Anda di halaman 1dari 17

Perilaku Kepatuhan Perawat …….

(Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

Perilaku Kepatuhan Perawat Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan


Pasien di Rumah Sakit X Kendari

Iriyanto Pagala*), Zahroh Shaluhiyah**), Baju Widjasena**)


* Alumni Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

Korespondensi : Pagalairiyanto@gmail.com
**
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
*** Bagian Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,cedera fisik/sosial psikologis, cacat,
kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan. Di Rumah Sakit X Kendari data kejadian
keselamatan pasien pada tahun 2012 terdiri dari kesalahan dalam pemeriksaan laborat,
pasien jatuh, salah pemberian seri kolf darah, pasien terbentur, salah dalam pemberian
obat, kasus kematian pasien. Berdasarkan penentuan perioritas masalah yang akan di teliti
yaitu pasien jatuh dari tempat tidur. Salah satu penyebabnya yaitu kurang patuhnya
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisa faktor yang berhubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, presepsi
dukungan supervisior, presepsi dukungan sesama perawat, kenyamanan tempat/unit kerja
dengan prilaku kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh terhadap
terjadinya kejadian keselamatan pasien di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Kendari. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian Explanatory Research dengan rancangan
Cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 134 perawat ruang rawat inap.
Hasil penelitian menunjukan terdapat 4 variabel yang berhubungan yaitu pengetahuan (p=
0,005), sikap (p = 0,035), persepsi dukungan supervisior (p= 0,000), persepsi dukungan
sesama perawat (p= 0,003) dan faktor yang paling dominan berhubungan adalah persepsi
dukungan supervisior (OR = 5,504).
Kata Kunci : Perawat, Kepatuhan Melaksanakan SOP

ABSTRACT
Compliance Behavior of Nurses Against Genesis SOP Implementing Patient Safety in
Hospital X Kendari : The safety of patients were free of injury that is not supposed to happen
or free from potential injury will occur (disease, physical injury / social psychological,
disability, death) associated with health care. Hospital X Kendari patient safety event data
in 2012 consisted of errors in laboratory examination, patient falls, one giving blood kolf
series, patient knock, one in drug delivery, patient death cases. Based on the determination
of the issues to be priorities in carefully which patients falling out of bed. One reason is lack
of nurses in implementing SOP obedient, patient risk falling. The purpose of this study was
to analyze factors related to the characteristics, knowledge, attitudes, perception supervisior
support, perception of peer support nurse, comfort / unit with the behavior of nurses in
implementing SOP compliance risk of the patient fell against the occurrence of patient safety
in the Hospital Inpatient Unit X Kendari. This type of research is Explanatory Research
research with cross sectional design. The sample in this study amounted to 134 inpatient
room nurse. The results showed there were four variables related to that knowledge (p =
0.005), attitude (p = 0.035), perception of support supervisior (p = 0.000), perception of

138
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

peer support nurses (p = 0.003) and the most dominant factor is the perception of support
supervisior (OR = 5.504).
Keywords: Nurses, SOP Implement Compliance

PENDAHULUAN AHRQ, Depkes, Henrikson menyebutkan


Keselamatan pasien menjadi isu bahwa faktor-faktor yang berkontribusi
global yang paling penting saat ini dimana terhadap terjadinya kejadian keselamatan
sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien pasien meliputi faktor karakteristik individu,
atas medical error yang terjadi pada pasien. sifat dasar pekerjaan, lingkungan fisik,
Keselamatan pasien rumah sakit adalah interaksi antara sistem dan manusia,
suatu sistem dimana rumah sakit membuat lingkungan organisasi dan sosial,
asuhan pasien lebih aman yang meliputi manajemen, dan lingkungan eksternal.
asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan IOM (Institute of Medicine) secara
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, terbuka menyatakan bahwa paling sedikit
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan 44.000 bahkan 98.000 pasien meninggal
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya dirumah sakit dalam satu tahun akibat dari
serta implementasi solusi untuk kesalahan medis (medical errors) yang
meminimalkan timbulnya resiko dan sebetulnya bisa dicegah. Kemudian pada
mencegah terjadinya cedera yang tahun 2000, IOM menerbitkan laporan “To
disebabkan oleh kesalahan akibat Err is Human”, Building a Safer Health
melaksanakan suatu tindakan atau tidak System. Laporan itu mengemukakan
mengambil tindakan yang seharusnya penelitian di beberapa rumah sakit di Utah
diambil. dan Colorado serta New York tentang KTD.
WHO menyebutkan bahwa ada Di Utah dan Colorado ditemukan KTD
beberapa faktor yang berhubungan dengan sebanyak 2,9%, 6,6% diantaranya
keselamatan pasien, yaitu: menyebabkan kematian, sementara di New
Organisational/managerial (budaya York KTD sebesar 3,7% dengan angka
keselamatan, kepemimpinan, komunikasi), kematian mencapai 13,6%. WHO pada
workgroup/team (struktur/proses kerja tim, tahun 2004 mengumpulkan angka-angka
pengawas), individual worker (kesadaran penelitian rumah sakit di berbagai negara:
situasi, pengambilan keputusan, stres, Amerika, Inggris, Denmark dan Australia,
kelelahan), work environment (lingkungan ditemukan KTD (Kejadian Tidak
kerja yang berbahaya) (5). Leape , Dineen, Diharapkan) dengan rentang 3,2 – 16,6 %.

