Anda di halaman 1dari 26

ROSIIDAE

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Biosistematika Tumbuhan
Dosen pengampu:
Prof. Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd.
Prof.Dr. Topik Hidayat, M.Si. Ph.D
Dr. Siti Sriyati, M.Si.

oleh:
Kelas B/2018
Kelompok 6

Anggi Tiara Oktasyifa (1804750)


Laura Agustina Pogram (1804673)
Muhammad Fakhri F (1807148)
Salma Fahira Azahra (1807209)
Vivi Yunia Anggraeni (1801086)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Rosiidae

B. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Rabu, 21 November 2019
Waktu : Pukul 09.30 – 12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Tumbuhan, FPMIPA UPI

C. Tujuan
1. Mengenal keanekaragaman Rosiidae
2. Menentukan ciri umum Rosiidae
3. Menemukan ciri khusus setiap kelompok Rosiidae melalui serangkaian
kegitan klasifikasi biner dan klasifikasi (bagan dikotomi konsep)
4. Untuk menganalisis urutan perkembangan fiologeni dari kelompok
Rosiidae primitif sampai kelompok fungi maju melalui kegiatan seriasi
menggunakan skala filogeni
5. Untuk menganalisis urutan perkembangan filogeni dari kelompok
Rosiidae primitif sampai kelompok Rosiidae maju melalui kegiatan
klasifikasi numerik fenetika dan kladistika

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui keanekaragaman rosiidae
2. Dapat mengetahui ciri khas dari setiap spesies
3. Dapat menentukan urutan evolusi dari primitif hingga maju
4. Dapat memahami nilai nilai kehidupan yang dikaitkn dengan spesimen

E. Landasan Teori

Magnoliophyta atau angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang


alat perkembangbiakan generatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga
mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla).
Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau banyak
sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistilum). Putik ada yang hanya

1
tersusun dari satu karpel tetapi ada juga yang terbentul dari beberapa karpel.
Ovarium mungkin hanya terbentuk dari satu karep atau beberapa karpel yang
bersatu. Biji terdapat di dalam ovarium. Divisio magnoliophyta terdiri aras dua
kelas yaitu magnoliopsida dan liliopsoda. Magnoliopsida mempunyai 64 ordo,
318 familia dan kurang lebih 165.000 spesies dedagkan liliopsida mempunyai 19
ordo, 65 familia, kurang lebih 50.000 spesies. (Sudarsono, 2005).

Classis pada magnoliopsida terdiri atas enam subclassis terpilih, adapun


yang dibahas dalam laporan praktikum ini merupakan salah satu dari keenam
subclassis tersebut, yaitu Subclassis rosidae.Pada subclass Rosidae terdiri dari 18
ordo, 114 Familia, dan Anggotanya sekitar 59.000 Spesies. Subclass Rosidae ini
termasuk subclass terbesar dari magnoliopsida. Pada 18 ordo dari subclass ini
diantaranya, yaitu; Fabales, Rosales, Podostemales, Proteales, Myrtales,
Halogragales, Cornales, Rizhopotales, Santanales, Rafflesiales, Euphorniales,
Cetastrales, Rhamnales, Linales, Polygalales, Apiales, Geraniales, dan Sapindales.
Subclass Rosidae memiliki karakteristik stamen yang tersusun secara sentripetal,
memiliki bunga jarang dengan plasenta parietal, memiliki ovarium majemuk
(Armansyah, 2019).

1. Fabales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Fabales merupakan
ordo terbesar yang termasuk tumbuhan biji tertutup yang meliputi lebih dari
11.500 jenis yang terbagi dalam lebih 50 genus. Ciri khasnya ialah
terdapatnya buah yang yang disebut buah polong, yaitu buah yang berasal
dari 1 daun buah dengan atau tanpa sekat-sekat semu, biji-biji terdapat pada
kapuh perut, bila masak, kering, pevah, sehingga biji terlontar keluar, atau
buah terputus-putus menjadi beberapa bagian menurut sekat-sekat semunya,
tetapi ada pula yang buahnya berdaging dan tidak pernah pecah.

2. Rosales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Rosales terdiri atas
terna, semak atau pohon dengan daun-daun tunggal atau mejemuk yang
duduk daunnya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu.

