1 SM PDF
1 SM PDF
Korespondensi : Pagalairiyanto@gmail.com
**
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
*** Bagian Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRAK
Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,cedera fisik/sosial psikologis, cacat,
kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan. Di Rumah Sakit X Kendari data kejadian
keselamatan pasien pada tahun 2012 terdiri dari kesalahan dalam pemeriksaan laborat,
pasien jatuh, salah pemberian seri kolf darah, pasien terbentur, salah dalam pemberian
obat, kasus kematian pasien. Berdasarkan penentuan perioritas masalah yang akan di teliti
yaitu pasien jatuh dari tempat tidur. Salah satu penyebabnya yaitu kurang patuhnya
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisa faktor yang berhubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, presepsi
dukungan supervisior, presepsi dukungan sesama perawat, kenyamanan tempat/unit kerja
dengan prilaku kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh terhadap
terjadinya kejadian keselamatan pasien di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Kendari. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian Explanatory Research dengan rancangan
Cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 134 perawat ruang rawat inap.
Hasil penelitian menunjukan terdapat 4 variabel yang berhubungan yaitu pengetahuan (p=
0,005), sikap (p = 0,035), persepsi dukungan supervisior (p= 0,000), persepsi dukungan
sesama perawat (p= 0,003) dan faktor yang paling dominan berhubungan adalah persepsi
dukungan supervisior (OR = 5,504).
Kata Kunci : Perawat, Kepatuhan Melaksanakan SOP
ABSTRACT
Compliance Behavior of Nurses Against Genesis SOP Implementing Patient Safety in
Hospital X Kendari : The safety of patients were free of injury that is not supposed to happen
or free from potential injury will occur (disease, physical injury / social psychological,
disability, death) associated with health care. Hospital X Kendari patient safety event data
in 2012 consisted of errors in laboratory examination, patient falls, one giving blood kolf
series, patient knock, one in drug delivery, patient death cases. Based on the determination
of the issues to be priorities in carefully which patients falling out of bed. One reason is lack
of nurses in implementing SOP obedient, patient risk falling. The purpose of this study was
to analyze factors related to the characteristics, knowledge, attitudes, perception supervisior
support, perception of peer support nurse, comfort / unit with the behavior of nurses in
implementing SOP compliance risk of the patient fell against the occurrence of patient safety
in the Hospital Inpatient Unit X Kendari. This type of research is Explanatory Research
research with cross sectional design. The sample in this study amounted to 134 inpatient
room nurse. The results showed there were four variables related to that knowledge (p =
0.005), attitude (p = 0.035), perception of support supervisior (p = 0.000), perception of
138
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
peer support nurses (p = 0.003) and the most dominant factor is the perception of support
supervisior (OR = 5.504).
Keywords: Nurses, SOP Implement Compliance
139
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)
141
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)
142
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
143
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
Kepatuhan perawat melaksanakan SOP asuhan keperawatn pada setiap waktu dan
resiko pasien jatuh kepada setiap pasien.
Frekuensi perilaku kepatuhan Kelman menjelaskan bahwa
perawat dalam melaksanakan SOP resiko perubahan sikap dan perilaku individu
pasien jatuh lebih besar frekuensi perawat diawali dengan proses patuh, identifikasi
yang tidak patuh sebanyak 81 (60,4%) dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada
perawat dibandingkan dengan frekuensi awalnya individu mematuhi
perilaku kepatuhan perawat dalam anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh yang melakukan tindakan tersebut dan seringkali
patuh sebanyak 53 (39,6%) perawat. karena ingin menghindari hukuman/sangsi
Kurang patuhnya perawat jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh
disebabkan karena masih kurangnya imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi
sosialisasi yang dilakukan pada perawat anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap
mengenai SOP resiko pasien jatuh, kepatuhan (compliance).
kemudian tidak tersedianya SOP mengenai Biasanya perubahan yang terjadi
resiko pasien jatuh di masing-masing unit pada tahap ini sifatnya sementara, artinya
rawat inap sehingga menyebabkan bahwa tindakan itu dilakukan selama masih
kurangnya pengetahuan perawat mengenai ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan
SOP resiko pasien jatuh. Disamping itu itu mengendur atau hilang, perilaku itupun
kurang patuhnya perawat dalam ditinggalkan. Kepatuhan individu yang
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh berdasarkan rasa terpaksa atau
karena kurangnya pengawasan oleh bagian ketidakpahaman tentang pentingnya
keperawatan. Oleh sebab itu perlu adanya perilaku yang baru, dapat disusul dengan
peningkatan program pelatihan atau kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu
sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kepatuhan demi menjaga hubungan baik
kejadian keselamatan pasien bagi tenaga dengan tokoh yang menganjurkan
keperawatan dan pelatihan mengenai perubahan tersebut.