139
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

Data-data tersebut menjadikan pemicu Keselamatan Pasien sebagai langkah awal


berbagai negara untuk segera melakukan dalam rangka perlindungan terhadap
penelitian dan pengembangan Sistim keselamatan pasien sekaligus sebagai
Keselamatan pasien. antisipasi terhadap makin meningkatnya
Laporan di atas telah menggerakkan harapan pelanggaran terhadap pelayanan
sistem kesehatan dunia untuk merubah bermutu.
paradigma pelayanan kesehatan menuju Data kejadian keselamatan pasien di
keselamatan pasien (Patient safety). Rumah Sakit X Tahun 2012 yaitu kejadian
Gerakan ini berdampak juga terhadap salah dalam pemeriksaan Laborat, sehingga
pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pasien di periksa 2 kali (1 kasus), pasien
pembentukan KKP-RS (Komite jatuh dari tempat tidur (12 kasus), pasien
Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada jatuh di kamar mandi (3 kasus), salah dalam
tahun 2004. Pada tahun 2007 KKP-RS pemberian seri kolf darah, sehingga
melaporkan kejadian keselamatan pasien transfusi darah gagal dilakukan (1 kasus),
yaitu, sebanyak 145 insiden yang terdiri dari pasien terbentur di mobil Ambulance
KTD 46%, KNC 48% dan lain-lain 6% dan sehingga pasien cedera (2 kasus), Salah
lokasi kejadian tersebut berdasarkan dalam memberi obat (1 kasus), Kasus
provisnsi ditemukan DKI jakarta 37,9%, kematian pada pasien akibat keterlambatan
Jawa Tengah 15,9%, Yogyakarta 13,8%, penebusan resep (1 kasus). Wawancara yang
Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, dilakukan kepada ketua Komite Patient
Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Safety Rumah Sakit X, kasus kejadian
selatan 0,69% dan Aceh 0,68%. keselamatan pasien paling sering terjadi di
Berdasarkan laporan Peta Nasional Kejadian unit ruang rawat inap, penyebabnya yaitu
keselamatan pasien, Kesalahan dalam karena kurang patuhnya perawat terhadap
pemberian obat menduduki peringkat SOP saat mengasuh pasien.
pertama (24,8%) dari sepuluh besar insiden Sejak dideklarasikannya
yang dilaporkan. pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit X
Salah satu rumah sakit yang telah pada tahun 2008, masalah yang masih perlu
menjalankan program Patient Safety adalah diperhatikan yaitu kenyataan dilapangan
Rumah Sakit X. Rumah Sakit X adalah yang merujuk pada konsep patient safety
Rumah Sakit Tipe B yang menjadi salah satu masih belum optimal, karena masih terjadi
pusat rujukan dari berbagai Pusat pelayanan kasus pasien cedera, pasien jatuh, salah
kesehatan masyarakat. Sejak tahun 2008 pengobatan, bahkan kematian terhadap
Rumah Sakit X memiliki Komite pasien. Kenyataan ini menunjukkan praktik
140
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

perawat yang kurang sempurna dalam Populasi dalam penelitian adalah


menerapkan program keselamatan pasien di perawat bagian ruang rawat inap Rumah
Rumah Sakit X Kendari. Berdasarkan jenis Sakit X Kendari. Kriteria kriteria inklusi
kejadian keselamatan pasien yang responden yaitu perawat berusia ≥ 20 tahun,
dipaparkan, karena keterbatasan penelitian pengalaman kerja ≥ 1 tahun. Jumlah
dilakukan penentuan perioritas masalah populasi dalam penelitian ini sebanyak 134
yang akan di teliti dan yang menjadi perawat dan pengambilan sampel dilakukan
perioritas masalah dalam penelitian ini yaitu dengan metode total sampling. Lokasi
kasus kejadian pasien jatuh dari tempat penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit X
tidur. Sehingga dengan demikian yang Kendari penelitan dilakukan selama satu
menjadi rumusan masalah pada penelitian bulan pada bulan Oktober tahun 2014.
ini adalah faktor apa sajakah yang Variabel terdiri atas variabel terikat yaitu
berhubungan dengan prilaku kepatuhan perilaku kepatuhan perawat melaksanakan
perawat dalam melaksanakan SOP resiko SOP resiko pasien jatuh, dan variable bebas
pasien jatuh terhadap terjadinya kejadian yaitu karakteristik perawat (umur,
keselamatan pasien di Unit Rawat Inap pendidikan, masa kerja, kompetensi),
Rumah Sakit X. pengetahuan, sikap, presespsi dukungan
METODE PENELITIAN supervisior, presepsi dukungan sesama
Jenis penelitian yang digunakan perawat dan kenyamanan tempat/unit kerja.
dalam penelitian ini adalah penelitian Instrumen yang digunakan untuk
penjelasan (Explanatory Research) yaitu pengumpulan data yaitu dengan
penelitian yang akan menjelaskan hubungan menggunakan kuesioner. Data yang
antara variabel-variabel dalam penelitian diperoleh dari lapangan dikoreksi
melalui pengujian hipotesa. Rancangan kebenarannya (editing) dan dikelompokkan,
penelitian yang digunakan adalah rancangan selanjutnya ditabulasi untuk dimasukkan
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk dalam tebel analisis. Analisis yang
mempelajari dinamika korelasi antara dilakukan yaitu analisis univaria, bivariat
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan dan multivariat dengan menggunakan
cara pendekatan kuesioner dan observasi aplikasi IBM SPSS statistic 20.
atau pengumpulan data sekaligus pada satu
saat.

141
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian Karakteristik responden berdasarkan masa


didapatkan bawah responden sebagian besar kerja diketahui bahwa sebagian besar
(94%) berusia Dewasa Muda (21-40 tahun) responden sudah memiliki masa kerja yang
dan 6% lainnya tergolong Dewasa Tua (41- lama (≥ 4 Tahun) yaitu sebesar 64,9% dan
60 tahun. Sementara itu berdasarkan tingkat kurang dari 4 tahun sebanyak 35,1%. Hasil
pendidikan didapatkan sebagian besar pengolahan data penelitian lainnya dapat
responden memiliki pendidikan D3 dilihat pada table 1 berikut:
sebanyak 88,8% dan Sarjana 11,2%.

