Anda di halaman 1dari 8

Dakwah Nabi Muhammad Di Mekkah

Nama : Esmoyo Subianto


Kelas : x Tkj 3

Smk Negeri 1 liwa


Lampung Barat
A. MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM
Kehidupan masyarakat Arab pada masa pra islam dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah. Zaman jahiliyah adalah zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran.
Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang kuat senantiasa menindas yang
lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan dan masih banyak lagi pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi pada masa itu. Kehidupan mereka belum teratur seperti sekarang.
Mereka tidak mengenal perikemanusiaan dan hidup tanpa dasar keimanam. Kaum wanita
dipandang makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria. Bahkan
bila bayi lahir wanita maka akan dikubur hidup-hidup.
Mereka menyembah berhala dan kalau sudah jemu/bosan berhala itu pun diperjual-belikan,
menurut mereka sikap kejujuran adalah merupakan suatu keanehan bagi mereka sedangkan
kemunafikan menjadi hal yang biasa, dan perzinaan, minum-minuman keras,berfoya-foya
merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang jahiliyah. Mencuri dan merampok merupakan
bagian dari kehidupan mereka. Bagi mereka yang penting adalah hidup untuk makan, sekalipun
harus megorbankan orang lain. Peradaban mereka sendiri tidak berkembang dan hidup dalam
kebodohan. Keadaan semacam itu dapat diselamatkan dengan lahir dan tumbuhnya agama
islam di Jazirah Arab.

B. PENGANGKATAN MUHAMMAD MENJADI


RASUL
Kondisi masyarakat Arab sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul
sangatlah rusak, banyak terjadi perang antar suku, penyembahan berhala, dan juga mengubur
bayi perempuan hidup-hidup; karena pada saat itu memiliki anak perempuan adalah sesuatu yang
memalukan, sehingga zaman tersebut dinamakan dengan zaman jahiliyah atau zaman
kebodohan. Kekecewaan Muhammad S.A.W membuatnya melakukan kontemplasi atau
berkholwat atau menyendiri di Goa Hiro.
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah berusia 40 tahun, Allah
mengutusnya menjadi rasul-Nya sebagai rahmat bagi sekalian alam yang diutus kepada segenap
umat manusia dan sebagai pembawa kabar gembira. Sebelumnya Allah Ta’ala telah mengambil
perjanjian dari tiap-tiap rasul yang diutus sebelum beliau agar beriman kepada beliau dan
membenarkannya, membelanya terhadap siapa saja yang menentangnya. Allah juga telah
memerintahkan mereka supaya menyampaikannya kepada setiap orang yang beriman dan
membenarkan mereka. Lalu mereka pun menyampaikan kebenaran yang mereka ketahui tentang
rasul akhir zaman itu kepada umat manusia.
Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan: “Perkara pertama yang memulai
turunnya nubuwat kepada Rasulullah ketika Allah hendak memuliakan beliau dan mencurhkan
rahmat-Nya kepada para hamba adalah mimpi yang benar. Setiap kali bermimpi,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihatnya laksana cahaya fajar merekah. Allah
membuatnya senang ber-khalwat(menyendiri melakukan ibadah). Tidak ada perkara yang paling
beliau sukai melainkan khalwat tersebut.”
Abdullah bin Ubaidullah meriwayatkan: “Ketika Allah hendak menurunkan kemuliaan
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan memulai penobatannya sebagai utusan
Allah, beliau selalu keluar menjauh dari rumah-rumah penduduk, beliau pergi menuju lembah-
lembah kota Mekkah. Setiap kali Rasulullah berpapasan dengan batu dan pohon, pasti batu dan
pohon itu mengucapkan salam kepada beliau, “Assalamualaika ya Rasuulallaah!” Rasulullah
menoleh ke kanan, ke kiri dan ke belakang namun beliau tidak melihat apapun kecuali bebatuan
dan pepohonan. Beliau shallallahu alihi wa sallam tinggal di gua tempat khalwat dan mendengar
serta melihat banyak perkara. Kemudian datanglah malaikat Jibril dengan
membawa karamahdari Allah Ta’ala. Kala itu beliau sedang ber-khalwat di gua Hira pada bulan
Ramadhan.
Ubaid bin Umair menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyendiri
ke gua Hira sebulan setiap tahun. Gua itu biasa dipakai oleh orang-orang Quraisy untuk ber-
tahannuts pada zaman Jahiliyyah. Tahannuts adalah beribadah dengan menjauhkan diri dari
berhala-berhala. Beliau biasa ber-tahannutspada bulan Ramadhan, memberi makan fakir miskin
yang datang menjenguk beliau. Apabila beliau telah merampungkantahannuts pada bulan itu
maka hal pertama yang dilakukannya adalah mendatangi Ka’bah. Beliau melakukan thawaf
sebanyak 7 kali atau semampu beliau. Barulah beliau pulang ke rumah. Hingga pada bulan yang
telah ditentukan Allah sebagai waktu menurunkan karamah kepada beliau, tahun yang telah
Allah pilih sebagai waktu penobatannya sebagai rasul, yaitu bulan Ramadhan,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar menuju gua Hira sebagaimana biasanya diiringi
oleh keluarganya. Tepat pada malam yang telah Allah muliakan dengan risalah-Nya, datanglah
Malaikat Jibril alaihissalam dengan membawa perintah Allah!