mengasuh pasien yang beresiko jatuh sesuai Karakteristik perawat berdasarkan
SOP untuk. Selain itu perlu adanya umur
pengawasan yang ketat sebagai langkah Frekuensi pearawat berdasarkan
awal untuk mendisiplinkan perawat dalam umur dalam penelitian ini lebih besar
kepatuhan perawat melaksanakan SOP perawat yang berumur antara 21 – 40 tahun
resiko pasien jatuh dalam memberikan (dewasa muda) 126 (94%) dibandingkan
dengan perawat yang berumur antara 41 – 60
139
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)
tahun (dewasa tua) 8 (6%). Hubungan antara dan mulai mencoba untuk bekerja. Pada usia
umur perawat dengan perilaku kepatuhan 25 – 44 tahun, seseorang berada dalam tahap
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pemantapan. Mereka secara terus menerus
pasien jatuh ditemukan bahwa perawat yang melakukan pengujian terhadap kemampuan
kurang patuh terhadap SOP resiko pasien yang dimiliki dan mencoba untuk
jatuh lebih banyak terjadi pada kelompok melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
umur dewasa muda (61,1%) dibanding minat dan bakatnya.
kelompok umur dewasa tua (50,0). Pada Proporsi tertinggi usia perawat yang
variabel umur perawat dengan p bekerja di Rumah Sakit X berumur antara 21
value=0,802 menunjukkan bahwa tidak ada – 40 tahun, yaitu berada dalam tahap
hubungan yang signifikan antara umur penjajakan dan pemantapan. Sehingga
perawat dengan prilaku kepatuhan perawat dengan meningkatnya prevalensi kejadian
dalam melaksanakan SOP resiko pasien keselamatan pasien di Rumah Sakit X, maka
jatuh di Rumah Sakit X Kendari. usia perawat ini merupakan saat yang tepat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh untuk diarahkan dalam melakukan asuhan
Suhartati tidak sesuai dalam penelitian ini keperawatan harus sesuai dengan SOP.
bahwa ada hubungan antara umur perawat Karakteristik perawat berdasarkan
dengan perilaku perawat dalam pendidikan
melaksanakan SOP, terdapat kecenderungan Frekuensi pearawat berdasarkan
semakin tua usia perawat semakin etik tingkat pendidikan lebih besar perawat yang
dalam melakukan asuhan keperawatan. berpendidikan DIII dibandingkan dengan
Kenyataan ini akan membuatnya lebih perawat yang berpendidikan Sarjana.
berhati-hati dan memperhatikan secara Sebanyak 119 (88,8%) perawat yang
seksama terhadap asuhan keperawatan yang berpendidikan DIII dan 15 (11,2%) perawat
ia lakukan. yang berpendidikan Sarjana. Hasil analisis
Secara teori, umur berkaitan dengan mengenai hubungan antara pendidikan
tingkat kedewasaan dan maturasi, dalam arti perawat dengan perilaku kepatuhan perawat
meningkatnya umur akan meningkat pula dalam melaksanakan SOP resiko pasien
kedewasaan/ kematangan secara teknis dan jatuh ditemukan bahwa perawat yang kurang
psikologis, serta semakin mampu patuh terhadap SOP resiko pasien jatuh lebih
melaksanakan tugasnya. Dalam usia 10 – 20 banyak terjadi pada perawat yang memiliki
tahun, seseorang berada dalam tahap tingkat pendidikan DIII (60,5%) dibanding
penjajakan. Dalm usia ini, mereka mulai perawat yang memiliki tingkat pendidikan
menggali beberapa keahlian secara serius Sarjana (60,0%). Pada variabel ini diketehui
140
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang aman dan tidak menyebabkan kejadian
yang signifikan antara kompetensi perawat keselamatan pasien. Penelitian yang
dengan prilaku kepatuhan perawat dalam dilakukan oleh Dede Srimulyana tidak
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh di sejalan dengan penelitian ini dimana
Rumah Sakit X Kendari. menunjukkan bahwa tingkat kompetensi
Kompetensi yang dimaksud pada perawat memiliki hubungan yang signifikan
penelitian ini adalah tingkat kemampuan dengan terjadinya kejadian keselamatan
perawat dengan tingkat pendidikan tertentu pasien di Rumah Sakit X. Pada hasil statistik
setelah melalui Pengalaman kerjadan juga menunjukkan nilai OR sebesar 2,9 yang
berbagai pelatihan, jadi kompetensi lebih dapat diartikan bahwa responden, dalam hal
kearah skill perawat yang difokuskan hanya ini perawat, yang berkompetensi rendah
untuk perawat professional klinik. Perawat memiliki kecenderungan 3 (tiga) kali lebih
professional adalah perawat dengan latar besar dari yang berkompetensi tinggi untuk
belakang pendidikan tinggi, minimal D3 menyebabkan kejadian keselamatan pasien.
