Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas Dikonversi
Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas Dikonversi
A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih
11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat
angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-
11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini
masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsitidak benar
terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas
2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu
pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada
Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan
gizidilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan
sector terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi
puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan
Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya.
Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas
Rawat Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321
unit,diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296
unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan
di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi
yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas karanganyar
dan jejaringnya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini adalah Penyelenggaraan Pelayanan
gizi di dalam maupun luar gedung di Puskesmas Karanganyar
.
D. Batasan Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait
penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi jemaah
haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan,
gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan
pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi
dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya
perbaikan gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau
asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang
digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan upaya
kesehata
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antaramakanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap,
digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan
khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring
pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI
Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan.
Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien
dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan pasien/klien
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan
gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang
telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan
yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi..
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi
lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat
atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
BAB II
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Karanganyar
memiliki penunjang yang harus dipenuhi
2 Peralatan kecil:
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif,preventif,
dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawatinap yang dilakukan
di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizidi dalam gedung terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu pelayanan gizirawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap.
2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidaksepenuhnya dilakukan
hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung.
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta
sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangkaupaya perbaikan gizi yang
dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman GiziSeimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, InstitusiPendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi
kesehatan, antara lain:
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerjaPuskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakatluas.
d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, danpertemuan-pertemuan lainnya.
e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan diwilayah kerja Puskesmas
2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan
pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
3) Melakukan penimbangan
4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauanpertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
danpemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
c. Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemenpemberian
TTD antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaranselama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayahkerja puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayahkerja Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dandilanjutkan sampai masa
nifas
b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
7. Surveilence Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi
informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor
terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi
dimanfaatkanuntuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan
program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai
acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa
menggunakan buku Surveilans Gizi,Kementerian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan:
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerustentang besaran masalah gizi dan
perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah
gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untukdilakukan (bentuk, sasaran,
dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmasberkoordinasi dengan
tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/caramelakukan, dan
penggunanaan data
2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data,mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan danpelaporan kegiatan gizi di
posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita,
anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
(1) Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar
penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah
gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahandalam 1 kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkatkecamatan di wilayah kerja
Puskesmas.
B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada tiga
strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan
dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan dari
berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari unsur
informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya
adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini
dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos
obat desa, dan sebagainya.
C. Langkah Kegiatan
a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b.Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi.
Apabila tenaga kesehatanmenemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk
untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabmelalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secarasistematis. Kategori data pengkajian gizi
meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagaicara
meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan(PB) dan
Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA),Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio
Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau
kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants,penumpukan lemak dibagian tubuh
tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara
pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/polamakan sehari berdasarkan frekuensi
konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untukmendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cararecall 24 jam, yang dapat diukur dengan
menggunakan bantuan food model.
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
2. Perkembangan diagnosis gizi
3. Perubahan perilaku dan sikap
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan Puskesmas untukmenetapkan pasien berisiko
masalah gizi atau tidak. Skrining gizisetidaknya dilakukan pada pasien baru
1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisikomasalah gizi antara lain
adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus
seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dll.
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap diPuskesmas Rawat Inap
apabila di Puskesmas sudah ada tenagaatau tim asuhan gizi
yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk(TAGB) serta mempunyai sarana
dan prasarana perawatan yangmemadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga kesehatan
menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh asuhan gizi, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, daninterpretasi data secara sistematis.
Kategori data pengkajian gizi meliputi:
DataAntropometri
Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Data Riwaya Gizi
Data Laboratorim
2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materikonseling
gizi meliputi hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang,
pemilihan bahan makanan, keamanan pangan, interaksi obat dan
makanan, bentuk dan cara pemberianmakanan sesuai keluhan dan
kondisi klinis pasien, kebutuhangizi pasien, dan sebagainya. Tujuan
konseling adalah untukmengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuandan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan
kebutuhan bahan makanan,perencanaan anggaran belanja, pengadaan
bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.Penyelenggaraan makanan di
Puskesmas Rawat Inapdilaksanakan
dengan tujuan menyediakan makanan yang berkualitas sesuai
kebutuhan gizi, biaya, aman,dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai status gizi
yang optimal.