Tabel 1. Hasil analisis statistik


Variabel F %
1. Kompetensi
Kompetensi rendah (PK I,II) 93 69,4
Kompetensi tinggi (PK III, IV, V) 41 30,6
2. Pengetahuan perawat tentang SOP dan keselamatan pasien
 Pengetahuan kurang 42 31,3
 Pengetahuan baik 92 68,7
3. Sikap perawat dalam melaksanakan SOP
 Negatif 30 22,4
 Positif 104 77,6
4. Presepsi perawat mengenai dukungan supervisior
 Tidak mendukung 44 32,8
 Mendukung 90 67,2
5. Presepsi perawat mengenai dukungan sesama perawat
 Tidak mendukung 67 50,0
 Mendukung 67 50,0
6. Presepsi perawat mengenai kenyamanan tempat kerja
 Tidak nyaman 22 16,4
 Nyaman 112 83,6
7. Perilaku kepatuhan perawat melaksanakan SOP resiko pasien jatuh
 Tidak patuh 81 60,4
 Patuh 53 39,6

142
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

Tabel 2. Hasil analisis statistiki uji bivariat


Variabel Terikat
Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP
Variabel Bebas Kategori P
Kurang
Patuh Total
Patuh
F % F % F %
Umur Dewasa muda 77 61,1 49 38,9 126 100
Dewasa Tua 4 50,0 4 50,0 8 100 0,802

Pendidikan DIII 72 60,5 47 39,5 119 100


Sarjana 9 60,0 6 40,0 15 100 1,000

Masa Kerja Baru 33 70,2 14 29,8 47 100


Lama 48 55,2 39 44,8 87 100 0,130

Kompetensi Rendah 58 62,4 35 37,6 94 100


Tinggi 23 56,1 18 43,9 41 100 0,623

Pengetahuan Kurang 33 78,6 9 21,4 42 100


Baik 48 56,1 44 43,9 92 100 0,007

Sikap Negatif 24 77,4 7 22,6 31 100


Positif 57 55,3 46 44,7 103 100 0,046

Dukungan Tidak Mendukung 37 84,1 7 15,9 44 100


Supervisior Mendukung 44 48,9 46 51,1 90 100 0,000

Dukungan Tidak Mendukung 49 73,1 18 26,9 67 100


sesama perawat Mendukung 32 47,8 35 52,2 67 100 0,005

Kenyamanan Tidak nyaman 15 68,2 7 31,8 22 100


0,567
tempat kerja Nyaman 66 58,9 46 41,1 112 100

Tabel 3. Hasil analisis statistiki uji multivariat


No Variabel B S.E. Wald Df Sig Exp B Lower Upper
1 Pengetahuan 1,307 0,488 7,186 1 0,007 3,696 1.421 9,613
Dukungan
2 1,706 0,497 11,775 1 0,001 5,504 2,078 14.581
Supervisior
Dukungan sesama
3 1,298 0,422 9,451 1 0,002 3,663 1.601 8,379
perawat
Constant 4,048 0,819 24,423 1 0,000 0,017

143
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

Kepatuhan perawat melaksanakan SOP asuhan keperawatn pada setiap waktu dan
resiko pasien jatuh kepada setiap pasien.
Frekuensi perilaku kepatuhan Kelman menjelaskan bahwa
perawat dalam melaksanakan SOP resiko perubahan sikap dan perilaku individu
pasien jatuh lebih besar frekuensi perawat diawali dengan proses patuh, identifikasi
yang tidak patuh sebanyak 81 (60,4%) dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada
perawat dibandingkan dengan frekuensi awalnya individu mematuhi
perilaku kepatuhan perawat dalam anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh yang melakukan tindakan tersebut dan seringkali
patuh sebanyak 53 (39,6%) perawat. karena ingin menghindari hukuman/sangsi
Kurang patuhnya perawat jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh
disebabkan karena masih kurangnya imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi
sosialisasi yang dilakukan pada perawat anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap
mengenai SOP resiko pasien jatuh, kepatuhan (compliance).
kemudian tidak tersedianya SOP mengenai Biasanya perubahan yang terjadi
resiko pasien jatuh di masing-masing unit pada tahap ini sifatnya sementara, artinya
rawat inap sehingga menyebabkan bahwa tindakan itu dilakukan selama masih
kurangnya pengetahuan perawat mengenai ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan
SOP resiko pasien jatuh. Disamping itu itu mengendur atau hilang, perilaku itupun
kurang patuhnya perawat dalam ditinggalkan. Kepatuhan individu yang
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh berdasarkan rasa terpaksa atau
karena kurangnya pengawasan oleh bagian ketidakpahaman tentang pentingnya
keperawatan. Oleh sebab itu perlu adanya perilaku yang baru, dapat disusul dengan
peningkatan program pelatihan atau kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu
sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kepatuhan demi menjaga hubungan baik
kejadian keselamatan pasien bagi tenaga dengan tokoh yang menganjurkan
keperawatan dan pelatihan mengenai perubahan tersebut.
mengasuh pasien yang beresiko jatuh sesuai Karakteristik perawat berdasarkan
SOP untuk. Selain itu perlu adanya umur
pengawasan yang ketat sebagai langkah Frekuensi pearawat berdasarkan
awal untuk mendisiplinkan perawat dalam umur dalam penelitian ini lebih besar
kepatuhan perawat melaksanakan SOP perawat yang berumur antara 21 – 40 tahun
resiko pasien jatuh dalam memberikan (dewasa muda) 126 (94%) dibandingkan
dengan perawat yang berumur antara 41 – 60
139
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