keperawatan, sementara perawat klinik Pengetahuan perawat tentang kejadian
adalah perawat yang memberikan asuhan keselamatan pasien dan SOP resiko
keperawatan langsung kepada pasien/klien. pasien jatuh
Sehingga yang termasuk kedalam kelompok Pengetahuan perawat pada penelitian
kompetansi keperawatan adalah perawat ini menunjukkan bahwa pengetahuan
dengan pendidikan minimal D3 yang perawat lebih banyak yang memiliki
memberikan pelayanan langsung kepada pengetahuan baik sebanyak 92 perawat
pasien/klien. (68,7%) dibandingkan dengan yang
Sistem jenjang kompetensi yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 42
disusun dan dijalankan oleh Komite perawat (45,3%). Hal tersebut menunjukkan
Keperawatan Rumah Sakit ‘X’ ini dinilai bahwa tingkat pengetahuan perawat
dari pendidikan, masa kerja, performa yang mengenai kejadian keselamatan pasien dan
ditunjukkan pada saat menjalankan asuhan SOP resiko pasien jatuh belum sepenuhnya
keperawatan serta banyaknya pelatihan yang baik. Hasil analisis antara hubungan
sudah diikuti perawat tersebut. Hal yang pengetahuan perawat dengan perilaku
demikian bisa menjadi pengaruh yang kuat kepatuhan perawat dalam melaksanakan
dalam menentukkan baik tidaknya SOP menunjukkan bahwa perawat yang
seseorang dalam menjalankan asuhan kurang patuh terhadap SOP resiko pasien
keperawatan, termasuk bagaimana perawat jatuh lebih banyak terjadi pada perawat yang
tersebut melakukan asuhan keperawatan memiliki pengetahuan kurang sebanyak
143
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)
SOP resiko pasien jatuh lebih banyak terjadi baik. Hal ini sesuai dengan jawaban perawat
pada perawat yang memiliki presepsi rekan menyatakan bahwa rekan kerja perawat di
perawat tidak mendukung sebanyak 73,1% ruangan tidak mampu menciptakan
dibanding perawat yang memiliki presepsi komunikasi yang baik dalam mendorong
rekan perawat mendukung sebanyak 47,8%. untuk memberikan pelayanan yang terbaik
Pada variabel ini menunjukkan bahwa ada kepada pasien dan juga menyatakan rekan
hubungan yang signifikan antara dukungan kerja perawat di ruangan tidak bersedia
sesama perawat dengan prilaku kepatuhan bertukar informasi mengenai SOP resiko
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh.
pasien jatuh di Rumah Sakit X Kendari Penelitian ini sesuai dengan
dengan nilai p value= 0,005. penelitian yang dilakukan Yuliastuti dengan
Hasil penelitian ini juga hasil penelitian bahwa dukungan rekan kerja
menunjukkan bahwa bahwa persepsi mempunyai pengaruh yang signifiakn
perawat terhadap dukungan sesama perawat terhadap kepatuhan perawat dalam
yang mendukung mempunyai peluang 3 kali pemasangan infus sesuai SOP. Persepsi
lebih patuh dalam melaksanakan SOP resiko seseorang terhadap suatu objek dapat
pasien jatuh dibanding perawat yang berbeda-beda. Demikian pula persepsi
memiliki persepsi dukungan sesama perawat seorang perawat terhadap konflik peran
tidak mendukung. Persepsi dukungan dapat berbeda-beda. Apabila konflik peran
sesama perawat sebagian besar masih dirasakan sebagai sebuah proses
kurang mendukung hal tersebut terjadi pembelajaran ditengah pertentangan maka
disebabkan karena masih adanya kelompok perawat akan mempunyai persepsi yang
– kelompok kecil dalam bergaul, misalnya positif terhadap konfllik peran. Namun,
para perawat hanya bergaul dengan perawat apabila karyawan menganggap konflik
yang seusianya atau sebaya, antara perawat peran tersebut sebagai suatu kesulitan yang
yang sudah bekerja lama dan yang masih akan mengg anggunya dalam bekerja
baru, terjadi kesukaran untuk bertanya sehingga karyawan merasa tertekan dan
dalam hal mengasuh pasien, perawat yang tidak produktif dalam bekerja maka konflik
merasa lebih tua merasa gengsi bertanya peran tersebut akan dipersepsi negatif.
kepada perawat yang berusia lebih muda, Kenyamanan tempat/unit kerja
kemudian perawat yang lebih muda merasa Variable lain yang terkait dengan
segan bertanya kepada perawat yang lebih kejadian keselamatan pasien adalah faktor
tua. Kenyataan tersebut menyebabkan lingkungan fisik yang meliputi:
terjadinya komunikasi yang kurang begitu pencahayaan, tingkat kebisingan,
147
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)
temperature atau suhu ruangan, susunan tata Melihat distribusi jumlah perawat
ruang, dan ventilasi. Pengelolaan gedung berdasarkan persepsi terhadap kenyamanan
rumah sakit harus benar-benar memikirkan tempat kerja, sebagian besar juga memiliki
standar keselamatan baik bagi pasien persepsi kurang baik terhadap kenyamanan
maupun keselamatan staf dengan tempat kerja, Meski demikian, kenyamanan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan tempat kerja tetap tidak cukup menjadi
lingkungan seperti yang sudah diatur di faktor penentu terlaksananya perilaku
dalam Permenkes nomor 1204/SK/X/2004 kepatuhan perawat dalam melaksanakan
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan SOP resiko pasien jatuh terhadap terjadinya
Rumah Sakit. Hasil penelitian menunjukkan kejadian keselamatan pasien. Kondisi setiap
bahwa frekuensi kenyamanan tempat/unit ruang perawatan di Rumah Sakit ‘X’ ini
kerja lebih besar yang menyatakan bahwa berbeda-beda, ada yang telah selesai tahap
kenyamanan tempat/unit kerja dalam pembangunannya sehingga perawat merasa
kategori nyaman sebanyak 112 (83,6%) sudah nyaman tetapi ada pula yang masih
perawat dibandingkan dengan yang dalam kondisi penyelesaian atau
menyatakan tempat/unit kerja dalam perampungan dimana sistem pendingin
kategori tidak nyaman sebanyak 22 (16,4%) udara/AC ruangan dan ventilasi udara
perawat. sebagian masih dalam tahap penyelesaian
Uji hubungan antara kenyamanan yang menyebabkan ruang perawatan dirasa
tempat/unit dengan perilaku kepatuhan kurang mendukung bagi perawat pelaksana,
perawat dalam melaksanakan SOP resiko terutama bagi perawat dengan pengalaman
pasien jatuh menunjukkan bahwa perawat kerja baru.
yang kurang patuh terhadap SOP resiko Penelitian yang dilakukan oleh
pasien jatuh lebih banyak terjadi pada Hendriksen tidak sesuai dengan penelitian
perawat yang memiliki presepsi tidak ini dimana hasil penelitian lain yang
nyaman sebanyak 68,2% dibanding perawat dilakukan menunjukkan bahwa ada
yang memiliki presepsi nyaman sebanyak hubungan yang signifikan antara
58,9%. Pada variabel ini didapatkan nilai p kenyamanan tempat/unit kerja dengan
value=0,567 yang berarti tidak ada penyebab terjadinya kejadian keselamatan
hubungan yang signifikan antara dukungan pasien.
sesama perawat dengan prilaku kepatuhan
perawat dalam melaksanakan SOP resiko
pasien jatuh.
148
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017