2
Bunga banci, karena reduksi dapat menjadi berkelamin tunggal, jelas
mempunyai hiasan bunga yang dapat dibedakan antara kelopak dan
mahkotanya, mahjota berdaun mahkota bebas, kebanyakan berbilangan 5.
Jumlah benang sari sama dengan jumlah daun mahkota, ada yang 2x lipat
atau banyak, jarang lebih sedikit daripada jumlah daun mahkotanya. Bakal
buah sama dengan jumlah daun mahkota atau kurang, bebas, dapat berupa
bakal buah beruang banyak dengan tembuni sentral. Dasar bunga berbentuk
cakram, melebar atau cekung dengan bagian-bagian bunga (mulai kelopak
sampai benang-benang sari) pada tepinya bakal buah seringkali terdapat
dalam cekungan dasar bunga dan diselubungi dasar bunga itu, hingga letak
bakal buah menjadi tenggelam (inferum).

3. Podostemales
Podostemales adalah salah satu ordo dari subclass Rosidae, menurut
sistem klasifikasi conqruist (1981). Ada satu suku yang termasuk di dalamnya
yaitu Podostemaceae. Dalam sistem klasifikasi APG II (2003) yang
berdasarkan filogeni dan sekarang mulai luas digunakan, dan modifkasi
lanjutannya, kelompok ini tidak digunakan lagi. (Wikipedia, 2019).

4. Proteales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Proteales hanya
terdiri atas 1 familia, yaitu familia proteaceae dengan ciri-ciri sebagai berikut;
biasanya terdiri atas pohon-pohon atau perdu, jarang berupa terna. Daun
tunggal atau bertoreh menyirip, seperti belulang atau kaku, duduknya tersebar
atau berhadapan, atnpa daun penumpu. Bunga banci atau karena adanya
reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin tunggal, biasanya
tersusun sebagai bulir, tandan, atau bunga majemuk yang menyerupai
tongkol. Masing-masing bungan dengan hiasan bunga menyerupai mahkota,
berbilangan 4, aktinomorf atau zigomorf, daun-daun hiasan bunga tersusun
dalam lingkaran. Benang-benang sari berhadapan dengan tajuk-tajuk hiasan
bunga dan berlekatan dengan daun-daun hiasan bunga, tetapi kepala sari
bebas. Bakal buah menumpang beruang 1 dengan bakal biji tek terhingga

3
yang parietal, tiap bakal biji mempunyai 2 selaput, penyerbukan entomogami
atau ornitogami. Buahnya buah kendaga atau buah kurung, biji tanpa
endosperm, lembaga sering mempunyai kurang dari 1 daun lembaga.

5. Myrtales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Myrtales meliputi
tumbuhan dengan berbagai macam perawakan, tetapi kebanyakan berupa
tumbuhan berkayu. Umumnya mempunyai daun tunggal yang duduknya
bersilang berhadapan, pada cabang-cabang yang mendatar mengalami
modifikasi seakan-akan tersusun dalam 2 baris yang berhadapan. Tanpa daun
penumpu, helaian daun sering mempunyai kelenjar-kelenjar minyak. Bunga
banci atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi
berkelamin tunggal, dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan mahkota bunga, kadang-kadang tanpa mahkota, aktinomorf atau
zigomorf, kebanyakan berbilangan 4. Benang sari sama banyaknya dengan
jumlah daun mahkota atau 2x lipat, kadang-kadang hanya beruang 1 dengan 1
tangkai putik dan banyak bakal biji pada tembuni yang letaknya sentral di
sudut-sudut. Dasar bunga cekung sampai berbentuk mangkuk atau tabung,
biasanya menyelubungi bakal buah, hingga bakal buah menjadi tenggelam.
Buah sering mempunyai sisa-sisa tangkai putik dan sisa-sisa benang sari pada
bagian uung di antara daun-daun kelopak yang tidak runtuh dan menjadi
bagian buah. Salah satu curu anatomi yang khas ialah terdapatnya floem
dalam kayu (floem intraxiller).

6. Halogragales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Halogragales
merupakan terna atau semak-semak kecil, seringkali akuatik, daun tunggal,
duduk tersebar, berhadapan atau berkarang, kadang-kadang amat besar, yang
tenggelam dalam air sering berbagi-bagi. Daun penumpu tidak ada. Bunga
banci atau berkelamin tunggal, terpisah-pisah atau tersusun dalam malai atau
malai rata, seringkali sangat kecil. Hiasan bunga berbilangan 1 hingga 3 atau
berbilangan 4. Kelopak berbentuk tabung berlekatan dengan bakal buah,

4
mahkota sering tidak ada. Benang sari 2x lipat jumlah daun kelopak atau
kurang. Bakal buah tenggelam, berlekatan dengan sumbu bunga yang
berbentuk piala atau tabung, beruang 1 hingga 4, tiap ruang berisi 1 bakal biji,
tangkai putik 1 hingga 4. Buah kecil merupakan buah keras atau buah batu,
kadang-kadang bersayap, tidak membuka, jarang terbagi menjadi beberapa
bagian. Biji dengan endosperm. Lembaga agak besar, lurus.

