Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012 C1

PERANCANGAN PROTOTIPE
SISTEM PENERANGAN OTOMATIS RUANGAN BERJENDELA
BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA
Keyza Novianti 1) Chairisni Lubis 2) Tony 3)
1) 2) 3)
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Tarumanagara
email : wynn_ryest_g5@yahoo.com 1), chairisni.fti.untar@gmail.com 2), tony.b@fti.untar.ac.id 3)

ABSTRACT umumnya hanya menggunakan prinsip on/off, yaitu


Automatic ligthing system for windowless room based menyalakan lampu pada saat ruangan gelap dan mematikan
on light intensity is a system that able to improve the lampu pada saat ruangan terang. Sistem tersebut terkadang
lighting quality with high efficiency in electrical consump. kurang efektif karena tanpa menghiraukan kontribusi
This system can adjust the brightness of the light in the pencahayaan dari luar seperti pencahayaan matahari. Oleh
room based on outdoor lighting condition. Both of the karena itu diperlukan pengaturan penerangan, baik untuk
lighting conditions indoor and outdoor are detected by a faktor kenyamanan maupun efisiensi pemakaian energi
sensor. For maximizing outdoor lighting, there is a servo listrik. Sistem penerangan otomatis yang akan dirancang
motor that will move the curtain blinds position. The adalah sistem penerangan otomatis pada ruangan
process of determining the movement of the curtain is berjendela berdasarkan intensitas cahaya. Konsep
obtained by using the input from the detection of both light pengontrolan kuat arus untuk lampu menggunakan metode
sensors. Input is processed using the method of fuzzy logic, logika fuzzy.
resulting in the desired output. There are 12 kinds of Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
output of 25 conditions light sensor detection results. masalah yang muncul adalah komponen apa saja yang
While outdoor lighting condition is bright then the curtain diperlukan dalam pembuatan sistem penerangan.dan
blinds will open so the room lighting using the ourdoor bagaimana cara kerja sistem yang diperlukan agar tujuan
lighting, while outdoor lighting condition is dark then the sistem tercapai.
curtain blinds will closed and the room lighting using the Kegunaan dari perancangan sistem tersebut adalah
bulb in room. The test results of the system there are untuk memaksimalkan sistem penerangan dalam ruangan
several mismatches with the desired results. Light sensor berjendela sehingga mencapai tingkat kualitas penerangan
and curtains have been able to work together to make the yang tinggi tanpa mengorbankan efisiensi penggunaan
decision making process for lighting, but the lighting energi.
intensity targets to be achieved can not be achieved Batasan rancangan pada pembuatan perancangan
perfectly. sistem penerangan otomatis ruangan berjendela
berdasarkan intensitas cahaya antara lain :
Key words 1. Pengendalian dilakukan terbatas pada maket ruangan
Sistem Penerangan Otomatis, Penghematan Energi, Logika yang memiliki 1 buah lampu pijar dan dilengkapi
Fuzzy, Mikrokontroler, Motor Servo, Dimmer Lampu, Sensor dengan blinds.
PIR. 2. Tingkat penerangan yang akan dicapai adalah 300 lux
(tidak dapat diubah-ubah).
3. Pergerakan tirai blinds hanya dapat bergerak dalam 5
1. Pendahuluan state, yaitu 60% terbuka, 70% terbuka, 80% terbuka,
90% terbuka, dan 100% terbuka.
Permasalahan penghematan energi merupakan hal yang
sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini. Salah satu
contoh penyebab adalah pemborosan penggunaan energi
pada sistem penerangan. Sistem penerangan ruangan pada

