Anda di halaman 1dari 5

BAB III

KLAUSA

Kompetensi Dasar

Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai pengertian klausa dan


macam-macam klausa serta dapat menerapkannya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
benar dan efektif.

3.1 Pendahuluan

Setelah memahami pengertian sintaksis yang berupa frasa, pada bab III ini pembaca akan
diajak mengenal konstruksi sintaksis yang lain, yaitu klausa. Dengan mempelajari bab ini
pembaca akan memperoleh pemahaman mengenai pengertian klausa dan macam-macam klausa.
Setelah memahaminya, lebih lanjut pembaca diharapkan dapat menganalisis konstruksi sintaksis
yang berupa frasa dan klausa dengan benar serta dapat menggunakan frasa dan klausa itu untuk
keperluan berbahasa sehari-hari, baik dalam berbahasa lisan maupun tulis.

3.2 Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai obyek,
pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan, 1987:88). Klausa adalah S P (O) (pel) (Ket).
Tanda kurung tersebut menandakan bahwa fungsi-fungsi yang terletak dalam tanda kurung
bersifat manasuka, boleh ada, boleh tidak. Jadi, unsur inti klausa ialah S (subjek) dan P
(predikat). Contohnya:

(49) ibu membaca

(50) adik belajar

(51) lukisanku indah

Ada kalanya klausa tidak disertai unsur subjek (S). Hal ini terutama terdapat pada
kalimat jawaban dan kalimat majemuk sebagai akibat penggabungan klausa. Contoh:

(52) Sedang berdiskusi. (Sebagai jawaban pertanyaan,”Anak-anak sedang apa?”)

(53) Walaupun sibuk, ia masih sempat menulis.

Contoh (52) merupakan kalimat jawaban. Kalimat jawaban tersebut jika diungkapkan
secara lengkap berbunyi, Anak-anak sedang berdiskusi. Namun demikian, untuk mengefektifkan
kalimat, orang sering hanya menjawab dengan klausa yang tak lengkap, yang hanya terdiriatas
unsur P (predikat) seperti contoh (52).
Klausa yang hanya terdiri atas unsur P juga terdapat dalam contoh (53). Kalimat itu
merupakan kalimat majemuk; Ia masih sempat menulis, merupakan induk kalimat (klausa inti),
walaupun sibuk merupakan anak kalimat (klausa sematan).unsur subjek dalam induk kalimat dan
anak kalimat sama, yaitu ia sehingga subjek tersebut tidak dihadirkan (diselapkan) pada bagian
anak kalimatnya. Tinggallah unsur P (predikat) saja pada bagian anak kalimat tersebut. Hal itu
akan tampak jelas dengan mengamati analisi berikut.

Walaupun O sibuk, ia masih sempat menulis.

Konj P S P Pel.

---------------------------------

Anak kalimat induk kalimat

Tanda O tersebut menunjukkan bahwa pada bagian tersebut ada unsur yang diselapkan, yaitu
subjek anak kalimat, ia.

3.3 Macam-Macam Klausa

Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam klausa. Berikut dipaparkan jenis-


jenis klausa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

3.3.1 Berdasarkan Kelengkapan Unsur Intinya

Berdasarkan kelengkapan unsur intinya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa
lengkap dan (2) klausa tak lengkap. Klausa lengkap adalah klausa minimal terdiri atas unsur S
dan unsur P. Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur S (hanya terdiri atas
unsur P). Adapun contoh klausa tak lengkap sudah diinformasikan diatas, yaitu pada kalimat
jawaban dan kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa. Mengenai klausa tak lengkap
ini bisa dicermati kembali contoh (52) dan (53) beserta penjelasan dibawahnya.

3.3.2 Berdasarkan Struktur Internalnya

Berdasarkan struktur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu klausa berstruktur
runtut dan klausa berstruktur inversi. Klausa berstruktur inversi adalah kalusa yang unsur
subjeknya berada di depan unsur predikat. Contoh:

(1) ia pandai
S P

(2) anak-anak bermain


S P
Klausa runtut berkebalikan dengan klausa inversi. Dalam klausa inversi unsur predikat
mendahului unsur subjek. Jadi, klausa berstruktur inversi adalah klausa yang unsur subjeknya
berada di belakang unsur predikat.

Contoh:

(1) pandai ia
P S

(2) bermain anak-anak

P S

(3) indah lukisannnya

P S

3.3.3 Berdasarkan Distribusinya

Berdasarkan distribusinya, klausa dibedakan menjadi dua (1) klausa bebas dan (2) klausa
terikat (Cook memalui Tarigan, 1986: 75, Suhardi, 2008: 79). Klausa bebas adalah klausa yang
mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa
lain. Klausa terikat adalah klausa yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna,
dan menjadi bagian yang terikat dari konstruksi yang lain.

Contoh:1. a. Ayo membaca. (klausa bebas)

b. BRI Klaten mengutamakan kepuasan nasabah. (klausa bebas)

2. a. jika tidak mengikuti ujian,…. (klausa terikat)

b. meskipun tanpa petugas,… (klausa terikat)

3.3.4 Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada P

Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat, klausa dibedakan menjadi (1)
klausa positif dan (2) klausa negatif (Ramlan, 1987: 137). Klausa positif adalah klausa yang
tidak mempunyai kata negasi/ pengingkaran pada fungsi predikat, sedangkan kluasa negatif
adalah klausa yang predikatnya mempunyai unsur negasi. Unsur negasi adalah unsur-unsur yang
mengandung pengingkaran, seperti kata tidak, bukan, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:

(1) Ia tidak hadir hari ini

S P K
(2) Jangan diambil buku itu
P Pel

(3) Ia bukan petinju

P Pel

3.3.5 Berdasarkan Kategori Pengisi Fungsi Predikat

Berdasarkan kategori fungsi predikatnya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) kluasa
verbal, dan (2) klausa nonverbal (Cook melalui Tarigan, 1986: 75). Klausa verbal adalah klausa
yang predikatnya berkategori kata kerja, sedangkan klausa nonverbal adalah klausa yang
predikatnya berkategori selain kerja kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal,
antara lain, nominal, adjectival, numeral, dan preposisional (frase depan).

Contoh:

(1) a. Mereka menyanyi bersama. (klausa verbal)


b. Beni memnacing di sungai. (klausa verbal)

(2) a. Orang tuanya pedagang. (klausa nonverbal: nominal)

b. Ia perawat di rumah sakit ini. (kalusa nonverbal: nominal)

(3) a. Wajahnya ceria. (klausa nonverbal: adjektival)

b. Rumahnya sangat jauh. (kluasa nonverbal: adjectival)

(4) a. Mahasiswa di kelasnya tiga puluh. (klausa nonverbal: numeral)

b. Angsa di kandang itu lima belas. (klausa nonverbal: numeral)

(5) a. Ia di kampus. (klausa nonverbal: preposisional)

b. Bapak dari Surabaya. (klausa nonverbal: preposisional)

Sementara itu, berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu (1) klausa transitif, (2) klausa intransitif (Cook melalui Tarigan, 1986: 75). Klausa
transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang menghendaki
hadirnya objek. Contoh:

(1) Rudi mengagumi Yuli.


S P O

(2) Ayah membelikan adik sepatu roda.


S P O Pel

Sebaliknya, klausa intransitif adalah klausa yang predikat verbalnya tidak memerlukan
kehadiran objek.

Contoh:

(1) Mereka berkumpul di aula


S P K
(2) Matahari terbit di timur
S P K

Anda mungkin juga menyukai