Rasulullah menuturkan: “Datanglah kepadaku Malaikat Jibril kala itu aku sedang tidur
beralaskan tikar dari dibaj (sutera) di dalamnya terdapat kitab. Jibril berkata, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku. Jibril mendekapku sehingga aku menyangka ajalku tiba!
Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka
ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Aku tak bisa membaca!” jawabku lagi. Ia mendekapku sekali lagi sehingga aku menyangka
ajalku tiba! Lalu ia melepasku. Jibril berkata lagi, “Bacalah!”

“Apa yang harus aku baca?” jawabku lagi.

Jibril berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Aku pun membacanya sampai selesai, lalu ia berpaling dariku. Lalu aku terbangun dari tidurku
dan kudapati seolah-olah di hatiku telah tertulis sebuah tulisan.

Aku pun keluar hingga ketika tiba di pertengahan bukit aku mendengar suara dari langit yang
berseru, “Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril!” Kulihat ternyata
Jibril menjelma dalam bentuk lelaki yang putih bersih kedua telapak kakinya di ufuk langit. Ia
berseru, “Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku adalah Jibril!” Aku berhenti
melihatnya tanpa bergeming sedikitpun dari tempatku. Aku berusaha memalingkan wajah
darinya ke arah ufuk lainnya, tetapi aku tetap melihatnya di setiap ufuk. Sementara aku tetap di
tempat tidak bergeming sedikitpun. Sehingga Khadijah mengutus beberapa orang untuk
mencariku. Mereka telah mencapai puncak gunung namun tidak melihatku. Akhirnya mereka
pun kembali sementara aku tetap berada di tempatku. Kemudian Jibril berpaling dariku.

Setelah itu aku pun kembali ke rumah dan segera menemui Khadijah. Aku bersandar di
pangkuannya. Ia berkata padaku, “Wahai Abul Qasim, dimanakah gerangan Anda tadi? Demi
Allah, aku telah mengutus orang untuk mencarimu, mereka telah berkeliling kota Mekkah
kemudian kembali tanpa menemuimu!”

Aku pun menceritakan peristiwa yang kusaksikan tadi. Ia berkata, “Sambutlah kabar gembira
wahai anak pamanku, teguhkanlah dirimu! Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya,
aku berharap engkau terpilih menjadi nabi umat ini!”