1
C1 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012

2. Landasan Teori umum terdapat 2 jenis motor servo, yaitu motor servo
standar dan motor servo kontinu. Motor servo standar
Sistem penerangan otomatis berdasarkan intensitas adalah jenis motor servo yang hanya mampu bergerak
cahaya terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak sebesar 180° (90° CW dan 90° CCW).
yang digabungkan menjadi satu kesatuan dalam maket
yang telah dibuat. Mikrokontroler akan mengaktifkan 2.5. Modul LCD
keseluruhan sistem saat mendeteksi adanya manusia yang
masuk ke dalam ruangan. Mikrokontroler menerima dan LCD Alfanumerik (Liquid Crystal Display) adalah
mengolah input dari sensor cahaya yang diletakkan telah perangkat output untuk menampilkan informasi teks [4].
dipasang di dalam maket. Kemudian mikrokontroler akan LCD Alfanumerik memikili ukuran yang beragam, seperti
memberikan respon berupa output untuk menggerakkan 8x1, 16x2, 20x4, 32x4, 40x4. Kode tersebut menyatakan
tirai blinds dan mengatur arus lampu untuk penerangan jumlah karakter yang dapat dimunculkan oleh LCD
ruangan, serta menampilkan nilai intensitas penerangan Alfanumerik. Sebagai contoh, 16x2 menyatakan 16
pada modul LCD 16x2. karakter dan 2 baris, sehingga dapat menampilkan 32 buah
Pada perancangan sistem ini menggunakan komponen- karakter.
komponen yaitu:
2.6. Mikrokontroler
2.1. Modul Sensor PIR
Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram
Sensor Passive Infrared Receiver (PIR) adalah sensor berulang kali, baik ditulis atau dihapus [5]. Mikrokontroler
infrared yang memiliki fungsi untuk melakukan deteksi ATMega16 merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit
keberadaan manusia. Sensor tersebut disebut passive buatan Atmel yang berbasis arsitektur RISC (Reduced
infrared karena merupakan sensor yang tidak Instruction Set Computer) [6]. Mikrokontroler dapat
memancarkan energi untuk menerima pancaran sinyal dikategorikan juga sebagai mikroprosesor yang lebih
infrared yang berasal dari tubuh manusia. Sersor PIR efisien dan lebih murah biayanya.
memiliki sudut deteksi hingga 60°.
2.7. Logika Fuzzy
2.2. Modul Sensor LDR
Logika fuzzy yang digunakan dalam sistem ini
Sensor cahaya LDR (Light Dependent Resistant) menggunakan perancangan logika fuzzy yang dibuat oleh
merupakan suatu jenis resistor yang peka terhadap cahaya. Netika Purwaningrum. Metode logika fuzzy yang
Nilai resistansi LDR akan berubah-ubah sesuai dengan digunakan adalah metode Mamdani yang terdiri dari 4
intensitas cahaya yang diterima. Jika LDR tidak terkena tahapan yaitu [6] :
cahaya nilai maka nilai tahanan akan menjadi besar (sekitar
10MΩ) dan jika terkena cahaya nilai tahanan akan menjadi a. Fuzzifikasi
kecil (sekitar 1kΩ). Fuzzifikasi adalah proses mengubah suatu satuan
masukan dari bentuk tegas (crisp) menjadi fuzzy
2.3. Modul Dimmer Lampu Pijar (variabel linguistik). Proses ini secara umum dijalankan
dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzy dengan suatu
Dimmer adalah alat kontrol yang dapat memberikan fungsi keanggotaan yang berbeda. Fungsi keanggotaan
tingkat cahaya lampu dan daya lampu yang bervariasi [1]. yang digunakan dalam perancangan logika fuzzy
Komponen utama pada modul dimmer lampu pijar terdiri menggunakan fungsi keanggotaan segitiga dan fungsi
dari resistor, kapasitor, diac dan triac [2]. Prinsip kerja keanggotaan trapesium.
dimmer yaitu dengan melakukan pemotongan terhadap
tegangan AC yang berbentuk gelombang sinus. a.1. Fungsi Keanggotaan Segitiga
Fungsi keanggotaan segitiga berasal dari
2.4. Motor Servo representasi kurva segitiga. Kurva segitiga merupakan
gabungan antara dua garis (linear) dan bentuk kurva
Motor Servo adalah sebuah motor DC kecil yang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Fungsi
diberi sistem gear dan potensiometer sehingga dia dapat keanggotaan segitiga diperoleh dari persamaan :
menempatkan “horn” servo pada posisi yang dikehendaki
[3]. Setiap motor servor memiliki 3 buah kabel yaitu kabel
power (VCC), ground (GND) dan kontrol (PWM). Secara