7. Cornales
Cornales adalah salah satu bangsa anggota tumbuhan berbunga yang
termasuk dalam kelas asteridae (sistem klasifikasi APG II). Ordo ini juga
diakui dalam sistem klasifikasi Conqruist, sebagai anggota subclass Rosidae.

8. Rizhopotales
Ciri dari Rhizopotales adalah memiliki daun tunggal dengan stipula
besar, liat dan licin. Kedudukan daun tersebar atau berhadapan. Bunga
kebanyakan tunggal, uniseksual atau biseksual, berumah 1. Adapun ciri khas
dari ordo ini adalah memiliki dasar bunga seperti piala. Sepal 3 hingga 16.
Bunga persisten, petal sama banyak dengan sepal. Cepat jatuh, lebih kecil,
berkuku, dalam satu lingkaram, stamen banyak, pistil 1, beruang 1 hingga
banyak, dengan banyak ovuk peruang, ovarium superum atau inferum dengan
plasenta aksilar. Buah tunggal, bacca dan berkecambah sebelum jatuh ke air.
Habitus perdu, pohon dengan akar nafas atau tunjang. (Jamilah,dkk. 2014)

9. Santanales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Santanales
memiliki habitus tumbuhan berbatang berkayu atau terna yang seringkali
bersifat parasit dengan daun-daun tunggal yang tersebar atau berhadapan,
tanpa daun penumpu. Bunga mempunyai tenda bunga dengan benang-benang
sari yang berhadapan dengan daun-daun tenda bunga, seringkali terdapat
hiasan bunga yang rangkap dan benang-benang sari yang tersusun dalam 1
hingga 2 lingkaran. Bakal buah tenggelam, beruang 1 hingga 3, tiap ruang

5
dengan 1 bakal biji dengan tembuni yang di pusat. Kadang-kadang bakal biji
tidak jelas terpisah dari papan bijinya, tanpa selaput.

10. Rafllesiales
Merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki
bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga tersbesar di dunia.
Bunga hanya berumur sehikat satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan
mati. Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak
berangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter
dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan
organik dari tanaman inang Tetrasigma.

11. Euphorbiales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Euphorbiales
memiliki ciri ciri habitus terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun
tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan. Kebanyakan
mempunyai daun penumpu. Bunga tanpa hiasan bunga atau hiasan bunga
yang tunggal. Jarang terdapat kelopak dan mahkota, seringkali dalam bunga
majemuk yang mempunyai susunan yang khusus. Kebanyakan aktinomorf,
hampir selalu berkelamin tunggal. Bakal buah biasanya terdiri dari 3 daun
buah jarang sekali kurang atau lebih yang berlekatan membentuk 3 ruang,
tiap ruang dengan 1 hingga 2 bakal biji. Contohnya adalah tanaman
Euphorbia pulcherrima (kayu racun), Euphorbia hirta (patikan), Euphorbia
tirucalli (kayu urip), Ricinus communis (jarak kepyar), Phyllanthus acidus
(cerme), dll.

12. Cetrastrales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Cetrastrales
kebanyakan berupa tumuhan berkayu denga ndaun-daun tunggal dengan atau
tanpa daun penumpu dan bung akecil berwarna putih kehijau-hijauan.
Bagian-bagian vegetatif tidak mempunyai kelenjar-kelenjar. Bunga banci atau
karena ada reduksi menjadi berkelamin tunggal, aktinomorf, berbilangan 4

6
atau 5, dengan kebanyakan dengan 1 lingkaran benang-benang yang duduk
berseling dengan daun-daun mahkotanya. Bakal buah menumpang, beruang
lebih dari 1, tiap ruang dengan 1 bakal biji yang atrop, atau lebih dari 1 dalam
tiap ruangnya. Bakal biji mempunyai 1 hinga 2 integumen. Dalam bunga
jampir selalu terdapat sebuah cakram.

13. Rhamnales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Rhamnales
sebagian besar berupa tumbuhan berbatang berkayu dengan daun tunggal atau
majemuk dan bunga-bunga kecil berwarna kehijau-hijauan. Bunga banci atau
berkelamin tunggal, aktinomorf berbilangan 4 atau 5, dengan daun-daun
mahkota yang sedikit banyak berlekatan, kadang-kadang tidak ada. Benang
sari dalam 1 lingkaran berhadapan dengan daun-daun mahkota. Dalam
lingkaran benang sari terdapat cakram. Bakal buah beruang 2 hingga 5.
Sedikit banyak tenggelam, tiap ruang berisi 1 hingga 1 bakal biji yang
apotrop.