Lalu Khadijah mengenakan pakaiannya dan berangkat menemui Waraqah bin Naufal yang masih
sepupunya. Waraqah adalah seorang pemeluk agama Nasrani dan banyak membaca kitab-kitab.
Ia juga banyak mendengar dari Ahli Taurat dan Injil. Khadijah menceritakan apa yang didengar
dan dilihat Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam. Waraqah berkata: “Quddus...Quddus...Demi
Dzat yang jiwa Waraqah berada di tangan-Nya, jika benar apa yang engkau ceritakan itu wahai
Khadijah, itulah Namus Al-Akhbar yang dahulunya menemui Nabi Musa. Sungguh ia bakal
menjadi Nabi umat ini, katakanlah ia agar tetap teguh.”
Khadijah radhiyallahu anha kembali menemui Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam dan
menceritakan apa yang dikatakan oleh Waraqah tadi. Ketika Rasulullah telah menyelesaikan
ibadahnya di gua tersebut beliau segera kembali dan mengerjakan apa yang biasa beliau
kerjakan, yaitu melakukan thawaf di Ka’bah.
Waraqah mencegahnya dan berkata, “Wahai saudarku, ceritakanlah padaku apa yang engkau
lihat dan engkau dengar!” Rasulullah pun menceritakan pengalamannya. Waraqah kemudian
berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, engkau telah terpilih menjadi nabi umat
ini, Namus Al-Akbar yang dahulu datang kepada Musa telah datang menemuimu! Engkau akan
ditentang, dimusuhi, diusir dan akan diperangi. Sekiranya aku masih hidup kala itu, niscaya aku
akan sungguh-sungguh menolongmu.” Kemudian ia cium kening Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam. Setelah itu, Rasulullah pun pergi ke rumahnya.
C. STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD
DI MEKKAH
Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.Masyarakat Arab Jahiliyah Periode
MekahObjek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah,
atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S.
Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala
yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah= rumah Allah SWT). Di antara
berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai,Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar.
Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang
yang dilakukan kaum Sabi’in.

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.Strategi dakwah
Rasulullah SAW dalam berusahamencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 TahunPada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di
lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang
yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid
(istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu
Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah
SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya
sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun(pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan. Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4
dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-
216.Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.Pada periode dakwah secara
terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy,
yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-
644 M).Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6
orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum
Salamah.Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan RasulullahSAW pada gelombang ketiga ini,
terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkanBai’atul Aqabah. IsiBai’atul
Aqabahtersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwamereka akan melindungi dan
membela RasulullahSAW.

Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.3.Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAWProf. Dr. A. Shalaby
dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy
menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
 Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak
dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW
(Islam) melarangnya.
 Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati
yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan
azab neraka.
 Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karenamereka merasa berat meninggalkan agama dan
tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.4.Dan, kaum kafir Quraisy menentang
keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang
menyembah berhala.Usaha-usahakaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah
Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir
Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara
mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan
ajarannya.

Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala.Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi
Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan
4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu
memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun
615 M.Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satukaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.Akhirnya,
Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu,
dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya
wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarahIslam
tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut‘amul huzni(tahun duka cita).
D.SUBSTANSI DAKWAH NABI MUHAMMAD
DI MEKKAH
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adalah sebagai berikut :
 Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan
pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah
atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya
haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
 Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan,
tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam
akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi
pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan
memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh
dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah
SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan
dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari
Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
 Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang
keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan
senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap
mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva
orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10). Artinya : “Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya”.
 Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan
bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara.
Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga
ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan
jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan
umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang
du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un,
107: 1-7).
E. HIKMAH STRATEGI DAKWAH NABI DI
MEKKAH
Hikmah yang dapat diambil dari sejarah dakwah Rasulullah saw periode Mekah, antara lain
sebagai berikut :
 Menyadari bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak dalam menjalankan
amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan Allah SWT
 Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah bertugas menyampaikan risalah dari
Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan
orang yang dicintai sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
 Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan
atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi pemimpin atau
menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
 Dapat meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap dan amal perbuatan beliau
sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya,
Firman Allah SWT :
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak
mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab : 21 )

 Dapat mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw, yaitu sangat bijaksana,
pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa
menimbulkan kebosanan. Seperti yang digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah danpengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125)

F. KETELADANAN DAKWAH NABI DI


MEKKAH
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a.) Memahami perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut serta
mendakwahkan Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai tujuan hidupnya,
selamat dan sejahtera di dunia akhirat.
b.) Melaksanakan ajaran Islam, yakni menjalankan rukun Islam dan melestarikannya dalam
kehidupan sehari-hari dilingkungannya masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui
menghina peribadatan/nama tuhan agama lain.
c.) Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah SAW yang tidak bertentangan dengan Al
Qur’an, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d.) Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang tidak
terampuni ( QS. An Nisa : 116 )Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,

Anda mungkin juga menyukai