2
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012 C1

c. Komposisi aturan menggunakan operator OR (union)


Fungsi keanggotaan dari gabungan 2 buah
himpunan fuzzy A dan B ( AUB) , dapat dinyatakan
sebagai : ;
untuk semua u U

d. Defuzzikasi menggunakan metode Centroid


Metode centroid juga dikenal sebagai metode
COA (Center of Area) atau metode COG (Center of
Gravity). Pada metode ini diperoleh output berupa nilai
tegas berdasarkan titik berat dari kurva hasil proses
Gambar 1 Representasi Fungsi Segitiga pengambilan keputusan (inference).
Sumber : Netika Purwaningrum, Aplikasi Fuzzy Logic untuk
Pengendalian Penerangan Ruangan Berbasis Mikrokontroler
ATMega8535, (Semarang: Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Semarang, 2007), h. 24 3. Rancangan dan Realisasi
a.2. Fungsi Keanggotaan Trapesium
Fungsi keanggotaan trapesium berasal dari 3.1. Rancangan
representasi kurva trapesium. Kurva trapesium
a. Perangkat Keras
merupakan bentuk segitiga yang pada beberapa titiknya
Modul mikrokontroler berfungsi untuk menerima
memiliki nilai keanggotaan 1. Bentuk kurva tersebut
input lalu mengolah input tersebut sehingga dapat
dapat dilihat pada Gambar 2. Fungsi keanggotaan
memberikan output kembali pada perangkat keras
trapesium diperoleh dari persamaan :
berdasarkan program yang telah dibuat di dalam
mikrokontroler. Input yang diterima oleh
mikrokontroler berasal dari sensor infrared dan sensor
cahaya LDR yang ada pada maket. Sedangkan output
yang akan dihasilkan oleh mikrokontroler berupa
pergerakan motor dan dimmer lampu pijar. Input dan
output tersebut dihubungkan pada modul
mikrokontroler seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 2 Representasi Fungsi Trapesium


Sumber : Netika Purwaningrum, Aplikasi Fuzzy Logic untuk
Pengendalian Penerangan Ruangan Berbasis Mikrokontroler
ATMega8535, (Semarang: Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Semarang, 2007), h. 24

b. Aplikasi fungsi implikasi (basis aturan)


Aplikasi fungsi implikasi (basis aturan) berisi
aturan-aturan fuzzy yang digunakan untuk
pengendalian sistem. Aturan-aturan ini dibuat
berdasarkan logika manusia, serta berkaitan erat
dengan jalan pikiran dan pengalaman pribadi. Sehingga
aturan ini bersifat subjektif, tergantung dari
pembuatnya. Aturan yang telah ditetapkan digunakan
untuk menghubungkan antara input dan output
sehingga berbentuk ‘JIKA – MAKA’ (IF…THEN) Gambar 3 Susunan Pemasangan Input dan Output Pada Modul
Mikrokontroler

