Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin majunya jaman membuat persaingan diantara perusahaan

menjadi semakin ketat. Persaingan teknologi, modal, dan juga sumber daya

manusia antar perusahaan menjadi tinggi. Diantara ketiga persaingan tersebut,

faktor sumber daya manusia menjadi salah satu faktor yang sangat vital sebagai

penentu keberhasilan perusahaan. Perusahaan dikatakan berhasil apabila terdapat

manusia di dalamnya yang dapat mengambil peranan dalam mengoperasikan

teknologi maupun sebagai penghimpun modal atau mengalokasikan modal

tersebut untuk pengoperasian perusahaan. Keberadaan perusahaan biasanya

ditentukan dari kinerja karyawannya.

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberi kontribusi kerja organisasi yang antara lain kuantitas output, kualitas

output, jangka waktu output, kehadiran tempat kerja, sikap kooperatif. Dengan

kata lain kinerja dari manusia itu sendiri yang menentukan berhasil atau tidaknya

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Apabila kinerja tersebut mulai

menunjukan penurunan dipastikan sangat sulit untuk mencapai tujuan atau bahkan

tidak bisa mencapai tujuan perusahaan.

Banyak alasan yang berbeda-beda dapat menyebabkan kinerja yang lemah.

Contohnya, kinerja yang lemah dapat disebabkan kurangnya kemampuan

karyawan, kesalahpahaman terhadap berbagai harapan kinerja, kurangnya umpan


2

balik, atau kebutuhan pelatihan bagi karyawan yang tidak memiliki pengetahuan

serta berbagai keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi standar-standar

kerja. Ketika mendiagnosis berbagai penyebab kinerja yang lemah, itu penting

untuk mempertimbangkan apakah kinerja yang lemah merugikan perusahaan.

Apakah kinerja yang lemah sangat penting untuk menyelesaikan pekerjaan serta

apakah hal itu memengaruhi hasil perusahaan? Jika merugikan maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis kinerja untuk menentukan penyebab

kinerja yang lemah.

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat

penting, karena tanpa didukung sumber daya manusia yang baik suatu organisasi

akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Hal yang perlu

diperhatikan sebuah organisasi untuk dapat meningkatkan kinerjanya salah

satunya dengan meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti motivasi kompensasi, dan

kepemimpinan.

Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses peningkatan

kualitas atau kemampuan dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan.

Proses pengembangan disini mencakup perencanaan, pengembangan, dan

pengelolaan sumber daya manusia. Karena sejatinya, upaya tersebut merupakan

suatu kondisi yang harus ada dan terjadi disuatu organisasi, termasuk dalam

pengembangan kualitas sumber daya manusia yang ada di PT. Multimayaka

Cabang Balikpapan.

Setiap perusahaan akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja

karyawannya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dan untuk
3

mencapai tujuan kinerja memerlukan karyawan yang mempunyai kinerja kerja

yang baik. Berbagai cara bisa ditempuh perusahaan dalam meningkatkan kinerja

karyawannya diantaranya melalui motivasi kerja, kompensasi dan kepemimpinan.

Ketiga variabel ini sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas dan

kreativitas sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam

upaya mendukung perusahaan untuk mencapai tujuannya

Kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi kepada

karyawan. Setiap karyawan pasti memiliki motivasi masing-masing untuk bekerja

di sebuah perusahaan. Demi kinerja karyawan dapat berjalan dengan baik maka

perusahaan harus memberikan motivasi tambahan bagi karyawanya baik berupa

finansial ataupun non-finansial. Menurut Bangun (2012:11), motivasi adalah suatu

tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku (to behave) secara

teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer untuk mempengaruhi orang lain

(karyawan) dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu, motivasi diartikan sebagai

kesuluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan

sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.

Memotivasi seseorang tidak semudah yang diduga. Kenyataannya walaupun

ketentuan penggajian telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perusahaan, hal tersebut belum menjadi jaminan bahwa para karyawan otomatis

akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Misalnya mengisi daftar hadir juga

bukanlah jaminan bahwa karyawan akan bekerja dengan bersungguh-sungguh,

karena bisa saja pada saat penilaian para pegawai tidak berada di tempat kerja

justru memanfaatkan waktu tersebut untuk bersantai-santai. Suasana yang kurang

kondusif, kurang perhatian dari atasan, tidak adanya penghargaan prestasi kerja,
4

atau tidak adanya komunikasi yang baik dapat memberikan pengaruh yang buruk

terhadap motivasi kerja karyawan. Jadi tercapainya tingkat kinerja kerja yang

tinggi tidak semata-mata disebabkan oleh gaji yang tinggi, pemberian bonus akhir

tahun, dan fasilitas kerja yang cukup, akan tetapi dapat pula dipengaruhi oleh hal-

hal lain yang bisa menambah semangat atau gairah kerja karyawan seperti melalui

pengembangan sumber daya manusia. Motivasi yang paling berhasil adalah

apabila motivasi itu bersumber dari dalam diri pribadi karyawan tersebut,

sehingga para karyawan akan memberikan yang terbaik dari dirinya demi

kemajuan organisasi.

Selain faktor motivasi kerja perusahaan juga harus memperhatikan

pemberian kompensasi bagi para karyawannya. Kompensasi merupakan faktor

yang juga penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi

mencerminkan status, pengakuan, dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang

dinikmati oleh karyawan bersama keluarganya.

Kompensasi merupakan suatu tindakan sebuah perusahaan untuk

memberikan fasilitas bagi karyawannya, yang berupa gaji, bonus, ataupun hadiah,

yang bertujuan untuk memberikan motivasi bagi karyawan untuk memiliki kinerja

yang baik. Menurut Hasibuan (2009:118), kompensasi adalah semua pendapatan

yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar, para karyawan akan

memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan‐tujuan

perusahaan. Namun bila kompensasi diberikan tidak memadai atau kurang tepat,

prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan menurun. Oleh
5

karenanya, pemberian kompensasi sangatlah penting untuk menunjang kepuasan

kinerja karyawan agar produktivitas karyawan semakin baik. Begitu juga dengan

memberikan kompensasi atas kinerja para karyawan akan memberikan timbal

balik kontribusi untuk kelangsungan hidup pada perusahaan.

Masalah kompensasi merupakan hal yang paling sulit dan membingungkan.

Tidak hanya karena pemberian kompensasi merupakan salah satu tugas yang

paling kompleks, tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti bagi karyawan

maupun organisasi. Meskipun kompensasi harus mempunyai dasar yang logis dan

dapat dipertahankan, hal ini menyangkut banyak faktor emosional dari sudut

pandang dari para karyawan. Bila kompensasi diberikan secara benar para

karyawan akan lebih termotivasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi.

Faktor yang tidak kalah penting untuk menunjang kinerja karyawan adalah

kepemimpinan Gaya kepemimpinan dalam organisasi mempunyai peran yang

sangat menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan

melalui gaya kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin dapat mempengaruhi

bawahannya agar meningkatkan kinerjanya. Kemampuan pemimpin dalam

menggerakkan dan memberdayakan karyawan akan mempengaruhi kinerja

karyawan.

Siagian (2002:235) kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai

kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau

serangkaian tujuan yang ditetapkan. Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan

manajemen yang kuat agar efektivitasnya optimal. Kepemimpinan adalah bagian

penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan

merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-


6

orang lain agar bekerja mencapai sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan,

tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian

dan pengawasan. Handoko (2008:35) kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja

karyawannya kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang

menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha, sebab kepemimpinan

yang sukses menunjukan bahwa pengelolaan organisasi berhasil dilaksanakan

pula.

Pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk

mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan harus menghargai potensi kekuatan

dan kelebihan seseorang secara individual maupun kelebihan mereka bekerja

secara individual maupun kelebihan mereka bekerja secara gotong-royong dengan

memahami kelebihan dan kelemahan seseorang. Nantinya pimpinan diharapkan

bisa mengarahkan potensi karyawannya untuk menghasilkan kinerja yang lebih

baik. Kreativitas mereka tidak boleh terusik namun diarahkan untuk

mengembangkan dan menghargai potensi yang mereka miliki sehingga bisa

meningkatkan suatu kinerja yang lebih baik dari sebelumnya dan terciptalah suatu

kepuasan kerja.

Pengukuran kinerja karyawan perlu dilakukan dalam memastikan

tercapainya skema prestasi yang disepakati, memonitor dan mengevaluasi kinerja

dengan perbandingan antara skema kerja dan pelaksanaan, memberikan

penghargaan maupun hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaan yang telah

diukur sesuai sistem pengukuran, memastikan bahwa pengambilan keputusan

dilakukan secara obyektif dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Tercapainya tujuan organisasi karena upaya para karyawan yang terdapat pada
7

organisasi tersebut. Sebab kinerja karyawan berhubungan sejalan dengan kinerja

organisasi. Nawawi (2008:234) menyatakan kinerja merupakan hasil pelaksanaan

suatu pekerjaan baik bersifat fisik atau material maupun nonfisik atau

nonmaterial. Setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda

dalam mengerjakan tugasnya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Motivasi Kerja, Lingkungan,

dan Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja PT. Multimayaka Cabang

Balikpapan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang tertera di atas penulis

memaparkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah motivasi kerja, kompensasi, dan kepemimpinan

berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT.

Multimayaka Cabang Balikpapan?

2. Apakah motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan?

3. Apakah kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

PT. Multimayaka Cabang Balikpapan?

4. Apakah kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan?

5. Manakah dari variabel motivasi kerja, kompensasi, dan

kepemimpinan yang berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan

PT. Multimayaka Cabang Balikpapan?


8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui variabel motivasi kerja, kompensasi, dan

kepemimpinan mempengaruhi secara bersama-sama terhadap kinerja

karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


2. Untuk mengetahui variabel motivasi kerja terhadap kinerja

karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


3. Untuk mengetahui variabel kompensasi terhadap kinerja karyawan

PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


4. Untuk mengetahui variabel kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


5. Untuk mengetahui variabel mana diantara motivasi kerja,

kompensasi, dan kepemimpinan yang berpengaruh dominan terhadap

terhadap kinerja karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak

yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik secara praktis maupun secara

teoritis. Adapaun manfaat dari penelitian ini yaitu:


1. Bagi akademisi, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

dalam bahan referensi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya

yang berkaitan dengan peningkatan kinerja karyawan.


2. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan

tambahan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan, memberikan

informasi mengenai kebijakan yang akan ditempuh sehubungan

dengan pengaruh motivasi kerja, kompensasi, dan kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan.


3. Bagi penulis, salah satu syarat memperoleh gelar S.E. pada fakultas

ekonomi Universitas Balikpapan serta penerapan teori-teori yang


9

sudah diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktik manajemen

khususnya dibidang sumber daya manusia (SDM)


1.5 Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan ini, tujuan dibuatnya sistematika

penulisan adalah untuk memudahkan penulis dan pihak pembaca

mengetahui isi dari proposal ini secara ringkas dan jelas. Adapun

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pertama dalam penulisan skripsi yang memuat

tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua ini berisikan tentang penelitian terdahulu, dasar

teori sebagai pendukung yang berkaitan dengan motivasi

kerja, kompensasi, dan kepemimpinan, definisi

konsepsional, kerangka piker dan hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ketiga ini merupakan bab metode pendekatan yang

definisi operasional, rincian data yang diperlukan,

jangkauan penelitian yang menggambarkan daerah

penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan, teknik

pengumpulan data, serta alat analisis dan pengujian

hipotesis.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


10

Bab keempat ini menguraikan tentang hasil penelitian dan

pembahasan yang terdiri dari pengujian instrumen,

deskripsi variabel, analisis, dan pembahasan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kelima ini menguraikan penutup yang berisi

kesimpulan dari hasil analisis data dan pembahasan,

selanjutnya diajukan saran kepada pihak perusahaan

mengenai motivasi kerja, kompensasi, dan kepemimpinan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


11

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Manajemen

Handoko (2014:3), menyatakan bahwa manajemen mencakup


fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang dilakukan),
pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja),
penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian
kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi,
kepemimpinan, integrasi, pengelolaan konflik), dan pengawasan.

Hasibuan (2011:1), “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan alat

untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan manajemen yang baik akan

memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan manajemen

adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi

atau perusahaan.

2. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan komponen perusahaan yang

mempunyai arti sangat penting. Sumber daya manusia menjadi sumber

penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan karena fungsinya

sebagai inti dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia

maka kegiatan perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Sumber daya manusia juga merupakan kunci yang menentukan

perkembangan perusahaan.
12

Hasibuan (2011:10), “Sumber daya manusia adalah manusia yang

merupakan tenaga kerja pada perusahaan”.

Rivai (2008:6-7), sumber daya manusia sebagai seorang yang siap,

mau dan mampu memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan sumber

daya manusia atau tenaga kerja adalah seorang atau sekumpulan orang

yang bekerja untuk memberikan tenaga, keterampilan, jasa, atau usaha

kerjanya pada suatu badan atau organisasi yang memiliki kemampuan

potensial maupun kreativitas.

3. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia disingkat MSDM adalah suatu

ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peran sumber daya

(tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efektif dan efisien serta

dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan bersama

perusahaan, karyawan, dan masyarakat menjadi maksimal. Manajemen

sumber daya manusia didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan

adalah manusia, bukan mesin, dan bukan semata menjadi sumber daya

bisnis.

Hadiyatno (2013:12), “Manajemen sumber daya manusia adalah


suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan
manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya
manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan.
Dengan demikian, fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia
ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia
saja”.
Siagian (2002:27), “Manajemen sumber daya manusia yang baik
ditujukan kepada peningkatan kontribusi yang dapat diberikan oleh para
pekerja dalam organisasi ke arah tercapainya tujuan organisasi. Tidak
13

menjadi soal tujuan organisasional apa yang ingin dicapai. Dibentuknya


satuan organisasi yang mengelola sumber daya manusia dimaksudkan
bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja organisasi”.

Mangkunegara (2013:2), “Manajemen sumber daya manusia


merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.

Hasibuan (2011:10), "Manajemen sumber daya manusia adalah

ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,

dan masyarakat”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat dikatakan

manajemen sumber daya manusia manusia mengatur semua tenaga kerja

secara efektif dan efisien dengan mengembangkan kemampuan yang

mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan

masyarakat dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja akan

termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin.

2.1.2 Motivasi Kerja

1. Pengertian Motivasi Kerja

Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangat penting.

Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki

organisasi, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di

dalam organisasi, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-

orang untuk bekerja, atau dengan kata lain perilaku merupakan cerminan
14

yang paling sederhana dari motivasi (Sutrisno, 2011:109). Motivasi

berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia khususnya

kepada para bawahannya atau pengikut. Dari beberapa literatur, para ahli

memberikan pengertian motivasi yang berbeda beda tergantung dari sudut

pandang mereka masing-masing.

Hasibuan (2011:79) menyatakan motivasi adalah perbedaan antara

dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada

mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah

kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang

untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya atau

dengan perkataan lain motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental

terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam

menanggapi suatu peristiwa dalam masyarakat.

Simamora (2004:456) menyatakan bahwa motivasi adalah

dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan.

Kata motivasi melibatkan lebih dari gerak fisik mental. Motivasi juga

mempunyai dua isi gerakan dan motif. Gerakan dapat dilihat akan tetapi

motif harus disimpulkan. Motif sering didefinisikan sebagai kebutuhan,

dorongan, keinginan atau impuls di dalam diri individu.

Agar lebih jelas rumusan motivasi yang ada kaitannya dengan

pencapaian tujuan dalam suatu organisasi, motivasi mengakibatkan

seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan


15

waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka

pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan

sebelumnya.

Menurut Hasibuan (2006:200) bahwa alat-alat motivasi ada 3 yaitu :

a. Material insentif
Motivasi yang diberikan berupa uang atau barang yang mempunyai
nilai pasar, jadi memberikan nilai ekonomis.
b. Non material
Alat motivasi yang digunakan berupa benda atau barang yang tak
bernilai jadi merupakan kebutuhan rohani.
c. Kombinasi material dan non material di mana dapat memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani.

Robbins (2006:166) menyatakan bahwa motivasi adalah tujuan

organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi

beberapa kebutuhan individu.

Selanjutnya Luthans (2005:235) mengemukakan definisi motivasi

sebagai berikut: ‘’motivation on is a proces that with a physiological or

psychological deficiency or need that activates a be havior or drive that is

aimed at agoal or incentive’’.

Jadi motivasi adalah suatu proses yang diawali adanya keinginan

atau dorongan yang mengarahkan seseorang baik yang berifat fisiologi

ataupun psikologis, atau adanya kebutuhan yang menggerakkan perilaku

seseorang atau adanya keinginan untuk mencapai suatu tujuan, atau berupa

imbalan tertentu.

Motivasi merupakan dorongan timbul karena adanya kebutuhan

yang diinginkan oleh seseorang, sehingga seseorang tersebut melakukan


16

tindakan-tindakan yang dianggapnya dapat menciptakan perubahan di

dalam dirinya maupun di dalam lingkungannya. Seperti yang

dikemukakan oleh Siagian (2002:67), motivasi adalah usaha untuk

kegiatan seorang atasan untuk menimbulkan atau meningkatkan semangat

dan kegairahan kerja dari para pekerja atau pegawai.

Memberikan motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang manajer dalam memberi inspirasi atau pengaruh, semangat dan

dorongan kepada orang lain agar bekerja lebih baik. Selain itu bahwa

motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk

keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktu untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasibuan (2011:74) mengatakan bahwa penerapan motivasi positif

sangat efektif untuk jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif

untuk jangka pendek. Tetapi kesemuanya itu tergantung oleh manajer itu

sendiri, dalam artian bahwa manajer harus konsisten dan adil dalam

menerapkan kedua jenis motivasi tersebut.

Uno (2009:23) menyatakan motivasi dan belajar merupakan dua

hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari

praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk

mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor


17

instrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan

belajar, harapan akan cita-cita. Seadngkan faktor ekstrinsiknya adalah

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu tugas

pimpinan adalah memberikan motivasi kepada setiap pegawainya guna

pencapaian tugas-tugas yang di bebankan kepada mereka, sehingga dapat

menciptakan adanya keselarasan antara tujuan organisasi dengan

kebutuhan para pegawai tersebut. Untuk mewujudkan harapan itu, seorang

pimpinan harus mampu mengetahui keinginan yang dibutuhkan oleh

pegawainya yang juga dapat menciptakan semangat kerja yang tinggi serta

kerelaannya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepada

mereka.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,


menurut Hasibuan (2011:149) yaitu :

1. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan


dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.
Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat,
karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan
dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya
kurang baik (prestasi rendah) dengan memotivasi negatif ini semangat
kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut
dihukum.

Sedangkan jenis-jenis motivasi menurut Sardiman (2007:85)


berdasarkan pembentukanya terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :
18

1. Motivasi bawaan, yaitu motivasi yang dilatarbelakangi oleh fungsi


dalam tubuh seseorang yang telah di bawah sejak lahir dan terjadinya
tanpa dipelajari.
2. Motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya
komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh
manusia.

Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi

dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar, sedangkan motivasi yang

dipelajari atau motivasi sekunder muncul melalui proses pembelajaran

sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang.

3. Tujuan dan Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai tujuan sebagaimana dalam Hasibuan

(2011:146) mengungkapkan bahwa :

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan.

6. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.

9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

Sedangkan fungsi dari motivasi menurut Sardiman (2007:85) ada

tiga yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini


19

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak

dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

4. Indikator-Indikator Motivasi Kerja

Kekuatan motivasi tenaga kerja untuk bekerja berkinerja secara

langsung tercermin sebagai upayanya seberapa jauh ia bekerja keras.

Upaya ini mungkin menghasilkan kinerja yang baik atau sebaliknya,

karena ada dua faktor yang harus benar jika upaya itu akan diubah menjadi

kinerja. Pertama, tenaga kerja harus memiliki kemampuan yang diperlukan

untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Tanpa kemampuan dan upaya

yang tinggi, tidak mungkin menghasilkan kinerja yang baik. Kedua adalah

persepsi tenaga kerja yang bersangkutan tentang bagaimana upaya dapat

diubah sebaik-baiknya menjadi kinerja.

Menurut Uno (2009:73) dimensi dan indikator motivasi kerja

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Motivasi internal

a. Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

b. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

2. Motivasi eksternal
20

a. Bekerja dengan ingin memperoleh insentif

b. Memiliki rasa senang dalam bekerja

2.1.3 Kompensasi

1. Pengertian Kompensasi

Kepuasan kompensasi dapat mempengaruhi perilaku karyawan

untuk bekerja lebih bersemangat dan memacu tingginya kinerja karyawan.

Terciptanya kinerja karyawan yang tinggi sangatlah tidak mudah

dikarenakan kinerja karyawan dapat timbul apabila organisasi mampu

menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan memungkinkan karyawan

untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan

yang dimiliki secara optimal sehingga karyawan dapat memberikan

konstribusi yang positif bagi perusahaan.


Handoko (2014:155), menyatakan “Kompensasi adalah segala
sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja
mereka. Suatu cara manajemen meningkatkan prestasi kerja atau kinerja,
motivasi, dan kepuasan kerja karyawan adalah kompensasi. Bila
kompensasi diberikan secara benar, para karyawan akan lebih terpuaskan
dan termotivasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Dapat
dikatakan kompensasi adalah faktor penting yang mempengaruhi
bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan
bukan pada organisasi lain”.

Mangkunegara (2013:83), “Kompensasi adalah sesuatu yang

dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding”.


