Dokumen BAHARI-P-OK-01
Tanggal Berlaku 01-AGUSTUS-2016
OPERASI KAPAL
Revisi 02
Authorisasi DPA
PROSEDUR BUNKER Halaman 1 dari 6
I. TUJUAN
Menetapkan pedoman keselamatan bagi awak kapal dalam melakukan proses bunkering atau supply
bahan bakar kepada kapal, baik melalui metode ship to ship (STS) maupun supply dari darat. Prosedur
untuk melakukan penerimaan supply bahan bakar untuk semua armada akan mengacu kepada manual
ini, namun sewaktu-waktu dapat direvisi sesuai dengan kondisi tiap-tiap kapal.
II.2.1 MOORINGS:
- Bila ada air terkumpul di geladak, harus dibuang dan tutup scupper dipasang lagi setelah air
dibuang.
- Dip trays dipasang di bawah flange dan hose coupling selama operasi. Sebelumnya harap Dip
Trays dikeringkan dan dikosongkan seperlunya.
- Bila fasilitas pengeringan kurang memadai baik dari selang maupun pipa, pastikan coupling
di-blank dengan baik segera setelah tidak disambungkan.
- Pasir dan oil absorbent (penyerap minyak) harus standbye setiap saat untuk mengatasi
kemungkinan adanya rembesan. Rembesan yang ada harus langsung dibersihkan dan
dibuang di tempat sampah yang dikhususkan. Tidak boleh ada rembesan yang dibuang ke
laut.
II.2.4 KOMUNIKASI:
- Peralatan komunikasi harus selalu dalam keadaan stand bye sepanjang operasi bunker.
- Sinyal-sinyal yang digunakan harus disepakati dan dimengerti oleh semua pihak sebelum
operasi bunker dimulai.
PT. BAHTERA REJEKI ABADI No. Dokumen BAHARI-P-OK-01
Tanggal Berlaku 01-AGUSTUS-2016
OPERASI KAPAL
Revisi 02
Authorisasi DPA
PROSEDUR BUNKER Halaman 3 dari 6
- Sinyal internasional maupun local dalam bentuk bendera “B” atau lampu merah harus
dikibarkan/aktif selama operasi bunker berlangsung
KKM/Masinis yang bertanggungjawab dalam operasi bunker harus memastikan hal-hal sebagai berikut:
1) Staf kapal yang ditugaskan dalam operasi bunker familiar dengan sistem bahan bakar kapal: posisi
overflow line (posisi pipa limpah), pipa-pipa udara (vent pipe), tangka limpah (overflow tank), pipa
sounding (sounding pipe), dan indicator ketinggian (level indicator).
2) Semua staf kapal yang ditugaskan sudah dalam posisi stand bye di posisi masing-masing.
PT. BAHTERA REJEKI ABADI No. Dokumen BAHARI-P-OK-01
Tanggal Berlaku 01-AGUSTUS-2016
OPERASI KAPAL
Revisi 02
Authorisasi DPA
PROSEDUR BUNKER Halaman 4 dari 6
3) Menginformasikan pihak bunker supplier (baik dari darat maupun dari kapal lain) transfer rate
yang aman untuk kapal dan maksimum backpressure yang aman untuk line line di kapal.
4) Memperhatikan jumlah dan lokasi tangki yang akan diiisi secara simultan dengan hubungannya
dengan stabilitas (trim) kapal.
5) Memastikan bahwa pipa-pipa udara berfungsi mengalirkan gas dan udara dengan baik.
6) Memastikan fan / ventilasi udara bunker tank bersih dan tidak terganggu benda asing.
7) Memastikan perhitungan jumlah bunker yang ada di atas kapal (ROB) dengan tepat, dan
memastikan keamanan dan keakuratan kuantitas pengukuran dari bunker yang baru.
8) Menetapkan satuan bunker yang akan disupply (LT/MT/MT/KL)
9) Berdiskusi dengan bunker supplier mengenai perintah dari mana yang harus didengar dalam
penghentian proses supply (Apakah “Ship Stop” atau “Shore Stop” untuk operasi Kapal – Darat).
10) Memastikan bahwa blind flange sudah dipasang pada ujung lain dari pipa penerima bunker.
11) Memastikan overflow tank adalah tangki yang terakhir diisi. Katup pengisian tangki ini harus
ditutup sampai tangki kemudian diperlukan pada akhir bunker.