tahun (dewasa tua) 8 (6%). Hubungan antara dan mulai mencoba untuk bekerja. Pada usia
umur perawat dengan perilaku kepatuhan 25 – 44 tahun, seseorang berada dalam tahap
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pemantapan. Mereka secara terus menerus
pasien jatuh ditemukan bahwa perawat yang melakukan pengujian terhadap kemampuan
kurang patuh terhadap SOP resiko pasien yang dimiliki dan mencoba untuk
jatuh lebih banyak terjadi pada kelompok melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
umur dewasa muda (61,1%) dibanding minat dan bakatnya.
kelompok umur dewasa tua (50,0). Pada Proporsi tertinggi usia perawat yang
variabel umur perawat dengan p bekerja di Rumah Sakit X berumur antara 21
value=0,802 menunjukkan bahwa tidak ada – 40 tahun, yaitu berada dalam tahap
hubungan yang signifikan antara umur penjajakan dan pemantapan. Sehingga
perawat dengan prilaku kepatuhan perawat dengan meningkatnya prevalensi kejadian
dalam melaksanakan SOP resiko pasien keselamatan pasien di Rumah Sakit X, maka
jatuh di Rumah Sakit X Kendari. usia perawat ini merupakan saat yang tepat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh untuk diarahkan dalam melakukan asuhan
Suhartati tidak sesuai dalam penelitian ini keperawatan harus sesuai dengan SOP.
bahwa ada hubungan antara umur perawat Karakteristik perawat berdasarkan
dengan perilaku perawat dalam pendidikan
melaksanakan SOP, terdapat kecenderungan Frekuensi pearawat berdasarkan
semakin tua usia perawat semakin etik tingkat pendidikan lebih besar perawat yang
dalam melakukan asuhan keperawatan. berpendidikan DIII dibandingkan dengan
Kenyataan ini akan membuatnya lebih perawat yang berpendidikan Sarjana.
berhati-hati dan memperhatikan secara Sebanyak 119 (88,8%) perawat yang
seksama terhadap asuhan keperawatan yang berpendidikan DIII dan 15 (11,2%) perawat
ia lakukan. yang berpendidikan Sarjana. Hasil analisis
Secara teori, umur berkaitan dengan mengenai hubungan antara pendidikan
tingkat kedewasaan dan maturasi, dalam arti perawat dengan perilaku kepatuhan perawat
meningkatnya umur akan meningkat pula dalam melaksanakan SOP resiko pasien
kedewasaan/ kematangan secara teknis dan jatuh ditemukan bahwa perawat yang kurang
psikologis, serta semakin mampu patuh terhadap SOP resiko pasien jatuh lebih
melaksanakan tugasnya. Dalam usia 10 – 20 banyak terjadi pada perawat yang memiliki
tahun, seseorang berada dalam tahap tingkat pendidikan DIII (60,5%) dibanding
penjajakan. Dalm usia ini, mereka mulai perawat yang memiliki tingkat pendidikan
menggali beberapa keahlian secara serius Sarjana (60,0%). Pada variabel ini diketehui
140
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

nilai p value= 1,000 menunjukkan bahwa intelektual, spiritual, moral, kreatif,


tidak ada hubungan yang signifikan antara emosional dan juga kegiatan fisik. Menurut
tingkat pendidikan perawat dengan prilaku Green tingkat pendidikan merupakan faktor
kepatuhan perawat dalam melaksanakan predisposisi seseorang untuk berprilaku
SOP resiko pasien jatuh di Rumah Sakit X sehingga latar belakang pendidikan
Kendari. merupakan faktor yang mendasar dan
Frekuensi tingkat pendidikan di memotivasi terhadap perilaku atau yang
Rmah Sakit X lebih banyak perawat dengan memberikan referensi pribadi dalam
tingkat pendidikan DIII. Hal ini disebabkan pengalaman belajar seseorang.
karena ada keharusan sesuai Permenkes No. Karakteristik perawat menurut masa
1239 tahun 2001, mengenai registrasi dan kerja
praktek perawat. Oleh karena itu dapat Frekuensi pearawat berdasarkan
dipahami bahwa tingkat pendidikan tenaga masa kerja pada penelitian ini lebih besar
perawat di Rumah Sakit X lebih besar adalah perawat yang memiliki masa kerja lama 87
DIII Keperawatan. Hasil penelitian yang (64,9%) dibandingkan dengan perawat yang
dilakukan oleh Anugrahini mengungkapkan memiliki masa kerja baru 47 (35,1%). Hasil
ada hubungan yang signifikan antara analisis antara hubungan masa kerja dengan
pendidikan dengan kepatuhan perawat perilaku kepatuhan perawat dalam
dalam menerapkan pedoman patient safety melaksanakan SOP menunjukkan bahwa
di RSAB Harapan Kita Jakarta. Namun perawat yang kurang patuh terhadap SOP
demikian, hal tersebut tidak terbukti pada resiko pasien jatuh lebih banyak terjadi pada
penelitian ini. Hal ini bisa disebabkan karena perawat yang memiliki masa kerja baru
pendidikan perawat pelaksana di Rumah (70,2%) dibanding perawat yang memiliki
Sakit X hampir seragam, yakni merupakan masa kerja lama (55,2%). Variabel ini juga
lulusan D3. Tetapi dalam bekerja tidak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
hanya pendidikan formal saja yang harus yang signifikan antara masa kerja perawat
dimiliki oleh perawat melainkan harus dengan prilaku kepatuhan perawat dalam
dilengkapi dengan berbagai pelatihan- melaksanakan SOP resiko pasien jatuh
pelatihan yang mendukung terhadap dengan nilai p value=0,130.
pekerjaan yang tidak didapatkan selama Masa kerja berkaitan dengan
menjalankan pendidikan. pengalaman seseorang, dan pengalaman
Pendidikan yaitu proses formal dari sangat dibutuhkan dalam melakukan asuhan
pelatihan seorang intelek dan suatu keperawatan kepada pasien. Pengalaman
pengembangan seseorang yang meliputi kerja yang dimiliki oleh perawat akan
141
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