Hasibuan (2011:118), “Kompensasi adalah semua pendapatan yang
berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Kompensasi berbentuk uang artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah
uang kartal kepada karyawan bersangkutan.
21

Nawawi (2008:315), “Kompensasi adalah penghargaan pada

pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya

melalui kegiatan yang disebut bekerja”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

kompensasi adalah interaksi antara karyawan dengan perusahaan yang

berupa timbal balik dari tenaga atau jasa yang telah dikeluarkan oleh

karyawan dalam bentuk uang, barang langsung maupun barang tidak

langsung.

2. Jenis-Jenis Kompensasi

Wibowo (2014:290) menggolongkan kompensasi menjadi

beberapa antara lain:


1. Gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas
pelepasan tanggung jawab pekerjaan.
2. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas
waktu yang telah dipergunakan,
3. Insentif adalah tambahan pembayaran yang diberikan karena
kinerja di atas standar yang ditentukan. Diharapkan menjadi faktor
pendorong untuk meningkatkan prestasi kerja.
4. Tunjangan adalah pemberian kesejahteraan dan penciptaan kondisi
kerja sehingga pekerja menjadi lebih merasa nyaman dan merasa
mendapat perhatian atasan.
5. Penghargaan atau reward adalah pemberian penghargaan tambahan
lain bagi pekerja.

Nawawi (2008:316) membedakan jenis-jenis kompensasi menjadi

tiga yaitu
1. Kompensasi langsung (direct compensation)
a. Gaji adalah penghargaan atau ganjaran yang dibayar secara
tetap berdasarkan tenggang waktu yang telah ditetapkan.
b. Upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari
pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
2. Kompensasi tidak langsung (indirect compensation) program
pemberian penghargaan di luar gaji atau upah sebagai pemberian bagian
keuntungan perusahaan.
22

a. Jaminan Keamanan dan Kesejahteraan Kerja misalnya


asuransi jiwa, asuransi cacat tubuh, konseling ke psikiater atau
psikolog, biaya rumah sakit, jaminan pengobatan lainnya, jaminan
sosial dan ketenagakerjaan, tidak bekerja karena sakit, pension, dan
uang pesangon.
b. Pembayaran Upah Selama Tidak Bekerja misalnya liburan,
cuti tahunan, cuti besar, kecelakaan, dan meninggalkan pekerjaan
karena urusan pribadi.
c. Pelayanan Bagi Pekerja misalnya program koperasi simpan
pinjam, program kesehatan jasmani, transport bersama, baju kerja,
perumahan dan pemberian penghargaan bagi pekerja.
3. Insentif adalah penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para
pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi sifatnya tidak tetap atau
sewaktu-waktu. Oleh karena itu insentif sebagai bagian dari
keuntungan, maka diberikan sekali pada pekerja yang bekerja secara
baik atau yang berprestasi dalam bentuk pemberian bonus.

Menurut Mangkunegara (2011:85) kompensasi pada umumnya

dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :

1.

Kompensasi langsung, merupakan kompensasi yang langsung dirasakan

oleh penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan, dan insentif merupakan

hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk membayarnya.

a.

Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada

karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.

b.

Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada

para karyawannya, karena karyawannya tersebut dianggap telah

ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan.

c.
23

Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar atau

mencapai target.

2.

Kompensasi tidak langsung adalah kompensasi yang tidak dapat

dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan services

(tunjangan pelayanan). Benefit dan services adalah kompensasi

tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan

terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

mereka. Seperti uang pension, olah raga dan darma wisata (family

gathering).

3. Tujuan-Tujuan Pemberian Kompensasi

Tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu organisasi

mencapai keberhasilan strategis sambil memastikan keadilan internal dan

eksternal. Keadilan internal memastikan bahwa jabatan yang lebih

menantang atau orang yang mempunyai kualifikasi lebih baik dalam

organisasi dibayar lebih tinggi. Sementara itu keadilan eksternal menjamin

bahwa pekerjaan mendapatkan kompensasi secara adil dalam

perbandingan dengan pekerjaan yang sama di pasar tenaga kerja.

Moeheriono (2014:249) menyatakan tujuan-tujuan kompensasi

sebagai berikut:

1. Memperoleh karyawan yang memenuhi persyaratan qualified,


salah satu cara organisasi untuk memperoleh karyawan yang memenuhi
persyaratan qualified tersebut dapat dilakukan dengan pemberian sistem
kompensasi. Sistem kompensasi yang baik merupakan faktor penarik
masuknya karyawan qualified.
24

2. Mempertahankan karyawan yang ada, apabila eksodus besar-


besaran karyawan ke perusahaan lain juga menunjukkan betapa
besarnya peranan kompensasi dalam mempertahankan karyawan yang
qualified. Sistem kompensasi yang kurang baik dengan iklim usaha
yang kompetitif dapat menyulitkan organisasi dalam mempertahankan
karyawan yang qualified.
3. Menjamin keadilan, pemberian kompensasi yang baik juga
bertujuan untuk menjamin keadilan yang sepadan untuk hasil karya atau
prestasi kerja yang diberikan pada organisasi.
4. Menghargai perilaku yang diinginkan, besar kecilnya pemberian
kompensasi juga menunjukkan penghargaan organisasi terhadap
perilaku karyawan yang diinginkan. Pemberian nilai kinerja yang baik
diiringi dengan kompensasi yang baik dapat meningkatkan kesadaran
karyawan bahwa perilakunya dinilai dan dihargai sehingga karyawan
akan selalu berusaha memperbaiki perilakunya.
5. Mengendalikan biaya-biaya dalam jangka pendek, organisasi
seringkali mengeluarkan biaya yang tidak perlu akibat rendahnya
produktivitas atau kurang efektif dan efisiennya kerja karyawan,
seringkali biaya yang tidak perlu ini besarnya melebihi biaya tetap,
pemberian kompensasi yang baik diharapkan dapat mendorong
karyawan untuk lebih produktif dan lebih efisien serta efektif dalam
bekerja.

Pendapat lain tentang tujuan kompensasi dikemukakan Hasibuan

(2011:121) adalah sebagai berikut:


1. Ikatan kerja sama, pemberian kompensasi dapat menjalin ikatan
kerja sama formal antara pimpinan dengan karyawan. Karyawan harus
mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik sedangkan pengusaha atau
pimpinan wajib membayar kompensasi sesuai kesepakatan yang telah
disepakati.
2. Kepuasan kerja, dengan balas jasa karyawan akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3. Pengadaan efektif, jika program kompensasi ditetapkan cukup
besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih
mudah.
4. Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan
mudah memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas karyawan, dengan program kompensasi atas prinsip adil
dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas
karyawan lebih terjamin karena turn-over relative kecil.
25

6. Disiplin, dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka


disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati
peraturan-peraturan yang berlaku.
7. Pengaruh serikat buruh, dengan program kompensasi yang baik
pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan
berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8. Pengaruh pemerintah, jika program kompensasi sesuai dengan
undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum)
maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

2.1.4 Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Ada beberapa definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli.

Sutrisno (2011:214) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan

penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak

pemimpin.

Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer

dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong

gairah kinerja pegawai untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pada

kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,

kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Untuk mencapai semua itu seorang pemimpin harus mempunyai

kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam melakukan

pengarahan kepada bawahannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Kepemimpinan adalah bentuk interaksi interpersonal dimana pesan

yang diberikan melalui suatu metode tertentu dan orang-orang dibuat


26

percaya bahwa hasil dari suatu tindakan dapat ditingkatkan selama mereka

mengikuti saran atau harapan. Bass, Robbins, dan Decenzo juga memiliki

ide yang sama tentang kepemimpinan sebagai prosedur interaksi antar

personal melalui seorang pemimpin mengubah bawahan, menciptakan visi

dari tujuan yang layak, dan bekerja menuju tujuan tertentu. Kepemimpinan

merupakan interaksi antara manajer organisasi dan anggota organisasi

selama mengejar kinerja, dan perilaku yang terakhir dipengaruhi dengan

menyediakan mereka dengan arah baru atau agar memenuhi tujuan

organisasi.

