Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI OPERASIONAL

Pelaporan Penggunaan Obat Rasional


di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Pemerintah
DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
Penetapan persentase Penggunaan Obat Rasional (POR) di Sarana Pelayanan Kesehatan
Dasar Pemerintah (Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Non Perawatan) dilakukan melalui
pemantauan indikator peresepan untuk 3 Diagnosis penyakit yaitu ISPA Non-Pneumonia,
Diare Non-Spesifik dan Myalgia.

Dasar pemilihan ketiga Diagnosis tersebut adalah :


(1) Termasuk 10 penyakit terbanyak;
(2) Diagnosis dapat ditegakkan oleh petugas tanpa memerlukan pemeriksaan penunjang;
(3) Pedoman terapi untuk ketiga Diagnosis jelas;
(4) Tidak memerlukan antibiotika/injeksi;
(5) Selama ini ketiganya dianggap potensial untuk diterapi secara tidak rasional.

Adapun Pemantauan indikator peresepan terhadap 3 Diagnosis tersebut dilihat dari:


(1) Penggunaan Antibiotik pada ISPA Non-Pneumonia
(2) Penggunaan Antibiotik pada Diare Non-Spesifik
(3) Penggunaan Injeksi pada Myalgia
(4) Rerata item obat per lembar resep

II. PELAKSANAAN PELAPORAN INDIKATOR PERESEPAN DI PUSKESMAS

Pelaksanaan Pelaporan Indikator Peresepan dilakukan secara bertahap mulai dari


Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi hingga ke Pusat
(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan) dengan tahapan pelaksanaan
sebagai berikut:
A. Pelaporan Indikator Peresepan yang dilakukan oleh Puskesmas

1. Sumber Data
Register harian Puskesmas atau Resep dengan Diagnosis tunggal pada Penyakit ISPA
Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia.

2. Prosedur Pengambilan Data


a. Data pasien diambil dari register harian atau resep dengan Diagnosis tunggal
pada ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik atau Myalgia
b. Resep yang diambil sebagai data sampel memiliki kelengkapan sebagai berikut :
(1) Terdapat keterangan Diagnosis atau memiliki kode Diagnosis sesuai ICD X
(2) Terdapat keterangan nama dan umur pasien
(3)Penulisan nama, jumlah dan dosis obat lengkap, jelas dan mudah dibaca
(4) Untuk obat racikan tidak ditulis dengan kode atau singkatan
Misalnya: R/. Camp. A
c. Pengambilan data dilakukan sebagai berikut :
(1)Ambil 1 kasus dengan cara mengambil 1 (satu) resep tunggal setiap hari
untuk masing-masing Diagnosis penyakit (ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-
Spesifik dan Myalgia).
(2)Apabila pada hari itu tidak ada resep dengan Diagnosis penyakit tersebut
maka pada hari itu form pelaporan dikosongkan.
(3)Dalam 1 bulan diharapkan dapat terkumpul sekitar 25 resep per Diagnosis
penyakit (sesuai data resep perbulan).

Seksi Farmamin Dinkes Provinsi Kepri Yanfar 2015


(4)Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2007 (BUKU
MERAH) dijadikan standar pada peresepan, pola pengobatan dan pelaporan
POR di Puskesmas.
(5)Pelaporan POR di Puskesmas adalah hasil dari Rekapan Pemakaian
Antibiotik di Puskesmas dan Rekapan dari Puskesmas Pembantu.
(6)Laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota (softcopy dan
hardcopy) dikirim tanggal 05 setiap bulan berikutnya dan seterusnya.
(7)Laporan Rekap POR Puskesmas dari Dinkes Kab/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi Kepulauan Riau dikirim tanggal 10 setiap bulan berikutnya dan
seterusnya per 3 bulan berupa softcopy dan hardcopy ke Seksi Farmamin
Dinas Kesehatan Provinsi Kepri (via email : farmaminkepri1@gmail.com)
(8)Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Seksi Farmamin Dinas
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Pengelola data POR Kab/Kota se-
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016
(an. Indri Hp: 0819 9149 5954)

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data :


(1) Resep ISPA Non-Pneumonia yang diambil merupakan resep dengan kode
Diagnosis J.00 (ICD X)
(2) Resep Diare Non-spesifik yang diambil merupakan resep dengan kode
Diagnosis A.09 (ICD X)
(3) Resep Myalgia yang diambil merupakan resep dengan kode Diagnosis M.79.1
(ICD X)
(4)Jenis obat yang dipantau tidak hanya obat minum tapi juga termasuk injeksi
dan obat luar
(5)Apabila ditemukan adanya pemberian vitamin maka dihitung sebagai obat
(6) Apabila di dalam resep terdapat racikan, misalnya puyer, yang merupakan
kombinasi lebih dari 1 (satu) obat, maka dalam kolom nama obat ditulis
masing-masing nama obatnya dan dalam kolom item obat dihitung jumlah
obat yang terkandung didalamnya.