3
C1 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012

Sensor PIR yang digunakan diletakkan pada intensitas cahaya dalam ruangan dan input dari sensor
bagian langit-langit maket ruangan untuk mendeteksi cahaya yang terletak di bagian belakang tirai blinds
keberadaan manusia dalam ruangan. Sensor PIR untuk mendeteksi intensitas cahaya yang bersumber
berfungsi mendeteksi keberadaan manusia dalam dari luar ruangan. Masing-masing input sensor cahaya
ruangan, untuk mengaktifkan dan mengnonaktifkan tersebut merupakan nilai crisp yang berasal dari hasil
sistem. Modul ini akan menampilkan kondisi input dan konversi input sensor cahaya ke ADC ATMega16
output yang dijalankan sistem. Modul ini akan dengan jumlah 8 bit (0-255). Nilai tersebut yang akan
dipasang pada bagian atas maket ruangan. Motor servo difuzzifikasi menjadi himpunan fuzzy dengan nilai
jenis standar digunakan untuk menggerakkan blinds Gelap, Agak Gelap, Remang-remang, Agak Terang dan
pada tirai blinds. Pergerakkan blinds tersebut diatur Terang dengan fungsi keanggotaan segitiga. Fungsi
menjadi 5 tahap untuk memaksimalkan penerangan keanggotaan dengan 5 variabel dari input sensor
dalam ruangan menggunakan cahaya dari luar ruangan. cahaya dapat dilihat pada Gambar 5.
Modul dimmer yang digunakan untuk mengontrol arus
yang mengalir ke lampu pijar. Modul tersebut dapat
mengatur kecerahan lampu sesuai dengan aturan yang
telah dibuat. Sensor cahaya yang digunakan dalam
sistem berjumlah 2 buah dan diletakkan pada 2 posisi
yaitu 1 buah sensor cahaya diletakkan pada bagian
dalam tirai blinds untuk dan 1 buah sensor cahaya
diletakkan pada meja kecil yang ada dalam ruangan.
Sensor cahaya yang diletakkan pada bagian dalam tirai
Gambar 5 Fungsi Keanggotaan Input Sensor Cahaya
blinds berfungsi untuk mendeteksi intensitas cahaya
dari luar ruangan yang masuk ke dalam ruangan.
Output yang diinginkan merupakan pengendalian
Sensor cahaya yang diletakkan pada meja kecil
terhadap tirai blinds dan kuat arus lampu. Output untuk
memiliki 2 fungsi yaitu untuk mendeteksi intensitas
arus lampu menggunakan fungsi keanggotaan
penerangan yang ada dalam ruangan dan memberikan
trapesium. Output untuk arus lampu memiliki skala
input umpan balik ke sistem agar mencapai tingkat
nilai 0-300 yang merepresentasikan nilai lux yang ingin
intensitas penerangan yang ingin dicapai. Keseluruhan
dicapai. Output tersebut terbagi menjadi 5 variabel
komponen perangkat keras akan dipasang pada maket
himpunan fuzzy yaitu Padam, Sangat Redup, Redup,
ruang tunggal yang terbuat dari kayu triplek dengan
Agak Terang, dan Terang. Fungsi keanggotaan output
ukuran 400 mm x 400 mm x 400 mm. Pada sisi depan
akan dipasang tirai blinds dengan ukuran yang sama. arus lampu dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan
Pada bagian langit-langit maket akan dipasang lampu output untuk posisi tirai blinds menggunakan fungsi
pijar sebagai penerang dalam ruangan. Bentuk dari keanggotaan segitiga. Output untuk blinds memiliki
skala nilai 0-90 yang merepresentasikan sudut blinds
maket tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
yang ingin dicapai. Fungsi keanggotaan untuk output
tirai blinds dapat dilihat pada Gambar 7. Basis aturan
yang dibuat untuk sistem tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.

Gambar 4 Maket Ruang Tunggal dan Tirai Blinds


Gambar 6 Fungsi Keanggotaan Output Lampu
b. Perangkat Lunak
Rancangan logika fuzzy yang dibuat memiliki 2
buah input yaitu input dari sensor cahaya yang terletak
pada meja kecil di dalam ruangan untuk mendeteksi

4
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012 C1

memberikan output berupa pengaturan kuat arus,


pengaturan perputaran motor servo dan informasi
intensitas penerangan yang ditampilkan pada LCD.
Rincian penggunaan kaki-kaki pin pada mikrokontroler
dapat dilihat pada Tabel 2. Modul sistem minimum
mikrokontroler sudah digunakan dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 7 Fungsi Keanggotaan Output Tirai Blinds
Tabel 2 Tabel Rincian Koneksi Kaki Pin Mikrokontroler