Rivai dan Hadad (2014:23), “Kepemimpinan merupakan proses

untuk mempengaruhi orang lain baik di dalam organisasi maupun di luar

organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan

kondisi tertentu”.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Uha (2013:153),

“Kepemimpinan adalah kemampuan dan seni memperoleh hasil melalui

kegiatan dengan mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya”.

Menurut Robbins (2008:55) mengemukakan bahwa kepemimpinan

adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah

tercapainya tujuan.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budaya.


27

2. Teori Kepemimpinan

Siagian (2014:126) mengemukakan bahwa dalam pratiknya

kepemimpinan sekarang ini telah menjadi semakin berkembang, beberapa

tipe kepemimpinan yang sekarang ini ada diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Tipe Kepemimpinan Otokratik


Seorang pemimpin yang otokratik adalah pemimpin yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut:
a.Menganggap organisasi sebagai milik pribadi,
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
c.Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat,
e.Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya,
f. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat
menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seseorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah
seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan,
b. Dalam menggerakka bawahan senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya,
c.Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan,
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan,
e.Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
f. Menggerami upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang ialah seorang yang memiliki ciri sebagai
berikut:
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak
dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective),
b. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan,
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif,
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
28

e.Sering bersikap maha tahu.


4. Tipe kharismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab
mengapa seseoarang pemimpin memiliki kharisma. Umunya diketahui
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat
sangat besar dan pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat banyak, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
itu. Kurangnya pengetahuan tentang sebab-musabab seseorang
menjadi pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan
bahwa pemimpin seperti ini diberkahi dengan kekuatan gaib (supra
natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk pemimpin tipe kharismatik.
5. Tipe demokratis
Pengetahuan tentang kepemiminan telah membukti bahwa tipe
kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini
terjadi karena tipr kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak
dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia
didunia,
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya,
c. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya,
d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan
e. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki
agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi
lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain,
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih
sukses,
g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.

Sedangkan menurut Soekarso (2010:100) menyatakan adanya tiga

tipe kepemimpinan yaitu

1. Kepemimpinan gaya otoriter, otokratis, atau diktator


29

Kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan

cara segala kegiatan yang akan dilakukan oleh pimpinan semata-

mata. Ciri-ciri kepemimpinan gaya otoriter antara lain :

a. Wewenang mutlak berpusat pada pimpinan


b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi langsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan, atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara
ketat
f. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk
memberikan saran, pertimbangan, atau pendapat
h. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara
instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari
bawahan tanpa syarat
k. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan
hukuman
l. Kasar dalam bertindak
m. Kaku dalam bersikap
n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi
hanya dipikul oleh pimpinan
o. Wewenang mutlak berpusat pada pimpinan

2. Kepemimpinan gaya demokratis

Kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama

antara pimpinan dan bawahan. Ciri-ciri kepemimpinan gaya

demokratis antara lain :

a. Wewenang pimpinan tidak mutlak


30

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang


kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara
pimpinan dan bawahan
d. Kebijaksanaan dibuat bersama antara
pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbal balik,
baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antar
sesama bawahan
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa dapat datang dari pimpinan
maupun bawahan
h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk
menyampaikan saran, pertimbangan, atau pendapat
i. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan
dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
j. Pujian dan kritik keseimbangan
k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna
para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan para
bawahan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam
bersikap dan bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya, saling
menghormati dan saling menghargai
o. Tangggung jawab keberhasilan organisasi
dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

3. Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal

Kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan

cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak

diserahkan kepada bawahan. “Laissez-faire” secara harafiah

berarti “allow (them) to do” (mengizinkan mereka bekerja), atau

“to leave alone” (biarkan sendiri), “free-rein” berasal dari kata

“free” (bebas), jadi “rein” (kendali), secara harafiah berarti


31

bebas kendali. Ciri-ciri kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya

liberal antara lain :

a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya


kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan
oleh bawahannya
e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah
laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan
f. Prakarsa selalu datang dari bawahan
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam
kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih utama daripada
kepentingan kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi
dipikul oleh orang per orang

Menurut Suwatno (2016:158) terdapat macam-macam gaya

kepemimpinan antara lain :

1. Kepemimpinan Direktif

Kepemimpinan ini membuat bawahan agar tahu apa yang diharapkan

pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan dan

memberi bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan

tugas.

2. Kepemimpinan yang Mendukung

Kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian dan

kebutuhan bawahan.

3. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan


32

saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.

4. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi

Kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan

mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi

mereka.

2.1.5 Kinerja Karyawan

1. Pengertian Penilaian Kinerja

Mangkunegara (2014:9), “Kinerja karyawan adalah prestasi kerja

atau hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang

diberikan kepadanya”.

Rivai dan Basri (2008:14), “Kinerja adalah tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan

tugas seperti standar hasil kerja, target atau sasaran yang telah ditentukan

terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”.

Moeheriono (2014:95), menyatakan “Kinerja atau performance


merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi. Kinerja dapat diukur dan diketahui jika individu atau
kelompok karyawan telah mempunyai criteria atau standar keberhasilan
tolok ukur yang ditetapkan organisasi”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk menciptakan tujuan


33

organisasi. Kinerja karyawan merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan. Kinerja karyawan akan sangat

mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Produktivitas perusahaan

akan rendah apabila kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut rendah,

dan sebaliknya perusahaan akan menjadi produktif dan semakin

berkembang jika kinerja karyawannya tinggi. Kinerja karyawan akan

sangat mempengaruhi hasil kerjanya.

2. Pengertian Penilaian Kinerja


Handoko (2014:135), “Penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan personalia dan

memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja”.


Moeheriono (2014:98), “Penilaian kinerja adalah pengukuran dan

membandingkan hasil kegiatan operasional yang telah dicapai dengan

hasil yang seharusnya dicapai menurut target dan standar yang telah

ditentukan oleh organisasi”.


Mangkunegara (2014:10), “Penilaian kinerja adalah suatu proses

yang digunakan pemimpin untuk menentukan apakah seorang karyawan

melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”.


Rivai dan Basri (2008:80) menyatakan “Penilaian kinerja

merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang

dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang telah

ditentukan oleh perusahaan”.


Wibowo (2014:88), “Penilaian kinerja atau performance appraisal

adalah proses kinerja individual diukur dan dievaluasi. Penilaian kinerja

menjawab pertanyaan seberapa baik pekerja bekerja selama periode waktu

tertentu”.
34

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis

untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja perusahaan. Di

samping itu juga untuk memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada

karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan lebih baik di masa

mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal

promosi atau penentuan imbalan.


3. Tujuan dan Kegunaan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai seberapa baik karyawan

telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang harus mereka lakukan

untuk menjadi lebih baik di masa mendatang yang dilaksanakan dengan

merujuk pada isi pekerjaan.