(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap.
Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas samadengan yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan lain termasuk rumah
sakit, tetapi lebih sederhana.Alur penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di
bawah ini:
Gambar 3. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di PuskesmasRawat Inap adalah pasien rawat inap.
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari
unit produksi makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem
penyelenggaraanmakanan di Puskesmas dilakukan secara Sistem
Swakelola. Pada sistem penyelenggaraan makananSwakelola,
unit produksi makanan bertanggung jawabterhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam sistem
swakelola ini, seluruh sumber daya yangdiperlukan (tenaga,
dana, metode, sarana, dan prasarana) disediakan oleh pihak
PuskesmasRawat Inap. Pada pelaksanaannya, unit produksi
makanan mengelola kegiatan gizi sesuai denganmanajemen dan menerapkan Standar
Operasinal Prosedur yang ditetapkan.
(4) Mekanisme Penyelenggaraan Makanan
((a)) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu
kegiatan penyusunan anggaranbiaya yang diperlukan untuk
pengadaan bahanmakanan bagi pasien/klien yang dilayani, selama jangka waktu tertentu,
biasanya 1 (satu) bulan. Tujuannya adalah tersedianya taksiran anggaran belanja
makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
macam danjumlah bahan makanan bagi pasien/klien yang
dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Besar
anggaran belanja makanan dalamsatu bulan yang akan
datang dihitungberdasarkan gambaran pelaksanaan pada
bulan yang sedang berjalan dan kemungkinanprakiraan
kenaikan harga dengan melihat data jenis dan jumlah
pasien dalam 1 (satu)bulan terakhir. Perencanaan anggaran belanja makanan meliputi
beberapa kegiatan antara lain: ((1)) Memperhitungkan anggaran belanja
makPerhitungan biaya tidak termasuk untukbahan bakar,tenaga, peralatan dan sebagainya di
luar bahan makanan.
((2)) Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi prinsip
giziseimbang. Tujuan perencanaan menu adalah
tersedia siklus menu sesuai klasifikasipelayanan yang
ada di Puskemas perawatan(misalnya siklus menu
10 hari). Langkah-langkah dalam penyusunan menu dapat dilihat pada lampiran.
• Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makananmerupakan suatu proses untuk menentukan jumlah,
macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu.
((b)) Pengadaan bahan makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputipenetapan
spesifikasi bahan makanan, perhitunganharga, pemesanan
dan pembelian bahan makanandan melakukan survei pasar. Dari survei
tersebutakan diperoleh perkiraan harga bahan
makananyang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan maksimal.
((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tatacara menata, menyimpan, memelihara jumlah,
kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat penyimpanan
yang aman danmemiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah
tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai
dengan kebutuhan.
((3)) Pendistribusian dan penyajian makanan Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses
kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis
makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen yang dilayani. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusianmakanan yaitu:
o Kerjasama tim di ruang rawat inap antaradokter, perawat/bidan,
tenaga gizi dalamhal penentuan diet, pemesanan makanan, penyajian dan
pengawasan makanan.
o Alat penyaji makanan harus sesuaidengan macam masakan yang dihidangkan.
o Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik
o Ketepatan waktu penyajian makanan pasien
o Kerapian dan kebersihan makanan yangsampai pada pasien.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action ).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan pelayanan
gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya peningkatan
pelayanan gizi di Pusesmas Karanganyar
Poskan Komentar
Posting LamaBeranda
Arsip Blog
► 2015 (7)
▼ 2016 (5)
o ▼ A
gustus (5)
DIRGAHAYU RI
KE 71
Leafleat Puskesmas
Karanganyar Kab.
Kebumen
Karnafal On The
Road Menuju
Akreditasi
Puskesmas K...
KELAS IBU
PINTAR BALITA
SEHAT
PUSKESMAS
KARANGANYA.
..
PEDOMAN
PELAYANAN
GIZI
PUSKESMAS
KARANGANYA
R