memberikan kemampuan berupa menunjangnya dalam bekerja. Dengan


pengetahuan, keterampilan, dan tingkah pengalaman kerja yang lebih lama tentunya
laku pada perawat tersebut yang perawat akan memiliki pengalaman yang
menunjangnya dalam bekerja. Dengan lebih lama pula dalam menangani pasien
Pengalaman kerja yang lebih lama tentunya dengan berbagai permasalahan yang
perawat akan memiliki pengalaman yang dihadapinya. Selain karena pengalaman
lebih lama pula dalam menangani pasien yang telah banyak dimiliki, Pengalaman
dengan berbagai permasalahan yang kerja juga membuat perawat pelaksana lebih
dihadapinya. Selain karena pengalaman terampil dan berhatihati agar asuhan
yang telah banyak dimiliki, Pengalaman keperawatan yang dilakukan tidak
kerja juga membuat perawat pelaksana lebih menimbulkan cedera bagi pasien. Menurut
terampil dan berhati-hati agar asuhan Ranupandojo, pengalaman kerja adalah
keperawatan yang dilakukan tidak ukuran tentang lama waktu atau masa kerja
menimbulkan cedera bagi pasien. yang telah ditempuh seseorang dapat
Hasil penelitian ini tidak sejalan memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh telah melaksanakan dengan baik.
Nurwidia pengalaman kerja menjadi salah
satu faktor kunci dalam perilaku terhadap Karakteristik perawat berdasarkan
keselamatan pasien di rumah sakit. kompetensi
Pengalaman kerja menjadi faktor yang Frekuensi pearawat berdasarkan
berhubungan secara siginifikan pada tingkat kompetensi pada penelitian ini lebih
kejadian keselamatan pasien karena ada besar perawat yang memiliki kompetensi
kecenderungan dimana perawat yang telah rendah 93 (69,4%) dibandingkan dengan
bekerja lama di rumah sakit memiliki perawat yang memiliki kompetensi tinggi 41
kemampuan lebih baik dalam melakukan (30,6%). Kemudian berdasarkan hasil
asuhan keperawatan yang aman bagi pasien. analisis hubungan antara kompetensi
Pengalaman kerja berkaitan dengan perawat dengan perilaku kepatuhan perawat
pengalaman seseorang, dan pengalaman dalam melaksanakan SOP menunjukkan
sangat dibutuhkan dalam melakukan asuhan bahwa perawat yang kurang patuh terhadap
keperawatan kepada pasien. Pengalaman SOP resiko pasien jatuh lebih banyak terjadi
kerja yang dimiliki oleh perawat akan pada perawat yang memiliki tingkat
memberikan kemampuan berupa kompetensi rendah (62,4%) dibanding
pengetahuan, keterampilan, dan tingkah perawat yang memiliki tingkat kompetensi
laku pada perawat tersebut yang tinggi (56,1%). Pada variabel ini
142
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang aman dan tidak menyebabkan kejadian
yang signifikan antara kompetensi perawat keselamatan pasien. Penelitian yang
dengan prilaku kepatuhan perawat dalam dilakukan oleh Dede Srimulyana tidak
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh di sejalan dengan penelitian ini dimana
Rumah Sakit X Kendari. menunjukkan bahwa tingkat kompetensi
Kompetensi yang dimaksud pada perawat memiliki hubungan yang signifikan
penelitian ini adalah tingkat kemampuan dengan terjadinya kejadian keselamatan
perawat dengan tingkat pendidikan tertentu pasien di Rumah Sakit X. Pada hasil statistik
setelah melalui Pengalaman kerjadan juga menunjukkan nilai OR sebesar 2,9 yang
berbagai pelatihan, jadi kompetensi lebih dapat diartikan bahwa responden, dalam hal
kearah skill perawat yang difokuskan hanya ini perawat, yang berkompetensi rendah
untuk perawat professional klinik. Perawat memiliki kecenderungan 3 (tiga) kali lebih
professional adalah perawat dengan latar besar dari yang berkompetensi tinggi untuk
belakang pendidikan tinggi, minimal D3 menyebabkan kejadian keselamatan pasien.
keperawatan, sementara perawat klinik Pengetahuan perawat tentang kejadian
adalah perawat yang memberikan asuhan keselamatan pasien dan SOP resiko
keperawatan langsung kepada pasien/klien. pasien jatuh
Sehingga yang termasuk kedalam kelompok Pengetahuan perawat pada penelitian
kompetansi keperawatan adalah perawat ini menunjukkan bahwa pengetahuan
dengan pendidikan minimal D3 yang perawat lebih banyak yang memiliki
memberikan pelayanan langsung kepada pengetahuan baik sebanyak 92 perawat
pasien/klien. (68,7%) dibandingkan dengan yang
Sistem jenjang kompetensi yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 42
disusun dan dijalankan oleh Komite perawat (45,3%). Hal tersebut menunjukkan
Keperawatan Rumah Sakit ‘X’ ini dinilai bahwa tingkat pengetahuan perawat
dari pendidikan, masa kerja, performa yang mengenai kejadian keselamatan pasien dan
ditunjukkan pada saat menjalankan asuhan SOP resiko pasien jatuh belum sepenuhnya
keperawatan serta banyaknya pelatihan yang baik. Hasil analisis antara hubungan
sudah diikuti perawat tersebut. Hal yang pengetahuan perawat dengan perilaku
demikian bisa menjadi pengaruh yang kuat kepatuhan perawat dalam melaksanakan
dalam menentukkan baik tidaknya SOP menunjukkan bahwa perawat yang
seseorang dalam menjalankan asuhan kurang patuh terhadap SOP resiko pasien
keperawatan, termasuk bagaimana perawat jatuh lebih banyak terjadi pada perawat yang
tersebut melakukan asuhan keperawatan memiliki pengetahuan kurang sebanyak
143
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