Mangkunegara (2014:10) menyatakan bahwa tujuan penilaian

kinerja antara lain:

1. Meningkatkan saling pengertian antar karyawan tentang


persyaratan kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan sehingga
mereka termotivasi untuk berbuat lebih baik.
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan
keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir
atau pekerjaan yang diemban sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan
sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya.

Kegunaan penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mangkunegara

(2014:11) sebagai berikut:


1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan
untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
2. Mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
3. Mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
35

4. Sebagai dasar indikator untuk menentukan kebutuhan latihan bagi


karyawan yang berada di dalam organisasi.
5. Meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai kinerja
yang baik.
6. Sebagai kriteria menentukan, menyeleksi, dan menempatkan
karyawan.
7. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian tugas
8. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan
meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

Rivai dan Basri (2008:58) menyatakan bahwa kegunaan hasil

penilaian kinerja antara lain:


1. Performance improvement, umpan balik kinerja sangat bermanfaat
bagi karyawan, manajer, supervisor dan spesialis SDM dalam bentuk
kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja pada waktu yang akan
datang.
2. Compensation adjustment, penilaian kinerja sangat membantu
pengambilan keputusan penentuan siapa yang seharusnya yang
menerima kenaikan pembayaran dalam bentuk upah, bonus ataupun
bentuk lainnya yang didasarkan pada sistem.
3. Job design errors, kinerja yang buruk sebagai suatu gejala dari
rancangan pekerjaan yang salah atau kurang tepat. Melalui penilaian
kinerja dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut.
4. Training and development needs, sebuah kebutuhan untuk
melakukan pelatihan kembali sehingga setiap karyawan hendaknya
selalu memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.

4. Indikator Penilaian Kinerja Karyawan


Organisasi dapat mengembangkan kategori masing-masing

indikator kinerja karyawan yang sesuai dengan misinya. Berikut beberapa

pendapat ahli tentang indikator kinerja karyawan.


Robbins (2006:260) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur

kinerja karyawan secara individu ada enam yaitu:


1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap

kualitas pekerjaan yang dihasilkan terhadap keterampilan dan

kemampuan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam

istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.


36

3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada

awal waktu yang dinyatakan.


4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya

organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan

maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber

daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya

akan dapat menjalankan fungsi kerjanya.


6. Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab

karyawan terhadap kantor.

Prawirosentono (2008:27) mengemukakan bahwa kinerja karyawan

dapat dinilai atau diukur dengan beberapa indikator, yaitu :

1. Efektivitas yaitu bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan

kebutuhan yang direncanakan.

2. Tanggung jawab merupakan bagian yang tak terpisahkan atau

sebagai akibat kepemilikan wewenang.

3. Disiplin taat pada hukum dan aturan yang belaku. Disiplin

karyawan adalah ketaatan karyawan yang bersangkutan dalam

menghormati perjanjian kerja dengan perusahaan di mana dia bekerja.

4. Inisiatif berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu

ide yang berkaitan tujuan perusahaan. Dengan kata lain inisiatif

karyawan merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan

mempengaruhi kinerja karyawan.


37

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan mempunyai

kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Besar Wahyu Bagaswara (2017) dengan penelitian yang

berjudul: “Pengaruh Kompensasi, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan

Terhadap Kinerja Karyawan PT. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera

Yogyakarta”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompensasi,

motivasi kerja, dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT.

Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta. Penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda. Teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan metode sampling jenuh atau sensus dengan jumlah

sampel sebanyak 55 karyawan.

Hasil analisis regresi linier berganda Y=8,345+

0,946X1+0,078X2+0,225X3. Uji hipotesis membuktikan bahwa

kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,

dengan didapat hasil uji – t kompensasi = 5,565 dengan nilai sig. 0,00 < α

= 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. dengan didapat hasil uji

– t sebesar = 3,672 dengan nilai sig. 0,001 < α = 0,05. Uji hipotesis

membuktikan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 4,392

dengan nilai sig. 0,00 < α = 0,05. Adanya angka signifikan dan positif ini
38

mengindikasikan bahwa semakin tingginya kompensasi yang diberikan,

maka semakin berpengaruh dan meningkatkan kinerja karyawan PT.

Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera Yogyakarta. Kompensasi merupakan

variabel yang paling dominan yang mempengaruhi kinerja. Pada uji F

sebesar 14,294 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,76 dan nilai probabilitas

sebesar 0,00. Nilai Adjust R Square sebesar 0,425 (42,5%) atau bisa

diartikan bahwa kompensasi, motivasi kerja, dan kepemimpinan mampu

menjelaskan sebesar 42,5% kinerja karyawan PT. Asuransi Jiwa Syariah

Bumiputera Yogyakarta.

Syahril Hasan (2016) dengan penelitian yang berjudul: “Pengaruh

Budaya Organisasi, Kompensasi, Motivasi dan Kepemimpinan Terhadap

Kinerja Karyawan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman,

Sepinggan, Balikpapan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya

organisasi, kompensasi, motivasi dan kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman,

Sepinggan, Balikpapan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode

random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 155 orang karyawan

dari populasi sebanyak 252 orang karyawan.

Hasil analisis regresi linier berganda Y=3,961+

0,160X1+0,425X2+0,127X3+0,257X4. Uji hipotesis membuktikan bahwa

budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan, dengan didapat hasil uji – t = 2,569 dengan nilai sig. 0,011 < α
39

= 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa kompensasi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji – t

sebesar = 5,349 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05. Uji hipotesis

membuktikan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 1,932 dengan nilai

sig. 0,004 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan

didapat hasil uji – t sebesar = 4,787 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05.

Kompensasi merupakan variabel yang paling dominan yang

mempengaruhi kinerja. Pada uji F sebesar 56,505 lebih besar dari Ftabel

sebesar 2,43 dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai Adjust R Square

sebesar 0,775 (77,5%) atau bisa diartikan bahwa budaya organisasi,

kompensasi, motivasi kerja, dan kepemimpinan mampu menjelaskan

sebesar 77,5% kinerja karyawan Bandara Internasional Sultan Aji

Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan.

Endi Ramadhan (2014) dengan penelitian yang berjudul:

“Pengaruh Kompensasi, Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan PTPN IX (Persero) Semarang”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompensasi,

kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan PTPN IX

(Persero) Semarang. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode

purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang karyawan

dari populasi sebanyak 168 orang karyawan.


40

Hasil analisis regresi linier berganda Y=1,159+

0,417X1+0,484X2+0,287X3. Uji hipotesis membuktikan bahwa

kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

dengan didapat hasil uji – t sebesar = 6,091 dengan nilai sig. 0,00 < α =

0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa kepemimpinan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji –

t sebesar = 5,170 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05. Uji hipotesis

membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 3,653

dengan nilai sig. 0,001 < α = 0,05. Pada uji F sebesar 38,911 lebih besar

dari Ftabel sebesar 2,76 dan nilai probabilitas sebesar 0,000.

Eko Santoso (2014) dengan penelitian yang berjudul: “Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, Kompensasi, dan Disiplin Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan di Bank Central Asia Kudus”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan,

motivasi, kompensasi, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di

Bank Central Asia Kudus. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

linier berganda. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode

sensus dengan jumlah sampel sebanyak 61 orang karyawan.

Hasil analisis regresi linier berganda Y=2,515+

0,375X1+0,204X2+0,236X3+0,187X4. Uji hipotesis membuktikan bahwa

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan didapat hasil uji – t sebesar = 6,337 dengan nilai sig.