1) Memastikan bahwa selang-selang terhubung dengan baik. Periksa keamanan selang apakah
terjepit di antara kapal dan dermaga tambat (pada shore to ship supply atau antara kapal
dengan kapal (ship to ship supply).
2) Kondisi selang harus cukup panjang supaya dapat mengikuti gerakan kapal dengan aman. Perlu
diingat bahwa selang-selang tidak boleh dibengkokkan dengan radius yang lebih kecil dari yang
disyaratkan untuk selang tersebut (max bending point).
3) Pada kondisi supply bunker dari dari darat dengan menggunakan loading arm, perhatikan apakah
gerakan loading arm cukup fleksibel dalam mengikuti gerakan kapal.
4) Lakukan pengecekan terus menerus terhadap kondisi permukaan laut di sekitar kapal.
5) Suplai dimulai dengan rate minimum supaya supply bisa segera dihentikan apabila ada kecelakaan.
6) Memastikan tekanan pada pipa suplai tidak melewati batas maksimum.
7) Tangki-tangki harus diukur dalam jangka interval waktu tertentu.
8) Rata-rata penerimaan harus dicatat setiap 10 (sepuluh) menit
9) Katup pengisian tangki berikutnya harus dibuka sebelum katup tangka sebelumnya ditutup.
10) Urutan buka tutup katup bunker harus dicatat dalam Log Book Mesin untuk bunker.
PT. BAHTERA REJEKI ABADI No. Dokumen BAHARI-P-OK-01
Tanggal Berlaku 01-AGUSTUS-2016
OPERASI KAPAL
Revisi 02
Authorisasi DPA
PROSEDUR BUNKER Halaman 5 dari 6
11) Saat mencapai topping up (titik atas), rate pengisian harus diturunkan.
12) Koordinasi dengan perwira jaga untuk memastikan posisi trim dan heel kapal dalam keadaan aman
selama operasi bunker berlangsung.
13) Double bottom dan bottom yang didesign sebagai tangki harus diisi penuh dengan sistem gravitasi
bila memungkinkan.
14) Ambil sampel bunker dari bunker manifold dengan metode continues drip, minta perwakilan dari
pihak supplier untuk menyaksikan pengambilan sampel.
15) Setelah sampel minyak diambil, tempelkan stiker di botol sampel, dan botol harus diseal. Minta
tanda tangan bunker supplier dan KKM di sampel botol. Berikan juga satu botol sampel yang diseal
kepada bunker supplier dengan meminta pihak supplier untuk menanda tangani tanda terima.
Semua botol sampel yang didistribusikan dan disimpan harus dibuat nomor seri dan catatannya
disimpan di atas kapal.
1) Setelah operasi bunker selesai, lakukan sounding terhadap semua tangki bahan bakar. KKM
bertanggungjawab untuk memastikan bahwa bahan bakar yang diterima telah sesuai dengan yang
dipesan,
2) Lepaskan selang-selang dan keringkan.
3) Letakkan drip tray kosong di bawah hose coupling saat flange-flange dipisahkan
4) Pasang blind flange (flange buta/mati) di ujung pipa supply/pengisian.
5) Seluruh pipa bunker beserta katup harus ditutup rapat dan diseal/diikat rapat.
6) Jangan lupa pasang blind flange pada selang suplai sebelum diangkat dari kapal.
7) Perwira jaga (dek) betugas mematikan sinyal bunker.
8) Lakukan pemeriksaan permukaan air di sekitar kapal untuk memastikan tidak ada minyak yang
tumpah.
9) Lakukan final sounding (sounding terakhir). Ukur kuantitas bunker yang diterima setelah
memperhitungkan koreksi trim/heel dan temperature.
10) Apabila ada terjadi shortage, KKM harus melapor kepada perusahaan segera dan menunggu
instruksi dari perusahaan. Bila perusahaan menginstruksikan kapal untuk segera berlayar, KKM
harus membuat LOP (Letter Of Protest) dan Note of Discrepancy dan minta tanda tangan bunker
supplier. Di BDN (Bunker Delivery Note) yang diberikan supplier, KKM boleh menandatangani
PT. BAHTERA REJEKI ABADI No. Dokumen BAHARI-P-OK-01
Tanggal Berlaku 01-AGUSTUS-2016
OPERASI KAPAL
Revisi 02
Authorisasi DPA
PROSEDUR BUNKER Halaman 6 dari 6
dengan memberi remark “For Volume at Observed Temperature Only”. BDN harus disimpan di atas
kapal.
11) Update Oil Record Book
12) Update Engine Log Book