Tabel 1 Basis Aturan Logika Fuzzy yang Dirancang Nama Kaki Pin Perangkat Keras
PA0 Sensor Cahaya 1
Luar Agak Remang- Agak PA1 Sensor Cahaya 2
Gelap Terang
Dalam Gelap remang Terang PB0 Sensor Pir
Agak PC0-PC5 Modul LCD 16x2
Lampu Terang Terang Redup Redup
Terang PB7 Motor Servo
Gelap
Buka Buka Buka Buka PD1 Dimmer Lampu
Tirai Tutup
100% 100% 100% 100%
Lampu Terang Terang Redup Padam Padam
Agak
Buka Buka Buka Buka
Gelap Tirai Tutup
100% 100% 100% 90%
Lampu Terang Terang Redup Padam Padam
Ramang-
Buka Buka Buka Buka
remang Tirai Tutup
100% 100% 90% 80%
Agak
Lampu Terang Redup Padam Padam
Agak Terang
Terang Buka Buka Buka Buka Gambar 8 Modul Sistem Minimum ATMega16
Tirai Tutup
100% 90% 80% 70%
Agak Sangat b. Realisasi Sensor PIR
Lampu Terang Padam Padam
Terang Redup Sensor PIR digunakan untuk mendeteksi
Terang
Buka Buka Buka Buka keberadaan manusia yang digunakan sebagai pengaktif
Tirai Tutup
100% 80% 70% 60% sistem. Modul sensor PIR tersebut diletakkan pada
bagian kiri ruangan dan menghadap ke bawah, agar
dapat berfungsi secara optimal. Sensor PIR akan selalu
3.2. Realisasi aktif saat sistem minimum diaktifkan. Gambar realisasi
modul sensor PIR dapat dilihat pada Gambar 9.
a. Mikrokontroler
Modul mikrokontroler yang digunakan terdiri dari
e-board AVR8353 produksi Creative Vision yang
merupakan sistem minimum untuk mikrokontroler
AVR dengan jumlah pin 40 dan mikrokontroler
ATMega16 yang diproduksi oleh Atmel. Modul
tersebut dimodifikasi pada bagian input power. Slot
power yang awalnya menggunakan screw terminal
diganti menjadi power jack tipe male. Modifikasi ini Gambar 9 Realisasi Sensor PIR
dilakukan untuk mempermudah pemasangan catu daya
yang berasal dari adaptor 9V. Modul sistem minimum c. Realisasi Modul LCD Alfanumerik 16x2
tersebut berfungsi untuk mengontrol keseluruhan Modul LCD alfanumerik 16x2 yang digunakan
sistem penerangan yang akan dibuat dengan adalah modul LCD keluaran Depok Instrumen yang
menggunakan bahasa pemrograman Assembler. dapat menampilkan 16 karakter sebanyak 2 baris.
Mikrokontroler tersebut menerima input dari sensor Modul LCD tersebut berfungsi untuk menampilkan
PIR dan sensor cahaya. Kemudian mikrokontroler

5
C1 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012

nilai intensitas penerangan dalam ruangan dengan f. Realisasi Sensor Cahaya (LDR)
satuan lux. Modul LCD tersebut diletakkan pada bagian Sensor cahaya yang digunakan sebanyak 2 buah.
atas maket. Gambar realisasi modul LCD alfanumerik Masing-masing sensor cahaya tersebut memiliki fungsi
16x2 dapat dilihat pada Gambar 10. yang berbeda. Sensor cahaya 1 diletakkan berdekatan
dengan tirai untuk menerima intensitas cahaya yang
datang dari luar (cahaya matahari). Sedangkan sensor
cahaya 2 diletakkan pada bagian tengan ruangan untuk
mendeteksi intensitas penerangan ruangan dan
memberikan input umpan balik kepada sistem.
Keduanya merupakan input untuk pemrosesan logika
fuzzy agar dapat menentukan output yang akan
Gambar 10 Realisasi Modul LCD Alfanumerik 16x2
dihasilkan. Realisasi sensor cahaya dilihat pada
Gambar 13.
d. Realisasi Motor Servo
Motor servo yang digunakan merupakan motor
servo jenis standar (180°) keluaran GWS. Motor servo
berfungsi untuk menggerakan tirai sehingga dapat
terbuka dan tertutup sesuai sudut yang telah ditentukan.
Motor servo disambung dengan besi pengontrol tirai
yang terdapat pada bagian atas tirai. Realisasi motor
servo dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 13 Realisasi Sensor Cahaya