0,00 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa motivasi berpengaruh


41

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji –

t sebesar = 2,713 dengan nilai sig. 0,009 < α = 0,05. Uji hipotesis

membuktikan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 2,845

dengan nilai sig. 0,006 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa

disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 2,198 dengan nilai sig. 0,032

< α = 0,05. Pada uji F sebesar 42,040 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,310

dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai Adjust R Square sebesar 0,740

(74%) atau bisa diartikan bahwa kepemimpinan, motivasi, kompensasi,

dan disiplin kerja mampu menjelaskan sebesar 74% kinerja karyawan di

Bank Central Asia Kudus.

Desi Nurdiana (2017) dengan penelitian yang berjudul: “Pengaruh

Kepemimpinan, Kompensasi, Motivasi, dan Komitmen Organisasi

Terhadap Kinerja Karyawan PT. Indomarco Prismatama Cabang Malang”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan,

kompensasi, motivasi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan

PT. Indomarco Prismatama Cabang Malang. Penelitian ini menggunakan

analisis regresi linier berganda. Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan metode random sampling dengan jumlah sampel sebanyak

91 orang karyawan dari populasi sebanyak 1.017 orang karyawan.

Hasil analisis regresi linier berganda Y=1,218+

0,121X1+0,179X2+0,407X3+0,013X4. Uji hipotesis membuktikan bahwa

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja


42

karyawan dengan didapat hasil uji – t sebesar = 1,987 dengan nilai sig.

0,00 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan

didapat hasil uji – t sebesar = 2,594 dengan nilai sig. 0,011 < α = 0,05. Uji

hipotesis membuktikan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 4,422

dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa

komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 0,256 dengan nilai sig. 0,799

> α = 0,05. Pada uji F sebesar 16,594 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,47

dan nilai probabilitas sebesar 0,000.

Aloyius Harry Triyanto (2016) dengan penelitian yang berjudul:

“Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Kompensasi Terhadap

Kinerja Karyawan PT. Sumber Inti Pangan Tangerang”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan,

motivasi, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan PT. Sumber Inti

Pangan Tangerang. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode

random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang karyawan dari

populasi 130 orang karyawan.

Hasil analisis regresi linier berganda Y=0,538+

0,774X1+0,739X2+0,755X3. Uji hipotesis membuktikan bahwa

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan didapat hasil uji – t sebesar = 4,551 dengan nilai sig.
43

0,000 < α = 0,05. Uji hipotesis membuktikan bahwa motivasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji –

t sebesar = 4,917 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05. Uji hipotesis

membuktikan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan dengan didapat hasil uji t sebesar = 2,430

dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05. Pada uji F sebesar 35,018 lebih besar

dari Ftabel sebesar 2,70 dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai Adjust R

Square sebesar 0,728 (72,8%) atau bisa diartikan bahwa gaya

kepemimpinan, motivasi, dan kompensasi mampu menjelaskan sebesar

72,8% kinerja karyawan PT. Sumber Inti Pangan Tangerang.

2.3 Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

Memberikan motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang manajer dalam memberi inspirasi atau pengaruh, semangat dan

dorongan kepada orang lain agar bekerja lebih baik. Selain itu bahwa

motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk

keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktu untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan

kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Uno (2009:23) menyatakan motivasi dan belajar merupakan dua

hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
44

praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk

mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor

instrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan

belajar, harapan akan cita-cita. Seadngkan faktor ekstrinsiknya adalah

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik.

2. Hubungan variabel kompensasi terhadap kinerja karyawan

Nawawi (2008:315), pemberian kompensasi yang tepat akan

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Adanya kompensasi

berupa bonus, hadiah maupun penghargaan juga akan memberikan

dampak yang positif bagi karyawan. Karyawan akan merasa termotivasi

dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan serta akan

muncul dorongan karyawan untuk berprestasi. Kompensasi yang baik

diharapkan mampu berdampak terhadap meningkatnya kinerja karyawan.

Ketika perusahaan memberikan kompensasi yang lebih kepada karyawan,

maka karyawan tersebut akan berusaha meningkatkan kinerjanya. Jika

imbalan yang diberikan sebanding dengan kinerjanya maka karyawan akan

cenderung untuk bertahan bahkan meningkatkan kinerjanya. Kompensasi

menjadi salah satu komponen terpenting bagi karyawan. Semakin tinggi

kompensasi yang diterima diharapkan akan semakin baik pula kinerja para

karyawan yang diberikan kepada perusahaan. Serta semakin meningkatkan

motivasi kerja karyawan dalam meraih kinerja yang tinggi pula.

3. Hubungan variabel kepemimpinan terhadap kinerja karyawan


45

Rivai dan Hadad (2014:23) menyatakan kepemimpinan merupakan

proses untuk mempengaruhi orang lain baik di dalam organisasi maupun

di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu

situasi dan kondisi tertentu.

Kepemimpinan adalah bentuk interaksi interpersonal dimana pesan

yang diberikan melalui suatu metode tertentu dan orang-orang dibuat

percaya bahwa hasil dari suatu tindakan dapat ditingkatkan selama mereka

mengikuti saran atau harapan. Bass, Robbins, dan Decenzo juga memiliki

ide yang sama tentang kepemimpinan sebagai prosedur interaksi antar

personal melalui seorang pemimpin mengubah bawahan, menciptakan visi

dari tujuan yang layak, dan bekerja menuju tujuan tertentu. Kepemimpinan

merupakan interaksi antara manajer organisasi dan anggota organisasi

selama mengejar kinerja, dan perilaku yang terakhir dipengaruhi dengan

menyediakan mereka dengan arah baru atau agar memenuhi tujuan

organisasi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Sugiyono (2015:283), kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Secara skematis

digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:

Motivasi Kerja (X1)

Kinerja Karyawan (Y)


Kompensasi (X2)
46

Kepemimpinan (X3)

Keterangan:

= Pengaruh Parsial atau Simultan

= Variabel Independen atau Dependen

2.5 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2015:64), menyatakan bahwa hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Variabel motivasi kerja (X1), kompensasi (X2), dan kepemimpinan

(X3) berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap kinerja

karyawan (Y) PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


2. Variabel motivasi kerja (X1) berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan (Y) PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


3. Variabel kompensasi (X2) berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan (Y) PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


4. Variabel kepemimpinan (X3) berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan (Y) PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


5. Variabel kompensasi (X2) secara parsial berpengaruh dominan

terhadap kinerja karyawan (Y) PT. Multimayaka Cabang Balikpapan.


47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Variabel Penelitian

Variabel-variabel di dalam penelitian harus didefinisikan agar jelas

makna dan pengukurannya. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat-sifat atau nilai dari seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai
48

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015:38). Variabel penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi Kerja (X1)

Adapun indikator-indikator motivasi kerja menurut Uno (2009:73)

yaitu:

a. Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

b. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

c. Bekerja dengan ingin memperoleh insentif

d. Memiliki rasa senang dalam bekerja

2. Kompensasi (X2)

Adapun indikator-indikator kompensasi menurut Nawawi,

(2008:316) yaitu:

a. Gaji
b. Bonus
c. Tunjangan
d. Fasilitas

3. Kepemimpinan (X3)

Adapun indikator-indikator kepemimpinan menurut Suwatno

(2016:158) yaitu:

a. Kepemimpinan Direktif
b. Kepemimpinan yang Mendukung
c. Kepemimpinan Partisipatif
d. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi

4. Kinerja Karyawan (Y)

Adapun indikator-indikator kinerja karyawan menurut

Prawirosentono (2008:27) yaitu


49

a. Efektivitas
b. Tanggung jawab
c. Disiplin taat pada hukum dan aturan yang belaku
d. Inisiatif

Adapun untuk menganalisis hasil data agar dapat mengukur dan

memberi nilai yang tepat untuk objek yang diamati yaitu tingkatan

pengukuran dengan menentukan skor yang menggunakan skala likert.

