimana beban pajak seharusnya dibagikan kepada kepada penduduk;
b. Bagaimana kita menilai bahwa sistem pajak sudah adil;
c. Apakah sistem pajak sudah wajar.
Namun demikian, untuk mengevaluasi sistem pemerataan pajak terdapat dua
prinsip yaitu prinsip manfaat dan prinsip kesanggupan membayar.
a. Prinsip Manfaat
Prinsip manfaat adalah pemikiran bahwa orang harus membayar pajak
berdasarkan manfaat atau kebaikan yang mereka terima dari layanan-layanan
pemerintah. Contohnya, , pajak bensin yang digunakan untuk membangun
jalan, orang yang kaya membayar pajak lebih tinggi daripada orang miskin
karena orang kaya menikmati perlindungan yang lebih terhadap pencuri.

b. Prinsip Kesanggupan Membayar


Prinsip kesanggupan membayar adalah pemikiran bahwa pajak harus dipungut
dari warga berdasarkan seberapa baik orang yang bersangkutan dapat
menanggung beban tersebut. Dalam bahasa lain, semua warga negara harus
memberikan “pengorbanan yang setara” untuk mendukung
pemerintah.Dengan demikian, besarnya pengorbanan tergantung pada
penghasilan dan kondisi lainnya.
Prinsip kesanggupan membayar mengarah pada dua gagasan pemerataan,
yaitu pemerataan vertikal dan pemerataan horizontal.
1) Pemerataan Vertikal
Pemerataan vertikal menyatakan bahwa pembayar pajak yang memiliki
kesanggupan lebih besar untuk membayar pajak harus memberikan
kontribusi yang lebih besar.
Namun seberapa banyak yang harus dibayar oleh orang kaya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dikemukakan adanya tiga
sistem, yaitu :
a) Sistem Proporsional

6
Semua pembayar pajak membayar dengan bagian yang sama dari
pendapatannya untuk pajak.
b) Sistem Regresif
Pembayar pajak yang penghasilannya tinggi membayar bagian yang
lebih kecil dari pendapatan meskipun jumlah yang mereka bayarkan
sebenarnya lebih besar.
c) Sistem Progresif
Pembayar pajak yang pendapatannya tinggi membayar bagian yang
lebih besar dari pendapatannya untuk pajak daripada pembayar pajak
yang pendapatannya lebih rendah.

Untuk lebih jelasnya lihatlah contoh pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6
Tiga Sistem Pajak

Pajak Proporsional Pajak Regresif Pajak Progresif


--------------------------- -------------------- ----------------------
Penghasilan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan

=================================================================

$ 50.000 $ 12,500 25% $ 15.000 30% $ 10.000 20%


100.000 25.000 25% 25.000 25% 25.000 25%
200.0 50.000 25% 40.000 20% 60.000 30%

2) Pemerataan Horizontal
Pemerataan horizontal menyatakan bahwa pembayar pajak yang
kesanggupannya sama untuk membayar pajak harus berkontribusi dalam
jumlah yang sama.
Namun dalam kenyataan, setiap keluarga berbeda jika dipandang dari
segi apapun, misalnya keluarga tertentu mempunyai anak sedangkan
keluarga lainnya tidak mempunyai anak. Untuk mengevaluasi apakah kode
pajak adalah wajar secara horizontal, maka harus menentukan perbedaan
mana yang relevan dengan kesanggupan keluarga untuk membayar pajak
dan perbedaan mana yang tidak relevan.
Untuk menentukannya tidak mudah, namun dalam prakteknya, pajak
penghasilan berisi ketentuan-ketentuan khusus yang mengubah pajak
keluarga berdasarkan keadaan tertentu.

2. Pembagian Beban Pajak dan Pemerataan Pajak


Pembagian beban pajak adalah hal penting dalam mengevaluasi pemerataan pajak
karena pembebanan pajak memengaruhi orang-orang selain yang memperoleh
tagihan pajak juga yang benar-benar membayar pajak.

7
Banyak keputusan pemerataan pajak tidak mengindahkan dampak-dampak
yang tidak langsung tersebut dan hanya didasarkan pada teori kertas penangkap
lalat ( flypaper theory ). Contohnya : banyak orang berpendapat bahwa pajak
untuk mantel bulu yang tinggi adalah wajar karena yang membeli mantel bulu
adalah orang kaya. Namun demikian apabila orang kaya beralih untuk membeli
mantel dari bahan lain yang juga mahal, maka akan mengurangi penjualan bulu
yang pada akhirnya pajak yang tinggi atas bahan bulu akan merugikan penjual
bulu bukan pembelinya.

V. KESIMPULAN : TRADE OFF ANTARA PEMERATAAN DAN EFISIENSI


1. Pemerataan dan efisiensi adalah dua target paling penting dalam sistem pajak,
namun kerapkali kedua tujuan ini saling bertentangan. Banyak usulan untuk
meningkatkan efisiensi tetapi mengurangi pemerataan, atau meningkatkan
pemerataan tetapi mengurangi efisiensi;
2. Ekonomi sendiri tidak dapat menentukan cara terbaik untuk menyeimbangkan
antara tujuan efisiensi dengan pemerataan karena harus melibatkan filosofi
politik;
3. Namun demikian, para ahli ekonomi memiliki peran penting dalam perdebatan
politik mengenai kebijakan pajak karena mereka dapat memberikan pencerahan
pada dilema yang dihadapi masyarakat dan membantu untuk menghindari
kebijakan yang mengorbankan efisiensi yang sekaligus juga mengorbankan
pemerataan.

Anda mungkin juga menyukai