78,6% dibanding perawat yang memiliki terhadap upaya pencegahan kejadian


tingkat pengetahuan baik sebanyak 56,1%. keselamatan pasien. Disampimping itu hasil
Pada variabel ini menunjukkan ada penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
hubungan yang signifikan antara yang dilakukan oleh Henriksen dimana ada
pengetahuan perawat dengan prilaku hubungan yang signifikan antara
kepatuhan perawat dalam melaksanakan pengetahuan perawat dengan penyebab
SOP resiko pasien jatuh di Rumah Sakit X terjadinya kejadian keselamatan pasien.
Kendari dengan nilai p value= 0,007. Sikap perawat dalam melaksanakan SOP
Penelitian ini menunjukkan bahwa resiko pasien jatuh
pengetahuan perawat tentang kejadian Sikap perawat pada penelitian ini
keselamatan pasien dan SOP resiko pasien menunjukkan bahwa sikap responden lebih
jatuh yang baik mempunyai peluang 3 kali banyak yang memiliki sikap positif
lebih patuh dalam melaksanakan SOP resiko sebanyak 104 perawat (77,6%)
pasien jatuh dibanding perawat yang dibandingkan dengan yang memiliki sikap
memiliki pengetahuan kurang. negatif sebanyak 30 perawat (22,4%).
Perawat yang mempunyai Namun dengan demikian menunjukkan
pengetahuan baik pada penelitian ini bahwa sikap responden dalam
ternyata sebagian besar masih kurang patuh melaksanakan SOP resiko pasien jatuh
dalam melaksanakan SOP resiko pasien belum sepenuhnya baik, hal tersebut terjadi
jatuh. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa karena sebagian perawat masih memiliki
bertambahnya pengetahuan seseorang tidak pengetahuan dasar yang kurang khususnya
selalu diikuti oleh perubahan perilaku. mengenai SOP resiko pasien jatuh dan
Menurut Green, menyebutkan bahwa kurangnya pengawasan kepada perawat
peningkatan pengetahuan tidak selalu dalam mengasuh pasien.
menyebabkan perubahan perilaku. Hasil analisis hubungan antara sikap
Pengetahuan merupakan faktor penting perawat dengan kepatuhan perawat dalam
namun tidak memadahi dalam perubahan melaksanakan SOP resiko pasien jatuh
perilaku kesehatan. menunjukkan bahwa perawat yang kurang
Penelitian yang dilalukan oleh patuh terhadap SOP resiko pasien jatuh lebih
Teguh Kuncoro menunjukkan hasil yang banyak terjadi pada perawat yang memiliki
sama dengan penelitian ini bahwa ada sikap negatif sebanyak 77,4% dibanding
hubungan yang signifikan antara perawat yang memiliki sikap positif
pengetahuan perawat dengan kepatuhan sebanyak 55,3%. Hasil penelitian ini
melaksanakan SOP dalam mengasuh pasien menunjukkan ada hubungan yang signifikan
144
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

antara sikap perawat dengan prilaku Persepsi perawat mengenai dukungan


kepatuhan perawat dalam melaksanakan supervisior
SOP resiko pasien jatuh dengan nilai p Hasil penelitian menunjukkan bahwa
value=0,046. presepsi perawat terhadap dukungan
Penelitian ini sesuai dengan supervisior lebih banyak yang memiliki
penelitian yang dilakukan Yuliastuti dengan presepsi dukungan supervisior mendukung
hasil penelitian bahwa sikap berpengaruh sebanyak 90 (67,5%) perawat dibandingkan
terhadap kepatuhan perawat dalam dengan yang memiliki presepsi dukungan
pemasangan infus sesuai SOP. Penelitian ini supervisior tidak mendukung sebanyak 44
didukung oleh Gibson mengemukakan (32,8%) perawat. Namun dengan demikian
bahwa sikap merupakan faktor penentu menunjukkan bahwa presepsi perawat
perilaku. Berupa kesiapaan kesiapsiagaan mengenai dukungan supervisior belum
mental, yang dipelajari pada satu periode sebenuhnya mendukung.
waktu dan diorganisasikan oleh Hasil analisis hubungan antara
pengalaman, dan mempunyai pengaruh presepsi perawat mengenai dukungan
tertentu atas cara tanggap seseorang supevisior dengan perilaku kepatuhan
terhadap orang lain, objek, dan situasi yang perawat dalam melaksanakan SOP
berhubungan dengannya. Sikap ditentukan menunjukkan bahwa perawat yang kurang
oleh tiga komponen yaitu kognitif, afeksi patuh terhadap SOP resiko pasien jatuh lebih
dan perilaku. banyak terjadi pada perawat yang memiliki
Keadaan ini menunjukkan bahwa presepsi supervisior tidak mendukung
sikap perawat dalam hal ini tidak berakhir sebanyak 84,1% dibanding perawat yang
pada terbentuknya sebuah perilaku, artinya memiliki presepsi supervisior mendukung
dengan sikap positif yang dimiliki petugas sebanyak 48,9%. Hasil analisis hubungan
tidak selamanya direalisasikan dalam bentuk antara peresepsi perawat mengenai
perilaku yang positif. Hal ini sebagai mana dukungan supervisior dengan perilaku
teori yang dituliskan oleh Walgito, kepatuhan perawat dalam melaksanakan
menyatakan sikap sebagai faktor yang ada SOP resiko pasien jatuh menunjukkan
pada diri manusia dan dapat menyebabkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kecendrungan manusia untuk berbuat atau dukungan supervisior dengan prilaku
bertingkah laku terhadap obyek yang kepatuhan perawat dalam melaksanakan
dihadapi. SOP resiko pasien jatuh dengan nilai p
value=0,000. Setelah dilakukan uji statistik
multivariat menunjukkan bahwa variabel
145
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