Sugiyono (2015:93), “Skala Likert adalah skala untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Menggunakan skala Likert variabel yang akan diukur

kemudian dijabarkan menjadi indikator variabel”.


Berdasarkan skala pengukuran, penulis menggunakan empat

pernyataan dimasing-masing variabel motivasi kerja (X1), kompensasi

(X2), kepemimpinan (X3) dan kinerja karyawan (Y). Sedangkan setiap

pernyataan ada lima pilihan jawaban dan setiap pernyataan akan diberikan

skor satu sampai dengan lima.

Tabel 3.1
Skala Likert
Skor
Kriteria Jawaban
Jawaban
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-Ragu (RR) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono (2015:94)

3.2 Batasan Obyek Penelitian

Batasan obyek penelitian dalam penulisan ini dilakukan di PT.

Multimayaka Cabang Balikpapan. Jangkauan penelitian ini


50

mengumpulkan data-data baik melalui kuesioner, pengamatan langsung

maupun riset kepustakaan yang erat kaitannya dengan judul skripsi ini

yaitu Pengaruh Motivasi Kerja, Kompensasi, dan Kepemimpinan Terhadap

Kinerja Karyawan PT. Multimayaka Cabang Balikpapan

3.3 Metode Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data


Noor (2014:13), “Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya

berbentuk bilangan yang dihasilkan dari pengukuran atau perhitungan.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang dapat

dinyatakan dalam bentuk angka-angka”.

Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari sumber

primer dan sumber sekunder.

a. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber primer secara

khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian

(Sugiyono, 2015:137). Sumber primer diperoleh dari kuesioner dan

observasi (pengamatan langsung).


b. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015:137).

Biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Penelitian ini

menggunakan sumber sekunder yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan

buku-buku referensi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua cara untuk mengumpulkan data yang akan diperlukan

untuk melakukan analisis dalam penelitian ini yaitu:


1. Pengumpulan data primer
51

a. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden (Sugiyono, 2015:142).


b. Pengamatan (observasi)
Dilakukan peneliti pada saat penelitian di lapangan guna

mengetahui masalah-masalah yang ada di lingkungan PT.

Multimayaka Cabang Balikpapan.


2. Pengumpulan data sekunder
a. Melalui pustaka teori yakni dari buku-buku dan internet

yang ada kaitannya dengan variabel penelitian dan masalah yang

diteliti.
b. Melalui pustaka hasil penemuan yaitu dari skripsi, artikel

jurnal, serta dokumentasi PT. Multimayaka Cabang Balikpapan

seperti struktur organisasi, data-data kepegawaian dll.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2015:80). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT.

Multimayaka Cabang Balikpapan yang berjumlah 53 orang.


52

2. Sampel

Sugiyono (2015:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan

sampel menggunakan sampling jenuh atau sensus. Sugiyono (2015:85),

sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini sebanyak

53 orang responden.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif. Sugiyono (2015:8), metode kuantitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan

analisis data bersifat kuantitaif atau statistik.

3.5.1 Uji Instrumen


1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2016:52). Untuk mengukur validitas dapat

dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan

total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom

(df)= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Sedangkan untuk

mengukur skor masing-masing item pertanyaan valid atau tidak maka

ditetapkan kriteria statistik sebagai berikut:


53

a. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif maka variabel tersebut

valid.
b. Jika r hitung < r tabel dan bernilai negatif maka variabel tersebut

tidak valid.
2. Uji Reliabilitas

Ghozali (2016:47), uji reliabilitas adalah “Alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu”.

Adapun cara yang digunakan untuk menguji realibilitas kuesioner

penelitian ini adalah mengukur realibilitas dengan uji statistik Cronbach

Alpha (α) dengan menggunakan bantuan program IBM Statistical Package

for Social Sciences (SPSS) 22. Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik


Kurniawan (2014:156), uji asumsi klasik adalah persyaratan

statistik yang harus dipenuhi dengan tujuan menguji layak tidaknya

analisis regresi yang digunakan di penelitian. Uji asumsi klasik meliputi:


1. Uji Multikolonieritas

Ghozali (2016:103), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independent).

Cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam

model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independent

manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Dalam


54

pengertian sederhana setiap variabel independent menjadi variabel

dependen dan diregres terhadap variabel independent lainnya. Nilai cut off

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

nilai tolerance ≤ 0,1 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

2. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2016:136), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan uji Spearman’s

Rho dimana variabel independent dengan unstandardized Residual

memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heterokedastisitas dalam model regresi.

3. Uji autokorelasi

Ghozali (2016:107) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini

sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena gangguan
55

pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada

individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Pada data silang waktu atau crosssection masalah autokorelasi

relative jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda

berasal dari individu kelompok yang berbeda. Ada beberapa cara yang

dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi salah satunya

dengan uji Durbin-Watson (DW test).

Nilai Durbin-Watson (DW) harus dihitung terlebih dahulu setelah

itu dibandingkan dengan nilai batas atas (dU) dan nilai batas bawah (dL)

dengan kriteria sebagai berikut:

1. DW < dL berarti ada autokorelasi positif.


2. dL < DW < dU, tidak dapat disimpulkan.
3. dU < DW < 4-dU berarti tidak terjadi autokorelasi.
4. 4-dU < DW < 4-dL, tidak dapat disimpulkan.
5. DW > 4-dL berarti ada autokorelasi negatif.
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Sugiyono (2015:277), analisis regresi liner berganda digunakan

peneliti untuk meramalkan perubahan nilai variabel dependen bila dua atau

lebih nilai variabel independent dinaikkan atau diturunkan nilainya.

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei

Keterangan:

Y = Kinerja Karyawan
X1 = Variabel Motivasi Kerja
X2 = Variabel Kompensasi
X3 = Variabel Kepemimpinan
bo = Koefisien Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
ei = Variabel Pengganggu
56

3.5.4 Uji Hipotesis


Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini


1. Uji signifikansi keseluruhan dari regresi sample (uji statistik F)

Uji F untuk menguji apakah variabel bebas yaitu motivasi kerja,

kompensasi, dan kepemimpinan berpengaruh secara bersama-sama atau

tidak terhadap variabel terikatnya yaitu kinerja karyawan.

Ghozali (2016:96), untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik

F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitung.

Apabila F tabel > F hitung maka Hα ditolak.

Apabila F tabel < F hitung maka Hα diterima.

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi

Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka Hα ditolak.

Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka Hα diterima.

2. Uji signifikan parameter individual (uji statistik t)

Ghozali (2016:97) uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independent secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen.

Ghozali (2016:97) kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Dengan membandingkan nilai tabel dengan t hitung

Apabila t tabel > t hitung maka Hα ditolak.

Apabila t tabel < t hitung maka Hα diterima.

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi


57

Apabila probabilitas signifikansi > 0,05 maka Hα ditolak.

Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka Hα diterima.

Anda mungkin juga menyukai