g. Realisasi Maket Ruang Tunggal dan Tirai Blinds


Maket ruangan yang digunakan merupakan maket
dalam bentuk kubus sebagai simulasi ruangan. Maket
tersbut terbuat dari papan triplek dan digabungkan
menggunakan siku besi. Maket tersebut dilengkapi
dengan tirai blinds yang dipasang pada bagian depan
Gambar 11 Realisasi Motor Servo
maket. Realisasi maket ruang dan tirai blinds dapat
dilihat pada Gambar 14.
e. Realisasi Modul Dimmer Lampu Pijar
Modul dimmer lampu pijar yang digunakan
berfungsi untuk mengatur kuat arus yang dialirkan ke
lampu. Modul dimmer tersebut dibuat hingga dapat
mengatur kuat arus hingga 256 tahap. Mulai dari
padam (tidak nyala) hingga nyala terang. Modul
dimmer diletakkan pada bagian langit-langit maket.
Realisasi modul dimmer lampu pijar dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 14 Realisasi Maket Ruang Tunggal dan Tirai Blinds

h. Realisasi Perangkat Lunak


Perangkat lunak sistem penerangan otomatis
berdasarkan intensitas cahaya dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman Assembler.
Perangkat lunak yang tersebut dimasukkan ke dalam
Gambar 12 Realisasi Modul Dimmer Lampu Pijar mikrokontroler untuk dijalankan. Mikrokontroler akan
menunggu input dari sensor PIR untuk mengaktifkan
seluruh sistem. Setelah sistem aktif, maka
mikrokontroler akan menerima input dari sensor

6
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012 C1

cahaya 1 dan sensor cahaya 2. Input tersebut kemudian Tabel 5 Hasil Pengujian Ketiga Tahap 1
diproses dan akan menghasilkan output untuk
menggerakan motor, mengatur arus lampu dan
menampilkan nilai intensitas penerangan.

4. Hasil Percobaan
Pengujian keseluruhan sistem dilakukan sebanyak 6
kali. Pengujian tahap 1 dilakukan di ruangan kamar kos,
sedangkan pengujian tahap 2 dikalukan di ruangan Robot
Cerdas Universitas Tarumanagara. Masing-maisng tahap
dilakukan pengujian sebanyak 3 kali. Pengujian pertama
dilakukan dengan memberikan cahaya terang pada sensor
cahaya luar, pengujian kedua dilakukan dengan menutup
sensor cahaya luar, dan pengujian ketiga dilakukan dengan
memberikan cahaya remang-remang pada sensor cahaya
luar. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3-8.
Tabel 6 Hasil Pengujian Pertama Tahap 2
Tabel 3 Hasil Pengujian Pertama Tahap 1

Tabel 4 Hasil Pengujian Kedua Tahap 1 Tabel 7 Hasil Pengujian Kedua Tahap 2

7
C1 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012

Tabel 8 Hasil Pengujian Ketiga Tahap 2 waktu tunda yang lebih lama untuk menghasilkan kondisi
output. Waktu selah antara pergantian kondisi output
sekitar 7 detik. Sistem berhenti bekerja setelah 5 detik
proses pendeteksian sensor PIR telah stabil. Maka tirai
tertutup dan lampu mati dan layar LCD akan menampilkan
kondisi “System Off”.