persepsi dukungan supervisior yang paling langsung berhubungan dengan anggota


dominan sebagai prediktor terjadinya kelompoknya. Mereka memimpin,
perilaku kepatuhan perawat dalam mengelola, menegur, mengarahkan,
melaksanakan SOP resiko pasien jatuh memberi contoh, berkomunikasi dan
dengan nilai adjusted OR atau Exp (B) = memotivasi. Kepemimpinan dan
5,504. Hal ini berarti bahwa persepsi komunikasi merupakan keterampilan utama
perawat terhadap dukungan supervisior yang harus dimiliki oleh seorang supervisor.
yang mendukung mempunyai peluang 5 kali Supervisior harus mampu menciptakan
lebih patuh dalam melaksanakan SOP resiko lingkungan yang mendukung komunikasi
pasien jatuh dibanding perawat yang efektif, merangsang kreativitas dan
memiliki persepsi supervisior tidak motivasi. Supervisior mengusahakan
mendukung. seoptimal mungkin kondisi kerja yang
Persepsi akan sesuatu dapat saja kondusif dan nyaman yang mencakup
berubah-ubah maknanya walaupun lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah
realitasnya sama saja. Adanya faktor situasi sumber sumber yang dibutuhkan untuk
dan faktor target yang dapat mempengaruhi memudahkan pelaksanaan tugas.
persepsi seseorang terhadap obyek. Persepsi
juga sangat tergantung pada karakteritik Persepsi perawat mengenai dukungan
individual seperti sikap, motivasi, sesama perawat
kepentingan, pengalaman, dan harapan. Jika Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kita ingin merubah perilaku tidak aman presepsi perawat terhadap dukungan sesama
seseorang, kita harus menyamakan persepsi perawat sama besar dimana perawat yang
dahulu. Hal ini sesuai bahwa perilaku memiliki presepsi dukungan sesama perawat
seseorang ditentukan oleh apa yang mendukung sebanyak 67 (50,0%) perawat.
dirasakan daripada risiko yang sebenarnya. Kemudian perawat yang memiliki presepsi
Dukungan adalah suatu kondisi dimana dukungan supervisior tidak mendukung
seseorang diberi dorongan sehingga merasa sebanyak 67 (50,0%) perawat. Kenyataan
aman dan nyaman secara psikologis, tesebut menunjukkan bahwa sebagian besar
termasuk di dalamnya kesadaran dari memiliki presepsi masih kurang mendukung
keberadaan yang baik dan kepuasan dari dalam hal mengasuh pasien. Hasil analisis
affect hunger (senang akan keinginan besar). hubungan antara peresepsi dukungan
Supervisor memiliki tanggung jawab sesama perawat dengan perilaku kepatuhan
besar dalam organisasi/perusahaan, karena dalam melaksanakan SOP menunjukkan
supervisor adalah orang yang secara bahwa perawat yang kurang patuh terhadap
146
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

SOP resiko pasien jatuh lebih banyak terjadi baik. Hal ini sesuai dengan jawaban perawat
pada perawat yang memiliki presepsi rekan menyatakan bahwa rekan kerja perawat di
perawat tidak mendukung sebanyak 73,1% ruangan tidak mampu menciptakan
dibanding perawat yang memiliki presepsi komunikasi yang baik dalam mendorong
rekan perawat mendukung sebanyak 47,8%. untuk memberikan pelayanan yang terbaik
Pada variabel ini menunjukkan bahwa ada kepada pasien dan juga menyatakan rekan
hubungan yang signifikan antara dukungan kerja perawat di ruangan tidak bersedia
sesama perawat dengan prilaku kepatuhan bertukar informasi mengenai SOP resiko
perawat dalam melaksanakan SOP resiko pasien jatuh.
pasien jatuh di Rumah Sakit X Kendari Penelitian ini sesuai dengan
dengan nilai p value= 0,005. penelitian yang dilakukan Yuliastuti dengan
Hasil penelitian ini juga hasil penelitian bahwa dukungan rekan kerja
menunjukkan bahwa bahwa persepsi mempunyai pengaruh yang signifiakn
perawat terhadap dukungan sesama perawat terhadap kepatuhan perawat dalam
yang mendukung mempunyai peluang 3 kali pemasangan infus sesuai SOP. Persepsi
lebih patuh dalam melaksanakan SOP resiko seseorang terhadap suatu objek dapat
pasien jatuh dibanding perawat yang berbeda-beda. Demikian pula persepsi
memiliki persepsi dukungan sesama perawat seorang perawat terhadap konflik peran
tidak mendukung. Persepsi dukungan dapat berbeda-beda. Apabila konflik peran
sesama perawat sebagian besar masih dirasakan sebagai sebuah proses
kurang mendukung hal tersebut terjadi pembelajaran ditengah pertentangan maka
disebabkan karena masih adanya kelompok perawat akan mempunyai persepsi yang
– kelompok kecil dalam bergaul, misalnya positif terhadap konfllik peran. Namun,
para perawat hanya bergaul dengan perawat apabila karyawan menganggap konflik
yang seusianya atau sebaya, antara perawat peran tersebut sebagai suatu kesulitan yang
yang sudah bekerja lama dan yang masih akan mengg anggunya dalam bekerja
baru, terjadi kesukaran untuk bertanya sehingga karyawan merasa tertekan dan
dalam hal mengasuh pasien, perawat yang tidak produktif dalam bekerja maka konflik
merasa lebih tua merasa gengsi bertanya peran tersebut akan dipersepsi negatif.
kepada perawat yang berusia lebih muda, Kenyamanan tempat/unit kerja
kemudian perawat yang lebih muda merasa Variable lain yang terkait dengan
segan bertanya kepada perawat yang lebih kejadian keselamatan pasien adalah faktor
tua. Kenyataan tersebut menyebabkan lingkungan fisik yang meliputi:
terjadinya komunikasi yang kurang begitu pencahayaan, tingkat kebisingan,
147
Perilaku Kepatuhan Perawat ……. (Iriyanto Pagala, Zahroh S, Baju W)