14. Linales
Linales adalah salah satu bangsa/ordo anggota tumbuhan berbunga yang
termasuk dalam subclass Rosidae, class Magnoliopsida, menurut sistem
klasifikasi Conqruist (1981). Ada lima suku yang termasuk di dalamnya;
Erythroxylaceae, Humiriaceae, Ixonanthaceae, Hugoniaceae, dan Linaceae.
Dalam sistem klasifikasi APG II (2003) yang berdasarkan filogeni dan
sekarang mulai luas digunakan, dan mofikasi lanjutannya, kelompok ini tidak
digunakan lagi.

15. Polygalales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Polygalales
merupakan tumbuhan berbatang berkayu, kadang-kadang berupa terna
dengan daun tunggal yang duduknya tersebat, jarang berhadapan, dengan atau
tanpa daun penumpu. Bunga dengan daun-daun kelopak dan daun-daun
mahkota yang bebas, kebanyakan zygomorf. Benang sari 1 hingga 10,

7
tersusun dalam 1 hingga 2 lingkaran yang tidak sempurna, tangkai sari sering
berlekatan. Cakram ada atau tidak. Bakal buah beruang 1 hingga 3, jarang
sampai 4, tiap ruang dengan 1 hingga banyak bakal biji yang epitroop. Ordo
ini hanya memiliki satu familia yaitu hanya Polygalaceae

16. Apiales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Apiales umumnya
berupa terna, jareng berupa tumbuhan berkayu, dengan batang beralur berigi-
rigi dan berongga. Daun tunggal atau majemuk, pangkal tangkai sering
melebar seperti upih, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga
majemuk berupa payung tunggal atau berganda, jarang berupa tongkol, banci,
aktinomorf. Berbilangan 4 hingga 5 dengan kelopak keicl dan mehkota yang
berdaun mahkota bebas. Benang sari dalam 1 lingkaran, berhadapan dengan
daun-daun mahkota. Bakal buah tenggelam, sering beruang 2, tiap ruangan
dengan 1 hingga 2 bakal biji, masing-masing mempunyai integumen. Biji
dengan endosperm dan lembaga yang kecil.

17. Geraniales
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Geraniales
kebanyakan berupa terna atau semak-semak kecil, jarang berupa perdu atau
pohon, dengan daun-daun tunggal atau majemuk tanpa kelenjar-kelenjar
minyak, balsam atai resin, tetapi sering terdapat sel-sel lendir, terutama pada
epidermis daun, daun penumpu kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak.
Bunga berbilangan 5, daun kelopak dan daun-daun mahkota bebas, benang
sari tersusun dalam 1 lingkaran atau dalam 2 lingkaran dengan benang sari
dalam lingkaran yang luar berhadapan dengan daun-daun mahkota, ada pula
yang benang sarinya banyak, cakram tidak terdapat, bakal buah beruang 3
hingga 5 dengan 1 hingga beberapa bakal biji di sudut-sudut ruang. Biji
kebanyakan tanpa endosperm, lembaga lurus.

18. Sapindales

8
Dalam bukunya Tjitrosoepomo (2004), menyebutkan Sapindales
kebanyakan berupa semak atau pohon dengan daun-daun majemuk atau
tunggal, jarang mempunyai daun penumpu. Dalam bagian-bagian
vegetatifnya tidak jarang terdapat rongga-rongga yang berisi resin. Bunga
banci, seringkali berkelamin tunggal, kelopak dan mahkota berbilangan 5,
daun-daun kelopak dan mahkota bebas, biasanya zigomorf. Benang sari 8,
tersusun dalam 2 lingkaran yang seringkali tidak sempurna, jarang tersusun
dalam lebih dari 2 lingkaran. Cakram biasanya jelas, bakal buah beruang 2
hingga 3, jarang lebih tiap ruang berisi 1 hingga 2 bakal biji yang apotrop
atau epitrop, tembuni di sudut-sudut ruang.