Contoh : Dalam Resep tertulis : R/. Parasetamol 500 mg No. V tab


CTM No. V tab
GG No. V tab
Vit. C No. IX tab
m.f.pulv IX
s. 3 x 1
R/. Amoksisilin Syr 1 botol
s. 3 x 1 cth

maka pengisian formulir menjadi sebagai berikut :

Jumlah
Nama Obat Dosis
Item Obat
5 a. Parasetamol 500 mg 3 x 1 bks
b. CTM
c. GG
d. Vit. C
e. Amoksisilin syr 3x1 cth

(7) Apabila ditemukan adanya pemberian Sulfametoksazol atau Metronidazol


maka dianggap sebagai pemberian antibiotik
(8) Jika Penggunaan Injeksi tidak terdapat baik pada register harian maupun pada
resep myalgia, maka tanyakan kepada petugas Puskesmas apakah memiliki
catatan khusus pemberian injeksi
(9)Imunisasi tidak termasuk dalam injeksi
3. Prosedur Pengolahan Data

Seksi Farmamin Dinkes Provinsi Kepri Yanfar 2015


a. Data yang telah diambil dimasukkan ke dalam Formulir Pelaporan Indikator
Peresepan yang tersedia.
b. Data Resep ISPA Non-Pneumonia dimasukkan kedalam Form. 1 (format
terlampir)
c. Data Resep Diare Non-Spesifik dimasukkan kedalam Form. 2 (format
terlampir)
d. Data Resep Myalgia dimasukkan kedalam Form. 3 (format terlampir)

4. Perhitungan Indikator Peresepan

Rumus perhitungan pelaporan indikator peresepan untuk masing-masing


Diagnosis diatas, tercantum pada masing-masing Formulir Pelaporan Indikator
Peresepan (Form1,2 dan 3 terlampir).

5. Pelaporan Indikator Peresepan oleh Petugas Puskesmas

a. Puskesmas setiap bulan harus melaporkan hasil pengolahan data terhadap ke 3


Diagnosis penyakit diatas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Formulir Pelaporan Indikator Peresepan ke 3 Diagnosis penyakit yang telah diisi
dalam 1 (satu) bulan kemudian di kompilasi kedalam Form.4 (terlampir)

B. Pelaporan Indikator Peresepan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


1. Sumber Data
Laporan Indikator Peresepan dari seluruh Puskesmas yang dikirim setiap bulan.

2. Prosedur Pengolahan Data


Data Laporan Indikator Peresepan yang diterima dari seluruh Puskesmas setiap bulan
dikompilasi ke dalam Laporan Triwulan Indikator Persepan di Puskesmas (Form.5,
terlampir)

3. Perhitungan Indikator Peresepan


Rumus perhitungan indikator peresepan untuk masing-masing Diagnosis diatas,
tercantum pada Formulir Laporan Triwulan Indikator Peresepan (Form.5, terlampir)

4. Pelaporan Indikator Peresepan oleh Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Laporan Triwulan Indikator Peresepan di Puskesmas dikirim oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi.

C. Pelaporan Indikator Peresepan oleh Dinas Kesehatan Provinsi


1. Sumber Data
Laporan Triwulan Indikator Peresepan di Puskesmas yang dikirim oleh Dinas
Kesehatan/Kota setiap 3 bulan.

2. Prosedur Pengolahan Data


Data Laporan Triwuan Indikator Peresepan di Puskesmas yang diterima dari seluruh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap 3 bulan dikompilasi ke dalam Laporan
Triwulan Indikator Persepan di Kabupaten/Kota (Form.6, terlampir)

3. Perhitungan Indikator Peresepan


Rumus Perhitungan Indikator Peresepan untuk masing-masing Diagnosis diatas,
tercantum pada Formulir Laporan Triwulan Indikator Peresepan di Kabupaten/Kota
(Form.6, terlampir)

4. Pelaporan Indikator Peresepan oleh Petugas Dinas Kesehatan Provinsi


Laporan Triwulan Indikator Peresepan di Kabupaten/Kota dikirim oleh Dinas

Seksi Farmamin Dinkes Provinsi Kepri Yanfar 2015


Kesehatan Provinsi ke Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alkes, Kementerian Kesehatan RI dengan melampirkan
laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

III. LAPORAN PERSENTASE PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI SARANA


PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Setelah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes cq. Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian menerima Rekapitulasi Laporan Triwulan Indikator Peresepan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, maka data yang diterima akan diolah untuk menetapkan persentase
Penggunaan Obat Rasional di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Pemerintah di masing-
masing Provinsi.

Persentase POR dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

: Persentase Penggunaan Antibiotik pada Kasus ISPA non-


pneumonia
: Persentase Penggunaan Antibiotik pada Kasus Diare non-
spesifik
: Persentase Penggunaan Injeksi pada Kasus Myalgia
: Rerata Item Jenis Obat per Lembar resep pada 3 kasus.

Catatan dalam penetapan persentase POR:

1. Jika ≤ 20 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100 %

2. Jika ≤ 8 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100 %

3. Jika ≤ 1 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100 %

4. Jika ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100 %

5. Jika ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 0 %

Tanjungpinang, 01 Januari 2015

Seksi Farmamin Dinkes Provinsi Kepri Yanfar 2015

Anda mungkin juga menyukai