temperature atau suhu ruangan, susunan tata Melihat distribusi jumlah perawat
ruang, dan ventilasi. Pengelolaan gedung berdasarkan persepsi terhadap kenyamanan
rumah sakit harus benar-benar memikirkan tempat kerja, sebagian besar juga memiliki
standar keselamatan baik bagi pasien persepsi kurang baik terhadap kenyamanan
maupun keselamatan staf dengan tempat kerja, Meski demikian, kenyamanan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan tempat kerja tetap tidak cukup menjadi
lingkungan seperti yang sudah diatur di faktor penentu terlaksananya perilaku
dalam Permenkes nomor 1204/SK/X/2004 kepatuhan perawat dalam melaksanakan
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan SOP resiko pasien jatuh terhadap terjadinya
Rumah Sakit. Hasil penelitian menunjukkan kejadian keselamatan pasien. Kondisi setiap
bahwa frekuensi kenyamanan tempat/unit ruang perawatan di Rumah Sakit ‘X’ ini
kerja lebih besar yang menyatakan bahwa berbeda-beda, ada yang telah selesai tahap
kenyamanan tempat/unit kerja dalam pembangunannya sehingga perawat merasa
kategori nyaman sebanyak 112 (83,6%) sudah nyaman tetapi ada pula yang masih
perawat dibandingkan dengan yang dalam kondisi penyelesaian atau
menyatakan tempat/unit kerja dalam perampungan dimana sistem pendingin
kategori tidak nyaman sebanyak 22 (16,4%) udara/AC ruangan dan ventilasi udara
perawat. sebagian masih dalam tahap penyelesaian
Uji hubungan antara kenyamanan yang menyebabkan ruang perawatan dirasa
tempat/unit dengan perilaku kepatuhan kurang mendukung bagi perawat pelaksana,
perawat dalam melaksanakan SOP resiko terutama bagi perawat dengan pengalaman
pasien jatuh menunjukkan bahwa perawat kerja baru.
yang kurang patuh terhadap SOP resiko Penelitian yang dilakukan oleh
pasien jatuh lebih banyak terjadi pada Hendriksen tidak sesuai dengan penelitian
perawat yang memiliki presepsi tidak ini dimana hasil penelitian lain yang
nyaman sebanyak 68,2% dibanding perawat dilakukan menunjukkan bahwa ada
yang memiliki presepsi nyaman sebanyak hubungan yang signifikan antara
58,9%. Pada variabel ini didapatkan nilai p kenyamanan tempat/unit kerja dengan
value=0,567 yang berarti tidak ada penyebab terjadinya kejadian keselamatan
hubungan yang signifikan antara dukungan pasien.
sesama perawat dengan prilaku kepatuhan
perawat dalam melaksanakan SOP resiko
pasien jatuh.

148
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017

Kepustakaan Enam Sasaran Keselamatan pasien.


Depkes. 2008. Panduan Nasional Edisi ke-4. Jakarta
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. J.R. Reason. 1990. Human Error.
KKPRS. Jakarta. Cambridge University press.
Depkes. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Newyork
Republik Indonesia Linda T. Kohn, Janet M. Corrigan, and
No.1691/Menkes/Per/VIII/2011, Molla S.Donaldson . 2000. To Err Is
tentang Keselamatan Pasien Rumah Human : Building a Safer Health
sakit. Jakarta System. National Academy Press.
Direktorat Bina pelayanan Keperawatan. Washington DC.
2008. Pedoman Indikator Mutu Notoatmodjo S. 2012. Metodologi
Pelayanan Keperawatan Klinik. Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Direktorat Bina Pelayanan Jakarta
Keperawatan. Jakarta Prawitasari, S. 2009. Hubungan Beban
Fitri, L. 2010. Pengaruh pengetahuan, sikap Kerja Perawat Pelaksana dengan
dan keterampilan perawat terhadap Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
keselamatan pasien di RSU H. Husada Jakarta. Tesis FIK UI. Jakarta
Sahudin Kutacane. Tesis. USU Reason J. 2000. Human Error: modes and
Green, Lawrence W. 2000. Health management. BMJ. Newyork
Education Planning, A Diagnostic World Health Organization. 2009. Human
Approach. Mayfield Publishing Factors in Patient Safety : Review of
Company. California Topics and Tools. Word Health
Hughes, R.G., & Clancy, M.C. 2005 Organization. Geneva
Working Conditions that support Srimulyana, D. 2013. Faktor yang
patient safety. J Nurs Care Qual. berhubungan dengan kejadian
Vol.20, No.4, pp 289-292 keselamatan pasien di Rumah Sakit
Hendriksen, K. 2008. Patient Safety and X. FIK UI. Jakarta
Quality: an avidence base handbook Suhartati. 2010. Analisis pengaruh
for nurses. Rockville MD: Agency for karakteristik, pengetahuan dan sikap
Health Care Research and Quality perawat dalam melaksanakan SPO
Publications. Universal pasca operasi di Rumah
Joint Commision International. 2011. Sakit X. Tesis FIK UI. Jakarta
Standar Akreditasi Rumah Sakit, Suizer, A,B. 1999. Safety behavior: fewer
Injuries?. Balai Pustaka. Jakarta
149

Anda mungkin juga menyukai