F. Alat dan Bahan


a. Alat

Tabel. 1 alat yang digunakan dalam pengamatan Rosiidae


No Alat Jumlah
1 Alat tulis 1 set
2 Kamera Handphone 2 buah

b. Bahan
Tabel.2 bahan yang diamati dalam prkatikum Rosiidae

No Bahan Jumlah
1 Spesimen segar tanaman
Erythrina cristgally 1
2 Spesimen segar tanaman 1
Euphorbia millii
3 Spesimen segar tanaman 1
Bauhinia purpurae
4 Spesimen segar tanaman 1
Rosa hybrida

9
G. Langkah Kerja

berdasarkan bagian-

Hasil pengamatan

10
H. Hasil pengamatan

1. Bagan klasifikasi
No. Klasifikasi Gambar Pengamatan Gambar Literatur Gambar
Regum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
1. Classis : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Familia : Rosaceae
Genus : Rosa
Species : Rosa hybrida

(Rivers)

Gambar 1.a Rosa hybrida Gambar 1.b Rosa hybrida Gambar 1.c Rosa hybrida
(Dok. Kelompok 6B, 2019) (Shutterstock, 2019) (Dok. Vivi Yunia, 2019)
2. Regum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Species : Euphorbia milii

(Ursch & Leandri)

Gambar 2.a Euphorbia milii Gambar 2.b Euphorbia milii Gambar 2.c Euphorbia milii
(Dok. Kelompok 6B, 2019) (Nurserykart, 2016) (Dok. Vivi Yunia, 2019)

11
3. Regum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Bauhinia
Species : Bauhinia
purpurea

(Benth)

Gambar 3.a Bauhinia purpurea Gambar 3.b Bauhinia purpurea Gambar 3.c Bauhinia purpurea
(Dok. Kelompok 6B, 2019) (Tidak diketahui, 2019) (Dok. Vivi Yunia, 2019)
4. Regum : Plantae
Divisio : Mgnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Erythrina
Species : Erythrina
cristagally

(Carl Linnaeus)

Gambar 4.a Erythrina Gambar 4.b Erythrina cristagally Gambar 4.c Erythrina cristagally
cristagally (Tidak diketahui, 2019) (Dok. Vivi Yunia, 2019)
(Dok. Kelompok 6B, 2019)

12
2. BDK

Rosidae

Batang berkambium
(1-4)

Buah tidak trikose


Buah trikose (2)
Euphorbia milii (1,3,4)

Daun bukan Daun peralihan


peralihan (3)
(1,4) Bauhinia pupurea

Tipe Stamen

Diadelfus (4) Lepas (1)

Erythrina Rosa hybrida


cristagally

1. Rosa hybrida
2. Euphorbia milii
3. Bauhinia purpurea
4. Erythrina cristagally

13
3. Tabel Biner

karakteristrik Iya Tidak


Batang berkambium 1-4 0
Buah trikose 2 1,3,4
Daun peralihan 3 1,2,4
Tipe stamen diadelfus 1,4 2,3

4. Kunci Determinasi

1 Batang berkambium ............................................................ 2


2a Buah trikokse ...................................................................... Euphorbia milii
2b Buah tidak trikokse ............................................................. 3
3a Daun peralihan.......................................................... Bauhinia purpurea
3b Daun bukan peralihan ......................................................... 4
4a Tipe stamen diadelfus............................................. Erythrina cristagally
4b Tipe stamen lepas ............................................................... Rosa hybrid

13
5. Seriasi

Erythrina cristagally Euphorbia milii Bauhinia purpurea Rosa hybrida


Karakter
Karakter Skor Karakter Skor Karakter Skor Karakter Skor
Habitus Pohon 1 Semak 3 Pohon 1 Semak 3
Pola percabangan Simpodial 5 Simpodial 5 Simpodial 5 Simpodial 5
Tunggal partitus
Jenis daun Majemuk 5 Tunggal 1 dengan bakal 4 Majemuk 5
pulvinus
Duduk daun Tersebar 1 Tersebar 1 Tersebar 1 Tersebar 1
Pertulangan daun Brachiododromous 2 Brachidodromous 2 Actinodromous 3 Brachidodromous 2
Perbungaan Majemuk 3 Majemuk 3 Majemuk 3 Tunggal 1
Jenis kelamin bunga Biseksual 1 Uniseksual 5 Biseksual 1 Biseksual 1
Salah satu
Calyx/Corolla Salah satu bersatu 2 Tanpa perhiasan 5 2 Lepas 1
bersatu
Stamen Berkelompok 4 Lepas 1 Lepas 1 Lepas 1
Stigma bercabang
Pistilum (karpel) stigma bersatu 5 4 Stigma bersatu 5 Banyak dan Lepas 1
3
Ovarium superum 2 Superum 2 Superum 2 Inferum 5
Simetri bunga Zygomorf 5 Aktinomorf 1 aktinomorf 1 aktinomorf 1
Kelamin tumbuhan Monoecious 1 Monoecious 1 Monoecious 1 Monoecious 1
Perlekatan karpel syncarp 5 Sinkarp 5 Sinkarp 5 apokarp 1
Jenis buah tunggal 3 Tunggal 3 Tunggal 3 Ganda 1
Tipe plasenta marginalis 1 Aksilaris 3 Marginalis 1 Basalis 5
Umur tumbuhan tahunan 1 Beberapa tahun 2 Tahunan 1 Beberapa tahun 2
47 47 40 37

14
6. Fenetik dan kladistik

Spesimen:

1. Euphorbia milii (Eu)


2. Erythrina cristagally (Er)
3. Bauhinia purpurea (Ba)
4. Rosa hybrida (R)

Karakteristik

1. Daun majemuk
2. Batang berduri
3. Tulang daun btanchinodromus
4. Tipe ovarium inferum
5. Simetri bunga aktinomorf

Table 1. Karakteristik

Eu Er Ba R
1 0 1 0 1
2 1 0 0 1
3 1 1 0 0
4 0 0 0 1
5 1 0 1 1

Tabel 2. Matriks kesamaan

Eu Er Ba R
Eu
Er 40%
Ba 60% 40%
R 40% 20% 40%

Tabel 3. Kluster 1 EuBa = 60% = X

X Er R
X
Er 50%
R 50% 20%

15
Tabel 4. Kluster 2 XEr = 50% = Y

Y R
Y
R 35%

Grafik 1. Fillogeni

Tabel 5. kladistika

1 2 3 4 5 Evolusi
Outgroup 0 0 0 0 0
Eu 0 1 1 0 1 3
Er 1 0 1 0 0 2
Ba 0 0 0 0 1 1
R 1 1 0 1 1 4

16
Grafik 2. Kladistika

17
I. Pembahasan

1. Erythrina Cristagalli
E. cristagalli atau yang memiliki nama lokal bunga dadap memiliki
habitus berupa pohon kecil, hingga 7m. Memiliki daun majemuk berpinak 3;
anak daun 3 helai, membundar telur. Perbungaan tandan, aksilar atau terminal.
Bunga berukuran >1,5 cm; daun kelopak bercuping 5, berlekatan, melonceng
hijau; daun mahkota 5, berlepasan, terdiri atas bendera, sepasang lunas dan
sepasang sayap merah; benang sari memberkas dua, 9 benang sari berlekatan 1
benang sari bebas. Memiliki 1 putil. Polong menjorong membengang. Biji 2
hingga 6, menjorong, hitam. Distribusi dari E. cristagalli tersebar di
Argentina, Brasil, Bolivia, Paraguay, dan Uruguay. Selain itu, jenis ini telah
dibudisayakan di daerah tropis dan subtropis di dunia termasuk indonesia.
(Irsyam & Priyanti, 2016)

2. Euphorbia milii
Euphorbia milii memiliki batang bulat dan bersudut, batang ini tumbuh
tegak menjulang ke atas, tetapi beberapa spesies ada yang melengkung.
Sebagaimana tanaman kaktus, euphorbia tidak berkayu akan tetapim dengan
semakin pertambahnya umur tanaman batang akan mengeras (Purwanto
dalam Kumala, 2010). Batang ini ditumuhi duri ada yang berduri tunggal,
ganda, dan duri yang berkelompok. Euphorbia milii memiliki bentuk daun
yang bervariasi, ada yang bernbentuk bulat telur, lonjong dan jorong. Hampir
semua daun tidak bertangkai tetapi duduk pada batang. Bunga Euphorbia
muncul membentuk dompolan, setiap dompolan terdiri atas 4-32 kuntum, ada
empat bagian utama bunga yaitu braktea, benang sari, putik dan bakal buah.

3. Bauhinia purpurea
B. purpurea memiliki habitus berupa pohon kecil, dapat mencapai 10 m.
Daun tunggal, agak membundar, bercangap 2 dan memiliki bakal pulvinus.
Perbungaan tandan, aksilar atau terminal. Daun kelopak bercuping 5,
berlekatan dan hijau. Daun mahkota 5, berlepasan, jambon hingga ungu tua,
benang sari fertil 3, staminodia 5-6, berlekatan dibagian pangkat, putih

18
hingga jambon; memiliki 1 putik. Polong memita, membengang. Memiliki
biji 20, membunar, pipih, cokelat. Bauhinia purpurea tersebar dari kawasan
Asia tropis dan telah dibudidayakan secara luas di Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pohon peneduh. Dan
akarnya digunakan secara tradisional untuk mengobati demam dan bagian
bunga digunakan sebagai obat pencahar, sedangkan daunnya untuk mengobati
batuk. (Irsyam & Priyati, 2016).

4. Rosa hybrid
Rosa merupakan tanaman berdaun majemuk menyirip gasal ganda dua
sempurna karena jumlah anak daunnya yang benar-benar ganjil dan tidak
terdapat anak daun yang menutupi ujung tangkai daunnya. Rosa hybrida
memiliki daun circumscriptio berbentuk ovalis, daging daun seperti kertas
karena daunnya tipis, terpi daun serratus, apeks daun berupa acutus, basal
daun obtusus, tulang daun craspedodromous, dan duduk daunnya tersebar
(Tjitrosoepomo, 1985). Mawar merupakan tanaman perdu, barangnya
berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3 sampai 0.5 meter. Berakar
tunggang dengan banyak cabang akar serat dan akar rambut yang
menyerupai benang.

Berdasarkan pengamatan seriasi didapatkan hasil bahwa species yang


palinng primitif itu rosa hybrida dengan score 37 dan yang paling maju adalah
Erythrina cristagally dan Euphorbia milii dengan score 47, tetapi hasil yang kami
dapatkan dari berbeda dalam species primitifnya dengan teori yang sebenarnya,
species yang paling primitif itu adalah Bauhenia.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dalam pembuatan


klasifikasi numerik Rosidae, Karakteristik Euphorbia milii batang berduri, tulang
daun Branchinodromus, dan simetribunga aktinomorf. Erythrina cristagally
memiliki karakteristik daun majemuk dan tulang daun Branchinodromus.
Bauhinia purpurea memiliki karakteristik hanya simetri bunga aktinomorf. Dan
Rosa hybrida memiliki karakter daun majemuk, batang berduri, tipe ovarium
inferum, dan simetri bunga aktinomorf.

19
Persentase persaman Euphorbia milii dengan Rosa hybrida dan Erythrina
cristagally sebesar 40%, Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea sebesar 60%
karena besar presentasenya lebih dari 50% ini merupakan kluster pertama.
Jika Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea dimisalkan ‘X’ maka besar
presentase persaman antara X dengan Rosa hybrida dan Erythrina cristagally
sebesar 50%.
Besar persamaan Erythrina cristagally dengan Bauhinia purpurea adalah
40% dan persamaan dengan Rosa hybrida adalah 20%. Terakhir besar persentase
persamaan Bauhinia purpurea dengan Rosa hybrida adalah 40%.
Kluster kedua diambil dari pemisalan antara X dengan Erythrina
cristagally sebesar 50% sebagai ‘Y’. Diperoleh besar prsentase persaman Y
dengan Rosa hybrida adalah 35%.
Dari hasil persentase dapat dibuat suatu grafik filogeni dimana semua
spesimen sama sampai skor 35, pada skor 35 terbentuk cabang antara Rosa
hybrida dengan Y (Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea juga Erythrina
cristagally). Pada skor 50 bercabang antara Erythrina cristagally dengan X
(Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea). X terpisah pada skor 60.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Euphorbia milii, Erythrina
cristagally, Bauhinia purpurea, Rosa hybrida berasal dari nenek moyang yang
sama.
Dilihat dari jumlah karakter yang dimiliki oleh setiap spesies, Bauhinia
purpurea memiliki jumlah karakteristik paling sedikit sehingga paling primitif.
Antara Erythrina cristagally dan Bauhinia purpurea hanya selisih 1, Euphorbia
milii lebih unggul maka lebih maju dibandingkan keduanya. Rosa hybrida
memiliki jumlah karakter paling banyak yaitu 4 sehingga merupakan spesies
paling maju dari ketiga spesies sebelumnya. Dapat diurutkan spesies yang palig
primitik sampai paling maju adalah: 1. Bauhinia purpurea 2. Erythrina cristagally
3. Euphorbia milii 4. Rosa hybrida

20
J. Nilai-Nilai Kehidupan

1. Nilai Agama
Bunga mawar (Rosa hybrida) memiliki filosofi berupa se-indah
apapun bunga mawar, ia akan tetap layu dan akhirnya mati. Dalam
kehidupan, mau serupawan atau se-kaya apapun dirimu, pada akhirnya
kita semua akan kembali kepada Tuhan. Karena di dunia ini tidak ada
yang abadi. Maka dari itu, baiknya agar kita tidak sombong dan tidak lupa
untuk bersyukur atas apa yang telah kita miliki.

2. Nilai Sosial – Politik


Bunga mawar (Rosa hybrida) memiliki duri di batangnya yang
berguna untuk melindungi diri. Makna yang dapat diambil dari batang
duri tersebut adalah: “jangan takut untuk terlihat tegas, galak, atau berani.
Itu semua bukan untuk ditakuti, namun untuk menjaga diri. Setiap orang
mempunyai caranya sendiri untuk melindungi dirinya dari segala
marabahaya.

3. Nilai Ekonomis
Rosa hybrida dan Euphorbia milii memiliki nilai jual, karena
tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

4. Nilai Praktis
Rosa hybrida dapat digunakan sebagai obat luka bakar; Bauhinia
purpurea dapat dimanfaatkan sebagai obat diabetes, kanker, rematik, dan
nyeri. Selain itu, Rosa hybrida dan Euphorbia milii juga dapat digunakan
sebagai tanaman hias.

5. Nila intelektual
Rosa hybrid dan Bauhinia purpurea dapat dijadikan sebauah bahan
penelitian oleh para penelitian di berbagai bidang seperi genetik

21
Kesimpulan

1. Rosiidae mempunyai 18 Ordo . Pada 18 ordo dari subclass ini diantaranya,


yaitu; Fabales, Rosales, Podostemales, Proteales, Myrtales, Halogragales,
Cornales, Rizhopotales, Santanales, Rafflesiales, Euphorniales,
Cetastrales, Rhamnales, Linales, Polygalales, Apiales, Geraniales, dan
Sapindales.
2. Subkelas rosiidae mempunyai ciri umum yaitu memiliki karakteristik
stamen yang tersusun secara sentripetal, memiliki bunga jarang dengan
plasenta parietal, memiliki ovarium majemuk
3. Ciri khusus pada setiap speciesnya di Erythrina Cristagalli tipe stamen nya
yaitu tetradinanus, buah legum dan zygomorf,pada euphorbia milii
terdapat kantung nektar bergetah, merupakan buah tunggal dan aksilaris
Pada Bauhinia purpurea daun terbagi bakal pulvinus ,bukan legum, dan
pada Rosa hybrida merupakan buah ganda, corolla banyak apokarp,
perbungaan tunggal
4. Berdasarkan pengamatan dalam seriasi tidak sesuai dengan teori dalam hal
species yang primitif yaitu Rosa hybrida yang dalam teori adalah Bauhinia
purpurea
5. Dari hasil persentase numerik dapat dibuat suatu grafik filogeni dimana
semua spesimen sama sampai skor 35, pada skor 35 terbentuk cabang
antara Rosa hybrida dengan Y (Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea
juga Erythrina cristagally). Pada skor 50 bercabang antara Erythrina
cristagally dengan X (Euphorbia milii dan Bauhinia purpurea). X
terpisah pada skor 60. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Euphorbia
milii, Erythrina cristagally, Bauhinia purpurea, Rosa hybrida berasal dari
nenek moyang yang sama. Dapat diurutka dari grafik kladistik spesies
yang palig primitik sampai paling maju adalah: 1. Bauhinia purpurea 2.
Erythrina cristagally 3. Euphorbia milii 4. Rosa hybrida

22
Daftar Gambar

Gambar 1.b Rosa hybrida.

Shutterstock. (2019). Rosa hybrida. [online]. Diakses dari:


https://www.shutterstock.com/image-photo/hibiskus-rosasinensis-
malvaceae-mentioned-inventory-plants-1542162554.

Gambar 2.b Euphorbia milii.

Nurserykart. (2016). Euphorbia milii. [online]. Diakses dari:


https://nurserykart.in/indoor-plant/crown-of-thorns-euphorbia-milii/

Gambar 3.b Bauhinia purpurea.

Tidak diketahui. (2019). Euphorbia milii. [online]. Diakses dari:


https://amazon.com/bauhinia-purpurea

Gambar 4.a Erythrina cristagally.

Tidak diketahui. (2019). Erythrina cristagally. [online]. Diakses dari:


https://www.ebay.ca/itm/Erythrina-crista-galli-5-graines-Seeds-
/222634104625

23
Daftar Pustaka

Armansyah, Vishal Aji. 2019. Magnoliopsida. [online] diakses di


https://rumus.co.id/magnoliopsida/#1_Sub_Kelas_Rosidae pada 30
November 2019.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wikipedia. 2019. Podostemales. [online] diakses di


https://id.wikipedia.org/wiki/Podostemales pada 30 November 2019.

Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : UM Press.

Jamilah, dkk. 2014. Subclassis Rosidae. Cirebon: Institut Agama Islam Negeri
(IAIN)

24

Anda mungkin juga menyukai