Tabel 9 Kondisi Output Sistem

Analisa Hasil Pengujian

Setelah pengujian dilakukan maka diketahui bahwa


sistem penerangan otomatis ruangan berjendela dapat
bekerja dengan baik. Sistem dapat menggerakkan tirai dan
mengatur arus yang dialirkan ke lampu berdasarkan
kondisi cahaya dari luar dan dalam ruangan. Konsep logika
fuzzy yang digunakan dapat menghasilkan kondisi output
sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Fungsi
keanggotaan yang digunakan untuk input dari sensor
cahaya (LDR) adalah fungsi keanggotaan segitiga dengan
5 variabel, untuk output pada tirai adalah fungsi
keanggotaan segitiga dengan 6 variabel sedangkan untuk
output pada lampu adalah fungsi keanggotaan trapesium 5. Kesimpulan
dengan 5 variabel.
Dari beberapa kali pengujian yang dilakukan di kamar Kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan
kos dan di Laboratorium Robot Cerdas Untar, kondisi pengujian di ruangan kamar kos dan ruangan Robot Cerdas
output yang sering muncul saat kondisi pencahayaan yang FTI Universitas Tarumanagara adalah sebagai berikut :
digunakan terang adalah kondisi 4 dan kondisi 10. Untuk 1. Kondisi output yang sering muncul pada kondisi terang
kondisi ruangan yang agak terang dan remang-remang, adalah kondisi 7, 8, dan 9. Kondisi output yang sering
kondisi output yang sering muncul adalah kondisi 4 dan muncul pada kondisi agak terang adalah kondisi 4 dan
kondisi 6. Untuk kondisi ruangan yang gelap, kondisi 6. Kondisi output yang sering muncul pada kondisi
output yang sering muncul adalah kondisi 1 dan kondisi 2. gelap adalah kondisi 1 dan 2.
Kondisi output dapat dilihat pada Tabel 9. 2. Sistem berhasil memberikan kondisi output yang stabil
Kekurangan dari sistem ini adalah kondisi output yang pada saat kondisi pencahayaan luar stabil ( terang atau
tidak stabil pada saat kondisi penerangan remang-remang. gelap ). Sedangkan pada kondisi remang-remang,
Hal ini disebabkan karena sistem penerangan tersebut sistem cenderung menjadi tidak stabil ( kondisi output
bersifat auto looping sehingga sensor selalu mendeteksi, yang selalu berubah / tidak berhenti pada satu kondisi
mengolah hasil deteksi dan menghasilkan kondisi output output ).
yang baru. Maka ketika sensor mendeteksi adanya 3. Waktu untuk meng-nonaktfikan sistem secara otomatis
perbedaan cahaya yang diterima maka akan terjadi yaitu 5 detik setelah sensor PIR tidak mendekteksi
perubahan pada output sistem. Kondisi output akan keberadaan manusia. Namun dikarenakan perlu ada
menjadi stabil saat pencahayaan yang diterimanya sudah waktu untuk menunggu kondisi sensor PIR menjadi
stabil (terang atau gelap). Selain itu, sistem memerlukan

8
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2012 C1

stabil, maka sistem akan nonaktif pada kisaran waktu 7-


10 detik.

REFERENSI
[1] Karlen, Mark dan Benya, James (2008), Dasar-
dasar Desain Penerangan, terjemahan oleh Diana
Rumagit, Jakarta: Penerbit Erlangga
[2] TrenSains.com (2008), Lamp Dimmer Sircuit,
http://trensains.com/dimmer.htm
[3] Malik, Moh. Ibnu dan Juwana, Moh. Unggul (2009),
Aneka Proyek Mikrokontroler PIC16F84/A,
Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
[4] F.Barrett, Steven dan J.Pack, Daniel. (2007), Atmel
AVR Microcontroller Primer: Programming and
Interfacing, San Rafael: Morgan & Claypool
Publishers
[5] Bejo, Agus (2008), C & AVR Rahasia Kemudahan
Bahasa C dalam Mikrokontroller ATMega 8535,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
[6] Atmel (2010), ATmega16/ATmega16(L)Datasheet,
www.atmel.com/Images/ doc2466.pdf
[7] Purwaningrum, Netika (2007), Aplikasi Fuzzy Logic
untuk Pengendalian Penerangan Ruangan Berbasis
Mikrokontroler ATMega8535, Semarang: Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

Keyza Novianti, memperoleh gelar S.Kom. dari


Universitas Tarumanagara tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai