Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANGKATAN MUHAMMAD MENJADI

NABI DAN RASUL

10 IPS 2
Disusun oleh:
 Ashila Putri.P
 Bella Lisna N.L
 Dafni Amelia
 Resi Rohaeni
 Indra Mulyadi
 Yandi Maulana

YAYASAN PENDIDIKAN HANDAYANI 1979


SMA HANDAYANI 1 PAMEUNGPEUK
Jl.Raya Banjaran No.595 Bojong Sereh Pameungpeuk
Bandung 40376
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad saw adalah simbol manusia sempurna,
lewat keindahan akhlaqnya, lurus prilakunya, kebersihan
fitraahnya, keluasan pengalaman hidupnya, mulai berdagang
ketika masih kecil, berangkat ke Syam untuk berdagang
dalam perjalanan musim dingin, yang dengan safar dan
dagang itu memberinya pengalaman tentang manusia,
berperan serta bersama mereka dalam kehidupan nyata,
memperluas wawasan.
Semua pekerjaannya, perniagaannya, keluarganya tidak
merubahnya dari perenungan dan berfikir tentang
kekuasaan langit dan bumi. Tidak merubahnya dari
tabiatnya yang lama terdiam, suka berkhalwah (menyendiri)
dari kaumnya, sehingga ia lepas dari kesibukannya. Apa
yang dilakukan kaumnya yang menyembah berhala yang
mereka buat sendiri, tidak nyaman di matanya, dan tidak
dapat diterima akalnya.
Hal ini terjadi tidak karena kekerdilan jiwa atau
menghindari kehidupan sosial. Ia terlibat aktif dalam hilful
fudhul sebelum Islam. Demikian juga statusnya sebagai
pedagang tidak mungkin menyendiri dari kamunitas
kaumnya. Akan tetapi khalwah itu disebabkan oleh
ketinggian jiwa, kemuliaan diri dari kehinaan kaumnya yang
terbiasa dengan tradisi nenek moyangnya, seperti
menyembah berhala, minum khamr, berjudi, berlebihan
dalam kelalaian dan kenikmatan, makan harta orang lain
dengan batil.
Dan setelah menikahi Khadijah beliau mendapat tugas untuk
menjadi Nabi dan Rasul bagi seluruh umat di dunia
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengangkatan Muhammad SAW
menjadi Nabi dan Rasul ?
2. Bagaimana kondisi psikis Muhammad SAW sesudah
diangkat menjadi Nabi dan Rasul?
3. Bagaimana peran Khadijah mensikapi kondisi psikis
Nabi Muhammad SAW?
4. Bagaimana petunjuk pelaksanaan tugas kerasulan?

II. PEMBAHASAN
A.Pengangkatan Muhammad SAW menjadi Nabi
dan Rasul
Selagi usia Rasulillah Shallallahu Alaihi wa Sallam hampir
mencapai empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai
adalah mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari
gandum dan air beliau pergi ke gua Hira di Jabal Nur, yang
jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah. Suatu gua Hira yang
tidak terlalu besar, dan panjangnya empat hasta dan
lebarnya antara tiga perempat hingga satu hasta. Beliau
menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan
keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan yang tak
terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas
melihat keyakinan kaumnya yang penuh dengan
kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tak pernah
lepas dari tahayul. Sementara itu, di hadapan beliau juga
tidak ada jalan yang jelas dan mempunyai batasan-batasan
tertentu, yang biasa menghantarkan kepada keridhaan dan
kepuasan hati beliau.
Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu
sisi dari ketentuan Allah atas diri beliau, sebagai langkah
persiapan untuk menerima urusan besar yang sedang
ditunggunya. Ruh manusia manapun yang realitas
kehupannya akan di susupi suatu pengaruh dan di bawa kea
rah lain, maka ruh itu akan di buat kosong dan
mengasingkan diri untuk beberapa saat, dipisahkan dari
kesibukan duniawi dan gejolak kehidupan serta kebisingan
manusia yang membuatnya sibuk pada urusan kehidupan.
Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, untuk mengemban
amanat yang besar, merubah wajah dunia dan meluruskan
garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama
tiga tahun bagi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum
membebaninya dengan risalah. Beliau pergi untuk
mengasingkan diri ini selama jangka waktu sebulan, dengan
disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang
etrsembunyi dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk
berhubungan dengan kegaiban itu tatkala Allah sudah
memperkenankannya.
Pada bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa
pengasingan di goa hiro, allah berkehendak untuk
melimpahkan rahmadnya kepada penghuni, memuliakan
beliau dengan nubuah dengan menurunkan malaikat jibril
pada beliau sambil membawa ayat-ayat al-qur’an.[1]

Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur di gua Hiro, ketika


itulah datang Malaikat membawa sehelai lembaran seraya
berkata kepadanya; ‫( اقراء‬bacalah) dengan terkejut
Muhammad menjawab ‫( اقرء ما‬saya tidak dapat membaca). Ia
merasa seolah malaikat itu mencekiknya kemudian
dilepaskan lagi seraya katanya lagi ‫( اقراء‬bacalah) masih
dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab ‫ما‬
‫( اقرء؟ ذا‬apa yang akan saya baca) seterusnya malaikat itu
berkata
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia telah menciptakan manusiadari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu maha mulia. Dia telah
mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa
yang tidak mereka ketahui. Dengan wahyu pertama itu,
berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai nabi. Dalam
wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru
manusia kepada suatu agama”. QS 96: 1-5[2]
Muhammad terdiam bak patung dan tubuhnya gemetar. Ia
menyimak kalimat itu dengan susah payah. Usia beliau saat
itu 40 tahun,6 bulan,dan 12 hari berdasarkan penanggalan
Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3 bulan,dan 20 hari menurut
kalender Masehi. Malam itu adalah awal dari masa kenabian
Muhammad
B. Kondisi Psikis Muhammad SAW Sesudah
Diangkat Menjadi Nabi dan Rosul
Kemudian ia terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya
kepada dirinya: gerangan apakah yang dilihatnya?! Ia
menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tak melihat apa-apa. Ia
diam sebentar, gemetaran ketakutan. Kuatir ia akan apa
yang terjadi dalam gua itu. Ia lari dari tempat itu semuanya
serba membingungkan. Tak dapat ia menafsirkan apa yang
telah dilihatnya itu.
Cepat-cepat ia menyusuri celah-celah gunung, sambil
bertanya-tanya dalam hatinya siapa gerangan yang
menyuruh membaca itu?! Kemudian ia memasuki
pegunungan itu masih dalam rasa ketakutan dan masih
bertanya-tanya. Tiba-tiba ia mendengar suara yang dahsyat
memanggilnya. Ia melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba
yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dalam
keadaan demikian khadijah telah mengutus orang untuk
mencari Muhammad namun tidak menemukannya.[3]
Rasulullah SAW lalu pulang menemui Khadijah bin khuailid,
seraya bersabda” selimutilah aku, selimuti aku! “ maka
beliau di selimuti hingga badan beliau tidak lagi mengigil
layakya terkena demam.
”Apa yang terjadi padaku beliau bertanya pada khadijah.
Maka dia memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau
bersabda, “ aku kawatir terhadap keadaan diriku sendiri.”
Khadijah berkata, “ tidak. Demi Allah, Allah tidak akan
menghinakanmu selamanya, karena engkau suka
menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban
orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu,
dan menolong orang yang menegakkan kebenaran. [4]

C. Peran Khadijah Mensikapi Kondisi Psikis Nabi


Muhammad SAW
Seperti juga dalam suasana tahannuth dan dalam suasana
ketakutannya akan kesurupan, Khadijah yang penuh rasa
kasih sayang, hati yang kehawatiran dan gelisah. Tapi ia
tidak memperlihatkan rasa khawatir atau curiga bahkan
dilihatnya Nabi Muhammad dengan pandangan penuh
hormat, seraya berkata:
“Oh putra pamanku. Bergembiralah dan tabahkan
hatimu. Demi dia yang memegang hidup Khadijah , aku
berharap kiranya engkau akan menjadi nabi atas umat ini.
Samasekali Allah takkan mencemooh kau; sebab engkaulah
yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata,
kau yang mau memikul beban orang lain dan menghormati
serta menolong mereka yang dalam keulitan atas jalan yang
benar.” Nabi Muhammad sudah merasa tenang kembali.
Dipandangnya dengan mata penuh rasa terima kasih.
Sekujur badannya terasa letih dan perlu sekali ia tidur.
Nabi Muhammad sedang tidur. Khadijah menatapnya
dengan hati penuh kasih dan harapan, kasih dan harapan
terhadap orang yang tadi mengajaknya bicara, setelah
dilihatnya tertidur dengan nyenyak, kemudian Khadijah
pergi menjumpai saudara sepupunya (anak paman) waraqah
b. naufal. Waraqah B. Naufal adalah seorang penganut agama
nasrani yang sudah mengenal bible dan sudah pula
menerjemahkan sebagian ke dalam bahasa arab. Ia
menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar oleh
nabi muhammad dan menceritakan pula apa yang dikatakan
Muhammad kepadanya. Waraqah menekur sebentar
kemudian berkata : “maha kudus ia, maha kudus. Demi dia
yang memegang hidup waraqa. Khadijah, percayalah, dia
telah menerima Namus Besar seperti yang telah diterima
Musa. Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakana
kepadanya supaya tetap tabah
Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur.
Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh
ikhlas, bercampur harap dan cemas. Dalam tidur yang
demikian itu. Tiba-tiba Ia menggigil, nafasnya terasa sesak
dengan keringat yang telah membasahi wajahnya. Ia
terbangun, manakala didengarnya Malaikat datang
membawakan wahyu kepadanya:
“hai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan
peringatan. Dan agungkan tuhanmu. Pakaianmupun
bersihkan. Dan hindarkan dari perbuatan dosa. Jangan kau
memberi karena ingin mendapatkan lebih banyak. Dan demi
tuhanmu, tabahkan hatimu.”
Dipandangnya ia oleh khodijah, dengan rasa kasih
sayang yang besar. Didekatinya ia perlahan lahan seraya
dimintanya, supaya ia kembali tidur dan beristirahat.
“waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi,
Khadijah.” Jawabnya. “jibril membawa perintah supaya aku
member peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah.
Tapi siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan
mendengarkan?
Khadijah berusaha menentramkan hatinya. Cepat-
cepat ia mendengarkan apa yang didengarkannya dari
Waroqoh tadi. Dengan penuh gairah dan bersemangat sekali
kemudian ia menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya
itu. Sudah sewajarnya apabila Khadijah cepat-cepat percaya
kepadanya. Ia sudah mengenalnya benar. Selama hidupnya
laki-laki itu selalu jujur, orang berjiwa besar dan selalu
berbuat kebaikan dengan penuh rasa kasih sayang. Selama
dalam tahannuth, dilihatny betapa besar kecenderungannya
kepada kebenaran. Dan begitu juga pertama kali tatkala dia
keluar dan kembali dari Gua Hiro, sesudah kerosulannya. Ia
bingung sekali kemudian dimintanya oleh Khadijah, apabila
malaikat itu nanti datang supaya diberitahukan kepadanya.
Bilamana kemudian Muhammad melihat malaikat itu
datang, didudukkannya ia oleh Khadijah di paha kirinya
kemudian di paha kanan dan pangkuannya. Malaikat itupun
masih dilihatnya. Khadijah menghalau dan mencampakkan
tutup mukanya. Waktu itu tiba-tiba Muhammad tidak lagi
melihatnya. Khadijah tidak ragu bahwa itu malaikat, bukan
setan.

D. Petunjuk Pelaksanaan Tugas Kerasulan


Turunnya wahyu kedua, yaitu surat al-Muddatstsir,
membuat Rasulullah saw memasuki tahapan baru dalam
berdakwah. Beliau mulai menyebarkan ajaran islam secara
sembunyi. Cara ini ditempuh karena kaumnya adalah orang-
orang yang menjadikan pedang sebagai solusi persoalan dan
tidak beragama.Pertama kali Rasulullah menawarkan Islam
kepada orang-orang terdekatnya, keluarga besar serta para
sahabat karibnaya. Mereka yang tidak memiliki sedikit pun
keraguan terhadap Rasulullah saw langsung menanggapi
ajakan tersebut dengan baik.
Firman Allah tentang misi Nabi kepada seluruh umat
manusia, yang artinya :
ٌ‫ْك أ َ ْنزَ ْلنَاهٌ الر ِكتَاب‬
ٌَ ‫ج ِإلَي‬
ٌَ ‫اس ِلت ْخ ِر‬
ٌَ َّ‫ت ِمنٌَ الن‬ ُّ ‫ور ِإلَى‬
ٌِ ‫الظل َما‬ ٌِ ‫اط ِإلَى َر ِب ِه ٌْم ِبإ ِ ْذ‬
ٌِ ُّ‫ن الن‬ ٌِ ‫ص َر‬
ِ
ٌِ ‫(ال َح ِمي ٌِد ْال َع ِز‬1)
‫يز‬ ْ
“Alif Lâm Râ, (ini) adalah kitab yang Kami turunkan
kepadamu, agar kamu (dapat) mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya, dengan izin Tuhanmu, yaitu ke
jalan (Tuhan) Yang Maha Agung dan Amat Terpuji”. (QS.
Ibrahim, 14: 1).
Lebih tegas lagi, misi kenabian itu dilukiskan al-Qur’an surat
al-A’râf ayat ke-157:
ٌَ‫ل يَتَّبِعونٌَ الَّذِين‬
ٌَ ‫الرسو‬
َّ ‫ي‬ ٌَّ ‫ل الت َّ ْو َراةٌِ فِي ِع ْندَه ٌْم َم ْكتوبًا يَ ِجدونَهٌ الَّذِي ْاْل ِم‬
ٌَّ ِ‫ي النَّب‬ ِ ْ ‫َو‬
ٌِ ‫اْل ْن ِجي‬
‫وف يَأْمره ٌْم‬ٌِ ‫ن َويَ ْن َهاه ٌْم بِ ْال َم ْعر‬ ٌِ ‫ل ْالم ْن َك ٌِر َع‬
ٌُّ ‫ت لَهمٌ َوي ِح‬ ٌِ ‫الطيِبَا‬ ٌَ ِ‫ْال َخبَائ‬
َّ ٌ‫ث َعلَ ْي ِهمٌ َوي َح ِرم‬
ٌ‫ضع‬َ َ‫ع ْنه ٌْم َوي‬
َ ‫ص َره ٌْم‬
ْ ‫ل ِإ‬ ٌَ ‫َت الَّتِي َو ْاْل َ ْغ ََل‬ ٌْ ‫َعلَ ْي ِه ٌْم َكان‬
“Mereka orang-orang yang mengikuti Nabi yang buta huruf,
mereka temukan namanya tertulis dalam Kitab Taurat dan
Injil, (misinya) menyeru mereka pada kebaikan, melarang
kemungkaran, menghalalkan sesuatu yang baik bagi mereka,
mengharamkan mereka (mengkonsumsi) sesuatu yang
kotor, melepaskan mereka dari beban berat dan belenggu-
belenggu yang (menggelayuti) mereka”. (QS. Al-A’râf, 7:
157).[5]

Dalam sejarah Islam,mereka dikenal sebagai as-


Sabiqunal-Awwalun (orang-orang yang paling dahulu
massuk islam).Yang paling pertama ialah
UmmulMu’min,Khadijah binti Khuwalid,budak beliau,Zaid
bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi,sepupu beliau,Ali bin Abi
Thalib,serta sahabat beliau,Abu Bakar ash-Shiddiq.Pada
tahap awal menyebarkan Islam,nabi Muhammad saw sangat
berhati-hati.Beliau tidak menyampaikan kenabiannya
kepada sembarang orang,tetapi kepada mereka yang dapat
di percaya.
Salah satu perintah pertama Allah kepada Nabi adalah
shalat,jauh sebelum peristiwa Isra Mi’raj.Menurut Ibnu
Hajar,Rasulullah saw secara qath’i (pasti) pernah melakukan
shalat begitu pun dengan para sahabat.Turunnya perintah
shalat itu diawali dengan kedatangan Jibril dengan
mengajarkan tata cara berwudhu dan Rasulullah
mengikutinya.Sementara bila memasuki waktu shalat,beliau
dan para sahabat pergi ke perbukitan dan mendirikan shalat
secara sembunyi-sembunyi (Ibnu Hisyam).Dan Jibril
mencontohkan dua pelaksanaan shalat fardu,yang pertama
di laksanakan pada awal waktu,yang kedua di akhir
waktu.Lalu Jibril berkata kepada Rasulullah saw,”Shalat itu
di antara kedua waktu.”
Tiga tahun berlalu,dakwah masih dilakukan secara
sembunyi melalaui pendekatan individu dan mulai berhasil.
Komunitas orang beriman telah menempati posisinya di
Makkah,meski masih sangat dini. Seiring dengan itu,turunlah
wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah
secara terang-terangan dan menghadapi kebatilan dengan
kebaikan.”Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-
terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu). (QS.al-
Hijr[15]:94).

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa
pengasingan di goa hiro, allah berkehendak untuk
melimpahkan rahmadnya kepada penghuni, memuliakan
Nabi Muhammad dengan nubuwwah dengan menurunkan
malaikat jibril pada beliau sambil membawa ayat-ayat al-
qur’an, Usia beliau saat itu 40 tahun,6 bulan,dan 12 hari
berdasarkan penanggalan Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3
bulan,dan 20 hari menurut kalender Masehi. Malam itu
adalah awal dari masa kenabian Muhammad
Setelah kenabian atau penerimaan wahyu pertama
rasulullah mengalami kegelisahan dan istri beliau Khadijah
lah yang menjadi sandaran beliau ketika dalam gejolak jiwa
hingga pada wahyu yang kedua.setelah Turunnya wahyu
kedua, yaitu surat al-Muddatstsir, membuat Rasulullah saw
memasuki tahapan baru dalam berdakwah. Beliau mulai
menyebarkan ajaran islam secara sembunyi. hingga turunlah
wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah
secara terang-terangan dan menghadapi kebatilan dengan
kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai